Anda di halaman 1dari 16

PERBANDINGAN PENDIDIKAN

MULTIKULTURAL DI ASIA TENGGARA


Nama Anggota Kelompok :
Tarisa Febrianti (202369160001)
Alfany Apriliani (202369160010)
Latifatul Naimah (202369160003)
Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah suatu metode pengajaran dan
pembelajaran yang berakar pada nilai-nilai demokratis, mendorong
perkembangan pluralisme budaya dalam berbagai dimensinya.
Pendidikan multikultural mewakili komitmen untuk mencapai
kesetaraan pendidikan, merancang kurikulum yang memupuk
pemahaman terhadap kelompok etnik, serta menghapus praktik-praktik
penindasan.

Pendidikan multikultural berfungsi sebagai peremajaan yang


menyeluruh untuk sekolah dan pendidikan dasar bagi semua murid yang
menolak segala bentuk diskriminasi dan instruksi yang menindas. Ini
juga mencakup hubungan antarpersonal di dalam kelas dan menerapkan
prinsip-prinsip demokratis serta keadilan sosial.
Prinsip dasar multikulturalisme mencakup nilai-nilai dan dasar-dasar yang
menjadi landasan pendekatan multikultural dalam masyarakat.
Berikut beberapa prinsip dasar multikultural:
1. Prinsip Kesetaraan: Mengakui dan mendorong kesetaraan hak serta peluang bagi semua individu,
tanpa memandang latar belakang budaya atau etnis.
2. Prinsip Penerimaan: Menghormati perbedaan dan menerima keberagaman dalam budaya, agama,
bahasa, dan identitas sosial.
3. Prinsip Dialog dan Pertukaran: Mendorong komunikasi terbuka antara kelompok-kelompok budaya
yang berbeda untuk memperluas pemahaman dan saling belajar satu sama lain.
4. Prinsip Harmoni: Membangun hubungan yang harmonis antara kelompok-kelompok budaya dengan
menghargai perbedaan dan menghindari diskriminasi atau konflik.

5. Prinsip Keadilan Sosial: Memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, tanpa adanya perlakuan
yang tidak adil.
_Kurikulum di Indonesia_
Kurikulum di Indonesia telah mengalami perubahan berkali-kali sejak masa
kemerdekaan. Pada tahun 2013/2014, Indonesia memperkenalkan kurikulum 2013.
Pelaksanaan kurikulum ini dilakukan secara bertahap. Kurikulum 2013 merupakan
pengembangan dari kurikulum tahun 2006, yang dirancang dengan merujuk pada tujuan
pendidikan nasional dan didasarkan pada evaluasi kurikulum sebelumnya untuk
mengatasi tantangan masa depan.
Pengembangan kurikulum 2013 fokus pada keseimbangan pengetahuan, sikap,
keterampilan, pendekatan saintifik dalam pembelajaran, serta model pembelajaran
seperti penemuan berbasis proyek dan berbasis masalah, dan penilaian otentik.
Kurikulum 2013 juga menekankan pada pendidikan karakter, di mana implementasinya
terintegrasi dalam seluruh pembelajaran di berbagai bidang studi. Kurikulum ini
menitik beratkan pada pembentukan sikap spiritual dalam kompetensi inti 1 (KI 1) dan
sikap sosial dalam kompetensi inti 2 (KI 2).
Kurikulum di Malaysia
Sistem pendidikan di Malaysia diawasi oleh Kementerian Pendidikan Malaysia
(KPM). Pendidikan formal di Malaysia dimulai dari Pra-sekolah, Pendidikan
Rendah, Pendidikan Menengah, Pendidikan Pra-Universiti, dan Pengajian Tinggi.
Pemerintah federal bertanggung jawab atas pendidikan.

Sistem pendidikan nasional mencakup dari prasekolah hingga perguruan tinggi.


