BAB II
LANDASAN TEORI
oleh karena itu dalam konteks ini dijelaskan mengenai pengetian belajar secara
belajar yaitu, “Perubahan yang relative permanent dalam perilaku atau potensi
perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak bercirikan tanda-tanda
yang disebabkan oleh pengeruh yang sifatnya sementara seperti sakit, kelelahan
atau pengeruh obat-obatan” lain halnya dengan Mayer (1987) (Ma’mun, 1999:
1) Jangka atau durasi dari Perubahan yang diakibatkan oleh belajar berlangsung
7
8
belajar.
secara khsusus.
2) Belajar tidak langsung teramati. Dalam suatu proses pemberian latihan atau
dapat teramati secara langsung, sedangkan yang dapat teramati adalah berupa
penampilan secara menetap. Perubahan kemampuan ini akan menjadi cirri dari
Kemampuan yang baru itu akan terbawa kemanapun orang yang bersangkutan
berpindah tempat.
permanent akibat dari proses pengalaman yang merupakan tujuan dari belajar
gerak, sedang yang dipelajari adalah pola gerak cabang olahraga tertentu.
kepada otot tubuhnya untuk melaksanakan gerakan yang telah dipelajari. Dengan
begitu belajar gerak merupakan suatu proses pengamatan praktik yang diulang,
kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan system syaraf
pusat, otak, dan ingatan secara fisiologis, urutan belajar keterampilan gerak
Gambar 2.1
diperoleh secara lisan maupun tulisan akan diterima oleh pusat kesadaran,
dan urutan gerak dasar itu, kemudaian disampaikan ke pusat motorik untuk
koordinasi.
melalui tiga tahapan yang berurutan yaitu: (1) Tahap Kognitif, (2) Tahap
a) Tahap Kognitif
dan merencanakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kapasitas dan tahap-
secara lengkap mengenai bentuk apa, kapan, dan bagaimana gerak itu dilakukan.
khusus memberi manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah agar
peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari sebelumnya pada
dapat digunakan untuk pengajaran yang baru. Beberapa gerakan yang sudah
mendribling bola basket, berlari, dan lay-up shot), dan menjadi bahan acuan untuk
pengajaran selanjutnya.
b) Tahap Asosiatif
yang terkait dengan aspek kognitif yang telah dipecahkan, dan sekarang fokusnya
adalah membentuk organisasi pola gerak yang lebih efektif dalam menghasilkan
gerakan. Biasanya yang harus dikuasai konsentrasi sikap berdiri, control, dan
melakukan gerak tipuan pada dribbling untuk melewati lawan. peserta didik mulai
gerakan itu.
dikaitkan dengan pola gerakan yang lebih efektif. Performance meningkat secara
cepat. Berbagai ketidak konsistenan dari suatu latihan ke latihan lainnya dilihat
sebagai upaya peserta didik untuk mencari solusi baru mengenai gerakannya.
meningkat cepat.
c) Tahap Otomatisasi
Peserta didik sudah menjadi terampil dan setiap gerakan yang dilakukan
lebih efektif dan efisien. Bahkan untuk keterampilan olahraga tertentu nampak
keranjang secara efektif, meskipun dalam posisi yang sulit. Secara fisiologis
Hal ini dapat diartikan bahwa pada diri siswa telah terjadi suatu kondisi
refleks bersyarat, yaitu terjadinya pengerahan tenaga mendekati pola gerak
refleks yang efisien yang hanya akan melibatkan unsur motor unit yang
benar-benar diperlukan untuk gerakan yang diperlukan.
13
(1999: 66) membedakan faktor-faktor tersebut secara umum menjadi tiga hal yang
utama yaitu: “(1) faktor belajar mengajar, (2) faktor pribadi, dan (3) Faktor
situasional. Ketiga faktor inilah yang diyakini telah menjadi penentu utama untuk
dalam perilaku peserta didik ketika sedang belajar gerak harus diupayakan
pencak silat, si B berbakat pada olahraga beregu, dan sebagainya. Kesemua itu
menguasai sebuah keterampilan terteentu, maka akan semakin mudah siswa itu
tertuju pada keadaan lingkungan, antara lain seperti: tipe tugas diberikan,
sebaliknya.
