Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini Indonesia tengah mengalami krisis moral, hal ini dapat kita
saksikan setiap hari baik dari lingkungan maupun dari informasi yang disajikan
oleh media-media masa. Kasus korupsi yang semakin meningkat, terjadinya
tindak kekerasan antara suku, ras, etnis dan agama, kasus tawuran yang dilakukan
para pelajar, perilaku seks, pemakaian narkoba, semakin rusaknya lingkungan
hidup dan masalah-masalah sosial lainnya. Hal ini menunjukkan makin banyak
diantara komponen bangsa ini yang makin kehilangan kejujuran, makin hilang
rasa kebangsaan, makin kehilangan toleransi dalam menghadapi perbedaan,
kehilangan disiplin, dan kehilangan rasa tanggung jawab sosial (Soedarsono,
dalam Raka, 2011). Masalah-masalah sosial tersebut juga menunjukkan
menurunnya tingkat moral bangsa kita.
Thomas Lickona (1992) menyebut ada sepuluh tanda-tanda zaman yang
harus diwaspadai: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2)
penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang
kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti
penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. (5) semakin kaburnya pedoman
moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa
hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu
dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, dan (10) adanya rasa saling
curiga dan kebencian di antara sesama. Dengan demikian, perlu kita cermati
bersama, apakah Indonesia memiliki tanda-tanda seperti diatas? Sebagai warga
Negara Indonesia, perlu sikap khawatir terhadap keadaan Indonesia saat ini, dan
perlu segera kita cari solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Seorang filsuf Yunani Cicero (dalam Lickona, 2004) menyebutkan bahwa
“kesejahteraan suatu bangsa ditentukan oleh karakter warga negaranya”.
Merujuk dari pendapat tersebut diatas, bahwa Kesejahteraan dan masa depan yang
cemerlang suatu bangsa sangatlah ditentukan oleh karakter masyarakat suatu
bangsa tersebut. Dengan demikian, solusi yang dapat diterapkan untuk

1
menyelesaikan berbagai masalah sosial yang tengah dialami indonesia saat ini,
yaitu dengan membudayakan pendidikan karakter.
Upaya pendidikan karakter ini juga telah dilakukan oleh pemerintah yaitu
dengan menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas
pembangunan nasional, yang secara implisit ditegaskan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana
pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu “Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila.”
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan pula bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”. Tampak jelas bahwa, Pendidikan karakter diharapkan mampu
menciptakan generasi-generasi emas yang bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas,
kreatif, serta mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik pada negera
Indonesia.
Upaya pendidikan karakter tidak semata-mata merupakan tanggung jawab
pemerintah, namun merupakan tanggung jawab semua warga negara. Upaya
pendidikan karakter dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, baik
dilingkungan keluarga, lingkungan akademis (sekolah/Perguruan Tinggi), maupun
lingkungan masyarakat. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan
mampu berperan lebih aktif dalam mengambil bagian penerapan dan
pensosialisasian pendidikan karakter ini. Oleh karena itu, penulis membatasi
ruang lingkup pendidikan karakter pada penerapan pendidikan karakter yang
dapat dilakukan mahasiswa di rumah huniannya.

2
1.2 Batasan Masalah

Batasan Masalah yang dibahas dalam karya tulis ini adalah mengenai
penerapan pendidikan berkarakter pada rumah hunian mahasiswa yang meliputi:
manajemen pendidikan karakter dalam rumah hunian mahasiswa

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan yang dibahas dalam karya tulis ini antara lain:

a. Bagaimana manajemen yang baik dalam mengusahakan pendidikan karakter


yang dapat diterapkan rumah hunian mahasiswa?
b. Bagaimana cara penerapan pendidikan karakter dalam rumah hunian
mahasiswa?

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan karya tulis ini adalah:

a. Mendukung pemerintah dalam menerapkan pendidikan karakter


b. Mensosialisasikan langkah-langkah yang dapat dilakukan mahasiswa dalam
menerapkan pendidikan karakter dilingkungan tempat tinggalnya
c. Mensosialisasikan langkah-langkah teknis dalam penerapan pendidikan
karakter di lingkungan tempat tinggal sehingga mampu diadopsi dan
diterapkan oleh masyarakat sekitar

1.5 Manfaat

Memberikan paradigma baru dan gagasan solusif sebagai upaya penerapan


pendidikan karakter yang dapat dilakukan mahasiswa guna membentuk generasi
emas yang bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, kreatif dan mandiri

3
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Pendidikan Karakter

2.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan


kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objek, bukan hanya
baik untuk indivisu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara
keseluruhan (Zubaedi, 2011: 15). Pendidikan karakter juga memiliki makna
sebagai suatu proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi
moral dangan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi
bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan
memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
(Raharjo, 2010: 17).