Pada tahun 2004, pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah berada di bawah
yurisdiksi Kementerian Pendidikan. Sementara itu, pendidikan tinggi merupakan
tanggung jawab Kementerian Pendidikan Tinggi. Semua bentuk penyelenggaraan
pendidikan didasarkan pada visi dan misi. Visi dan misi utama pemerintahan
Malaysia adalah menjadikan negaranya sebagai pusat pendidikan berkualitas
dan siap bersaing dengan lembaga pendidikan tinggi di negara lain.
Kurikulum di Singapura
Keunggulan dalam sistem pendidikan Singapura dapat ditemukan dalam kebijakan
dua bahasa (Inggris dan bahasa ibu, seperti Melayu, Mandarin, Tamil) dan
kurikulum yang komprehensif, dengan penekanan khusus pada inovasi dan semangat
kewirausahaan. Sistem pendidikan formal di Singapura dimulai dari tingkat
Kindergarten School, setara dengan Taman Kanak-Kanak (TK) di Indonesia.

Setelah lulus dari tahap ini, siswa akan melanjutkan ke tingkat Primary School,
setara dengan Sekolah Dasar (SD) selama enam tahun. Untuk melanjutkan ke
tingkat berikutnya, siswa harus mengikuti tingkat Secondary School selama empat
atau lima tahun. Di jalur pendidikan ini, siswa akan mempelajari bahasa Inggris,
bahasa ibu, matematika, sains, dan budaya (Sosial). Sekolah diberi izin untuk
menawarkan Applied Grade Subject (AGS) sebagai tambahan atau pengganti
kurikulum, memberikan siswa berbagai pilihan. Secara umum, AGS mengajak murid
untuk berlatih atau berorientasi pada pendidikan seperti politeknik.
Kurikulum di Thailand
Thailand, negara yang memiliki penduduk hamper 70 juta jiwa ini,
memiliki sistem pendidikan yang mirip seperti yang diterapkan di Indonesia, mulai
dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi tidak terdapat perbedaan yang
mendasar. Perbedaan yang signifikan terletak pada pendidikan vokasi. Pendidikan
vokasi di Thailand menerapkan lama belajar 5 (Lima) tahun dimana tamatnya
setara dengan lulusan diploma 2 di Indonesia, sementara Pendidikan vokasi di
Indonesia menerapkan lama belajar 3 (Tiga) tahun.
Oleh karena itu, di Thailand tidak dikenal perguruan tinggi Politeknik seperti di
Indonesia. Politeknik di Thailand berperan sebagai institusi ‘longlife learning’ atau
institusi yang memberikan sertifikat bagi keahlian tertentu. Thailand juga
menerapkan wajib belajar selama 9 tahun seperti Indonesia, namun pendidikan
gratis diberikan sampai tamat sekolah menengah atas. Kunci sukses pendidikan
yang ada di Thailand adalah selalu mendasarkan pada sains dan teknologi, sehingga
semua yang dihasilkan berdasarkan pada penelitian dan riset.
Kurikulum di Filipina
Di tahun 2013 Negara Filipina melakukan perombakan dengan menggunakan standar
pendidikan. Filipina membuat kebijakan standar perencanaan kurikulum yang diberikan tanggung
jawab kepada Biro pada lingkungan Kementrian Pendidikan Negara Filipina, hal ini sangat berbeda
dengan badan standar di Indonesia yang mempunyai wewenang seperti BNSP(Ariandy, 2019)
(Badan Nasional Standar Pendidikan). Ada 6 bagian diantaranya: isi, standard isi, Standar kerja,
kompetensi pembelajaran, kode dan pembelajaran secara materi.
Negara Filipina juga mengimplemtasikan standard berbasis konten yang pada dasarnya
adalah standar berbasis kompetensi, adapun standar yang di inginkan pada kurikulum diantaranya
SKL, standard isi, standar proses dan standar penilaian. Pelajaran yang diberikan pada sekolah
adalah wewenangnya kementrian pendidikan yang di turunkan kepada guru untuk di
imlpementasikan kepada siswanya atau muridnya.
Kurikulum di Brunei Darussalam
Kurikulum SPN21 memastikan bahwa dalam bidang pembelajaran yang
luas, peserta didik akan mengembangkan pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan penting dengan sikap dan nilai untuk memastikan pengembangan
holistik dalam konteks abad ke-21 yang akan memberikan dasar untuk
pembelajaran seumur hidup dan kemampuan kerja di dunia yang progresif dan
menantang.

