Anda di halaman 1dari 16

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebugaran Jasmani 1. Pengertian Kebugaran Jasmani Para ahli mengemukakan pendapat masing-masing tentang kebugaran jasmani. Menurut Safrit dalam Arma dan Abdullah (1994: 146) ada dua definisi yang bisa digunakan. Dari sudut pandang fisiologis, kebugaran jasmani adalah kapasitas untuk dapat menyesuaikan diri terhadap latihan yang melelahkan dan pulih dari akibat latihan tersebut. Definisi kebugaran jasmani yang lebih umum adalah kemampuan untuk dapat melaksanakan tugas sehari-hari dengan semangat, tanpa rasa lelah yang berlebihan, dan dengan penuh energi melakukan dan menikmati kegiatan pada waktu luang dan dapat menghadapi keadaan darurat bila datang.

Menurut Sudoso Sumodisarjono (1989), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan mudah tanpa merasakan lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-keperluan mendadak.

Kemudian dari hasil rumusan pada seminar kesegaran jasmani yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Olahraga dan Pemuda pada

tanggal 16-20 Maret 1971 di Jakarta dalam Nurhasan (2001: 132), memaparkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.

Berdasarkan pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa bila seseorang memiliki kebugaran jasmani yang tinggi maka ia dapat melakukan kegiatan lebih sempurna sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dan untuk mempertahankan kesegaran jasmani maka diperlukan banyak latihan yang teratur. 2. Komponen Komponen kebugaran Jasmani Kriteria kebugaran jasmani ditentukan oleh dua komponen yaitu komponen kesehatan dan komponen keterampilan. Komponen kebugaran jasmani terdiri dari 4 hal pokok, yaitu; a. cardiovaskular endurance (daya tahan kardiovaskuler), b. muscular endurance and strength (daya tahan dan kekuatan otot), c. body composition (keseimbangan pertumbuhan tubuh), dan d. flexibility (kelentukan). (Hafen dalam Ichsan, 1988: 55). Sedangkan komponen keterampilan terdiri dari 5 hal pokok, yaitu; a. muscular power (kekuatan otot), b. agility (kelincahan), c. speed (kecepatan), d. muscle bulk (ketebalan otot), dan e. posture (bentuk tubuh). (Wynder dalam Ichsan, 1988: 55)

Menurut Clark dalam Nurhasan (2001: 133) unsur-unsur yang merupakan komponen inti dalam kebugaran jasmani meliputi : (a) kekuatan otot, (b) daya tahan otot dan (c) daya tahan kardio-vaskular. Sedangkan menurut

Johnson dan Nelson dalam Nurhasan (2001), bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam kebugaran jasmani meliputi: kekuatan, daya tahan otot, daya tahan cardioaskular dan fleksibilitas.

Mengacu kepada batasan mengenai kebugaran jasmani dan pendapat para pakar mengenai unsur-unsur yang terdapat dalam kebugaran jasmani, maka dapat dikemukakan bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam lingkup kebugaran jasmani meliputi : 1) kekuatan, 2) daya ledak (power), 3) kecepatan, 4) kelenturan, 5) daya tahan otot, 6) daya tahan kardiorespiratori.

Menurut M. Sajoto (1995) aspek-aspek kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja baik dalam peningkatan maupun pemeliharaan kondisi fisik. Komponen kondisi fisik itu meliputi : a. Kekuatan (strength) adalah komponen fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. b. Daya tahan (endurance) dalam hal ini dikenal dua macam. Pertama adalah daya tahan umum (general endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan pekerjaan secara terus-menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas dalam waktu yang cukup lama. Kedua adalah daya tahan otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang untuk

10

mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. c. Daya ledak otot (muscular power) kemampuan seseorang untuk mempergunakan kemampuan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot = kekuatan X kecepatan. d. Kecepatan (speed) kemampuan seseorang dalam mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkatsingkatnya. e. Daya lentur (flexibility) seseoraang dalam penyesuaian diri dalam aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini sangat mudah ditandai dengan tingkat flexibility persendian pada seluruh tubuh. f. Kelincahan (aglility) adalah kemampuan seseorang merubah posisi di area tertentu. g. Koordinasi (coordination) adalah kemampuan seseorang mengintegrasi bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif. h. Keseimbangan (balance) Kemampuan seseorang mengendalikan organ- organ saraf otot. i. Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerakgerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.

