Anda di halaman 1dari 6

UJIAN AKHIR SEMESTER

ALHADJ MUALIF/21199007

1. Komponen-komponen kognitif, motorik, afektif dan emosional, merupakan


komponen-komponen yang selalu turut ambil bagian dalam mengkonstruksi perilaku
motorik manusia dalam olahraga!
a. Jelaskan secara teoritis, praksis dan prakteknya.
Secara teoritis komponen kognitif, motorik, afektif dan emosional dalam
penampilan gerak saling terhubung satu dengan lainnya. Komponen kognitif
menekankan pada aspek intelektual yaitu pengetahuan yang menitikberatkan pada
aspek ingatan terhadap materi yang dipelajari. Komponen afektif dan emosional
menekankan pada sikap, perasaan, emosi dan karakteristik moral, sedangkan
komponen motorik lebih menekankan pada gerakan-gerakan fisik. Kecepatan-
kecepatan fisik dapat berupa gerakan-gerakan atau keterampilan fisik, baik
keterampilan fisik halus maupun kasar. (Rusma, 2011). Oleh karenanya dikatakan
bahwa gerak merupakan implimentasi atau penampilan nyata dari hasil interaksi
keempat komponen tersebut yang diwujudkan dalam bentuk nyata, yaitu gerak.
(Kiram, 2019)
Secara praksis dan praktek komponen-komponen kognitif, afektif dan
motorik sangat berkaitan erat, misalnya jika siswa sudah menguasai konsep
tentang bagaimana menerima daya dalam satu situasi, maka mereka akan mampu
menerapkan konsep itu pada situasi lain seperti pada saat menangkap atau
menghentikan bola. Kemampuan mentransfer tersebut adalah faktor yang sangat
penting dan baik dalam pembelajaran maupun pemecahan masalah.
Menurut Sriwahyuniati (2017) belajar gerak urutan yang pertama yang dapat
dicapai dengan langkah awal adalah tahap kognitif atau pengetahuan terlebih
dahulu yang akan dibangun seorang pendidik guna tercapainya belajar tahap
gerak, meskipun saling berksinambungan antara tahap satu, dua dan tiga. Untuk
memulai mempelajari suatu tugas baru khususnya dalam belajar gerak dibutuhkan
informasi cara pelaksanaan tugas gerak yang bersangkutan dengan benar. Rahayu
(2013) menyatakan bahwa Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian
integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, katerampilan berfikir
kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral
melalui aktivitas jasmani dan olahraga. Dapat diketahui bahwa salah satu tujuan
dari penjas adalah mengasah atau mengolah keterampilan berpikir bahkan secara
kritis guna melaksanakan gerak dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan.
Dalam prakteknya persentase pertimbangan guru dalam memberikan penilaian
aspek psikomotorik menjadi paling tinggi yang dilakukan dalam proses penilaian
pembelajaran dari pada aspek kognitif dan afektik.
Menurut Firdaus ()Dalam proses belajar ada beberapa tahap yang harus
dilakukakan agar dalam pelaksanaan pembelajaran tercipta hasil dari proses yang
telah dilakukan memperoleh hasil yang maksimal. Pertama merupakan tahap
kognitif disini peserta didik akan memulai sesuatu dengan tahap yang masih awal
yaitu berupa pengetahuan secara konseptual mencari-cari apa yang harus
dilakukan dan dipikirkan sebelum bergerak, tahap ini akan banyak kesalahan
apabila peserta didik salah ataupun keliru memahami suatu gerakan efek atau
dampaknya akan sangat sulit untuk di benarkan atau di luruskan dari persepsi
penangkapan yang kurang tepat dari peserta didik, karena pada tahap ini akan
lebih menonjolkan pemahaman dan pengertian apa, bagaimana, dan untuk apa
gerakan akan dilakukan secara baik dan benar serta secara efektif dan efisien,
artinya dalam melakukan gerak tenaga yang dikeluarkan dengan cara yang benar
akan menghasilkan gerakan yang tepat dan maksimal.
Selanjutnya yaitu tahap afektif di mana pada tahap ini siswa mengasosiasi
atau menghubungkan dari awal pengetahuan yang telah di pikirkan dan di
mengerti untuk di pahami dan di praktikan ke dalam bentuk gerakan yang akan
membiasakan antara teori dan pengetahuan yang telah diperoleh dari rangsangan
yang diberikan seorang pendidik ke dalam pengaplikasianya dalam gerakan yang
akan menunjukan sikap konsistenitas meskipun pada tahap ini terdapat gerakan
yang kurang terkordinasi secara utuh. Sedangkan tahap motorik akan lebih sering
mempraktikan geraknya secara simultan artinya gerakan dari tahap awal sampai
akhir dapat dilakukan serentak dan berurutran tanpa adanya rasa cemas dalam
melakukanya secara otomatis akan mengulang-ulang dengan sendirinya, dengan
syarat tahap kognitif yang telah di lalui dan diterapkan harus dengan benar dan
dalam persepsi yang benar juga, agar pada saat pelaksanaan tidak terjadi
keselahan yang ber ulang-ulang yang akan menyebabkan kesalahan. . Untuk itu
pada proses pembelajaran khusunya gerak dalam penjas tidak dapat dipisahkan
antara ke tiga tahap tersebut karena saling berkaitan erat dengan proses dan hasil
belajar yang akan dilaksanakan pendidik dengan peserta didik guna tercapainya
proses belajar yang baik dan benar.
Daftar Pustaka
Juniarta, A. T. (2016). Mengkaji Penerapan Kognitif dalam Tuntutan
Psikomotorik Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani. In Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Jasmani Pascasarjana Um (pp. 228- 239).
Kiram, P. H. Y. (2019). Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta:Prenada Media.
Rahayu, E. T. (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:
Alfabeta
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran ; Mengembangkan Profesionalisme
Guru. PT Rajagrafindo Persada:Jakarta.
Sriwahyuniati, F. (2017). Belajar Motorik. Yogyakarta: UNY Press

