Anda di halaman 1dari 19

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Belajar

Pengertian belajar selalu berkaitan dengan definisi belajar secara umum,

oleh karena itu dalam konteks ini dijelaskan mengenai pengetian belajar secara

umum. Menurut Natawijaya (1978: 11) menjelaskan sebagai berikut.

Belajar adalah pembentukan, perubahan, penembahan, dan atau


pengurangan perilaku individu. Pembentukan dan perubahan itu bersifat
permanent, dan disebabkan oleh adanya latihan yang terarah, dan
perubahan itu bukan disebabkan kelelahan atau karena pengeruh minuman
keras, atau obat ramuan lainnya yang dapat mempengaruhi berfungsinya
syaraf

Dalam konteks yang sama, Ma’mun (1999: 39) menjelaskan tentang

belajar yaitu, “Perubahan yang relative permanent dalam perilaku atau potensi

perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda

yang disebabkan oleh pengeruh yang sifatnya sementara seperti sakit, kelelahan

atau pengeruh obat-obatan” lain halnya dengan Mayer (1987) (Ma’mun, 1999:

39), menjelaskan tentang definisi belajar yang beraliran kognitivisme bahwa,

“Belajar adalah perubahan yang relative permanent dalam pengetahuan

(knowledge) dan perilaku seseorangyang disebabkan oleh pengalaman”.

Dari beberapa pendapat tentang belajar yang berbeda aliran, dapat

simpulkan tiga hal pokok dalam belajar yaitu sebagai berikut:

1) Jangka atau durasi dari Perubahan yang diakibatkan oleh belajar berlangsung

dalam waktu yang lama.

7
8

2) Tempat terjadinya perubahan tersebut dalam isis dan struktur pengetahuan

berada di dalam memori atau perilaku orang belajar.

3) Penyebab perubahan tersebut adalah faktor pengalaman orang dan yang

belajar.

Berdasarkan pengertian belajar secara umum, pengertian belajar gerak

dijelaskan oleh Schmidt (Ma’mun, 1999: 43) bahwa,

Belajar gerak adalah suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan


latihan atau pengelaman yang mengarah pada terjadinya perubahan-
perubahan yang relative permanent dalam kemampuan seseorang untuk
menampilkan gerakan-gerakan yang terampil.

Beberapa hal yang harus diketahui tentang belajar:

1) Belajar merupakan suatu proses yang di dalamnya terjadi pemberian latihan

dan pengalaman. Kemampuan seorang individu berkembang dengan

sendirinya atau tanpa proses latihan. Kemampuan tersebut berkembang karena

terjadi kematangan dan pertumbuhan yang perubahannya hanya sampai pada

batas minimal. Namun perlu dipertanyakan sampai dimanakah tingkat

kemampuan keterampilan bias berkembang apabila tidak diberikan latihan

secara khsusus.

2) Belajar tidak langsung teramati. Dalam suatu proses pemberian latihan atau

pengalaman gerak terjadi banyak perubahan terhadap syaraf pusat. Perubahan

tersebut terjadi karena masuknya berbagai kemampuan dan pengalaman gerak

dalam system memori otak. Proses ini merupakan proses pemantapan

perubahan yang relative permanent. Kejadian tersebut pada umumnya tidak

dapat teramati secara langsung, sedangkan yang dapat teramati adalah berupa

perubahan-perubahan melalui penampilan gerak.


9

3) Perubahan yang terjadi relatif permanen. Proses belajar mengubah orang

menjadi baru. Dalam perubahan tersebut faktor latihan mempengaruhi

penampilan secara menetap. Perubahan kemampuan ini akan menjadi cirri dari

orang bersangkutan yang akan berguna ketika suatu waktu dibutuhkan.

Kemampuan yang baru itu akan terbawa kemanapun orang yang bersangkutan

berpindah tempat.

Proses adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang berlangsung bersamaan,

menghasilkan fakta, keadaan atau perubahan. Adanya perubahan yang relative

permanent akibat dari proses pengalaman yang merupakan tujuan dari belajar

gerak, sedang yang dipelajari adalah pola gerak cabang olahraga tertentu.

Dalam memperlajari pola gerak dalam suatu cabang olahraga seseorang

akan berusaha mengerti dan memperlajari, selanjutnya akan memerintahkan

kepada otot tubuhnya untuk melaksanakan gerakan yang telah dipelajari. Dengan

begitu belajar gerak merupakan suatu proses pengamatan praktik yang diulang,

menerapkan pola gerak pada situasi yang dihadapi.