11

j. Reaksi (reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, saraf, atau filling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola (Sajoto, 1995: 8-11).

Untuk memperbaiki kesegaran jasmani komponen- komponen tersebut harus dilatih. Jika hanya melatih satu komponen saja. Tidak dapat memperbaiki kesegaran jasmani seluruhnya. Maka guru pendidikan jasmani perlu menyusun program latihan yang mencangkup komponenkomponen tersebut sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.

B. Teori Pendidikan Jasmani 1. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan melalui aktivitas jasmani mengandung pengertian bahwa tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktivitas jasmani. Tujuan pendidikan ini umumnya menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktivitas jasmani yang berupa gerak jasmani atau olahraga.

12

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMP, 2004)

2. Pentingnya Pendidikan Jasmani Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Pendidikanpun lebih mengutamakan prestasi akademis. Faktor kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah ikut memberikan pengaruh pada anak. Kebiasaan yang buruk seperti anak kurang bergerak karena asyik menonton TV atau video game membuat kebugaran anak semakin menurun. Sejalan dengan itu semakin diperparah oleh pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk sehingga beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif).

Disinilah pentingnya Pendidikan Jasmani, Pendidikan Jasmani menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan, mencoba

13

kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya. Melalui Pendidikan Jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan moral.

3. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Belajar adalah suatu perubahan yang relatif pemanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktik atau latihan. (Nana Sujana. 1991: 5)

Menurut Thorndike dalam Arma Abdulllah dan Agus manadji (1994: 162) belajar adalah asosiasi antara kesan yang diperoleh alat indera (stimulus) dan impuls untuk berbuat (respons).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari siis guru, tindak mengajar diakhiri dengan evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Maka sesuai dengan batasan masalah dalam penelitian ini maka hasil belajar yang dituju dalam penelitian ini adalah peningkatan kebugaran jasmani siswa, menyangkut aspek daya tahan aerobik, kekuatan dan daya tahan otot, fleksibilitas dan kecepatan.

14

C. Teori Latihan 1. Pengertian Latihan Suatu latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu sistem aerobic, hormon maupun sistem otot. Menurut Nossek dalam Suharjana (2004: 13) latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan organisasional yang sesuai dengan tujuan.

Menurut Suharno HP (1983: 70) latihan adalah penyempurnaan fisik dan mental organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu prestasi dengan diberi beban, beban fisik, beban mental secara terarah dan meningkat.

Menurut Bompa dalam Suharjana (2004: 13) latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada cirri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Demikian pula Harsono (1988 :101) menjelaskan bahwa latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulangulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya.

Menurut Harsono (1988:101), Latihan atau training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang

15

dengan kian hari kian menambah beban latihannya atau pekerjaan. Yang dimaksud dengan sistematis latihan adalah berencana menurut jadwal yang telah ditentukan, juga menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari mudah kesusah, teratur dari sederhana ke kompleks. Berulang-ulang maksudnya agar gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah karena terbiasa.

Tujuan training menurut Harsono (1988:99) adalah untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan prestasi agar semakin maksimal. Untuk mencapai hal tersebut ada beberapa aspek latihan yang perlu diperhatikan, Yaitu: a. Latihan fisik ( Physical training ) Latihan ditujukan untuk perkembangan ffisik secara meenyeluruh, karena olahraga sangat membutuhkan kondisi fisik yang prima. b. Latihan Teknik ( Technical Training ) Latihan untuk mempermahir teknik-teknik gerakan yang diperlukan pada saat bertanding, baik teknik yang telah ada atau mempelajari teknik-teknik baru. c. Latihan taktik ( Tactical Training ) Latihan untuk menumbuh kembangkan inteprestasi atau daya tafsir siswa. Teknik-teknik gerakan dengan baik haruslah dituangkan dan diorganisir dalam pola-pola permainan, bentuk-bentuk dan formasiformasi permainan serta strategi dan taktik pertahanan dan penyerangan sehuingga berkembang menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna.

