Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BELAJAR MOTORIK

DISUSUN OLEH:
NAMA:Muhammad Alfarishi(A1H121208)
PRODI:PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
DOSEN PENGAMPU:Bangkit Yudho Prabowo,M.Or
UNIVERSITAS JAMBI
2022
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Anak-anak mendapat tempat istimewa dalam masyarakat karena mereka yang akan menjadi
generasi penerus. Untuk hal itu maka perkembangan anak juga harus mendapat perhatian yang
khusus demi masa depan yang baik, dalam hal sekecil apapun kita melakukan atau mengajarkan
proses belajar yang salah maka stimulus respon mereka juga akan negatif .“Belajar merupakan
perubahan perilaku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu tertentu dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan (Gagne,1989)”. Dan proses belajar anak dapat mereka
lakukan di mana saja (sumber belajar).
Dan banyak sekali pada kondisi saat ini keluarga,lingkungan itu tidak memahami proses
pertumbuhan anak. Banyak anak yang ditekan dan ditarik kedalam proses yang belum
seharusnya mereka lakukan (demi kepuasan orang tua). Contoh: anak usia sekitar 5-8 tahun yang
seharusnya masih banyak bergerak tapi mereka di hadapkan pada jadwal bimbel. Memang hal itu
ada dampak positifnya demi perkembangan kognitifnya. Tapi dampak pada yang akan datang,
anak itu akan mulai bosan dengan materi belajar disekolah dan keterampilan geraknya tidak
dapat maksimal atau otomatisasi gerak anak tidak dapat berkembang . Padahal manusia
mempunyai gerak dasar yaitu:Lokomotor,Nonlokomotor,Manipulasi. Jika anak tidak melakukan
belajar atau tidak mengasah gerak dasar ini, apa yang akan terjadi?tetap saja anak tidak akan
tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Demi memaksimalkan anak dalam belajar motoriknya,” Belajar motorik sebagai peningkatan
dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau
diperoleh dari pengalaman,dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer dan
fluktuasi fisiologis” (Rahantoknam,1988). Karena proses ini sangat mendasar maka perlu di
lakukannya suatu hal yang dapat meningkatkan belajar motorik hingga ketempilan gerak anak
dapat berkembang.
Untuk meningkatkan belajar motorik anak juga perlu didasari dengan teori yang ada dan sebuah
penelitian langsung terhadap proses belajar motorik anak. Untuk mengetahui hasilnya dengan
valid.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kemampuan gerak dasar?
2. Bagaimana perkembanganfasegerak?
3. Bagaimana perkembanganketerampilan gerak?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami bagaimana cara menigkatkan proses pembelajaran gerak anak
2. Dapat memahami bagaimana cara menigkatkan kemampuan gerak dasar anak
3. Dapat memahami bagaimana cara mrningkatkan pembelajaran keterampilan gerak anak

2. PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan kemampuan gerak dasar.

Gerak dasar fundamental mulai dapat dilakukan oleh seseorang sebagian pada masa bayi dan
sebagian pada masa kanak-kanak.
Terdapat tiga gerakdasar utama yang melekat pada setiap individu yaitu: a) gerak
lokomotor,b)gerak nonlokomotor,c) gerak manipulatif.

