Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIS

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoretis

1. Hakikat Belajar Gerak

Proses pembelajaran motorik secara prinsip memiliki kesamaan

dengan proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas. Istilah belajar

motorik tak terlepas dari pengertian istilah belajar pada umumnya. Belajar

motorik adalah perubahan internal dalam bentuk gerak (motor) yang dimiliki

individu yang disimpulkan dari perkembangan prestasinya yang relatif

permanen dan semua ini merupakan hasil dari suatu latihan. 1 Tahap-tahap

yang dilalui dalam proses belajar gerak adalah : (1) tahap kognitif, (2)

tahap fiksasi untuk gerak tertutup dan tahap asosiasi untuk gerak terbuka, (3)

tahap otonom.2

Tahap kognitif merupakan tahap, dimana seseorang belajar gerak

sedang mendapatkan masukan informasi sebagai bahan proses

pembentukan pola gerak dalam sistem memorinya. Pada dasarnya

seseorang yang sedang belajar gerak menerima informasi melalui alat-alat

reseptornya, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, sentuhan,yang

disebut panca indra. Makin sederhana dan jelasnya informasi yang masuk

9
2

akan cepat diterima dan disimpan dalam sistem memori.

Tahap fiksasi/asosiasi, merupakan tahap dimana seseorang sedang

mengaplikasikan pola rencana gerak. 3 Dalam hal ini seseorang yang belajar

gerak merujuk pada hukum asosiasi dimana unjuk kerja merupakan asosiasi

dari berbagai pengalaman bagi seseorang pada tahap-tahap sebelumnya.

Makin tepat pola gerak yang terbentuk dalam sitem memori akan menjadi

dasar untuk makin baik kinerja keterampilan yang dihasilkan. Salah satu

indikasi permanennya pola gerak dalam sistem memori adalah dengan makin

baiknya tingkat koordinasi gerak yang dilakukan oleh seseorang. Bila

keterampilan gerak terus dilakukan dengan pengulangan dan umpan balik

yang efektif akan dapat mempercepat proses otomatisasi gerak.

Tahap otonom, merupakan tahap akhir dan rangkaian proses belajar

gerak.4 Gerakan otomatisasi merupakan hasil dari latihan yang dilakukan

dengan efektif. Gerakan otomatisasi dalam mekanismenya tidak lagi

dikoordinasikan oleh sistem saraf pusat, melalinkan pada jalur singkat sistem

otonom.

Baik ahli-ahli pendidikan jasmani maupun ahli pendidikan berpendapat

bahwa belajar gerak erat kaitannya dengan upaya pemberian dan

pengorganisasian pengalaman gerak agar siswa dapat mengubah

kemampuan gerak ke arah kinerja keterampilan gerak tertentu.

Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan


3

kemampuan menggunakan gerakan anggota tubuh, sehingga memiliki

rangkaian urutan gerak yang teratur, tepat, cepat, luwes, dan lancar. Belajar

motorik memerlukan intelektual dan sikap, sebab belajar motorik bukan

hanya semata-mata hanya gerakan dan lain-lain. Aspek utama dalam belajar

gerak adalah tercapainya otomatisasi gerak. Gerakan yang sudah otomatis

merupakan puncak motorik.5

Sedangkan Singer berpendapat, bahwa belajar gerak memiliki tujuan

untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efisien dan

efektif.6

Abdulkadir Ateng membedakan gerak menjadi : (1) gerak tertutup

apabila tak ada faktor luar yang turut mengarahkan jalannya gerak, (2) gerak

terbuka apabila gerak harus disesuaikan dengan keadaan luar yang tidak

dapat diduga sebelumnya.7

Berdasarkan teori serta penjelasan para ahli tersebut, maka

pengertian belajar gerak adalah upaya pembelajaran dengan menggunakan

aktivitas sebagai media untuk mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu

yang minimum, meskipun tidak mengabaikan faktor kognitif dan afektif.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa belajar gerak merupakan : (1)

seperangkat peristiwa, kejadian, atau perubahan yang terjadi apabila

seseorang berlatih yang memungkinkan menjadikan seseorang berlatih yang

memungkinkan menjadi seseorang semakin terampil dalam melaksanakan

suatu kegiatan, (2) belajar gerak adalah hasil langsung dari praktek atau
4

pengalaman, (3) belajar gerak tak dapat diukur secara langsung, karena

proses yang mengantarkan pencapaian perubahan perilaku berlangsung

secara internal, (4) belajar gerak proses yang menghasilkan perubahan relatif

permanen.