16

d. Latihan Mental ( Physcological Training ) Latihan untuk mempertinggi efisiensi mental siswa, terutama bila siswa berada dalam posisi dan situasi stress yang kompleks. Tanpa memiliki mental yang bagus dapat dipastikan akan sulit mengatasi kondisi tersebut. 2. Prinsip Prinsip Latihan Bahwa dalam latihan kondisi fisik seseorang harus memperhatikan prinsip-prinsip atau asas latihan sebagai berikut : a. Prinsip Overload (beban lebih)

Menurut Suharno HP (1985: 55) latihan harus mengakibatkan penekanan fisik dan mental. Prinsip overload ini adalah prinsip latihan yang paling mendasar dan paling penting, prinsip ini mengatakan bahwa latihan beban haruslah latihan dengan sangat keras, serta diberikan berulang kali dengan intensitas yang cukup tinggi. Harsono (2004: 45) menyebutkan bahwa beban yang diberikan kepada anak harus lah ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah ditambah maka berapa lamapun dan berapa seringpun anak berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat. Namun demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang-peluang untuk istirahat performanya pun mungkin tidak akan meningkat secara progresif.

Pembebanan pada latihan membuat tubuh melakukan penyesuaian terhadap rangsangan dari beban latihan. Sehingga latihan beban lebih

17

menyebabkan kelelahan, pemulihan dan penyesuaian memungkinkan tubuh untuk mengkompensasikan lebih atau mencapai tingkat kesegaran yang lebih tinggi.

b. Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus (progresif) Menurut Harsono (2004: 55) prinsip progresif adalah penambahan beban dengan memanipulatif intensitas, repetisi dan lama latihan. Penambahan beban dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam pogram latihan. Progresif artinya adalah apabila otot lelah menunjukkan gejala kemampuannya meningkat, maka beban ditambah untuk memberi stress baru bagi otot yang bersangkutan.

c. Prinsip Reversibility (kembali asal) Menurut Harsono (2004: 60) prinsip ini mengatakan bahwa kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali kekeadaan semula atau kondisinya tidak akan meningkat. Ini berarti jika beban latihan yang sama terus menerus kepada anak maka terjadi penambahan awal dalam kesegaran kesuatu tingkat dan kemudian akan tetap pada tingkat itu. Sekali tubuh telah menyesuaikan terhadap beban latihan tertentu, proses penyesuaian ini terhenti. Sama halnya apabila beban latihan jauh terpisah maka tingkat kesegaran si anak selalu cenderung kembali ketingkat semula. Hanya perbaikan sedikit atau tidak sama sekali.

d. Prinsip kekhususan Harsono (2004: 65) menyebutkan bahwa manfaat maksimal yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanya akan terjadi manakala

18

rangsangan tersebut mirip atau merupakan replika dari gerakangerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut. Termasuk dalam hal ini metode dan bentuk latihan kondisi fisiknya.

3. Komponen Sistem Latihan Lutan dkk (2002: 40-42) pada setiap kegiatan latihan yang akan dilakukan, maka langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah: a. Pemanasan (Warm-Up) Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis dalam menghadapi latihan inti, dan juga menghindari cedera. Pelaksanaan pemanasan dapat dilakukan dengan lari-lari kecil atau jogging keliling lapangan dan alternative lainnya agar menarik bagi anak.

b. Latihan Inti Latihan inti berisikan serangkaian latihan yang sudah disiapkan sesuai dengan tujuan latihan. Latihan inti biasanya memakan waktu antara 20-60 menit, dengan intensitas latihan yang telah disesuaikan.

c. Pendinginan (Cooling-Down) Tujuan pendinginan adalah untuk mengembalikan kondisi fisik dan psikis peserta latihan kekeadaan semula. Kegiatan ini bermanfaat untuk mencegah otot terasa pegal dan kaku.

4. Pentingnya Latihan Jasmani Para siswa seharusnya diajarkan dan dididik untuk memahami faktor yang mengandung resiko bagi kesehatannya. Dan mendapat pengetahuan

19

mengenai ancaman terhadap kesehatan, akibat kurang gerak. Kepada mereka perlu ditanamkan pemahaman tentang manfaat yang dapat dieroleh dari pertisipasi aktif dalam aktivitas jasmani di sepanjang hayat.