Berkowitz dan Bier (2005: 7) berpendapat bahwa pendidikan karakter


merupakan penciptaan lingkungan sekolah yang membantu peserta didik
dalam perkembangan etika, tanggung jawab melalui model dan pengajaran
karakter yang baik melalui nilai-nilai universal.

Berdasarkan pengertian diatas, pendidikan karakter adalah usaha sadar


dan terencana dalam menerapkan kebajikan dengan menghubungkan antara
moral dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang


membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi :
1. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik,
berpikiran baik, dan berprilaku baik,
2. membangun bangsa yang berkarakter Pancasila,

4
3. mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri,
bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Pendidikan karakter berfungsi sebagai:
1. membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural,
2. membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu
berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan ummat manusia,
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik serta keteladanan baik,
3. membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan
mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa
(Kementerian Pendidikan Nasional, 2011: 8).

2.1.3 Nilai-Nilai Pemdidikan Karakter


Ada delapan belas Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan
Kementerian Pendidikan. Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama,
pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional yaitu: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab (Sumber: Pusat Kurikulum.
Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman
Sekolah. 2009:9-10).
2.1.4 Komponen Pendidikan Karakter
Tiga komponen karakter yang baik (components of good character)
menurut Thomas Lickona (1992: 21) yaitu moral knowing atau pengetahuan
tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action
atau perbuatan bermoral.

5
Komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

MORAL KNOWING
moral awareness, MORAL
knowing moral
values, prespective
FEELING
taking, moral Conscience, self
reasoning, decision esteem, empathy,
making, self loving the good,
knowledge self control,
humality,

MORAL
ACTION
Competence,
Will
habit

Bagan 1. Komponen Pendidikan Karakter


Sumber: Lickona (1991: 11)

Sehingga dengan ketiga komponen pendidikan karakter ini


terbentuklah suatu perwujudan perilaku dan sikap hidup.

2.1.5 Proses Pendidikan Karakter

Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang


mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, psikomotorik)
dan fungsi totalitas sosiokultural pada konteks interaksi dalam keluarga,
satuan pendidikan serta masyarakat. Totalitas psikologis dan sosiokultural
dapat dikelompokkan seperti yang digambarkan dalam Bagan 2 berikut:

6
Bagan 2. Konfigurasi Pendidikan Karakter
Sumber : Kementerian Pendidikan Nasional (2011: 9)

7
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan makalah ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari studi pustaka dan internet. Penelusuran sumber data dilakukan
pada 04 April s.d 12 April 2014. Prosedur penulis dalam metode studi pustaka adalah:
1. Penulis menguraikan informasi mengenai definisi dan pendapat beberapa pihak
mengenai pengertian, tujuan, fungsi, media, nilai-nilai, komponen, dan proses
dalam pendidikan berkarakter
2. Penulis mengolah hasil studi pustaka menjadi tulisan dalam karya tulis ini.
3. Penulis menganalisa hasil data yang diperoleh dalam pembahasan.
4. Penulis mengambil kesimpulan dari berbagai sumber pustaka, kemudian
diberikan rekomendasi terhadap hasil analisa tersebut.

3.2 Analisa Data

Sifat dan bentuk karya tulis ini adalah deskriptif dan analitis. Dalam karya
tulis ini, penulis menggunakan metode kualitatif. Sehingga, penulis memadukan
analisis data-data dengan analisis kualitatif, mengambil kesimpulan dari berbagai
sumber pustaka.

3.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah


menyesuaikan dengan sistematika penulisan pada pedoman penulisan karya tulis
ilmiah pemilihan mahasiswa berprestasi program sarjana tahun 2014.

8
BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Manajemen Rumah Hunian Berkarakter

Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen


adalah suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan
dan diawasi. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi
untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha
individu untuk mencapai tujuan yang sama.
Dalam literatur manajemen, istilah manajemen mengandung tiga
pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen
3. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan
(science).
Kenyamanan adalah hal utama yang harus diprioritaskan dalam
menentukan tempat tinggal. Dari segi lingkungan sosial, kenyamanan ini dapat
meliputi interaksi sosial antar penghuni tempat tinggal tersebut. Berikut ini
merupakan manajemen untuk membentuk rumah hunian yang berkarakter yang
dapat dilakukan mahasiswa untuk menciptakan kenyamanan di rumah hunian dan
sebagai wujud dukungan dalam penerapan pendidikan karakter:
1. Membentuk struktur kepengurusan dalam rumah hunian tersebut yang
meliputi ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang lain yang dibutuhkan dalam
menerapkan pendidikan karakter.
2. Membentuk suatu keterikatan antar penghuni rumah, sehingga tercipta
kepedulian bersama, dan rasa tanggung jawab. Hal ini dilakukan dalam
bentuk peraturan, perjanjian, penghargaan dan sanksi bersama.
3. Membentuk Program kerja untuk menciptakan rumah hunian yang
berkarakter.