b. Berikan satu contoh yang terkait pernyataan tersebut.


Sebagai contoh, dalam permainan bola besar siswa menganalisis variasi dan
kombinasi keterampilan gerak untuk menghasilkan koordinasi gerak yang baik
dalam melakukan sebuah gerak dasar permainan, pertama kali yang akan
dilakukan oleh siswa adalah bagaimana memahami gerakan yang akan dilakukan.
Selanjutnya mencoba untuk berpikir bagaimana cara melakukannya. Demikian
juga halnya dengan aspek afektif, siswa akan mencoba memahami batasan-
batasan dari sebuah pembelajaran terlebih dahulu sebelum mereka
mengimplementasikannya dalam pembelajara tersebut, ataupun secara umum
diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari.
2. Mempelajari gerak secara mendasar sebagai penampilan aksi-aksi motorik, hanya
mungkin dilakukan melalui bantuan analisis secara psikologi, anatomi dan fisiologi!
a. Jelaskan secara teoritis, praksis dan prakteknya.
Gerak yang efektif melibatkan faktor anatomi, kapasitas fisiologi,
keterampilan neuromuscular dan kemampuan psikologis/kognitif. Pergerakan
manusia timbul karena adanya rangsangan. Rangsangan tersebut ditanggapi oleh
sistem saraf yang kemudian diteruskan oleh sistem muskular tubuh atau sistem
yang lainnya. Dalam menanggapi rangsangan, reflek atau kecepatan sistem saraf
bervariasi, tergantung dari rangsangan yang biasa ditanggapi. Semakin sering
dilatih dengan rangsangan yang sama, maka reflek tubuh terhadap rangsangan
tersebut akan semakin cepat, yang disebut dengan gerak otomatis, begitu juga
sebaliknya.
Weinberg and Gould (1995) mengartikan Psikologi Olahraga sebagai studi
khusus mengenai manusia dan perilakunya dalam aktivitas olahraga dan latihan.
Psikologi Olahraga dapat diartikan sebagai psikologi yang diterapkan dalam
bidang olahraga, meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi secara langsung
terhadap atlet dan faktor-faktor di luar atlet yang dapat mempengaruhi
penampilan (performance) atlet tersebut.
Firdaus (2012:1-7) dalam penampilan aksi-aksi motorik terutama bagi para
atlet sangat penting adanya analisis bantuan psikologi untuk menyesuaikan diri
para atlet, mengonsepkan diri ataupun tingkah laku dari para atlet secara
individu dan kelompok, memotivasi, membantu meningkatkan usaha para atlet
yang hendak melakukan aksi motorik, mencegah terjadinya kecemasan
berlebihan yang dirasakan, dan memberikan pembelajaran yang baik untuk
melatih dan meningkatkan aksi-aksi motorik pada tahap berkelanjutan. Jadi
disini dimana pentingnya peran dalam anlisis psikologi terhadap penampilan
gerak motorik seseorang dan melalui psikologi juga bisa merangsang dan
memotivasi seseorang untuk melakukan gerak motorik yang baik dan ada juga