2. Hakikat Hasil Belajar Passing atas Bola Voli

Berbagai macam pendapat serta pandangan yang dikemukakan oleh

pakar pendidikan tentang pengertian “belajar” dan “hasil belajar”. Pada

dasarnya terdapat kesamaan sebagai berikut : (1) belajar adalah terjadinya

perubahan pada individu yang melakukan belajar ; (2) hasil belajar adalah

kemampuan individu setelah melalui proses belajar, meliputi belajar kognitif,

afektif, dan psikomotor.

Seorang guru yang mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya

mengutamakan mata pelajaran saja, tetapi harus juga memperhatikan anak

itu sendiri sebagai manusia yang harus dikembangkan pribadinya. 8 Jadi,

dalam proses belajar mengajar harus dipelihara keseimbangan antara

perkembangan intelektual yaitu bahan pelajaran dengan perkembangan

psikologis, yaitu perkembangan anak sebagai pribadi yang utuh.

Untuk hasil belajar, Gagne dikenal dengan sistematika “Lima kategori

hasil belajar” atau “Five Major Catagories of Learned Capabilities” yang

secara khusus memperhatikan hasil belajar. Kelima kategori tersebut adalah :

(1) keterampilan intelektual (intellectual skill), yaitu kemampuan yang


5

membuat seseorang menjadi kompeten terhadap suatu subyek sehingga ia

dapat mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan menggeneralisasi suatu gejala ;

(2) strategi kognitif (cognitive strategy), yaitu kemampuan untuk bisa

mengontrol aktivitas intelektualnya dalam mengatasi masalah; (3) informasi

verbal (verbal information), yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan

bahasa lisan maupun bahasa tulisan dalam mengungkapkan suatu masalah ;

(4) keterampilan motorik (motor skill), yaitu kemampuan seseorang untuk

mengkoordinasikan gerakan otot secara teratur dan lancar dalam keadaan

sadar; (5) sikap (attitude), yaitu kecenderungan dalam menerima atau

menolak suatu obyek.9

Menurut Romiszowaki yang dikutip oleh Mulyono, memandang hasil

belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pengolahan dari berbagai

masukan. Berbagai sistem masukan dari sistem tersebut berupa berbagai

macam informasi, sedangkan pengeluarannya adalah berupa perbuatan atau

kinerja (performance). Romiszowaki membedakan dua jenis hasil belajar,

yaitu pengetahuan dan keterampilan.10

Hasil belajar merupakan bentuk perubahan ranah-ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor, sebagaimana dikemukakan oleh Hasibuan sebagai

berikut: Hasil belajar adalah perwujudan adanya perubahan pada ranah

kognitif, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu atau mengerti. Ranah afektif, yaitu

dari sikap acuh tak acuh menjadi penuh perhatian. Ranah psikomotor, yaitu

dari tidak tahu atau belum mengerti peran yang harus dimainkan sampai
6

dapat berperan secara aktif.11

Dengan demikian proses belajar merupakan jalan yang harus

ditempuh oleh siswa atau orang yang belajar untuk mengerti/memahami

suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui untuk dapat menerapkan apa

yang telah dipelajarinya.

Passing atas dalam permainan bola voli merupakan usaha seorang

pemain bola voli dengan cara mengunakan suatu teknik tertentu yang

tujuannya adalah untuk mengoper bola yang dimainkannya itu kepada teman

seregu untuk dimainkan di lapangan. Pada Permainan bola voli, bola tidak

boleh menyentuh lapangan. Sentuhan bola yang sebentar sudah cukup untuk

mencegah jatuhnya bola ke tanah, tetapi tidak cukup sampai disitu saja, bola

juga harus diteruskan pada rekan seregu atau dipantulkan ke daerah lawan,

dan gerakan ini harus dilakukan dengan cara yang menguntungkan pihak

regu sendiri.