9
4. Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program – program yang telah
terlaksana.

4.2 Penerapan Pendidikan Karakter dalam Rumah Hunian Mahasiswa

Lingkungan berkarakter sangatlah penting bagi perkembangan individu.


Dengan adanya lingkungan yang berkarakter ini, nilai-nilai karakter pun akan
muncul dan menjadi kebiasaan yang baik. Nilai – nilai itu seperti : religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab (Sumber: Pusat Kurikulum. Pengembangan dan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).

4.2.1 Pembentukan Struktur Kepengurusan

Pembentukan struktur kepengurusan merupakan langkah awal yang


dapat dilakukan mahasiswa dalam rumah hunian untuk meciptakan dan
menerapkan lingkungan yang berkarakter. Dengan adanya struktur
kepengurusan diharapkan terjadinya pengorganisasian yang berjalan efektif,
sistematis dan tidak tumpang tindih.

Berikut ini struktur kepengurusan yang dapat dibentuk dalam


menciptakan rumah hunian berkarakter:

1. Ketua
2. Sekretaris
3. Bendahara
4. Bidang Kerohanian
5. Bidang Kesehatan
6. Bidang Mading
7. Bidang Olahraga
8. Bidang Kebersihan

10
9. Bidang Kepustakaan

Setiap bidang dari struktur diatas terdiri dari koordinator dan beberapa anggota
yang membantu.

4.2.2 Menyusun Program Kerja

Semua Pengurus dari rumah hunian mahasiswa ini harus memiliki


program kerja. Program kerja yang disusun dan dirancang harus
memperhatikan nilai-nilai dari pendidikan berkarakter. Ada delapan belas
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian Pendidikan.
Nilai-nilai tersebut bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (Sumber:
Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10).

Program Kerja Pengurus yang berkaitan dengan pendidikan karakter dapat


berupa:

a. Ketua
1. Menjalin hubungan baik dengan semua anggota rumah hunian
mahasiswa
2. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar rumah hunian
mahasiswa
3. Mengkoordinir dan mengawasi program-program kerja setiap pengurus
4. Merancang peraturan rumah hunian mahasiswa
b. Sekretaris
1. Mencatat setiap arsip dan aset yang dimiliki rumah hunian mahasiswa
2. Menjaga aset yang dimiliki rumah hunian mahasiswa
c. Bendahara

11
1. Mengumpulkan uang kas rumah hunian mahasiswa yang diperlukan
untuk kebutuhan bersama
2. Mencatat setiap transaksi pemasukan dan pengeluaran
d. Bidang Kerohanian
1. Melaksanakan shalat berjama’ah
2. Melakukan pengajian 1 minggu sekali secara rutin
3. Melakukan Qiyamul Lail bersama setiap 2 minggu sekali
4. Membentuk forum-forum diskusi
5. Mengadakan Rihlah, dengan tujuan mengagumi keindahan ciptaan
Allah, dan mensyukuri serta menjernihkan pikiran setelah letih dengan
rutinitas
6. Memberikan info-info islami kepada seluruh anggota rumah hunian
mahasiswa
7. Mengirimkan SMS islami/ motivasi kepada anggota rumah hunian

mahasiswa

e. Bidang Kesehatan
1. Menyediakan obat-obatan sebagai antisipasi jika ada anggota rumah
hunian yang sakit
2. Memberikan Info-info kesehatan
3. Mensosialisasikan Bahaya dan penyebab penyakit dan cara
mengatasinya
f. Bidang Mading
1. Selalu menyajikan info-info terbaru seputar Nasional ataupun
Internasional
2. Menyajikan info-info menarik
3. Memberikan tugas pada anggota rumah hunian secara bergantian untuk
berpartisipasi mengisi mading misalnya artiket, puisi dan lainnya.
g. Bidang Olahraga
1. Merekrut anggota rumah hunian mahasiswa yang memiliki bakat,
misalnya Voly, Futsal, Bola, Senam, Tari dan sebagainya

12
2. Melakukan Senam bersama dua kali seminggu
3. Mengikuti kompetisi-kompetisi yang diadakan instansi lain
h. Bidang Kebersihan
1. Melakukan gotong royang dua minggu sekali
2. Membuat daftar piket bagi seluruh anggota rumah hunian mahasiswa
i. Bidang Kepustakaan
1. Mengumpulkan buku-buku yang bermanfaat dari semua anggota
rumah hunian mahasiswa yang kemudian akan dikumpulkan di
perpustakaan rumah hunian mahasiswa
2. Mengatur buku-buku yang ada diperpustakaan sehingga menarik
minat pembaca
3. Mengadakan lomba cerpen, puisi dan lainnya yang kemudian dijadikan
arsip pustaka.