2.1.1 Tahap-tahap Keterampilan Gerak

Proses belajar keterampilan gerak berlangsung dalam suatu rangkaian

kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan system syaraf

pusat, otak, dan ingatan secara fisiologis, urutan belajar keterampilan gerak

digambarkan Giriwijoyo (1992: 78) dalam ilmu faal olahraga.


10

Gambar 2.1

Uraian Proses Belajar Ketrampilan Gerak

Dari gambar tersebut dapat dijelaskan, bahwa informasi gerakan yang

diperoleh secara lisan maupun tulisan akan diterima oleh pusat kesadaran,

selanjutnya dilakukan analisa dan identifikasi macam-macam gerakan dasarnya,

dan urutan gerak dasar itu, kemudaian disampaikan ke pusat motorik untuk

dirumuskan menjadi pola gerakan kemudian akan disampaikan ke pusat

koordinasi.

Pelaksanaan gerakan itu dimonitor oleh propiceptor yaitu receptor yang

terdapat pada otot-otot, urat-urat, dan sendi-sendi untuk disampaikan kembali ke

pusat kesadaran sebagai umpan balik untuk dapat mengetahui penyimpangan

terhadap pola gerak, yang akhirnya pusat koordinasi mengedakan koreksi

terhadap pelaksanaan gerak.

Selanjutnya Fits dan Dosne (Lutan, 1991: 305) mengatakan bahwa,

“Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses belajar gerak dapat dilakukan


11

melalui tiga tahapan yang berurutan yaitu: (1) Tahap Kognitif, (2) Tahap

Asosiatif, (3) Tahap Otomatisasi”.

a) Tahap Kognitif

Dalam tahap ini siswa berusaha belajar dengan memahami, merumuskan,

dan merencanakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kapasitas dan tahap-

tahap kemampuannya. Pada tahap ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman

secara lengkap mengenai bentuk apa, kapan, dan bagaimana gerak itu dilakukan.

Oleh karena itu, kemampuan kognitif sangat mendominasi tahapan ini.

Instruksi, demonstrasi, film elips, dan informasi verbal lainnya secara

khusus memberi manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar

peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya pada

bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang. Contoh, beberapa keterampilan

mempunyai ketentuan yang sama, sehingga perolehan informasi sebelumnya

dapat digunakan untuk pengajaran yang baru. Beberapa gerakan yang sudah

dipelajari sebelumnya dapat disesuaikan dengan skill yang diinginkan (contoh,

mendribling bola basket, berlari, dan lay-up shot), dan menjadi bahan acuan untuk

pengajaran selanjutnya.

b) Tahap Asosiatif

Peserta didik selanjutnya memasuki tahapan motorik. Banyak persoalan

yang terkait dengan aspek kognitif yang telah dipecahkan, dan sekarang fokusnya

adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan

gerakan. Biasanya yang harus dikuasai konsentrasi sikap berdiri, control, dan

percaya diri. Contoh keterampilan yang memerlukan gerakan cepat seperti


12

melakukan gerak tipuan pada dribbling untuk melewati lawan. peserta didik mulai

melakukan sebuah program motorik (motor learning) untuk menyempurnakan

gerakan itu.

Banyak faktor yang berubah secara mencolok selama tahapan asosiatif,

dikaitkan dengan pola gerakan yang lebih efektif. Performance meningkat secara

cepat. Berbagai ketidak konsistenan dari suatu latihan ke latihan lainnya dilihat

sebagai upaya peserta didik untuk mencari solusi baru mengenai gerakannya.

Konsentrasi berangsur-angsur meningkat dan gerakannya mulai stabil, antisipasi

meningkat cepat.

c) Tahap Otomatisasi

Setelah peserta didik melakukan latihan lebih lama, secara berangsur-

angsur memasuki tahapan otomatisasi. Di sini motor program telah berkembang

dengan baik dan dapat mengontrol gerak dalam waktu singkat.

Peserta didik sudah menjadi terampil dan setiap gerakan yang dilakukan

lebih efektif dan efisien. Bahkan untuk keterampilan olahraga tertentu nampak

dilakukan dengan gerakan relaks dan mantap.