tidak tentu akan berpengaruh pada minat dan kesungguhan siswa dalam proses
belajar, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
dengan lebih baik lagi. Demikian pula dengan kemajuan dibidang kesehatan dan
Sebelum membahas lebih jauh tentang loncat tinggi lebih dahulu akan
dibahas beberapa pengertian loncat tinggi menurut para ahli. Dalam kamus
meliputi gerak lari awalan, diikuti gerak tolak kaki, gerakan melayang, dan gerak
jatuh atau mendarat yang dilakukan atlet tanpa dibantu orang lain”. Selain itu
Sugito dan kawan-kawan (1994: 165) berpendapat bahwa, ”Loncat tinggi adalah
loncatan yang dilakukan dengan awalan lari, bertumpu dengan satu kaki untuk
berusaha melewati bilah loncatan yang dipasang di atas penopang tiang loncat
simpulkan bahwa loncat tinggi adalah loncatan yang dilakukan dengan satu kaki
loncatan pada loncat tinggi, tentu hal ini tidak lepas dari pengaruh otot-otot yang
awalan dan tolakan, tenaga otot yang berpengaruh terhadap tinggi loncatan.
berikut.
16
2) Sudut loncatan
Seperti olahraga yang lainnya, maka momor loncat tinggi pun mempunyai
beberapa macam gaya yaitu: gaya gunting (scissors), gaya guling sisi (western
Dalam loncat tinggi terdapat fase-fase yang perlu diperhatikan serta sangat
menunjang terhadap prestasi atlet yang optimal. Fase-fase tersebut adalah: awalan,
1) Awalan
Arah awalan pada loncat tinggi gaya straddle dengan sudut 45 derajat
terhadap letak bilah. Panjang awalan sembilan langkah, tiga langkah pertama agar
selalu bertolak pada titik tolak yang dianjurkan menggunakan tanda-tanda. Kalau
tolakan dilakukan dengan kaki kiri, maka awalan dimulai dengan kaki kiri pula.
17
Gambar 2.2
Lari Awalan pada loncat tinggai Gaya Straddle
Sumber: Suparman, (1997: 82)
2) Tolakan
Untuk mencapai ini, langkah terakhir harus lebar, sikap badan agak menengadah
disertai gerakan ayunan kaki ke atas untuk membantu mengangkat titik berat
badan lebih tinggi. Sikap badan yang agak menengadah menyebabkan sudut
dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki ayun) ke depan ke atas, dan ayunan
Gambar 2.3
Tolakan pada loncat tinggi gaya straddle
Sumber: Suparman, (1997: 82)
dengan kepala mendahului melewati bilah, perut dan dada menghadap ke bawah,
kaki tumpu yang semula bergantung, ditarik dengan sikap kangkang. Pada saat ini
kaki kanan sudah turun dan tangan sudah siap-siap untuk mendarat.
19
Gambar 2.4
Melewati bilah pada loncat tinggi gaya straddle
Sumber: Suparman, (1997: 82)
4) Mendarat (landing)
Tugas seorang pelompat tinggi setelah selesai pada saat si pelompat telah
dengan kaki melentur dan berguling kedepan, belakang atau samping sesuai
pada nomor loncat tinggi gaya straddle, para siswa harus melakukan latihan yang
terarah dan teratur. Tujuan utama dari latihan adalah untuk membantu para siswa
mungkin.
20
Dalam pelaksanaan latihan ada empat aspek yang harus dikembangkan dan
dilatih secara seksama oleh para siswa. Keempat aspek tersebut dikemukakan oleh
Harsono (1988: 100) yaitu “aspek fisik, teknik, taktik, dan mental”.
Latihan Fisik merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh para
menyeluruh dapat diperoleh dari hasil latihan fisik, terutama bila latihan fisik
2) Latihan Teknik
diperlukan untuk melakukan suatu cabang olahraga. Dalam hal ini siswa berlatih
3) Latihan Taktik
mengambangkan daya tafsir dari latihan teknik loncatan yang telah dikuasai para
siswa membuat suatu strategi yang baik pada waktu melakukan loncat tinggi gaya
4) Latihan Mental
Latihan mental sangat berguna bagi para siswa. Latihan mental bertujuan
sempurna perkembangan fisik, teknik, dan taktik seorang atlet jika tidak disertai
21
Latihan mental ini sangat berguna untuk mempertinggi efisiensi mental atlet,
Faktor yang mempengaruhi loncat tinggi itu bukan hanya teknik saja,
tetapi ada juga faktor-faktor yang lain seperti yang dikemukakan oleh Ballesteros,
tolakan dan merendahkan (sedikit) titik gravitasi pada langkah gerakan maju tujuh
sampai sembilan langkah progresif dengan percepatan terkontrol, sudut arah lari
45 sampai 55 derajat.