4.2.3 Penghargaan dan Sanksi

Agar setiap program kerja yang telah disusun dapat berjalan dengan
baik, hendaknya dilakukan pejanjian antar pengurus dan semua anggota rumah
hunian mahasiswa. Misalnya dengan pemberian penghargaan bagi anggota
rumah hunian mahasiswa yang dikatagorikan aktif, kreatif atau katagori
lainnya. Dan juga perlunya pemberian sanksi bagi semua pihak dari anggota
rumah hunian mahasiswa yang melanggar peraturan dan melanggar program
kerja yang telah disetujui.
Bentuk penghargaan yang paling baik adalah membuat pegawai
mengetahui kalau dirinya dihargai oleh perusahaan, bukan hanya oleh
sekelompok kecil orang (As’ad, 2004).
Sanksi adalah segala sesuatu yang dapat memperlemah perilaku dan
cenderung untuk mengurangi frekuensi perilaku yang berikutnya dan biasanya
terdiri dari permintaan suatu konsekuensi yang tidak diharapkan. Sanksi
adalah vonis dari pengadilan terhadap seseorang yang terbukti bersalah
(Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia : 1991). Dengan demikian,

13
suatu penghargaan dan sanksi yang akan diberikan, juga harus memperhatikan
nilai-nilai dari pendidikan karakter.

4.2.4 Evaluasi

Struktur Kepengurusan dalam rumah hunian mahasiswa ini akan


berganti tiap periode satu tahun, sehingga sebelum Struktur kepengurusan
diganti dengan pengurus yang baru, maka akan jauh lebih baik jika diadakan
evaluasi bersama mengenai pragram kerja yang telah dilaksanakan pada
kepengurusan yang lama, sehingga kesalahan yang telah terjadi tidak terulang
di kepengurusan yang baru dan dapat dijadikan pandangan dan pengalaman
untuk pengurus yang baru dalam melaksanakan tugasnya.

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pendidikan berkarakter bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun


merupakan tanggung jawab kita semua untuk menciptakan Indonesia yang lebih
baik dengan generasi yang berkarakter. Pendidikan Karakter dapat diterapkan
kapan dan dimana saja.

Rumah hunian berkarakter merupakan sistem terintegrasi pada rumah


hunian mahasiswa yang menerapkan pendidikan karakter sehingga mampu
membawa kenyamanan dan kebiasaan karakter yang baik pada penghuninya.
Beberapa hal yang menjadi pusat berjalannya sistem tersebut adalah peran aktif
mahasiswa yang tinggal pada rumah hunian secara struktural dan memiliki
kesamaan tujuan dalam mendukung pendidikan karakter dan menciptakan
Indonesia yang lebih baik.

5.2 Saran

Direkomendasikan kepada seluruh mahasiswa agar dapat memperhatikan


konsep dan manajemen rumah huniannya sehingga mampu mendukung konsep
pendidikan karakter yang telah lama disosialisasikan dan tujuan dari pendidikan
karakter dapat terlaksana.

15
DAFTAR PUSTAKA

Berkowitz, M.W, and Bier, Melinda, C, 2005. What Works In Character


Education: A Research-driven guide for educators. Washington, DC:
Univesity of Missouri-St Louis.

Chomsatun, 2013. Implementasi pendidikan karakter (kedisiplinan dan kejujuran)


pada siswa Madrasah Aliyah Negeri Kota Semarang. Semarang. Tesis
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam penyelesaian
Program Magister Manajemen Pendidikan, diakses tanggal 08 April 2014

Kementerian Pendidikan Nasional, 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan


Karakter. Jakarta

Lickona, Thomas, 1993. Educating for Character, How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Nugroho, Hery, 2012. Implementasi pendidikan karakter dalam Pendidikan


agama islam Di SMA Negeri 3 Semarang. Semarang. Sinopsis tesis
diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister studi
Islam konsentrasi pendidikan Islam Program Magister (S2) Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang, diakses tanggal 10 April 2014

Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter


Bangsa: Pedoman Sekolah (hal 9-10).

Raharjo, 2010. Pendidikan karakter sebagai upaya menciptakanakhlak mulia.


jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta : Balitbang Kemendiknas vol
16 No 3 Mei 2010) hlm 17.

Suyadi, 2012. Model pendidikan karakter pada satuan pendidikan anak usia dini
Islam (Studi implementasi pengembangan karakter sejak usia dini pada
PAUD UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Yogyakarta. Ringkasan hasil
penelitian, diakses pada tanggal 07 April 2014

Tampubolon, Bob Hans Philip, 2013. Studi pada karyawan pelaksana PT.
Perkebunan Nusantara IV . Semarang. Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, diakses tanggal
12 April 2014

Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan karakter Jakarta : Kencan Prenada Media


Group (hlm 15, 162, 185, 191, 263).

16
17

Anda mungkin juga menyukai