Seorang pemain bola yang telah mahir, mampu menembakkan bola ke

keranjang secara efektif, meskipun dalam posisi yang sulit. Secara fisiologis

Giriwijoyo (1992: 46) menjelaskan.

Hal ini dapat diartikan bahwa pada diri siswa telah terjadi suatu kondisi
refleks bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak
refleks yang efisien yang hanya akan melibatkan unsur motor unit yang
benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diperlukan.
13

2.1.2 Faktor-faktor yang Menentukan Keterampilan

Pencapaian suatu keterampilan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ma’mun

(1999: 66) membedakan faktor-faktor tersebut secara umum menjadi tiga hal yang

utama yaitu: “(1) faktor belajar mengajar, (2) faktor pribadi, dan (3) Faktor

situasional. Ketiga faktor inilah yang diyakini telah menjadi penentu utama untuk

mencapai keberhasilan dalam mempelajari keterampilan”. Agar lebih jelas

mengenai faktor-faktor tersebut, secara singkat penulis jelaskan sebagai berikut:

a) Faktor proses belajar (Learning Process)

Proses belajar yang baik tentunya harus mendukung upaya menjelmakan

pembelajaran pada setiap peserta didiknya. Dengan memahami berbagai teori

belajar, akan memberi penjelasan bagaimana pembelajaran biasa dijelmakan,

intisari dari adanya kegiatan pembelajaran adalah terjadinya perubahan dalam

pengetahuan dan perilaku individu pesera pembelajaran.

Dalam hal pembelajaran gerak, proses belajar yang harus diciptakan

adalah yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan yang digariskan oleh teori

belajar yang diyakini kebenarannya serta dipilih berdasarkan berbagai perubahan

dalam perilaku peserta didik ketika sedang belajar gerak harus diupayakan

kehadirannya. Dipihak lain teori-teori belajar mengarahkan kita pada pemahaman

tentang metode pengajaran yang efektif.

b) Faktor pribadi (Personal Factor)

Setiap orang (personal) merupakan individu yang berbeda-beda. Baik

dalam hal fisik, mental emosional, maupun kemampuan-kemampuannya. Ada

ungkapan dalam kehidupan sehari-hari bahwa si A berbakat dalam olahraga


14

pencak silat, si B berbakat pada olahraga beregu, dan sebagainya. Kesemua itu

bertanda bahwa kita merupakan individu-individu yang mempunyai cirri,

kemampuan, minat, kecenderungan, serta bakat yang berbeda-beda.

Dengan adanya perbedaan-perbedaan tersebut pada siswa yang

mempelajari suatu gerak, tidak mengherankan apabila kesuksesan siswa dalam

menguasai sebuah keterampilan terteentu, maka akan semakin mudah siswa itu

menguasai keterampilan yang dimaksud.

c) Faktor situasional (Lingkungan)

Faktor situasional yang dapat mempengaruhi kondisi pembelajaran lebih

tertuju pada keadaan lingkungan, antara lain seperti: tipe tugas diberikan,

peralatan yang digunakan termasuk media belajar, serta kondisi lingkungan

pembelajaran. Faktor-faktor ini pada pelaksanaanya akan mempengaruhi proses

pembelajaran serta kondisi anak, yang semuanya saling menunjang atau

sebaliknya.

Penggunaan peralatan serta media belajar, misalnya secara langsung atau

tidak tentu akan berpengaruh pada minat dan kesungguhan siswa dalam proses

belajar, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam

menguasai keterampilan yang sedang dipelajari. Kemajuan teknologi yang

berkembang pun dianggap penyebab utama dalam mendongkrak prestasi

seseorang, serta merupakan gambaran nyata dari terkusasinya keterampilan

dengan lebih baik lagi. Demikian pula dengan kemajuan dibidang kesehatan dan

kedokteran, telah mampu mengungkap rahasia dari kemampuan akhir manusia

dalam hal gerak dan keterampilan.


15

2.2 Loncat Tinggi

Sebelum membahas lebih jauh tentang loncat tinggi lebih dahulu akan

dibahas beberapa pengertian loncat tinggi menurut para ahli. Dalam kamus

olahraga dijelaskan: Loncat tinggi adalah melakukan loncatan agar dapat

mencapai tinggi loncatan yang setinggi-tingginya tanpa menjatuhkan bilah”.