gerak maju kaki tolak dengan kaki hampir menyentuh tanah. Jarak lari
2. Kecepatan tolak
maksimum melalui kaki pada take off yang masih menyentuh tanah. Percepatan
22
vertical tergantung pada timing (saat) tenaga tersebut disalurkan. Dibantu dengan
gerakan ke atas dari kaki sebelumnya dan kedua tangan, idealnya kaki yang
meminpin harus mencapai kecepatan gerak ke atas yang maksimum pada saat
tubuh sudah lepas landas. Rotasi untuk melintasi bilah dibentuk dengan
memperhatikan gerakan linier ketika kaki masih take off masih di tanah, dan
dengan memindahkan momentum anguler ke pusat dari gaya berat tubuh. Kaki
bagian kaki bawah harus kenmur. Akibatnya bagian kaki bawah akan terdorong
ke depan dan ke atas kemudian menjadi lurus pada gerakan ke arah atas.
3. Phase melayang
Tujuan latihan melayang melintasi bilah ini adalah untuk melatih tubuh
dan tungkai kaki agar terjadi penyesuaian dangan arah pusat gaya berat.
lompatan dimulai saat setelah take off dilakukan secara lengkap. Persiapan ini
dapat dengan cara menyesuaikan posisi tubuh melompat dengan pusat dari gaya
kemampuan atlet dalam meminimalkan jarak antara bilah dan pusat gaya berat
tubuhnya.
siswa. Adapun kondisi fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan otot, daya tahan
Latihan ini sangat erat kaitannya dengan penelitian yang penulis lakukan,
karena naik turun kursi akan merangsang kontraksi otot-otot pada saat melakukan
loncatan-loncatan, karena latihan naik turun kursi sangat berkaitan dengan cabang
loncat tinggi gaya straddle, sehingga sebenarnya memenuhi prinsip latihan berupa
pengalihan dekat.
tahan kekuatan (dynamic strength), dan kelenturan otot-otot kaki dan tungkai.
Dengan adanya daya tahan kekuatan , daya tahan otot, kelenturan, dan
daya tahan jantung dan pernafasan yang dimiliki siswa dari hasil latihan
straddle.
Latihan naik turun kursi yang dimaksud gerakan ini adalah sikap awal
latihan ini berdiri berada didepan kursi yang tingginya kurang lebih 40cm.
Adapun gerakkannya adalah sebagai berikut, angkat kaki kiri ke atas kursi, disusul
oleh kaki kanan ke atas kursi, ketika berada diatas kursi kedua tungkai harus
benar-benar lurus. Kaki kiri kembali turun disusul oleh kaki kanan ke bawah
sehingga kedua tungkai benar-benar lurus dan berdiri tegak, ulangi gerakan ini
Gambar 2. 5
posisi naik dan turun kursi
Gambar 2.6
posisi berada di atas kursi
2.6 Kaitan antara naik turun kursi dengan loncat tinggi gaya straddle
siswa. Adapun kondisi fisik yang dikembangkan yaitu kekuatan otot, daya tahan
Penulis dalam penelitian ini memberikan satu model latihan yaitu dengan
naik turun kursi. karena naik turun kursn ini akan merangsang kontraksi otot-otot
pada saat melakukan naik dan turun, karena naik turun kurs sangat mirip dengan
cabang loncat tinggi gaya straddle, sehingga sebenarnya memenuhi prinsip latihan
tahan kekuatan (dynamic strength), dan kelenturan otot-otot kaki dan tungkai para
siswa. Dengan adanya daya tahan kekuatan , daya tahan otot, kelenturan, dan
daya tahan jantung dan pernafasan yang dimiliki siswa dari hasil latihan
diharapkan dapat meningkatkan tinggi loncatan dalam loncat tinggi gaya straddle.