Sekolah formal dimulai pada tingkat prasekolah pada usia lima tahun.
Sejak usia enam tahun ke atas, siswa mengikuti enam tahun pendidikan dasar,
setelah itu mereka melanjutkan ke tingkat menengah. Semua siswa akan memiliki
kurikulum umum, dan pada akhir Kelas 6, mereka akan mengikuti Penilaian Sekolah
Dasar (PSR). Peserta didik yang telah teridentifikasi berkebutuhan pendidikan
khusus memerlukan kurikulum yang dimodifikasi dan/atau disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhannya berdasarkan Individualized Education Plan (IEP)
dan Remedial Education Plan (REP).
Kurikulum di Vietnam
Kurikulum Vietnam mencakup ujian akhir semester reguler dan Ujian Kelulusan Sekolah
Menengah Atas yang diikuti siswa di akhir Kelas 12. Ujian Kelulusan Sekolah Menengah Nasional
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Pelatihan dan mencakup lima makalah:
Matematika, Sastra , Bahasa Asing, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Sosial. Matematika,
Sastra, dan Bahasa Asing semuanya wajib, dengan Bahasa Asing sebagai berikut: Inggris,
Prancis, Jerman, Cina, Jepang, atau Rusia.
Selain tiga mata pelajaran wajib, siswa juga harus menyelesaikan mata kuliah keempat
pilihan mereka, dan memutuskan apakah mereka ingin mengambil tes Ilmu Pengetahuan Alam
(Fisika, Kimia dan Biologi) atau tes Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah, Geografi, Pendidikan
Kewarganegaraan). Lulus ujian ini akan memberikan siswa sebuah ijazah yang disebut Sertifikat
Kelulusan Sekolah Menengah Atas (High School Graduation Certificate) yang diperlukan untuk
melanjutkan ke pendidikan tinggi di Vietnam.
Kurikulum di Laos
Setelah keberhasilan revolusi tahun 1975, Laos menjadi bahasa pengantar
di semua tingkat pendidikan. Dalam struktur saat ini, pendidikan di Laos mencakup
pendidikan dasar selama lima tahun (wajib), diikuti tiga tahun pendidikan menengah
rendah, tiga tahun pendidikan menengah atas dan tiga sampai tujuh tahun pendidikan
postsecondary, tergantung pada bidang studi. Sementara, anak-anak bisa memulai
sekolah pada usia enam tahun. Sebuah kurikulum nasional bersatu dengan standar
yang digunakan dan penggunaan teknologi modern dalam pendidikan Laos sangat
terbatas.
Kurikulum di Myanmar
Kurikulum di Myanmar mungkin berubah atau berkembang lebih lanjut. Pada umumnya,
sistem pendidikan di Myanmar dikendalikan oleh pemerintah dan diatur oleh Kementerian
Pendidikan. Myanmar memiliki sistem pendidikan yang terdiri dari tingkat pra-sekolah, dasar
(mulai dari Kelas 1 hingga 5), menengah (mulai dari Kelas 6 hingga 10), dan tinggi (Kelas 11 dan
12). Pada tingkat tinggi, siswa dapat memilih jalur studi berdasarkan minat dan tujuan karier
mereka. Kurikulum di Myanmar mencakup berbagai mata pelajaran, termasuk mata pelajaran inti
seperti Bahasa Myanmar, Bahasa Inggris, matematika, sains, dan studi sosial. Pendidikan agama
dan budaya juga dapat menjadi bagian penting dari kurikulum.