Sedangkan Ballesteros (1979: 3) mengemukakan bahwa, “loncat tinggi adalah

meliputi gerak lari awalan, diikuti gerak tolak kaki, gerakan melayang, dan gerak

jatuh atau mendarat yang dilakukan atlet tanpa dibantu orang lain”. Selain itu

Sugito dan kawan-kawan (1994: 165) berpendapat bahwa, ”Loncat tinggi adalah

loncatan yang dilakukan dengan awalan lari, bertumpu dengan satu kaki untuk

berusaha melewati bilah loncatan yang dipasang di atas penopang tiang loncat

tinggi tanpa menjatuhkannya”.

Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, maka dapat penulis

simpulkan bahwa loncat tinggi adalah loncatan yang dilakukan dengan satu kaki

dengan mengerahkan segala kemampuan maksimal untuk berusaha melewati bilah

tanpa menyentuh atau menjatuhkannya. Untuk memberikan usaha penuh dalam

loncatan pada loncat tinggi, tentu hal ini tidak lepas dari pengaruh otot-otot yang

menunjang kemampuan loncat tinggi tersebut.

Latihan-latihan yang perlu diberikan terhadap atlet loncat tinggi adalah

bentuk-bentuk latihan yang langsung memberikan pengaruh pada kecepatan

awalan dan tolakan, tenaga otot yang berpengaruh terhadap tinggi loncatan.

Komponen-komponen tersebut dikemukakan oleh Ballesteros, (1979: 3) sebagai

berikut.
16

1) Kecepatan tolak (take off)

2) Sudut loncatan

3) Trajektori (lintasan perjalanan) titik pusat gravitasi

Untuk menunjang komponen-komponen tersebut, alat-alat tubuh kita arti

penting dalam usaha penuh untuk meloncat setinggi-tingginya sehingga tenaga

yang dikeluarkan tidak terbuang percuma.

Seperti olahraga yang lainnya, maka momor loncat tinggi pun mempunyai

beberapa macam gaya yaitu: gaya gunting (scissors), gaya guling sisi (western

roll), gaya guling perut (straddle), dan gaya flop (fosbury).

2.3 Loncat Tinggi Gaya Straddle

Dalam loncat tinggi terdapat fase-fase yang perlu diperhatikan serta sangat

menunjang terhadap prestasi atlet yang optimal. Fase-fase tersebut adalah: awalan,

tolakan, melewati bilah, dan mendarat.

1) Awalan

Arah awalan pada loncat tinggi gaya straddle dengan sudut 45 derajat

terhadap letak bilah. Panjang awalan sembilan langkah, tiga langkah pertama agar

selalu bertolak pada titik tolak yang dianjurkan menggunakan tanda-tanda. Kalau

tolakan dilakukan dengan kaki kiri, maka awalan dimulai dengan kaki kiri pula.
17

Gambar 2.2
Lari Awalan pada loncat tinggai Gaya Straddle
Sumber: Suparman, (1997: 82)

2) Tolakan

Tolakan kaki harus kuat agar menghasilkan ketinggian yang maksimal.

Untuk mencapai ini, langkah terakhir harus lebar, sikap badan agak menengadah

disertai gerakan ayunan kaki ke atas untuk membantu mengangkat titik berat

badan lebih tinggi. Sikap badan yang agak menengadah menyebabkan sudut

tumpuan yang besar, sehingga akan mempermudah gerakan mengayun kaki.

Tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar sekuat-kuatnya ke atas,

dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki ayun) ke depan ke atas, dan ayunan

kedua lengan ke atas ke belakang ke atas.


18

Gambar 2.3
Tolakan pada loncat tinggi gaya straddle
Sumber: Suparman, (1997: 82)

3) Melewati bilah atau diatas mistar

Setelah mencapai titik tinggi maksimal. Badan diputar ke kiri penuh

dengan kepala mendahului melewati bilah, perut dan dada menghadap ke bawah,

kaki tumpu yang semula bergantung, ditarik dengan sikap kangkang. Pada saat ini

kaki kanan sudah turun dan tangan sudah siap-siap untuk mendarat.
19

Gambar 2.4
Melewati bilah pada loncat tinggi gaya straddle
Sumber: Suparman, (1997: 82)
4) Mendarat (landing)

Tugas seorang pelompat tinggi setelah selesai pada saat si pelompat telah

melewati mistar yang harus dilompatinya, maka si pelompat harus mendarat

dengan kaki melentur dan berguling kedepan, belakang atau samping sesuai

dengan keadaan waktu mendarat.

