Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mandiri (3)

PEMBELAJARAN TERPADU

Dosen Pengampuh : Dr. Marien Pinontoan, M.Pd

Oleh:
Like Aprilia Kaunde
(21105096)
Kelas 4F

PRODI PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2023
KEGIATAN PENDAHULUAN DALAM PEMBELAJARAN TERPADU

A. MAKNA KEGIATAN PENDAHULUAN


Kegiatan pendahuluan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dengan
komponen-komponen pembelajaran lainnya. Kegiatan pendahuluan pada dasarnya
merupakan kegiatan yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan
sebuah pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan
suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru
menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek
kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Melalui kegiatan ini, siswa akan termotivasi untuk aktif berbicara dan mengeluarkan
pendapatnya sehingga pada akhirnya akan muncul rasa ingin tahu dari setiap anak.
Dengan demikian, melalui kegiatan pendahuluan siswa akan tergiring pada kegiatan inti
baik yang berkaitan dengan tugas belajar yang harus dilakukannya maupun berkaitan
dengan materi ajar yang harus dipahaminya.

B. BENTUK KEGIATAN PENDAHULUAN


Kegiatan menyiapkan siswa yang langsung berkaitan dengan materi yang akan dibahas
disebut kegiatan awal pembelajaran. Sementara itu kegiatan yang tidak langsung
berkaitan dengan materi atau kompetensi yang akan dibahas disebut kegiatan pra
pembelajaran.
Kegiatan utama yang perlu dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini
diantaranya, yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif,
memberi acuan, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception) dan penilaian awal (pre-
test).
Kegiatan pendahuluan seperti sebagai berikut:
1. Penciptaan Kondisi Awal Pembelajaran
Proses pembelajaran terpadu akan berhasil dengan baik apabila guru sejak awal dapat
mengondisikan kegiatan belajar secara efektif. Upaya yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan kondisi awal pembelajaran yang efektif tersebut misalnya:
a. Mengecek atau memeriksa kehadiran siswa (presence, attendance)
Sebelum kegiatan inti pembelajaran dimulai sebaiknya guru mengecek atau
memeriksa terlebih dahulu kehadiran siswa. Jika jumlah siswa dalam satu kelas
terhitung banyak maka perlu cara yang lebih praktis agar tidak terlalu menyita
atau menghabiskan waktu, salah satu cara yang dapat dilakukan guru adalah
dengan menanyakan atau meminta siswa yang hadir di kelas untuk menyebutkan
siswa yang tidak hadir, kemudian guru menanyakan alasan ketidakhadiran siswa
yang tidak hadir tersebut.
b. Menumbuhkan kesiapan belajar siswa (readiness)
Kesiapan belajar siswa merupakan salah satu prinsip belajar yang sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Ada beberapa alternatif yang dapat
dilakukan guru dalam menciptakan kesiapan belajar siswa, khususnya yang
dilakukan pada awal pembelajaran diantaranya:
1) Membantu atau membimbing siswa dalam mempersiapkan fasilitas dan
sumber belajar yang diperlukan dalam kegiatan belajar.
2) Menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan konstruktif dalam kelas.
3) Menunjukkan sikap penuh semangat (antusiasme) dan minat mengajar
yang tinggi.
4) Mengontrol (mengelola) seluruh siswa mulai dari awal pembelajaran.
5) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta minat dan perhatian siswa.
6) Menentukan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa dapat
melakukannya.
c. Menciptakan suasana belajar yang demokratis
Sejak saat awal pembelajaran, siswa harus sudah mulai diarahkan pada suatu
kondisi atau suasana belajar yang demokratis dalam rangka menumbuhkan
keaktifan siswa dalam belajar. Suasana yang demokratis dalam pembelajaran
terpadu akan menumbuhkan keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan,
keberanian untuk bertanya, keberanian berpendapat atau mengeluarkan
ide/gagasan, dan keberanian memperlihatkan unjuk kerja (performance). Untuk itu
guru hendaknya mengembangkan kegiatan awal pembelajaran yang
memungkinkan siswa merasa bebas, sukarela, tidak merasa ditekan atau dipaksa
dalam belajar.
d. Membangkitkan motivasi belajar siswa
Motivasi merupakan motor penggerak aktivitas belajar. Motivasi belajar siswa
berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai oleh siswa. Bila siswa yang
sedang belajar menyadari bahwa tujuan yang hendak dicapai berguna atau
bermanfaat baginya maka motivasi belajarnya akan muncul dengan kuat. Motivasi
belajar seperti intrinsik atau motivasi internal. Motivasi ekstrinsik atau motivasi
eksternal merupakan motivasi belajar dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu
(pujian, hadiah). Motivasi intrinsik disebut pula motivasi murni. Guru harus
berusaha memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa di awal kegiatan
pembelajaran terpadu. Umpamanya dengan cara menjelaskan kaitan tujuan
pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa. Memunculkan motivasi
ekstrinsik dapat dilakukan antara lain dengan cara memberikan penguatan seperti
memberi pujian atau hadiah, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan,
atau memberi nasihat.
e. Membangkitkan perhatian siswa
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu
objek yang dipelajari. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar
makin baik, dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu sejak awal
pembelajaran terpadu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat
kepada pelajaran.

