Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MAKALAH

PENDEKATAN SISTEM DALAM PEMBELAJARAN IPS

Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Disusun Oleh:

Ardelia Putri Hasibuan (0309172068)

Ayu Dea Maulana (030917

David Alfanda (030917

Fatiha Nurul Ilma (0309171003)

M. Riski Ibnu Sina (030917

Sakbaniar (0309171015)

SMT V/P.IPS 3

Kelompok 5

Dosen Pengampu : Dr. Neliwati, S.Ag, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

TAHUN 2019
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang mana karena rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan
Sistem dalam Pembelajaran IPS”. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran IPS di Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui sistem, pendekatana sisitem dalam


perencanaan pembelajaran dan pendekatan sistem dalam penyusunan perencanaan
pembelajaran. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu ibu Dr. Neliwati, S.Ag, M.Pd yang telah mengarahkan dan membantu dalam
penyusunan tugas makalah ini.

Kami juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penyusunan makalah. Untuk itu kami mengharapkan kepada seluruh teman-teman
dan siapa saja yang membaca makalah ini untuk memberikan saran dan kritik,
dalam mendukung perbaikan makalh ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2019

Kelompok Lima

i
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Masalah..............................................................................................................2

BAB II Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran IPS

A. Pengertian Sistem...........................................................................................................3
B. Pendekatan Sistem dalam Perencanaan Pembelajaran.................................................10
C. Pendekatan Sistem dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran............................20

BAB III Penutup

Kesimpulan........................................................................................................................25

Daftar Pustaka..................................................................................................................26

ii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menentukan kualitas proses


pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem, dapat dilihat berbagai
aspek yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses. Pembelajaran disebut sebagai
sebuah sistem karena di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling terkait
dan saling berpengaruh. Komponen-komponen tersebut, yaitu guru, siswa, materi,
metode, media, sarana dan prasarana. Kesatuan komponen tersebut yang kemudian
disebut dengan sistem pembelajaran. Pembelajaran akan berjalan dengan baik dan
berhasil manakala seluruh komponen yang terdapat di dalamnya tersedia dan berjalan
dengan baik pula.

Pendekatan pembelajaran adalah jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam
mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan
pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru
memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami
materi ajar yang disampaikan guru dengan memelihara suasana pembelajaran yang
menyenangkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami selaku penulis membuat rumusan


masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan sistem?


2. Bagaimana pendekatan sistem dalam perencanaan pembelajaran?
3. Bagaimana pendekatan sistem dalam penyusunan pembelajaran?

1
C. Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami selaku penulis membuat tujuan


penulisan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian sistem.


2. Untuk mengetahui pendekatan sistem dalam perencanaan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui pendekatan sistem dalam penyusunan perencanaan pembelajaran.

2
BAB II

Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran IPS

A. Pengertian Sistem

Istilah sistem meliputi spektrum konsep yang sangat luas. Sebagai misal,
seorang manusia, organisasi, mobil, susunan tata surya merupakan suatu sistem dan
masih banyak lagi. Semua contoh tersebut memiliki batasan sendiri-sendiri yang satu
sama lain berbeda. Meskipun demikian terdapat kesamaan dari segi prosesnya dalam hal
ini terdapat masukan dan menghasilkan keluaran. Itulah sebabnya pengertian sistem
tidak lain adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling berinteraksi secara fungsional
yang memperoleh masukan menjadi keluaran. Kesamaan lain dapat dilihat melalui ciri-
cirinya sebagaimana dikemukakan dan digambarkan dalam berbagai literatur
pembelajaran yang antara lain, yaitu adanya tujuan, adanya fungsi untuk mencapai
fungsi, ada bagian komponen yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, adanya
interaksi antara komponen atau saling hubungan, adanya penggabungan yang
menimbulkan jalinan keterpaduan, adanya proses transformasi, adanya proses umpan
balik untuk perbaikan dan adanya daerah batasan dan lingkungan.1

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang berarti sehimpunan
bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan (a whoe), (Tatang,1996:1). Istilah komponen menurut Awad dalam Tatang
dapat menunjuk daam tiga hal, yaitu: (1) bagian-bagian fisik, misalnya sayap, mesin dan
ekor pesawat terbang, (2) langkah-langkah administrasi, misalnya perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengontrolan, dan sebagainya, dan (3) subsistem yang
kedudukannya lebih rendah atau lebih kecil. Komponen atau subsistem suatu sistem
bisa terdiri lagi dari beberapa subsistem yang lebih kecil.

Dengan kata lain, sistem adalah benda, atau peristiwa (kejadian) yang
terorganisir, yang terdiri dari bagian-bagian yang lebih kecil dan berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sesuatu dapat dikatakan suatu sistem apabila
mengandung empat kriteria sebagai berikut:
1
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 11

3
1. Dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
2. Setiap bagian memiliki fungsi sendiri-sendiri
3. Seluruh bagian itu melakukan fungsinya secara bersama-sama
4. Fungsi bersama yang dilakukannya itu mempunyai suatu tujuan tertentu.