2.4 Cara Mengembangkan loncat tinggi gaya straddle

Untuk memperoleh prestasi yang tinggi dalam loncat tinggi terutama

pada nomor loncat tinggi gaya straddle, para siswa harus melakukan latihan yang

terarah dan teratur. Tujuan utama dari latihan adalah untuk membantu para siswa

meningkatkan kemampuannya untuk mencapai prestasi yang semaksimal

mungkin.
20

Dalam pelaksanaan latihan ada empat aspek yang harus dikembangkan dan

dilatih secara seksama oleh para siswa. Keempat aspek tersebut dikemukakan oleh

Harsono (1988: 100) yaitu “aspek fisik, teknik, taktik, dan mental”.

1) Latihan fisik (phisicakal training)

Latihan Fisik merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh para

siswa untuk meningkatkan keterampilan. Perkembangan kondisi fisik yang

menyeluruh dapat diperoleh dari hasil latihan fisik, terutama bila latihan fisik

tersebut berdasar pada prinsip-prinsip latihan yang tepat.

2) Latihan Teknik

Latihan teknik bertujuan mempermahir teknik-teknik gerakan yang

diperlukan untuk melakukan suatu cabang olahraga. Dalam hal ini siswa berlatih

teknik-teknik loncatan dengan baik agar para siswa dapat meningkatkan

kemampuannya dalam melakukan loncat tinggi gaya straddle.

3) Latihan Taktik

Latihan teknik dikembangkan dengan tujuan agar para siswa dapat

mengambangkan daya tafsir dari latihan teknik loncatan yang telah dikuasai para

siswa membuat suatu strategi yang baik pada waktu melakukan loncat tinggi gaya

straddle agar mendapat prestasi yang optimal.

4) Latihan Mental

Latihan mental sangat berguna bagi para siswa. Latihan mental bertujuan

untuk mengembangkan sikap kedewasaan, emosional, dan implusif para siswa.

Perkembangan mental seorang atlet sangat penting, karena betapapun

sempurna perkembangan fisik, teknik, dan taktik seorang atlet jika tidak disertai
21

dengan perkembangan mentalnya seorang atlit akan kalah sebelum bertanding.

Latihan mental ini sangat berguna untuk mempertinggi efisiensi mental atlet,

terutama bila berada dalam situasi yang stress yang kompleks.

Faktor yang mempengaruhi loncat tinggi itu bukan hanya teknik saja,

tetapi ada juga faktor-faktor yang lain seperti yang dikemukakan oleh Ballesteros,

yaitu sebagai berikut:

1. Kecepatan Linier (percepatan lari awalan)

Lari awalan dilakukan secara progresif sampai kepada kecapatan

maksimal, kemudian memelihara kecepatan dan disusul membuat persiapan

tolakan dan merendahkan (sedikit) titik gravitasi pada langkah gerakan maju tujuh

sampai sembilan langkah progresif dengan percepatan terkontrol, sudut arah lari

45 sampai 55 derajat.

Persiapan: pada langkah-langkah terakhir titik pusat berat badan (centre of

gravity) direndahkan dengan membengkokan kaki dalam-dalam dan panjang

langkah kaki bengkok pada langkah berikutnya, sebelum terakhir memungkinkan

gerak maju kaki tolak dengan kaki hampir menyentuh tanah. Jarak lari

harus cukup panjang, sehingga memungkinkan peningkatan kecepatan sesuai

kebutuhan pada saat teke off.

2. Kecepatan tolak

Kecepatan horizontal, kekuatan gerak ke atas arah dorongan gerak kedua

lengan, semuanya menentukan tahap gerakan berikutnya. Perubahan dari gerak

maju ke muka, gerakan tersebut diperoleh dengan meenerapkan tenaga lifting

maksimum melalui kaki pada take off yang masih menyentuh tanah. Percepatan
22

vertical tergantung pada timing (saat) tenaga tersebut disalurkan. Dibantu dengan

gerakan ke atas dari kaki sebelumnya dan kedua tangan, idealnya kaki yang

meminpin harus mencapai kecepatan gerak ke atas yang maksimum pada saat

tubuh sudah lepas landas. Rotasi untuk melintasi bilah dibentuk dengan

memperhatikan gerakan linier ketika kaki masih take off masih di tanah, dan

dengan memindahkan momentum anguler ke pusat dari gaya berat tubuh. Kaki

yang meminpin sekarang diayunkan secepat mungkin melewati bilah, dengan

bagian kaki bawah harus kenmur. Akibatnya bagian kaki bawah akan terdorong

ke depan dan ke atas kemudian menjadi lurus pada gerakan ke arah atas.