2. Memberi Acuan
Dalam kaitan dengan kegiatan awal pembelajaran, memberi acuan diartikan sebagai
upaya guru dalam menyampaikan secara spesifik dan singkat gambaran umum
tentang hal-hal yang akan dipelajari dan kegiatan yang akan ditempuh selama
pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam memberi
acuan, diantaranya sebagai berikut:
a. Memberitahukan tujuan (kemampuan) yang diharapkan atau garis besar materi
yang akan dipelajari
Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru sebelum membahas pelajaran
adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang diharapkan dikuasai
siswa setelah pembelajaran dilakukan atau garis besar materi yang akan dipelajari
untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
b. Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh siswa
Kegiatan lain yang dapat dilakukan di awal pembelajaran adalah menjelaskan
alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan di awal pembelajaran adalah
menjelaskan alternatif kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Dalam tahapan
ini, guru juga perlu menyampaikan pada siswa tentang kegiatan belajar yang
bagaimana yang harus ditempuh siswa untuk menguasai kemampuan tersebut atau
dalam mempelajari teman, topik, atau materi pembelajaran terpadu. Misalnya, jika
dalam pembelajaran akan digunakan diskusi maka guru harus menyampaikan
teknik atau langkah-langkah yang akan ditempuh siswa selama kegiatan diskusi.
Jika dalam proses pembelajaran akan digunakan metode eksperimen maka guru
harus menyampaikan teknik atau langkah-langkah eksperimen yang akan
ditempuh. Jika pembelajaran akan berlangsung dengan kerja kelompok maka guru
membentuk kelompok dan menyampaikan teknik atau prosedur kerja kelompok
tersebut.

3. Membuat Kaitan (Melaksanakan Apersepsi)


Kegiatan membuat kaitan pada awal pembelajaran biasanya dikenal dengan
melakukan apersepsi. Dengan kata lain, apersepsi itu pada dasarnya yaitu
menumbuhkan tanggapan-tanggapan lama yang telah dimiliki siswa sebelum
memberikan bahan baru, atau menerima tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan
tanggapan-tanggapan lama. Atau dengan kata lain apersepsi menekankan pada upaya
guru dalam menghubungkan materi pelajaran yang sudah dimiliki oleh siswa dengan
materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Berikut ini beberapa cara diantaranya yang dapat dilakukan guru dalam membuat
kaitan atau melakukan apersepsi:
a. Mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari
sebelumnya.
b. Menunjukkan manfaat materi yang dipelajari.
c. Meminta siswa mengemukakan pengalaman yang berkaitan dengan materi yang
akan dibahas.

4. Melaksanakan Tes Awal


Tes awal atau pre-test dilaksanakan untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana
materi akan bahan pelajaran yang akan dipelajari sudah dikuasai oleh siswa. Informasi
ini akan digunakan oleh guru untuk menentukan dari mana pembahasan materi baru
akan dimulai.

Anda mungkin juga menyukai