Menurut Lutan, dkk (2002: 11) Latihan jasmani secara teratur mendatangkan manfaat : a. Terbangun kekuatan dan daya tahan otot, seperti juga kekuatan tulang dan persendian, selain mendukung performa baik dalam olahraga maupun non olahraga b. Meningkatkan daya tahan aerobic c. Meningkatkan fleksibilitas d. Membakar kalori yang memungkinkan tubuh terhindar dari kegemukan e. Mengurangi stress f. Meningkatkan rasa bahagia dan berguna Secara singkat dapat dikatakan, seseorang yang aktif berolahraga atau rajin melakukan aktivitas jasmani akan memperolah banyak keuntungan karena selain mempertinggi daya kerja, kegiatan yang teratur ini bermanfaat juga untuk mencegah penyakit.

D. Kerangka Pikir Di era perkembangan zaman yang semakin maju, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin canggih membuat anak semakin terikut pada arus modernisasi yang bermuara pada gejala kemerosoton tingkat kebugaran jasmaninya. Kebutuhan anak untuk bergerak lebih leluasa tidak

20

bisa dipenuhi lagi karena keterbatasan waktu dan kesempatan untuk berlatih jasmani. Selain itu anak-anak lebih asyik melakukan permainan di komputer, video games, dan disertai pula dengan pola makan yang tidak sehat sehingga beresiko menurunkan fungsi organ (degeneratif). Pemanfaatan waktu luang tidak lagi digunakan untuk beristirahat dan atau berolahraga. Padahal berolahraga itu sangat banyak manfaatnya, antara lain: 1. Meningkatkan kebugaran dan daya tahan otot Anda; sehingga stamina bisa meningkat. 2. Menurunkan resiko penyakit jantung. 3. Menurunkan tekanan darah serta kadar kolesterol. 4. Membantu mengatur berat badan. 5. Meningkatkan kepercayaan diri Anda.

Bila tidak membiasakan untuk mengatur pola hidup sehat sejak dini, maka banyak masalah akan muncul akibat semakin bertambahnya usia kita, seperti peningkatan kadar lemak, menurunnya stamina dan fleksibilitas, tulang makin keropos, serta makin menurunnya metabolisme. Dengan melakukan latihan secara rutin, resiko-resiko di atas dapat diminimalkan.

Olahraga bisa dilakukan dimana saja seperti pada suatu kelas, kantor, atau rumah, seseorang bisa berolahraga dengan jalan, jogging atau bersepeda. Jenis-jenis latihan yang banyak memberikan manfaat bagi kesehatan kita antara lain adalah latihan beban. Latihan beban akan meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot sekaligus membuat jasmani dan rohani menjadi lebih bugar, perasaan bugar ini tidak dapat diperoleh dari jenis latihan lainnya.

21

Misalnya, bersepeda membantu membangun 1 set jenis otot, basket membangun otot yang lain, namun latihan beban bekerja secara menyeluruh pada otot kita dalam waktu yang singkat.

Untuk memperbaiki kesegaran jasmani komponen- komponen tersebut harus dilatih. Jika hanya melatih satu komponen saja. Tidak dapat memperbaiki kesegaran jasmani seluruhnya. Maka guru pendidikan jasmani perlu menyusun program latihan yang mencangkup komponen- komponen tersebut sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara singkat dapat dikatakan, seseorang yang aktif berolahraga atau rajin melakukan aktivitas jasmani akan memperolah banyak keuntungan karena selain mempertinggi daya kerja, kegiatan yang teratur ini bermanfaat juga untuk mencegah penyakit.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan latihan kebugaran jasmani akan meningkatkan kinerja seseorang, khusunya murid sehingga meningkatkan hasil belajarnya.

E. Hipotesis Hipotesis berasal dari bahasa Yunani yaitu hupo ( sementara ) dan thesis (pernyataan atau teori) karena merupakan pernyataan sementara yang masih lemah keberadaanya, hipotesis dapat menjadi penuntun ke arah proses penelitian untuk menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahanya. Kemudian para ahli menafsirkan arti hipotesis adalah sebagai dugaan terhadap hubungan antara dua variabel atau lebih.

22

Menurut Arikunto (2006 : 71) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Ada pengaruh kebugaran jasmani terhadap peningkatan hasil belajar Penjaskes pada siswa kelas XII di SMK Bhakti Utama Bandar Lampung. H0 : Tidak ada pengaruh kebugaran jasmani terhadap peningkatan hasil belajar Penjaskes pada siswa kelas XII di SMK Bhakti Utama Bandar Lampung.

Anda mungkin juga menyukai