3. Phase melayang

Tujuan latihan melayang melintasi bilah ini adalah untuk melatih tubuh

dan tungkai kaki agar terjadi penyesuaian dangan arah pusat gaya berat.

Maksudnya untuk mendapat lompatan yang baik. Persiapan untuk melakukan

lompatan dimulai saat setelah take off dilakukan secara lengkap. Persiapan ini

dapat dengan cara menyesuaikan posisi tubuh melompat dengan pusat dari gaya

berat tubuhnya sendiri. Keefisiensian loncatan ini sangat bergantung kepada

kemampuan atlet dalam meminimalkan jarak antara bilah dan pusat gaya berat

tubuhnya.

2.5 Naik Turun Kursi

Dalam penelitian ini penulis mencoba mengembangkan kondisi fisik para

siswa. Adapun kondisi fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan otot, daya tahan

otot, kelenturan, dan daya tahan jantung dan pernafasan.


23

Penulis dalam penelitian ini memberikan satu model latihan dengan

sebuah yaitu naik turun kursi.

Latihan ini sangat erat kaitannya dengan penelitian yang penulis lakukan,

karena naik turun kursi akan merangsang kontraksi otot-otot pada saat melakukan

loncatan-loncatan, karena latihan naik turun kursi sangat berkaitan dengan cabang

loncat tinggi gaya straddle, sehingga sebenarnya memenuhi prinsip latihan berupa

pengalihan dekat.

Bentuk latihan tersebut di atas bertujuan untuk mengembangkan daya

tahan kekuatan (dynamic strength), dan kelenturan otot-otot kaki dan tungkai.

Dengan adanya daya tahan kekuatan , daya tahan otot, kelenturan, dan

daya tahan jantung dan pernafasan yang dimiliki siswa dari hasil latihan

diharapkan dapat meningkatkan tinggai loncatan dalam loncat tinggi gaya

straddle.

Latihan naik turun kursi yang dimaksud gerakan ini adalah sikap awal

latihan ini berdiri berada didepan kursi yang tingginya kurang lebih 40cm.

Adapun gerakkannya adalah sebagai berikut, angkat kaki kiri ke atas kursi, disusul

oleh kaki kanan ke atas kursi, ketika berada diatas kursi kedua tungkai harus

benar-benar lurus. Kaki kiri kembali turun disusul oleh kaki kanan ke bawah

sehingga kedua tungkai benar-benar lurus dan berdiri tegak, ulangi gerakan ini

dengan kaki yang bergerak terlebih dahulu kaki kanan.


24

Gambar 2. 5
posisi naik dan turun kursi

Gambar 2.6
posisi berada di atas kursi

2.6 Kaitan antara naik turun kursi dengan loncat tinggi gaya straddle

Dalam penelitian ini penulis mencoba mengembangkan kondisi fisik para

siswa. Adapun kondisi fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan otot, daya tahan

otot, kelenturan, dan daya tahan jantung dan pernafasan.


25

Penulis dalam penelitian ini memberikan satu model latihan yaitu dengan

naik turun kursi. karena naik turun kursn ini akan merangsang kontraksi otot-otot

pada saat melakukan naik dan turun, karena naik turun kurs sangat mirip dengan

cabang loncat tinggi gaya straddle, sehingga sebenarnya memenuhi prinsip latihan

berupa pengalihan dekat.

Bentuk latihan tersebut di atas bertujuan untuk mengembangkan daya

tahan kekuatan (dynamic strength), dan kelenturan otot-otot kaki dan tungkai para

siswa. Dengan adanya daya tahan kekuatan , daya tahan otot, kelenturan, dan

daya tahan jantung dan pernafasan yang dimiliki siswa dari hasil latihan

diharapkan dapat meningkatkan tinggi loncatan dalam loncat tinggi gaya straddle.

Anda mungkin juga menyukai