Selanjutnya Bruce Keith Alcom menstir pendapat Ludwig Von Bertalanfy dalam
Sucipto mengatakan bahwa: A “System” can be difined as a compex of element
standing in interaction. There are general principles holding system, irrespective of the
nature of the component element and of the relations or forces between them.

Selain pengertian sistem secara umum, para ahli dan pakar memiliki pendangan
dan pendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan apa itu sistem. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini pengertian sistem menurut para ahli secara lengkap.

1. Menurut Davis, G.B

Sistem merupakan gabungan dari berbagai elemen yang bekerja sama untuk
mencapai suatu target.

2. Menurut Harijono Djojodihardjo

Sistem merupakan gabungan obyek yang memiliki hubungan secara fungsi dan
hubungan antara setiap ciri obyek, secara keseluruhan menjadi suatu kesatuan yang
berfungsi.

3. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Sistem adalah seperangkat unsus yang secara teratur saling berkaitan sehingga
membentuk suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain.

4. Menurut L. James Havery

Sistem merupakan prosedur logis dan rasional guna melakukan atau merancang
suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain.

4
5. Menurut Henry Prat Fairchild dan Eric Kohler

Sistem adalah sebuah rangkaian yang saling terkait antara beberapa bagian dari
yang terkecil, jika suatu bagian atau sub bagian terganggu, maka bagian yang
lainnya ikut merasakan ketergangguan tersebut.

6. Menurut Musanef

Sistem adalah suatu sarana yang menguasai pekerjaan dan keadaan agar mampu
menjalankan tugas dengan teratur.

7. Menurut Anatol Raporot

Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan perangkat hubungan satu sama lain.

8. Menurut Inu Kencana Syafie

Sistem adalah kesatuan yang utuh dari sesuatu rangkaian yang terikat satu
dengan yang lainnya.

9. Menurut Bonnie Soeherman dan Marion Pinontoan

Sistem adalah serangkaian komponen-komponen yang saling berinteraksi dan


bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

10. Menurut Koentjaraningrat

Sistem adalah susunan yang berfungsi dan bergerak.2

Pengertian diatas menunjukkan bahwa pada setiap sistem dijumpai tiga aspek
utama, yaitu:

1. Tujuan; yaitu hasil yang ingin dicapai. Tujuan ini menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus diakukan dan menentukan proses apa yang akan dijalankan.
Demikian pula tujuan tersebut memberi arah kepada seluruh sistem.
2. Proses; yaitu merupakan ilustrasi tentang pengelolaan dan pengorganisasian dari
fungsi-fungsi komponen yang ada di dalamnya.
2
Mubiar Agustin, Sistem Pembelajaran, (Bandung : PT Reflika Aditama, 2001), hlm.123

5
3. Isi; yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk dioah dan diorganisir guna mencapai
tujuan.

Dari uraian diatas, kata sistem memberi petunjuk kepada kita, adanya suatu
kesatuan dari beberapa komponen, dimana fungsi komponen itu tidak terpisah satu sama
lain, melainkan saling berinteraksi, berinterelasi dan berintegrasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Karena setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan setiap kegiatan dari
komponen-komponen diarahkan untuk menuju tercapainya tujuan tersebut.

Komponen sistem dalam perencanaan pembelajaran minimal ada tiga, yaitu:

1. Materi pelajaran/bahan ajar,


2. Tujuan pembelajaran, dan
3. Prosedur perencanaan untuk mencapai tujuan pembelajaran.3

Setiap sistem mempunyai tujuan. Tujuan ini merupakan akhir dari apa yang
dikehendaki oleh suatu kegiatan. Demikian pula kegiatan instruksional memiliki tujuan
tertentu. Tujuan suatu lembaga pendidikan ialah untuk memberikan pelayanan
pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan instruksional ialah agar siswa belajar
mengalami perubahan perilaku tertentu sesuai dengan tingkatan taksonomi yang telah
dirumuskan terlebih dahulu.4

Menurut Oemar Hamalik, terdapat tiga ciri-ciri dalam sistem pembelajaran,


yaitu:

1. Rencana, penataan intensional orang, material dan prosedur yang merupakan unsur
sistem pembelajaran sesuai dengan suatu rencana khusus, sehingga tidak
mengambang.
2. Kesalingtergantungan (independent), unsur-unsur suatu sistem merupakan bagian
yang koheren dalam keseluruhan, masing-masing bagian bersifat esensial, satu sama
lain saling memberikan sumbangan tertentu.
3. Tujuan, setiap sistem pengajaran memiliki tujuan tertentu.5

3
Farida Jaya, Perencanaan Pembelajaran IPS, (Medan: CV. Gema Ihsani, 2018), h. 75
4
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, h. 11
5
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 3