Sebagian besar mata pelajaran diajarkan dalam Bahasa Myanmar, tetapi Bahasa
Inggris juga menjadi bagian integral dari kurikulum, terutama di tingkat yang lebih tinggi
sebagai persiapan untuk pendidikan tinggi dan pekerjaan. Sistem ujian dan penilaian di Myanmar
mencakup ujian akhir setelah setiap tingkat pendidikan. Ujian ini dapat menentukan apakah
siswa dapat melanjutkan ke tingkat berikutnya. Pendidikan tinggi di Myanmar dapat diakses
melalui universitas dan perguruan tinggi. Beberapa institusi pendidikan tinggi terkemuka
termasuk Universitas Yangon dan Universitas Mandalay.
Kurikulum di Kamboja
Sistem Pendidikan di Kamboja sudah ada sejak abad ke-13. Awalnya pendidikan
dilaksanakan di Wats (Wihara-wihara Budha) yang dikhususkan untuk laki-laki dan berfokus
pada sastra, agama dan keterampilan sehari-hari. Namun saat koloni Perancia memasuki kamboja
sejak saat itu sistem pendidikan formal di pengaruhi oleh model pendidikan barat, struktur
pendidikan formal Kamboja dirumuskan 6+3+3 berarti 12 tahun untuk menyelesaikan pendidikan
umum.

Selain itu terdapat komponen pendidikan non formal untuk semua kelompok, mulai dari
anak-anak, remaja, dewasa, penyandang cacat. Saat ini system pendidikan dijalankan oleh negara
kamboja, tetapi pendidikan swasta disemua tingkatan dijalankan oleh sector swasta.
Kurikulum di Timor Leste
Sejak tahun 2001 Timor Leste mengadopsi kurikulum transisi 2001 dari
Indonesia, tetapi Indonesia sendiri beralih ke kurikulum KBK pada tahun 2004.
Alasan utamanya adalah beban belajar yang dianggap terlalu berat dalam kurikulum
1994, terutama dalam bidang sains Curtis Gabrielson mencatat kesenjangan
pemahaman besar di antara mahasiswanya, sedangkan Rohani Hamid menemukan
masalah dalam kurikulum transisi 2001 tingkat SMP di Timor Leste pada tahun
2007, termasuk ketidakseragaman isi program dan ketidakperhatian terhadap
perkembangan kognitif anak. Rekomendasi dari Rohani Hamid adalah perlunya
reformasi kurikulum untuk memastikan pemahaman, ketrampilan, dan tindakan yang
diperlukan agar siswa dapat menjadi pribadi yang berdaya ekonomi, sosial, budaya,
moral, politik, dan memiliki identitas negara. Rekomendasi ini saat ini diakomodasi
dalam draft kurikulum SMP, khususnya untuk pendidikan kewarganegaraan.
KESIMPULAN
Dalam konteks perbandingan kurikulum di Asia Tenggara, kita dapat melihat beberapa
pola umum dan perbedaan antara negara-negara di wilayah tersebut.
1. Fokus dan Nilai Inti
2. Akses dan Kualitas Guru
3. Reformasi Pendidikan
4. Kurikulum Khusus
5. Pendidikan Tinggi
Dapat kita simpulkan, bahwasanya variasi kurikulum di berbagai negara Asia Tenggara
mencerminkan upaya adaptasi terhadap perkembangan global dan kebutuhan lokal. Meskipun
setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda, beberapa tantangan umum seperti manajemen
pendidikan, akses yang merata, dan kualitas guru masih perlu diatasi. Evaluasi dan reformasi
terus dilakukan untuk mencapai pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan tuntutan abad
ke-21.
Thanks!
Semoga bermanfaat 
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai