Oleh :
HIJRAH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga tugas kelompok “MAKALAH BELAJAR MOTORIK” dapat kami selesaikan sesuai
waktu yang ditargetkan.
Makalah ini kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai teori,prinsip dan
aspek dalam belajar gerak, serta sebagai bahan penilaian dalam menguji pemahan belajar kami.
Kami menyadari dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupu kesalahan, untuk itu kami mohon
kritik demi kesempuranaan makalah selanjutnya. Atas partisipasinya maki ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar-------------------------------------------------------------------------------------------------------- i
Daftar isi---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I : Pendahuluan-------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
1. Latar belakang----------------------------------------------------------------------------------------------- 1
2. Tujuan---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1
3. Rumusan masalah------------------------------------------------------------------------------------------- 1
BAB II : pembahasan------------------------------------------------------------------------------------------------- 2
A. Kesimpulan---------------------------------------------------------------------------------------------- 8
DAFTAR PUSTAKA----------------------------------------------------------------------------------------------------- 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal yang paling menyedihkan dari semua situasi dalam pembelajaran adalah ketika para
guru mengajar tetapi anak-anak tidak belajar. Hal ini terjadi karena guru tidak memahami bagaimana
siswa belajar. Membuat anak belajar, terlebih mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
bukan hal yang mudah dalam situasi pembelajaran. Terutama apabila guru tidak memahami apa
yang harus dilakukan untuk menciptakan kondisi kondisi tertentu, sehingga anak dapat belajar.
Bagaimana anak belajar? Apa yang dipelajari anak? Hasil apa yang dicapai? Semua itu merupakan
pertanyaan yang harus mampu dijawab oleh seorang guru. Pembelajaran keterampilan gerak
merupakan salah satu bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, yang kepadanya
dibebankan tanggung jawab untuk mencapai pembelajaran agar anak memiliki keterampilan gerak
yang memadai. Keterampilan gerak merupakan kemampuan yang seharnsnya dimiliki oleh siswa
sebagai bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apabila seorang anak mempunyai
keterampilan gerak yang baik, makadia mempunyai kesempatan yang besar untuk dapat menguasai
kecakapan hidup yang dibutuhkan. Persoalan yang muncul adalah bagaimana guru pendidikan
jasmani dapat menciptakan, mendorong dan mengelola situasi pembelajaran dengan segenap
kemampummya agar anak dapat belajar dan mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk dapat
mencapai tujuan pencapaian keterampilan gerak yang baik melalui pembelajaran pendidikan
jasmani bukan merupakan upaya yang mudah. Hal ini disebabkan oleh pandangan sebagian orang
terhadap pendidikan jasmani yang menurutnya hanya mendatangkan kelelahan saja. Kemudian
diperparah lagi dengan alokasi waktu yang diberikan oleh kurikulum yang belum sesuai dengan
kebutuhan yang disyaratkan. Keadaan ini terjadi hampir di semua jenjang pendidikan mulai SD
sampai SMA, yang mengakibatkan rendahnya tingkat keterampilan gerak siswa di sekolah. Untuk itu
tulisan ini memberikan gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pencapaian
pembelajaran keterampilan gerak melalui pendidikan jasmani di sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pada dasarnya belajar gerak (motor learning) merupakan suatu proses belajar yang memiliki tujuan
untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak yang optimal secara efisien dan efektif. Seiring
dengan itu, Schmidt (1989: 34) menegaskan bahwa belajar gerak merupakan suatu rangkaian
asosiasi latihan atau pengalaman yang dapat mengubah kemampuan gerak ke arah kinerja
keterampilan gerak tertentu.
Sehubungan dengan hal tersebut, perubahan keterampilan gerak dalam belajar gerak merupakan
indikasi terjadinya proses belajar gerak yang dilakukan oleh seseorang. Dengan demikian,
keterampilan gerak yang diperoleh bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kematangan gerak
melainkan juga oleh faktor proses belajar gerak.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The Conditions of Learning 1977,
belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan
tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda
dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua
pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Prinsip utama perkembangan motorik anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik baik motorik
kasar maupun motorik halus. Ada beberapa prinsip utama perkembangan motorik menurut Malina
& Bouchard (1991), yaitu :
1. Kematangan Syaraf
Kemampuan anak melakukan gerakan motorik sangat ditentukan oleh kematangan syaraf yang
mengatur gerakan tersebut. Pada waktu anak dilahirkan, syaraf-syaraf yang ada dipusat susunan
belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya, yaitu mengontrol gerakan-gerakan
motorik. Pada usia kurang lebih 5 tahun, syaraf-syaraf ini sudah mencapai kematangan dan
menstimulasi berbagai kegiatan motorik. Otot-otot besar mengontrol gerakan motorik kasar, seperti
berjalan, berari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat bila dibandingkan dengan otot-
otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, seperti menggunakan jari- jari tangan untuk
menyusun puzzle, memegang pensil atau gunting membentuk dengan plastisin atau tanah liat.
2. Urutan
Pada usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks, yaitu
kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil
melompat, mengendarai sepeda, dan lain-lain.
3. Motivasi
Teori hedonisme yaitu motivasi yang berhubungan dengan senang atau gembira. Selain itu ada juga
teori naluri yaitu motivasi didalam diri manusia. Motivasi itu bersifat alami,dan motivasi inilah yang
mendorong seseorang untuk berprilaku beraktifitas untuk mencapai tujuannya. Semakin kuat
motivasi sseorang, maka semakin cepat dalam memperoleh tujuan dan kepuasan.
Begitu juga dengan anak, kematangan motorik memotifasi anak untuk melakukan aktivutas motorik
dalam lingkup yang luas. Hal ini dapat dilihat dari :
2) Anak-anak seakan – akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik menggunakan otot- otot
kasar atau halus.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak perlu didukung dengan morivasi yang datang dari luar.
Misalnya dengan memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan gerak
motorik serta menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.
3. Pengalaman
Perkembangan gerakan merupakan dasar bagi perkembangan berikutnya. Latihan dan pendidikan
gerak pada anak usia dini lebih ditujukan bagi pengayaan gerak, pemberian pengalaman yang
membangkitkan rasa senang dalam suasana riang gembira anak.
4. Praktik
Beberapa kebutuhan anak usia dini yang berkaitan dengan pengembangan motoriknya perlu
dipraktikkan anak dengan bimbingan guru. Kebutuhan anak- anak tersebut menurut Bucher dan
Reade (1959) adalah sebagai berikut :
Tim penulis CRI (1997) menjelaskan bahwa anak usia 3 tahun memiliki kekuatan fisik yang mulai
berkembang, tapi rentang konsentrasinya pendek, cenderung berpindah-pindah dari satu kegiatan
ke kegiatan yang lain. Meskipun memiliki rentang konsentrasi yang relatif pendek, mereka menjadi
ahli pemecah masalah dan dapat memusatkan perhatian untuk suatu periode yang cukup lama jika
topik yang diajarkan menarik bagi mereka. Permainan mereka bersifat sosial dan sekaligus pararel.
Pada usia ini, anak mengembangkan keterampilan motorik kasar dan melakukan gerakan fisik yang
sangat aktif. Energi mereka seolah-olah tiada habisnnya.
Pada usia 5 tahun, rentang konsentrasi anak menjadi agak lama. Kemampuan mereka untuk berfikir
dan memecahkan masalah juga semakin berkembang. Anak dapat memusatkan diri pada tugas-
tugas dan berusaha untuk memenuhi standar mereka sendiri. Secara fisik, pada usia ini fisik anak
sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang teratur. Mereka mengembangkan
kemampuan motorik yang lebih baik. Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting,
menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan. Secara terperinci, deskripsi perkembangan fisik
anak usia 3-5 tahun adalah sebagai berikut.
Perkembangan motorik anak bisa di pantau dengan melakukan suatu tes. Tes yang umum dilakukan
untuk memantau perkembangan motorik adalah tes Denver. Tes ini membagi perkembangan anak
jadi empat, yaitu perkembangan personal sosial, perkembangan bahasa, serta perkembangan
motorik kasar dan motorik halus adaptif. Perkembangan bayi akan diamati setiap 1 bulan sekali.
Sedangkan balita, atau tepatnya setelah anak menginjak usia 2 tahun ke atas, cukup 3 bulan sekali.
Tes Denver merupakan checklist untuk mempermudah pemantauan akan perkembangan anak,
apakah anak sesuai dengan perkembangan usianya saat itu atau tidak.
Motorik Kasar :
1. Berjalan sendiri.
5. Melompat di tempat.
Motorik Halus :
9. Menyobek kertas.
Motorik Kasar:
Motorik Halus:
4. Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih seperti sikat gigi, sendok.
Motorik Kasar:
2. Naik-turun tangga atau tempat yang lebih tinggi dengan kaki bergantian.
3. Meniti di atas papan yang cukup lebar.
4. Melompat turun dari ketinggian kurang lebih 20 cm (di bawah tinggi lutut anak).
5. Meniru gerakan senam sederhana seperti menirukan gerakan pohon, kelinci melompat).
Motorik Halus:
3. Meronce manik-manik yang tidak terlalu kecil dengan benang yang agak kaku.
Motorik Kasar:
Motorik Halus:
2. Menjiplak bentuk.
Motorik Kasar:
1. Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan
kelincahan.
Motorik Halus:
2. Meniru bentuk.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembinaan olahraga harus dipahami sebagai sebuah sistem yang kompleks, sehingga masalah-
masalah yang terdapat di dalamnya perlu ditelaah dari sudut pandang yang lugs. Gejala dalam
kegitan olahra¬ga tidak semata-mata dipandang dari aspek bio-psikis, tapi jugs dari aspek sosial-
budaya. Karena itu pula, prestasi olahraga merupakan se¬buah gejala majemuk gejala bio-psiko-
socio-kultural.
Ada empat dimensi kegiatan olahraga: olahraga kompetitif yang menekankan kegiatan perlombaan
dan pencapaian prestasi; olahrga profesional yang menekankan tercapainya keuntungan material;
olahraga rekreatif yang menekankan tercapainya kesehatan rohani dan jasmani pencapaian
kesegaran jasmani dan pelepasan ketegangan hidup sehari-hari; olahraga pendidikan yakni olahraga
yang menekankan aspek kependidikan di mana olahraga merupakan alas mencapai tujuan
pendidikan Persamaan umum ialah bahwa keempat dimensi olahraga tersebut memanfaatkan gerak
rnanusia dalam pengertian umum, dan keterampilan dalam pengertian yang lebih spesifik.
Prestasi olahraga terus meningkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi ialah faktor eksogen,
seperti lingkungan fisik tempat berlatih, lingkungan keluarga yang r-riembantu membangun ambisi,
clan faktor endogen yakni atribut yang melekat pada diri seseorang seperti struktur anatomi,
kemampuan fungsi fisiologis, dan sistem persyaraf an. Serta ciri-ciri kepribadian yang bersangkutan.
Beberapa ciri masalah pokok dalam pembinaan olahraga ialah ketimpangan daya yang dialokasi
untuk kegiatan olahraga pendidikan dan olahraga prestasi. Kurangnya investast i1miah, Iemahnya
manajemen dan pendekatan parsial. Sama sekali tidak sesuai dengan tuntutan olahraga modern
seperti sikap menerabas atau potong kompas, rendah motif berprestasi, agresif tapi kurang fair, dan
kurang bersedia untuk bekerjp keras. Olahraga kompetitif iuga mengandung’-pbtensi negatif, di
samping dampak positif, sehingga gurul pelatih olahraga harus mengelola kegiatan In itu guns
memperoleh manfaat yang maksimal.
Untuk memperoleh manfaat yang maksimal clan meningkatkan efektivitas dan efisiensi permbinaan,
dibutuhkan metode ilmiah dan semangat ilmiah.
Teori itu sendiri dibangun melalui penelitian ilmiah yang sistematis dengan me-manfaatkan metode
dan insirumen yang cermat untuk mengumpulkan fakta-fakta. Teori itu sendiri terbangun oleh
elemen-elemen berupa konstruk dan hukum-hukum yang diperoleh dari sejumlah penelitian. Sampai
seberapa jauh kebenaran teori, hat itu perlu diuji lagi melalui penelitian. Tugas peneliti bukan
membuktikan suatu teori itu benaratau sa¬lah. Jika fakta yang diperoleh selaras dengan teori, maka
kesimpulannya ialah fakta-fakta baru itu mendukung teori yang telah ada. Sebaliknya. Jika sejumlah
fakta baru tak cocok dengan teori yang ada, maka teori lama itu tak dapat dipertahankan lagi
lebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikanjasmani13.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-belajar-dan-pembelajaran.html
http://ariittonk.blogspot.co.id/2014/03/motor-learning.html
http://wengayo.blogspot.co.id/2010/06/prinsip-pembelajaran-gerak-dan-transfer.html
http://marufulkahri.blogspot.co.id/2013/09/belajar-gerak.html
http://janganpelitilmu.blogspot.co.id/2015/05/proses-dan-kondisi-belajar-gerak.html
http://berachunk-amrank.blogspot.co.id/2013/06/dimensi-belajar-gerak-dalam-pendidikan.html