6
Secara lebih rinci, ciri-ciri yang terkandung dalam sistem atau pendekatan
sistem, adalah:

1. Adanya tujuan

Setiap rakitan sistem pasti bertujuan, tujuan sistem telah ditentukan lebih
dahulu, dan itu menjad tolak ukur pemilihan komponen serta kegiatan dalam proses
kerja sistem. Komponen, fungsi komponen, dan tahap kerja yang ada dalam suatu
sistem mengarah ke pencapaian tujuan sistem. Tujuan sistem adalah pusat orientasi
dalam suatu sistem.6

2. Adanya komponen sistem (selain tujuan)

Jika suatu sistem itu adalah sebuah mesin, maka setiap bagian (onderdil)
adalah kompinen dari mesin (sistemnya);demikian pula halnya dengan pengajaran di
sekolah sebagai sistem, maka semua unsur yang tercakup di dalamnya (baik
manusia maupun non manusia) dan kegiatan-kegiatan lain yang terjadi didalamnya
adalah merupakan komponen sistem. Jadi setiap sistem pasti memiliki komponen-
komponen sistem.

3. Adanya fungsi yang menjamin dinamika (gerak) dan kesatua kerja sistem

Tubuh kita merupakan suatu sistem, setiap organ (bagian) dalam tubuh
tersebut mengemban fungsi tertentu, yang keseluruhannya (semua fungsi
komponen sistem) dikoordinasikan secara kompak, agar diri kita dan kehidupan kita
sebagai manusia berjalan secara sehat dan semestinya.

Penyelenggaraan pengajaran di sekolah merupakan suatu sistem, maka setiap


komponen yang mempunyai fungsi tertentu itu mesti menyumbang secara
sepantasnya dalam rangka mencapai tujuan dan semua fungsi tersebut perlu
dikoordinasikan secara terpadu agar proses pengajaran berlangsung secara efektif
dan efisien.

Misalnya: fungsi komponen yang berstatus guru adalah pembimbing belajar


siswa (pendorong motivasi belajar siswa, pengarah, pengatur (organisator), situasi
belajar siswa, sebagai narasumber (fasilitator), bertindak sebagai penyebar
6
Samana, Sistem Pengajaran, (Yogyakarta: Kanisius,1992), h.23-24

7
kebijakan, penilaian hasil belajar siswa,dsb): jika guru cakap menjalankan fungsinya
maka akan sangat membantu kelancaran serta keberhasilan belajar siswa dan
sebaliknya.

4. Adanya interaksi antar komponen

Antar komponen dalam suatu sistem terdapat saling hubungan, saling


mempengaruhi, dan saling ketergantungan.

Misalnya: keguruan seseorang barulah menjadi nyata jika ada siswa yang
bersedia untuk di didiknya; siswa yang reponsif, kritis, dan koordinatif banyak
membantu guru dalam mengembangkan kariernya.

5. Adanya transformasi dan sekaligus umpan balik

Fungsi dari setiap komponen merupakan bagian tak terpisahkan dari


keseluruhan fungsi sistem. Dalam sistem pengajaran yang berinti pada interaksi
personal, peran dari komponen-komponen (selain guru dan siswa) adalah untuk
meningkatkan nilai interaksi personal tersebut demi keberhasilan belajar siswa
transformasi yang terjadi dalam interaksi guru siswa secara lebih teknis merupakan
transaksi pesan-pesan (pemahaman -> pengintegrasian -> pengembangan diri)

6. Adanya daerah batasan dan lingkungan sistem

Pengertian supra sistem, sistem, sub sistem, dan sub-sub sistem menunjuk
suatu indikator bahwa setiap sistem memiliki keutuhannya masing-masing (punya
daerah sistem tertentu=inner system), yang dikelilingi oleh daerah luar sistemnya
(lingkungannya=external system). Daerah batasan suatu sistem dan lingkungannya
akan tampak jelas dan eksklusif bila suatu sistem itu berhubungan dengan gejala
fisis dan atau mekanis (misalnya: suatu mesin dengan modul dan onderdil
onderdilnya), tetapi batasan suatu sistem dan lingkungannya tampak menjadi samar-
samar bila suatu sistem itu berhubungan dengan gejala sosial (misalnya:
pendidikan).7

Unsur-unsur dalam sistem pembelajaran, yaitu:


7
Ibid., h. 33

8
1. Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk membelajarkan siswa agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses
pengembangan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala
kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain
pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai
dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar dan gaya belajar siswa
itu sendiri.
2. Tujuan

Tujuan adalah unsur terpenting dalam pembelajaran setelah unsur siswa


sebagai subyek belajar. Tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan
misi lembaga pendidikan itu sendiri.

3. Kondisi

Kondiri adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa


dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar
harus mendorong siswa aktif belajar, baik secara fisik maupun nonfisik.
Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.

4. Sumber-sumber belajar

Sumber belajar berkaitan dengan segala yang memungkinkan siswa dapat


memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik, seperti
tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan.