Penelitian gerak dasar anak


a. Gerak lokomotor
Anak umur 8 bulan dia melihat suatu benda yang menarik perhatiannya tapi tidak terjangkau
oleh tangannya, dia akan mulai menggerakkan tubuhnya atau mengtengkurapkan badannya dan
berusaha menggapainya dengan cara kakinya mencari tumpuan agar badannya dapat maju dan
menggapai benda tersebut atau dia dapat merangkak maju (jika sudah merangkak). Penelitiannya
memberikan sebuah objek/ bentak yang berwarna cerah yang dapat menarik perhatiannya untuk
melihat bagaimana dia merespon dan melakukan gerakan untuk bisa menggapainya.
Tapi jika anak berusia 2 tahun akan terlihat gerak lokomotornya ketika dia berjalan dan menemui
sebuah lubang dia akan meloncatinya. Penelitiannya anak disuruh atau memberi permainan
untuk meloncati bentuk petak-petak yang sudah dibuat, dan ada lagi anak disuruh loncati garis
yang sudah dibuat. Maka dari situlah akan terlihat gerak lokomotor anak
b. Gerak nonlokomotor
Bayi yang baru lahir juga pasti akan bisa menekuk tangannya ketika tangannya mencoba untuk
bergerak mengusap wajahnya. Dan hari ke hari berikutnya bayi juga akan menekukkan kakinya
untuk gerakan menendang pada dia mandi,menangis,dan tidur
c. Gerak manipulasi
Untuk gerakan yang terakhir ini adalaha yang istimewa karena gerak manipulasi yang
memadukan gerak lokomotor dan gerak manipulasi, contoh: seorang anak yang sedang
mendrible bola basket.Dia akan memerlukan koordinasi mata tangan atau bagian tubuh yang
lain.
Pada anak usia 2-4 tahun diberi bola basket kemudia mereka akan penasaran dengan bola
tersebut karena disaat bola di jatuhkan kebawah bola tersebut akan kembali lagi keatas, maka
anak akan memantul-mantulkan bola secara terus menerus dan bisasaja anak berlari sambil
memantul-mantulkan bola basket tersebut.

2.2 Perkembangan fase belajar gerak

Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu:
1) Tahap pembentukan rencana
2) Tahap latihan
3) Tahap pelaksanaan.
Schmidt,(1988) mengutip pendapat Fitts dan Posner yang menyatakan bahwa belajar
keterampilan motorik berlangsung mmelalui beberapa fase,yaitu
1) Fase kognitif
2) Fase fiksasi (asosiasi)
3) Fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap penguasaan,penghalusan
dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.

. Proses Kognitif
Skema Menurut Piaget (1954), saat bayi atau anak mencoba untuk membangun
pemahaman tentang dunia,otak yang sedang berkembang menciptakan skema tersebut. Hal ini
adalah tindakan atau reperentasi mental yang mengorganisasi pengetahuan. Dalam teori
Piaget,skema perilaku (aktivitas fisik) membedakan masa bayi dan perkembangan skema mental
(aktivitas kognitif) pada masa kanak-kanak (Lamb,Bornstein,&Teti,2002). Sebuah skema bayi
terstruktur oleh tindakan-tindakan sederhana yang dapat dilakukan terhadap sebuah obyek,seperti
mengisap,melihat,dan menggenggam. Anak-anak yang lebih tua memiliki skema yang meliputi
strategi dan rencana untuk memecahkan masalah. Pada saat ini, kita telah mencapai masa
dewasa,kita telah membangun sejumlah besar skema yang beragam mulai dari mengetahui
bagaimana mengendarai mobil hingga menyeimbangkan anggaran hingga memahami konsep
keadilan.
. Asimilasi dan Akomodasi
Untuk menjelaskan bagaimana anak-anak menggunakan dan mengadaptasikan skema
mereka,Piaget menawarkan dua konsep, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika
anak-anak menggunakan skema mereka yang sudah ada untuk berurusan dengan informasi atau
pengalaman. Akomodasi terjadi ketika anak-anak menyesuaikan diri dengan skema mereka
untuk mempertimbangkan informasidan pengalaman baru.
Pikirkan tentang seorang anak usia (1-3tahun) yang telah mempelajari kata mobil untuk
mengidentifikasi mobil keluarga.tersebut mungkin menyebut semua kendaraan yang bergerak di
jalan sebagai “mobil”,termasuk sepeda motor dan truk, anak itu telah mengasimilasi objek-objek
tersebut ke dalam skemanya yang telah ada. Akan tetapi, anak tersebut segera belajar bahwa
motor dan truk bukanlah mobil dam menyelaraskan kategori untuk mengecualikan sepeda motor
dan truk,sehingga mengakomodasikan skema tersebut.
Asimilasi dan Akomodasi berfungsi bahkan pada bayi yang sangat muda. Bayi yang baru
lahir secara refleks mengisap semua hal yang menyentuh bibir mereka, mengasimilasikan segala
macam objek kedalam skema mengisap mereka. Dengan mengisap objek yang berbeda, mereka
belajar tentang selera,tekstur,bentuk dan sebagainya. Namun demikian,setelah pengalaman
beberapa bulan, mereka membangun pemahaman mereka tentang dunia secara berbeda.
Beberapa objek, seperti jari dan payudara ibu dapat diisap dan objek lainnya seperti selimut bulu
tidak boleh diisap. Dengan kata lain, mereka megakomodasi skema megisap mereka merupakan
bagian intergral dan perkembangan. Seorang anak laki-laki yang hanya memiliki gagasan yang
samar tentang bagaimana menggunakan palu juga mungkin memiliki gagasan yang samar
mengenai bagaimana menggunakan alat-alat lain. Setelah mempelajari dengan penggunaan-
penggunaan tersebut,mengorganisasi pengetahuannya.
Menurut Piaget, anak-anak terus menerus megasimilasi dan mengakomodasi saat mereka
mencari ekuilibrium. ada gerakan yang cukup besar antara keadaan-keadaan ekuilibrium dan
disekuilibrium kognitif sebagai asimilasi dan akomodasi yang bekerja sama untuk menghasilkan
perubahan kognitif. Ekuilibrium adalah nama yang diberikan Piaget pada mekanisme ini, ketika
anak bergerak ketahap berikutnya.
. Tahap Sensorik-motorik
Tahap sensorik-motorik berlangsung sejak lahir hingga sekitar usia 2tahun. Pada tahap ini, bayi
mengembangkan pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensoris
(seperti melihan dan mendengar) dengan tindakan-tindakan motorik fisik-sehingga diistilahkan
“sensoris-motorik”. Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki lebih sedikit refleks yang
bekerja. Pada akhir tahap sensoris-motorik,anak berusia 2 tahun dapat menghasilkan pola yang
kompleks dan menggunakan simbol-simbol primitif.
2.3 Perkembangan keterampilan motorik
keterampilan motorik dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut pandang. Pada bagian ini akan
dikaji klasifikasi keterampilan motorik berdasarkan kecermatan gerak,awal dan berakhirnya
suatu kegiatan,stabilitas lingkungan,gerak obyek dan lingkungan,dan keterasingan terhadap suatu
keterampilan.

(1) Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerak


a). keterampilan motorik kasar
Dalam keterampilan motorik kasar ini anaksering menggunakannya dalam kegiatan sehari hari
berjalan,berlari,memukul dan sebagainya. Keterampilan motorik kasar ini sangat berkaitan
dengan otot-otot besar yang ada pada dalam tubuh manusia. Dan hampir untuk keterampilan
olahraga itu saat berdominan memakai otot-otot besar tapi juga masih ada keterampilan motorik
halusnya untuk penyesuaian diri. Maka sebab itu olahraga sebagai kelompok keterampilan
motorik kasar.
b). Keterampilan motorik halus
Keterampilan gerak halus lebih menunjukkan kepada kualitas gerak yang lembut. Kunci
keberhasilan keterampilan motorik halus ini salah satunya ditentukan oleh koordinasi
Ineuromusculer, anak akan menggunakan keterampilan motorik halus ini
ketika :menulis,menggambar dll. Semua gerak yang melibatkan otot-otot kecil/halus.

(2) Klasifikasi Berdasarkan titik awal dan akhir gerak


a). keterampilan motorik diskrit
Sebagai perkembangan keterampilan motorik diskrit akan terlihat dalam renang yaitu pada saat
melakukan loncat indah,dan ada juga pada gerakan senam lantai mengguling kedepan sekali.
Karena gerakan ini di lakukan sangat cepat dan perlu dukungan kemampuan kognitif.
b). Keterampilan motorik serial
keterampilan motorik serial merupakan gabungan dari beberapa keterampilan motorik
terputus yang dilakukan secara berulang-ulang. Poulton (1966) dan travers (1977), berdasarkan
penelitiannya menyimpulkan,penampilan akan menjadi efektif apabila situasi yang diantisipasi
dan penyesuaian diri dipersiapkan(dalam singer,1980).
3.1 Belajar Motorik Merupakan Suatu Proses
Dalam psikologi kognitif dijelaskan bahwa sebuah proses adalah
seperangkat kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersama-sama, dan
mengasilkan beberapa perilaku tertentu. (Schmidt, l988). Dalam belajar motorik
pun juga demikian, di dalamnya terlibat sutu proses yang menyebabkan
terjadinya perubahan dalam perilaku motorik sebagai hasil latihan. Oleh karena
itu fokus dari belajar motorik adalah terjadinya perubahan dalam organisme yang
memungkinkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda (lebih baik) dari keadaan
sebelum berlatih. Lutan (1988) mengemukakan bahwa proses belajar motorik
dipengaruhi oleh dua macam kondisi yaitu: kondisi internal dan eskternal. Kondisi
internal meliputi karakteristik yang melekat pada diri siswa, seperti kepribadian,
inteligensi, tipe tubuh, motivasi, atau atribut lainya yang membedakan seseorang
dengan yang lain. Kondisi eksternal adalah suatu keadaan di luar diri si belajar
(siswa) yang memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap terjadinya penguasaan keterampilan motorik.