motivasi didalam dirinya yang terbangun untuk melakukan gerakan yang
sempurna dan terlatih.
Grafitte & Sukendro (2019:9) menyatakan bahwa bantuan analisis anatomi
pada penampilan aksi-aksi motorik berfungsi sebagai pembelajaran manusia
terhadap bagain tubuh dan memahami fungsi serta struktur tubuh untuk
memanfaatkan struktur sebagaimana mustinya. Dengan kata lain menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing memenuhi fungsinya
dalam gerakan motorik yang dilakukan.
Olahraga merupakan alat untuk merangsang perkembangan struktur
anatomis dan fungsi fisiologi. Kegiatan olahraga yang dilakukan merupakan
aktivtas gerak yang akan merangsang peningkatan fungsi organ-organ dalam
tubuh, dan bila dilakukan secara terprogram dan terukur maka dalam jangka
panjang organ tubuh akan menjadi terbiasa melakukan kinerja berat sehingga
tubuh beradaptasi sebagai akibat dari kegitan olahraga yang dilakukan
(Giriwijoyo, 2012).
Menurut Sumarmo dkk (1982: 34) terlaksananya kegiatan motorik pada
manusia karena adanya sistem otot yang melekat pada tulang dan saraf-saraf
yang menginervasinya. Secara fisiologi komponen-komponen yang bekerja
sama tersebut meliputi gerakan dan energi, koordinasi, refleks dan tonus. Sistem
syaraf dibagi menjadi dua, yaitu sistem syaraf pusat (sentral nervous system)
dan sistem syaraf tepi (peripheral nervous system). Sistem syaraf pusat terdiri
atas otak (brain) dan sungsum tulang belakang (spinal cord). Sistem syaraf pusat
memainkan dua fungsi yaitu mengirimkan informasi tentang keadaan
lingkungan dan tubuh ke otak dan mengirimkan informasi dari otak ke otot atau
kelenjar.

Daftar Pustaka
Giriwijoyo S, Zafar DD. 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Rosda
Karya.
Weinberg, R. S.; and Gould, D. 1995. Foundations of Sport and Exercise
Psychology. Champaign, IL: Human Kinetics.
Firdaus, Kamal. 2012. Psikologi Olahraga Teori dan Aplikasi. Padang:
Universitas Padang Press
Grafitte Decheline & Sukendro. 2019. Buku Ajar Anatomi Olahraga. Jambi:
Universitas Jambi
Sumarmo Markam dkk. 1982. Neuro – Anatomi. Jakarta: Indira

b. Berikan satu contoh yang terkait pernyataan tersebut.


Sebagai contoh dalam analisis ini adalah lari. Orang yang berlari
digerakkan oleh otot bahu, otot lengan bawah, otot panggul, otot paha dan otot
tungkai, dengan mayoritas gerakan otot flexi, extensi, inversi, dan eversi. Faktor
kemampuan fisiologis, anatomi dan psikologis dalam lari lebih dominan jika
dibandingkan keterampilan teknik gerak sehingga perbaikan teknik atau
peningkatan efektivitas gerak hanya menyumbangkan sedikit perbaikan
performa.

Anda mungkin juga menyukai