5. Hasil belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan


sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama
guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan
data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data
tersebut, guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran.8

8
Agus Rasoki, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta : PT Erlaga, 2000), h. 84

9
B. Pendekatan Sistem dalam Perencanaan Pembelajaran IPS

Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang teknik mesin


(engineering) untuk merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer.
Kemudian pendekatan sistem melibatkan sistem manusia mesin, dan selanjutnya
dilaksanakan dalam bidang keorganisasian dan manajemen. Pada akhir 1950 dan awal
1960-an, mulai diterapkan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.

Dalam perkembangan pendidikan modern, pendidikan dilakukan dengan proses


yang sistematis dan sangat terencana, hal tersebut dimungkinkan karena perkembangan
ilmu pengetahuan yang aplikatif. Siswa tidak lagi dianggap sebuah obyek bodoh yang
mati, tetapi ia telah memiliki bekal ilmu pengetahuan, baik yang diperoleh dari jenjang
pendidikan sebelumnya atau berasal dari eksplorasi keilmuan secara mandiri, sedangkan
guru hanya berfungsi sebagai salah satu sumber ilmu dan moral. Disamping itu terdapat
prinsip bahwa pembelajaran sebenarnya bukan aplikasi dari apa yang dikehendaki oleh
guru tetapi apa yang dikehendaki oleh peserta didik.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka perencanaan pembelajaran menjadi


bangunan awal sebuah proses pembelajaran. Sebagai bangunan awal proses
pembelajaran, perencanaan harus dibuat dengan memperhatikan input dan output yang
hendak dicapai sekaligus di dalamnya memuat aktifitas atau proses untuk mencapainya.

Pendekatan sistem perencanaan pembelajaran sangat penting bagi proses


pembelajaran, karena disana terdapat arahan yang menunjukkan cara atau metode yang
digunakan untuk memproses input sehingga menghasilkan output yang baik. 9

Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang pembelajaran secara


menyeluruh dan sistematik, tidak parsial atau fragmentaris. Dengan demikian,
pendekatan sistem dalam perencanaan pembelajaran IPS merupakan suatu proses yang
terdiri dari langkah-langkah untuk mewujudkan perubahan terencana yang valid, jadi
akan berupa suatu “peta jalan” untuk mencapai perubahan yang dikehendaki. Karena
pendekatan sistem pada perencanaan pembelajaran IPS bertujuan agar kita dapat
mengerti masalah pembelajaran IPS sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat

9
Samana, Sistem Pengajaran, (Yogyakarta: Kanisius,1992), h.42

10
mendalami pula apa bagian-bagiannya, dan dapat memahami cara bagaimana masing-
masing bagian itu saling mencapai tujuan tertentu. Sesuai dengan yang dikatakan Jujun
(1975 : 6) bahwa, pendekatan sistem adalah cara berfikir, yaitu cara berfikir yang
menggunakan konsep sistem di mana objek yang ditelaah dideskripsikan secara
sistematis dan sistemik (menyeluruh). Menurut Roestiyah (1982 : 11), berfikir secara
sistem dimulai dengan menemukan sesuatu jawaban pada pertanyaan “untuk apakah hal
itu?”. Masalah ini sungguh-sungguh diharapkan untuk memberikan definisi tujuan
khusus atau indikator yang lebih mendetail. Hanya dengan mengidentifikasi tujuan
secara jelas, kita dapat menspesifikkan “ Apakah yang harus dikerjakan?”.

Kaufman (1972:2) mengatakan bahwa pendekatan sistem adalah proses yang


mana kebutuhan-kebutuhan diidenfifikasi, masalah-masalah dipilih, syarat-syarat
masalah diidentifikasi, pemecahan-pemecahan masalah dipilih dari beberapa alternatif,
metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil dievaluasi, dan revisi yang diperlukan
terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga
kebutuhan tersebut dapat tercapai.

Dengan demikian, diharapkan dengan pendekatan sistemik pada perencanaan


pembelajaran IPS, kita dapat pula memahami cara bagaimana masing-masing bagian itu
saling berinteraksi, saling berfungsi, dan saling bergantung di dalam suatu sistem untuk
mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pendekatan sistem


adalah sebagai suatu perangkat alat atau tehnik. Alat-alat itu berbentuk kemampuan
(abilitas) dalam: (1) merumuskan tujuan-tujuan secara operasional, (2) mengembangkan
deskripsi tugas-tugas secara lengkap dan akurat, dan (3) melaksanakan analisis-analisis
tugas. Alat-alat dan pendekatan rancangan sistem pembelajaran menunttpara guru agar
pembelajaran menyediakan kondisi-kondisi belajar bagi siswa. Jadi prinsip-prinsip
belajar merupakan petunjuk bagi guru dalam menata kondisi-kondisi belajar yang
efektif.