3.2 Belajar Motorik adalah Hasil Latihan.


Perubahan perilaku motorik yang berupa keterampilan dipahami sebagai hasil dari latihan dan
pengalaman. Belajar dan latihan dapat dilihat sebagai proses yang menghasilkan kemampuan
respons. Rahantoknam (l986) menjelaskan hasil belajar diperoleh dari kondisi latihan atau
pengalaman, bukan karena proses kematangan dan fluktuasi fisiologis,Kapabilitas Bereaksi
Merupakan Hasil Belajar Motorik,Secara umum dapat dinyatakan tujuan belajar atau latihan
adalah untuk memperkuat atau memantapkan sejumlah perubahan yang terdapat pada kondisi
internal.
Kondisi internal ini biasa disebut dengan istilah kebiasaan. Istilah kapabilitas penting sekali
maknanya karena berimplikasi pada suatu keadaan berikut: Apabila telah terjadi suatu kebiasaan,
dan kebiasaan itu kuat,keterampilan akan dapat diperagakan selama situasi yang ada mendukung.
3.3 Hasil Belajar Motorik Relatif Permanen.

Proses belajar selalu menghasilkan perubahan yang relatif permanen, dan akan bertahan dalam
waktu yang relatif lama. Dan hal ini merupakan salah satu ciri dari belajar motorik. Salah satu
dari tujuan belajar motorik selain untuk menguasai materi keterampilan yang dipelajari, juga
agar keterampilan yang telah dikuasai tetap dapat dipertahankan. Karena keterbatsan
kemampuan manusia maka diperlukan latihan untuk tetap mempertahankan hasil latihan yang
telah diperoleh sebelumnya. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa hasil belajar itu bersifat
relatih permanen sehingga keterampilan motorik akan tetap dapat dikuasai selama yang
bersangkutan tetap berlatih untuk menjaga dan mempertahankan kondisi yang telah dimiliki.
Keterbatasan yang dimiliki manusia tersebut terbukti dengan munculnya teori lupa yang
menjelaskan, bahwa kemampuan manusia untuk mengingat sangat terbatas dan makin lama
makin berkurang, bahkan bisa hilang atau lupa sama sekali (Schmidt, l988).