Menurut Hamalik (1990) pendekatan sistem pada dasarnya mengandung dua


aspek, yaitu: aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis adalah pandangan hidup
yang mendasari sikap si perancang sistem yang terarah pada kenyataan. Aspek proses

11
adalah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual. Oleh sebab itu, menurutnya
ada dua ciri pendekatan sistem pembelajaran, yaitu:

1. Pendekatan sistem merupakan suatu pendapat tertentu yang mengarah ke proses


belajar mengajar. Maksudnya adalah bahwa proses belajar dan mengajar
merupakan suatu penataan yang memungkinkan guru pada siswa berinteraksi satu
sama lain, untuk memberikan kemudahan bagi siswa belajar.
2. Penggunaan metodologi khusus untuk mendesain sistem pengajaran. Metodologi ini
terdiri dari prosedur sistematik perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan
penilaian keseluruhan proses belajar mengajar dan komunikasi. Penerapan
metodologi ini akan menghasilkan suatu sistem belajar yng memanfaatkan sumber-
sumber manusiawi dan secara efisien agar siswa belajar secara efektif. Dengan
demikian, pendekatan sistem merupakan suatu panduan dalam rangka perencanaan
dan penyelenggaraan pengajaran.10

Pendekatan sistem yang ditetapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai


dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan
perkembangan dalam psikologi belajar sistematik yang dilandasi dengan prinsip-prinsip
psikologi behavioristik dan humanistik.

Pola pendekatan sistem pembelajaran menurut Oemar Hamalik melalui beberapa


langkah, yaitu:

1. Identifikasi kebutuhan pendidikan (merumuskan masalah).


2. Analisis kebutuhan untuk mentransformasikan menjadi tujuan pembelajaran
(analisis masalah).
3. Merancang metode dan materi pembelajaran (pengembangan suatu pemecahan).
4. Pelaksanaan pembelajaran (eksperimental).
5. Menilai dan merevisi.

Pendekatan sistem pada pembelajaran bertujuan agar kita dapat mengerti


masalah pengajaran sebagai keseluruhan secara tuntas dan dapat mendalami pula pada
bagian-bagiannya. Selain itu diharapkan kita dapat memahami pula cara bagaimana

10
Farida Jaya, Perencanaan Pembelajaran IPS, ( Jalan M. Yakub Lubis no. 51 : CV. Gema Ihsani, 2018), h.
76

12
masing-masing bagian itu saling berinteraksi, saling berfungsi dan saling bergantung di
dalam sebuah sistem untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka dengan demikian,
tujuan utama sistem pembelajaran adalah keberhasilah siswa mencapai tujuan.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa untuk mencapai pembelajaran


efektif dan efisien dibutuhkan pengelolaan komponen pembelajaran secara baik. Dalam
pendekatan sistem bahwasannya untuk mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal
harus didukung dengan komponen pembelajaran yang baik yang meliputi tujuan, siswa,
guru, metode, media, sarana dan prasarana, lingkungan pembelajaran dan evaluasi.

Masing-masing komponen memberikan pengaruh terhadap keberhasilan


pembelajaran. Akan tetapi, dari beberapa komponen-komponen tersebut guru
merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran, karena guru bersifat dinamis,
sehingga dapat mengelola dan menggerakkan komponen-komponen yang lain. Oleh
karena itu, pemndekatan sistem pembelajaran adalah kumpulan dari sekian banyak
komponen yang saling berintegrasi, saling berfungsi secara kooperatif dan saling
mempengaruhi dalam rangka mewujudkan generasi-generasi yang berwawasan luas.11

Sistem pengelolaan dalam pembelajaran terkait bagaimana upaya guru


menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Kompentesi guru dalam membuat
rancangan atau perencanaan pendidikan, melaksanakan serta mengevaluasi suatu proses
pembelajaran, merupakan inti dari tugas seorang guru. Semua komponen pendidikan
dan pembelajaran terutama kurikulum akan sukses apabila guru mampu mengelolanya
dengan efektif. Unsur utama dalam perencanaan pembelajaran disusun dalam dokumen
yang terdiri dari program :

1. Tahunan
2. Program semester
3. Minggu efektif
4. Alokasi waktu
5. Silabus serta perencanaan pembelajaran

Perencanaan diperlukan untuk mempersiapkan rangkaian keputusan dalam


melaksanakan proses pembelajaran yang diarahkan kepada tercapainya tujuan yang

11
R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), h. 54-56

13
diharapkan. Berdasarkan hal diatas maka dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus
mampu memberikan pelayanan bagi peserta didik yang bersifat pembinaan, pengayaan
dan pengembangan kompentensi. Dalam hal ini peserta didik dan pendidik harus saling
menerima, menghargai, akrab, terbuka dan hangat sehingga pelaksanaan pembelajaran
terselenggara dalam kondisi aktif, kreatif, inovatif, menyenangkan, bermakna,
seimbang, terkait serta kesinambungan. Guru IPS khususnya harus mampu melakukan
pengelolaan pembelajaran secara optimal sesuai dengan pedoman dan prosedur
sehingga realita dilapangan sesuai yang diharapkan.

Implikasi kompentesi guru dalam pengelolaan sistem pembelajaran IPS adalah


sebagai berikut :

1. Untuk dapat melakukan sistem pengelolaan pembelajaran IPS guru harus


memperhatikan setiap komponen yang ada. Pada pengelolaan pembelajaran ada tiga
komponen yang harus dipenuhi agar pembelajaran mencapai tujuan yang telah
direncanakan, yakni tahap : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, sebaiknya guru harus aktif dalam
kegiatan MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) dan dilakukan dengan
berpedoman pada RPP yang dirumuskan berdasarkan (a) standar kompetensi (b)
kompetensi dasar (c) indikator (d) tujuan (e) materi (f) sumber belajar

Dalam penerapan sistem perencanaan pembelajaran pendidik tentunya akan


menemukan beberapa kendala dilapangan, yakni :

1. Kurangnya komitmen dalam proses pembuatan rencana.


2. Perencanaan tidak sesuai apa yang harusnya dibutuhkan.
3. Kurangnya informasi dalam pembuatan perencanaan.
4. Kejenuhan dalam mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik dengan hanya
merevisi dokumen pembelajaran setiap tahunnya hanya dilakukan dalam bentuk
merubah tahun ajarannya saja.
5. Karakteristik siswa yang beragam menyebabkan pengendalian dikelas kurang
efektif.

14
6. Kurangnya variatif metode pembelajaran yang menyebabkan kurang efektifnya
penyampaian materi.12

Ada beberapa manfaat dari pendekatan sistem dalam pembelajaran, yaitu:

1. Melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan


dengan jelas. Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan
sistem. Penentuan komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan
untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, segala usaha baik guru maupun siswa
diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2. Pendekatan sistem menuntut guru pada kegiatan yang sistematis. Berfikir secara
sistem adalah berfikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti
memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Sebab melalui langkah yang
sistematis kita dituntut untuk melakukan proses pembelajaran setahap demi setahap
dari seluruh rangkaian kegiatan, sehingga kemungkinan kegagalan dapat dihindari.
3. Pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala
potensi dan sumber daya yang tersedia. Sistem dirancang agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal. Dengan demikian berfikir sistematis adalah berfikir
bagaimana agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.
4. Pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui proses umpan balik
dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai
atau belum. Hal ini sangat penting, sebab mencapai tujuan merupakan tujuan utama
dalam berfikir sistematik.13

Adapun contoh perencanaan pembelajaran dengan pendekatan ilmiah dapat


dideskripsikan sebagai berikut.

1. Kegiatan pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

 Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.

12
Ibid., h. 60
13
Udin Syaefuddin, Perencanaan Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 41-45

15
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan
terkait dengan materi yang akan dipelajari.
 Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan
dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kd yang akan dicapai.
 Menyampaihkan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan
yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau
tugas.
2. Kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang


dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, emmotivasi
peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat
dan perkembangan fisik serta psikis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajtan, yang
meliputi proses observasi, menanya, mengumpulkan, mengumpulkan informasi,
asosiasi dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD yang
bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik
dapat melakukan pengamatan terhadap permodelan atau demostrasi oleh guru atau
ahli, peserta didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan
pemberian umpan balik dan latihan lanjutan kepada peserta didik.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkaita


dengan sikap, seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, tata aturan,
menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Sara
pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi,
misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum dan sebagainya.
Sebelum menggunakannya, peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan
menerapkannya.

Aplikasi dari kelima belajar yang menggunakan prinsip 5M, yaitu:

 Mengamati

16
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan:
melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik
untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat,
mendengar, membaca) hal yang penting dari suatu benda atau objek.
 Menanya
Dalam kehiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca.
Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaa-
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada
yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur atau pun hal lain yang
lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang
bersifat hipotetik. Dari situasi dimana peserta didik menggunakan pertanyaan
dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan
sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara
mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan
bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam
bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
 Mengumpulkan dan mengasosiasikan
Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca
buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti
atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya, yaitu
memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan
informasi lainnya.
 Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan
dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.
3. Kegiatan penutup

17
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri
membuat rangkuman atau simpulan pelajaran, melakukan penelitian atau refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajatan remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan memberikan tugas, baik tuga individu maupun kelompok
sesuai dengan hasil belajar peserta didik dan menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.

Hamid Darmadi selanjutnya menegaskan bahwa perencanaan persiapan


pembelajaran sesungguhnya bertujuan mendorong guru agar lebih siap melakukan
kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu, setiap akan
melakukan pembelajaran guru wajib melakukan persiapan, baik persiapan tertulis
maupun tidak tertulis. Dosa hukumnya bagi guru yang pembelajaran tanpa persiapan,
dan hal tersebut hanya akan merusak mental dan moral peserta didik.

Perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan


pembelajaran secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori
pembelajaran dan pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam
perencanaan ini kebutuhan dianalisis dari proses belajar dengan alur yang sistematik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi
terhadap materi pelajaran dan aktvitas-aktivitas pembelajaran.
2. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan
yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi
pembelajaran dan implementasinya terhadap strategi-strategi tersebut.
3. Perencanaan pembelajaran sebagai sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi
dari pengembangan, implementasi, evaluasi dan pemeliharaan akan situasi maupun
fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit dari
materi pelajaran dengan segala kompelsitasnya.

Mengacu pada berbagai sudut pandang tersebut, maka perencanaan program


pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut

18
dalam kurikulum. Penyusunan perencanaan program pembelajaran sebagai sebuah
proses, disiplin, ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi dalam pembelajaran
bertujuan agar pelaksanaa pembelajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.

Di samping itu, pendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan


pembelajaran suatu negara sangat tergantung kepada kebijaksanaan pemerintahan yang
sedang dilaksanakan. Karenanya adalah wajar jika timbul pendekatan yang berbeda-
beda antara beberapa negara dan bahkan dapat juga terjadi perbedaan dalam pendekatan
perencanaan antara berbagai periode pembangunan dalam satu negara. Dengan kata
lain, kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaanya
selalu dijadikan penuntun dan disebut juga sebagai kebijaksanaan awal perencanaan.

Dalam perencanaan kegiatan pembelajaran, pendidik perlu menentukan tujuan


yang jelas mengenai apa yang hendak dicapai dan mempertimbangkan alasan
pembelajaran itu, yakni alasan menyampaikan suatu pokok bahasan, sehingga arah
pekerjaan pendidik terarah dan efektif. Karenanya, pelajaran yang disajikan harus
mempunyai perencanaan, pengoreksian atau kesesuaiannya dengan rencana
pembelajaran. Jelasnya, tujuan seorang pendidik dalam membuat rencana pelajaran
adalah agar tercipta kondisi aktual sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran yang ditetapkan secara optimal, baik tujuan khusus maupun tujuan umum.

Meskipun demikian, ada sebagaian guru yang beranggapan bahwa pembelajaran


di kelas tidak perlu repot-repot menyiapkan bahan. Cukup dengan mengetahui sub
bahasan yang akan diajarkan dan berbekal kemampuan orasi, pembelajaran sudah
terlaksana. Ada pula yang bergantung sepenuhnya kepada Lembar Kerja Siswa (LKS)
yang cukup banyak digunakan dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 sekarang ini. Guru cukup membagikan LKS
dan menyuruh setiap siswa mengerjakan soal-soal lalu dikumpulkan tanpa dikoreksi dan
penjelasan setiap item soal. Fenomena ini merupakan gambaran nyata ketidakmampuan
atau mungkin ketidakpedulian para guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan
didasari perencanaan yang matang dan tepat.

Hal yang termasuk cukup penting dalam perencanaan pembelajaran adalah


pemilihan bahan ajar. Dalam pemilihan bahan ajar ada beberapa prinsip yang perlu

19
diperhatikan. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, konsistensi dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran
harus relevan atau ada kaitannya dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajengan. Jika kompetensi dasar harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dan membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Dengan
kata lain, materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.14

C. Pendekatan Sistem dalam Penyusunan Perencanaan Pembelajaran

Prinsip sistematis dan sistemik merupakan prinsip yang berawal dari pemikiran
bahwa penyusunan rancangan pembelajaran merupakan bagian dari sebuah sistem. Oleh
karena itu, dalam penyusunan rancangan juga perlu disusun secara sistematis.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagai
dimaksud meliputi :

1. Mengamati
2. Menanya
3. Eksperimen/explore
4. Mengasosiasi
5. Mengkomunikasikan

Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik. Proses
tersebut mungkin saja terjadi akibat stimulus dari luar yang diberikan guru, teman,
lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat stimulus dari dalam diri peserta
didik terutama disebakan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi
sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu
mengembangkan kedua stimulus pada diri setiap peserta didik. Didalam pembelajaran,
peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya
menjadi kompetensi. Guru menyedian pengalaman belajar bagi peserta didik untuk
melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi

14
Ibid. h. 55-68

20
yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang diterapkan dalam dokumen kurikulum
atau lebih. Pengalaman belajar tersebut dapat semakin lama semakin meningkat menjadi
kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang
hayat.

Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap, pengetahuan,


dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar
lain tergantung dari sifat muatan yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan
selalu menjadi unsur penggerak untuk mengembangkan kemampuan lain.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,


inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik agar berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan


mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah
ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan zaman, tempat dan waktu ia hidup.15

Langkah-langkah penyusunan rencanaan pembelajaran, yaitu:

1. Mencantumkan identitas

Identitas terdiri dari; nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indokator dan alokasi waktu. Yang perlu
diperhatikan adalah:

 RPP boleh disusun untuk satu kompetensi dasar.


 Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dikutip dari silabus.
 Indokator merupakan:
- Ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa
peserta didik telah mencapai kompetensi dasar.

15
Farida jaya, Perencanaan Pembelajaran IPS, ( Jalan M. Yakub Lubis no. 51 : CV. Gema Ihsani, 2018), h.
78

21
- Penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
- Dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidik
dan potensi daerah.
- Rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan dapat di
observasi.
- Digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
 Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dan
dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan.
2. Merumuskan tujuan pembelajaran

Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran bila


pembelajaran dilakukan lebih dari satu pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran
juga dibedakan menurut waktu pertemuan, hingga tiap pertemuan dapat memberikan
hasil.

3. Menentukan materi pembelajaran

Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari


indikator, misalnya: indikator, siswa dapat membaca lambang atau simbol dalam
peta kabupaten atau kota provinsi di lingkungan tempat tinggalnya dengan
menggunakan skala sederhana. Materi pembelajaran: membaca peta lingkungan
setempat (kabupaten, kota dan provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

4. Menentukan metode pembelajaran

Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula


diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada
karakteristik pendekatan yang dipilih. Karena itu pada bagian ini cantumkan
pendekatan pembelajaran dan metode yang di integrasikan dalam kegiatan
pembelajaran siswa:

- Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya pendekatan proses,


kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah dan sebagainya.

22
- Metode-metode yang digunakan, misalnya ceramah, inkuuiri, observasi,
tanya jawab, learning dan sebagainya.
5. Menetapkan kegiatan pembelajaran

Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah


kegiatan setiap pertemuan yang memuat unsur kegiatan pendahuluan atau pembuka,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi
pada setiap unsusr kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

- Kegiatan pendahuluan
Orientasi : memutuskan perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan,
dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan ilustrasi,
membaca surat kabar, menampilkan slide dan sebagainya.
Apersepsi : Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa
bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi dan
sebagainya.
Pemberian acuan : pemberian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme
pelaksanaan pengalaman belajar.
- Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat
mengkonstruksikan ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-
masing langkah tersebut di susun sedemikian rupa agar peserta didik dapat
menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan
pembelajaran dan indikator.
- Kegiatan penutup
Guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman atau simpulan.
Guru memberikan hasil belajar siswa. Dapat dengan tes tertulis, lisan atau
meminta siswa mengulang kemballi simpulan yang telah disusun atau
dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil ±25% sebagai sample.
Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan
diluar kelas, rumah atau tugas sebagai remidi atau pengayaan.
6. Memilih sumber belajar

23
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus
yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
nada sumber, alat dan bahan. Sumber belajar mencakup sumber belajar lingkungan,
media, narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih
operasional dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya:
sumber belajar yang sebenarnya. Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul
buku teks tersebut, pengarang dan halaman yang diacu.

7. Menunjukkan penilaian

Penilaian diajarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen dan intrumen


yang dipakai.

Fungsi RPP dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana


pembelajaran, sehingga dapat berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran agar lebih terarah dan berjalan efektif dan efisien.16

16
R. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2010), h. 84

24
BAB III

Penutup

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah adanya suatu
kesatuan dari beberapa komponen, dimana fungsi komponen itu tidak terpisah satu sama
lain, melainkan saling berinteraksi, berinterelasi dan berintegrasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Karena setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan setiap kegiatan dari
komponen-komponen diarahkan untuk menuju tercapainya tujuan tersebut.

Pendekatan sistem adalah proses yang mana kebutuhan-kebutuhan diidenfifikasi,


masalah-masalah dipilih, syarat-syarat masalah diidentifikasi, pemecahan-pemecahan
masalah dipilih dari beberapa alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil
dievaluasi, dan revisi yang diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut
dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga kebutuhan tersebut dapat tercapai.

Dengan demikian, diharapkan dengan pendekatan sistemik pada perencanaan


pembelajaran IPS, kita dapat pula memahami cara bagaimana masing-masing bagian itu
saling berinteraksi, saling berfungsi, dan saling bergantung di dalam suatu sistem untuk
mencapai tujuan tertentu.

Daftar Pustaka

25
Agus Rasoki (2000), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta : PT Erlaga.

Hamzah B. Uno (2012), Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Farida Jaya (2018), Perencanaan Pembelajaran IPS, Jalan M. Yakub Lubis no. 51 :
CV. Gema Ihsani.

Mubiar Agustin (2001), Sistem Pembelajaran, Bandung: PT . Reflika Aditama.

R. Ibrahim (2010), Perencanaan Pengajaran, Jakarta : PT Rineka Cipta.

Samana (1992), Sistem Pengajaran, Yogyakarta: Kanisius.

Udin Syaefuddin (2009), Perencanaan Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Wina Sanjaya (2008), Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta:


Kencana.

26

Anda mungkin juga menyukai