(1). Pada pendidikan jasmani dan olahraga,siswa berkesempatan untuk memahami kondisi aktual
diri siswa sendiri secara fisik, mental, sosial, dan keterampilan gerak sebagai potensi yang dapat
dibina dan dikembangkan untuk menunjang kehidupannya dimasa yang akan datang. Hematnya
bahwa pendidikan jasmani dan olahraga bermaksud untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Budi et.al., 2019; Alif Nurzaqi,
2015; Rink & Hall,2008). Pada domain kognitif peserta didik diharapkan mampu mengetahui
dan memahami (Khiyarusoleh, 2016) tentang materi pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini
penting karena dengan mengetahui serta memahami materi penjas secara teoritis diharapkan
akan membantu peserta didik dalam pelaksanaan praktisnya. Kemudian pada domain afektif,
peserta didik harus bisa menampilkan sikap positif dalam pembelajaran pendidikan jasmani
(Rohmat nurjaya, 2016) seperti menghargai teman, kerjasama, percaya diri, terlibat aktif dalam
pembelajaran, dan lain sebagainya. Pada domain ini juga keterampilan sosial peserta didik akan
berkembang karena dalam pembelajaran pendidikan jasmani hubungan sosial antar peserta didik
harus terjalin dengan baik. Sedangkan pada domain psikomotor, peserta didik lebih ditekankan
pada pengembangan bahkan penguasaan gerak dan keterampilan motorik (Utama Bandi, 2011).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani
dan olahraga adalah model pembelajaran kooperatif. Pada model pembelajaran kooperatif
terdapat lima bentuk strategi belajar yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team
Games Tournament (TGT), Team Assisted Instruction (TAI), Jigsaw, dan Group Investigation
(Slavin, 2015). Dalam tulisan ini digunakan strategi Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dan Jigsaw untuk dilihat perbedaan hasilnya pada materi pembelajaran senam lantai di
Sekolah Dasar. Permasalahan yang ada menunjukkan bahwa pada umumnya guru pendidikan
jasmani menggunakan model pembelajaran langsung. Ditambah lagi dengan tingkat
keterampilan motorik siswa yang heterogen. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran keterampilan motorik antara lain, faktor individu siswa itu sendiri, lingkungan
tempat belajar, fasilitas atau alat pemeblajaran, dan gurunya (Fajar, 2017). Kemudian
keterampilan motorik anak Sekolah Dasar berdasarkan status ekonomi keluarga sudah diteliti
oleh Rohmatin & Wulan, (2019) dengan hasilnya yang menunjukkan bahwa siswa kelas Sekolah
Dasar yang status ekonomi keluarganya menengah memiliki kemampuan koordinasi mata-kaki
tergolong dalam kategori sedang.
METODE
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Desain
penelitian yang digunakan adalah Pre-Experimental Design. Dalam penelitian ini digunakan
model pembelajaran kooperatif strategi Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk
kelompok eksperimen dan strategi Jigsaw untuk kelompok kontrol.

Teknik Pengumpulan Data


Instrumen pertama yang digunakan untuk mengukur keterampilan motorik siswa Sekolah Dasar
adalah Johnson Fundamental Skills Test (Johnson, 1962). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan tes rangkaian gerak senam lantai untuk siswa Sekolah
Dasar yang diadopsi dari federasi senam internasional Menerapkan model rangkaian gerak
senam yang dikembangkan dari gerakan-gerakan senam ritmik menurut federasi senam
internasional/Federation Internationale de Gymnastique (FIG).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga materi senam lantai adalah
sebesar 2,9 dengan simpangan baku sebesar 0,79. Sedangkan skor rata-rata kelompok siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif strategi Jigsaw adalah sebesar 2,6 dengan
simpangan baku sebesar 1,08.

Rokhayati, A. (2016). Implementasi Pendekatan Taktis dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani


Terhadap Motivasi, Kebugaran Jasmani dan Kemampuan Motorik. Jurnal Pendidikan Jasmani
dan Olahraga. https://doi.org/10.17509/jpjo.v1i2.5664 Setiawan, A. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif dan Kemampuan Motorik Terhadap Hasil Belajar Senam Lantai Siswa
SD. Universitas Pendidikan Indonesia. Setiawan, A. (2017). Hubungan Authentic Assessment
Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Jasmani. JUARA : Jurnal Olahraga.
https://doi.org/10.33222/ juara.v2i2.41 Slavin, R. E. (2015). Halus Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia. https:// doi.org/10.21831Suroso,
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/ batang/UU_20_2003.pdf
(2). Pembelajaran pada hakikatnya merupakan upaya untuk menjadikan peserta didik belajar.
Proses belajar motorik tak dapat dipisahkan dari proses mengajar motorik dalam pendidikan
jasmani. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special
needs) memang tidak selalu mengalami masalah dalam proses pembelajarannya. Ketika
berinteraksi dengan anak-anak seumurannya ada masalah-masalah tertentu yang harus
mendapatkan perhatian khusus guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
(Widati dan Murtadlo, 2007:261) berpendapat bahwa tunagrahita adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh kendala ketrampilan
selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, antara lain
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Sebagaimana disebutkan N. Kephart (dalam
Lemer 1988; 276) bahwa kesulitan dalam belajar bagi anak tunagrahita terjadi karena respon
motorik anak tidak berkembang kedalam pola-pola motorik,akibatnya ketrampilan motorik anak
tunagrahita rendah dan sesekali kurang bervariasi.
Faktor-faktor yang terjadi pada anak tunagrahita tersebut sangat memerlukan kegiatan yang
berkaitan dengan kesehatan diri dan jasmani, misalnya dengan latihan yang dapat meningkatkan
ketrampilan gerak melalui gerakan-gerakan dasar fundamental yaitu sebuah gerakan yang harus
dipelajari dalam pendidikan anak tunagrahita. Salah satu gerakan fundamental adalah gerakan
manipulatif. Menurut Delphie (2006:27) “gerakan manipulatif adalah gerakan yang memerlukan
adanya koordinasi dengan ruang dan benda yang ada disekitarnya”. Gerak manipulatif akan
terjadi bila tersedianya alat atau benda yang akan dipergunakan untuk kegiatan yang berkaitan
dengan gerak manipulatif. Permainan tradisional merupakan salah satu bentuk permainan yang
dapat di belajarkan kepada anak luar biasa. Prosedur atau tata cara pembelajaran permainan
tradisional secara hakiki mengacu pada prinsip dasar pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.
Salah satu permainan tradisional yang banyak melibatkan ketrampilan gerak misalnya permainan
kasti, salah satu permainan yang dapat melatih dan meningkatkan ketrampilan gerak manipulatif
anak.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen berupa prepost test
design, yaitu cara penelitian dengan mengumpulkan data dari variabel terikat (tes kemampuan
motorik kasar anak tunagrahita ringan) dan variabel bebas (pengulangan teknik permainan kasti).
Populasi dalam penelitian ini adalah anak SLB N Ungaran. Sampel dalam penelitian ini adalah
sampel acak karena tidak mengambil seluruh anak tunagrahita untuk di teliti yaitu berjumlah 7
anak. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes motorik kasar yaitu tes berjalan,
berlari,melompat, meloncat, menangkap, melempar,memukul dan menendang. Setiap aspek tes
diberikan penilaian dengan skor 3 untuk tepat, 2 untuk kurang tepat dan 1 tidak bisa
melakukan.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan statistik uji
t.Setelah itu data di adakan uji normalitas untuk mengetahui seberapa normal data dan
dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengetahui perbandingan rata-rata tes sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian berdasarkan tes rata-rata kemampuan motorik kasar berjalan, berlari, melompat,
meloncat, menangkap, melempar, memukul dan menendang pada anak tunagrahita SLB
Ungaran. Hasil uji hipotesis diatas menyatakan bahwa tes berjalan dengan nilai t hitung -8.000>
tabel -2.447 dan sig. 0.000 yang berarti bahwa ada peningkatan kemampuan motorik kasar
setelah diberi perlakuan pengulangan teknik permainan kasti pada anak tunagrahita ringan SLB
N Ungaran. Untuk tes berlari menyatakan bahwa nilai t hitung -4.382 > t tabel -2.447 dan sig.
0.005 yang berarti bahwa ada peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diberi perlakuan
pengulangan teknik permainan kasti pada anak tunagrahita ringan SLB N Ungaran. Pada tes
melompat menyatakan bahwa nilai t hitung 1.000 < t tabel 2.447 dan sig. 0.356 yang berarti tidak
ada peningkatan kemampuan motorik kasar setelah diberi perlakuanpengulangan teknik
permainan kasti pada anak tunagrahita ringan SLB N Ungaran.

Ajun Khamdani. 2010. Olahraga Tradisional Indonesia. Klaten: PT Macanan Jaya


Cemerlang.Amin, M. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
PPTG. Anggraeni Putri Haryani dan Damajanti Kusuma Dewi. ”Efektifitas Penerapan Terapi
Bermain Bola Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Pada Tunagrahita Ringan Kelas
1 SMPLB”. Psikologi.Universitas Negeri Surabaya Asep Deni Gustiana, 2011. Pengaruh
Modifikasi Terhadap Kemampuan Motorik Kasar dan Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal UPI, edisi
khusus No 2. Astati. 1995. Terapi Okupasi, Bermain, dan MusikUntuk Anak Tunagrahita.
Jakarta: Depdikbud. Delphie, B. (1996). Psikomotor. Bandung: Mitra Grafika. Fredi Tri
Widianto. 2012. Ketrampilan Gerak Dasar Anak Tunagrahita Ringan. Jurnal UNNES. Frieda
Mangunsong. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Universitas
Indonesia.Hurlock, E.B. (1978). Meningkatkan Kemampuan Koordinasi Gerak Mata dan Tangan
Melalui Media Wire Game Bagi Anak Tunagrahita Ringan di SLB Perwari Padang.
ejournal.unp.ac.id. Vol 2 (3): 876 – 885. Sunardi dan Sunaryo. (2006).

(3). Motorik merupakan terjemahan dari kata motor yang artinya dasar mekanika yang
menyebabkan terjadinya suatu gerak. Gerak (movement) adalah suatu aktivitas yang didasari
oleh proses motorik. Proses motorik ini melibatkan sebuah sistem pola gerakan yang
terkoordinasi (otak, saraf, otot,dan rangka) dengan proses mental yang sangat kompleks yang
disebut sebagai proses cipta gerak. Keempat unsur tersebut tidak bisa bekerja secara sendiri-
sendiri, tetapi selalu terkoordinasi. Apabila salah satu unsur mengalami gangguan, gerak yang
dilakukan dapat mengalami gangguan pula. Dengan kata lain, gerakan yang dilakukan oleh anak
secara sadar dipengaruhi oleh stimulus dari lingkungannya (informasi verbal atau lisan, gambar,
dan alat lainnya) yang dapat direspon oleh anak. Pengertian pembelajaran menurut Roestiyah
(1982: 8) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana guru melihat-lihat
apa yang terjadi selama murid mengalami pengalaman edukatif, untuk mencapai suatu tujuan
yang kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama mengalami edukatif, untuk
mencapai suatu yang kita perhatikan adalah pola perubahan pada pengetahuan selama
mengalami belajar itu berlangsung. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi, model pembelajaran cenderung
preskriptif (memberi petunjuk dan bersifat menentukan), yang relatif sulit dibedakan dengan
strategi pembelajaran. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak, guru dapat
menggunakan berbagai model pembelajaran motorik anak usia dini, model tersebut digunakan
untuk mencapai pembelajaran anak. Pendidikan di sekolah untuk anak usia dini mempunyai ciri
khas sendiri sehingga model-model pembelajaran motorik yang digunakan harus di pilih sesuai
untuk anak usia dini. Dalam pemilihan model pembelajaran motorik tersebut dilakukan agar
menjamin anak tidak mengalami cidera, anak merasa nyaman, tidak takut ataupun cemas dalam
melakukan gerakan-gerakan tersebut.

SIMPULAN
Keterampilan gerak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu tugas geraksecara
maksimal sesuai dengan kemampuannya. Keterampilan gerak pada setiap orang berbedabeda,
banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor tingkatan usia, pengalaman gerak. Sifat
dasar dari sebuah keterampilan adalah memaksa seorang pelajar untuk lebih membuat
pertimbangan ketika merencanakan belajar dari pengalaman Model Pembelajaran merupakan
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan menggunakan model pembelajaran
yang tepat maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai. Anak usia dini merupakan individu
yang sangat unik. Membutuhkan sentuhan-sentuhan yang khusus karena setiap gerakan yang
dilakukannya merupakan modal untuk keterampilan gerak di masa yang akan datang. Banyak
model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran motorik untuk menarik siswa
bergerak dan memberikan pengalaman gerak yang sebanyak-banyaknya.

4. PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian dalam belajar motorik adalah suatu upaya untuk mengetahui perkembangan gerak
anak dari hasil belajar gerak anak dan untuk meningkatkan motorik yang di miliki anak. Belajar
motorik sangat penting untuk anak dalam berkembang. Dari penelitian gerak anak maka dapat di
simpulkan bahwa anak mempunyai rangkaian untuk melakukan gerakan. Untuk melakukan 1
gerakan saja itu juga melalui proses dalam otak dan sistem motorik yang ada,misal:melakukan
servis bulutangkis, anak juga perlu pemahaman,latihan,hingga bisa melakukannya dengan baik.
Tapi tidak sama dengan gerak dasar anak yang sudah mereka miliki sejak
lahir,seperti:lokomotor,nonlokomotor,manipulasi dan ada juga gerak refleks

Anda mungkin juga menyukai