Passing atas atas adalah cara pengambilan bola atau mengoper bola

dari atas dengan jari-jari tangan. Bola yang datang dari atas diambil dengan

jari-jari tangan di atas, agak di depan kepala. Pengambilan bola dari atas

dengan jari-jari tangan itu biasanya dilakukan untuk: 1). Pengambilan bola

yang datang dari atas atau menerima bola dari atas kepala, 2). Memberikan

umpan kepada teman yang akan melakukan smash yang sering disebut set

up. Sikap permulaan pada teknik passing atas adalah berdiri tegak, kedua

kaki agak dibuka, kedua lutut agak ditekuk badan sedikit condong ke depan.
7

Kedua siku ditekuk, jari-jari tangan dijarangkan dan dikuatkan membentuk

setengah bola. Ibu jari tangan berdekatan hingga membentuk huruf V ke

bawah dan berada di depan sebelah atas dekat dahi. Gerakan pada saat

bola datang mendekat, segera jari-jari tangan dipukulkan pada bola dengan

gerakan jari-jari tangan dikuatkan lalu dipukulkan pada bola, sehingga kedua

siku lurus ke atas dan serong ke depan. Kedua lutut diluruskan sehingga

tumit terangkat. Pada saat jari-jari tangan bersentuhan dengan bola, segera

gerakan tangan, pergelangan tangan, lengan, badan, lutut dan kaki secara

serempak hingga merupakan suatu gerakan yang harmonis.

Tahapan gerakan passing atas atas sebagai berikut: Tahap persipan:

a). Sikap Badan: Badan sedikit condong ke depan, berat badan bertumpu

pada ke dua kaki. b). SIkap Kaki: kedua lutut sedikit ditekuk dengan jarak

antara kedua kaki, kira-kira selebar bahu, dan satu kaki di depan. C). Sikap

tangan: Tangan diangkat setinggi dahi, jari-jari direganggkan dan kedua ibu

jari membentuj satu sudut.

Tahap kontak dengan bola: a). Sikap lengan: lengan digerakan lurus

ke atas. b). Sikap siku: kedua siku lurus ke atas, c). Sikap tangan: Tangan

digerakkan ke atas sehingga harmonis dengan gerakan lengan. d). Sikap jari-

jari: Pada saat bola datang mendekat, segera jari-jari tangan dikuatkan dan

dipukulkan pada bola dengan ruas jari pertama dan kedua terutama ruas

pertama ibu jari,

Tahap gerak lanjutan: a). Sikap kaki: kedua kaki sedikit diluruskan
8

mengikuti gerakan badan. b). Pergerakan: Pergerakan disini adalah

mengambil posisi siap seperti pada posisi tahap pertama. C). Arah: arah yang

dimaksud adalah menempatkan badan dengan jalannya permainan dan

selalu siap untuk melakukan passsing atas. Untuklebih jelasnya dapat dilihat

gambar berikut:

Gambar 1. Gerakan Passing atas Atas Bola Voli

Sumber: Barbara L. Viera,Bola Voli Tingkat Pemula

3. Hakikat Gaya Mengajar

Dewasa ini dunia pendidikan mengalami kemajuan pesat yang

ditandai dengan perhatian khusus terhadap bidang pengujian nilai-nilai

pendidikan, tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, dan metodologi

pengajaran.

Salah satu aspek pendidikan yang senantiasa dikembangkan melalui


9

penelitian adalah proses pengajaran, serta upaya untuk menghasilkan model-

model pengajaran yang tepat. Pada dasarnya diperlukan suatu teori

pengajaran yang bersifat universal yang difokuskan pada pengajaran sebagai

satu aspek tingkah laku manusia yang berdiri sendiri. Teori pengajaran

tersebut harus selalu menyertakan semua fenomena dan kondisi dari semua

unsur yang berintegrasi dalam kegiatan yang sebenarnya.

Dalam proses pengajaran diharapkan bisa meningkatkan kemampuan

masing-masing siswa dalam mengemukakan gagasan pribadinya. Oleh

karena itu seorang guru harus dapat menciptakan jembatan atau perantara

yang menghubungkan siswa dengan materi pelajaran, serta keharmonisan

dari semua pihak di dalam kegiatan tersebut, baik guru, materi palajaran dan

siswa.

Sebagai guru pendidikan jasmani, menurut B. E. Rahantoknam, harus

memproses tiga kompetensi untuk mengubah tingkah laku, yaitu : (1)

pengetahuan dan keterampilan dalam pendidikan jasmani, mencakup

memahami tubuh manusia, mampu melakukan berbagai aktivitas pendidikan

jasmani dan bagaimana belajar keterampilan motorik, (2) kemampuan

mengajar atau metode, dan (3) hubungan pribadi atau interaksi yang

bermakna.

Proses belajar mengajar dengan menggunakan strategi mengajar

yang tepat adalah sangat penting dalam upaya efektivitas dan efisiensi

proses. Strategi mengajar adalah kemampuan untuk menggunakan berbagai


10

metode penyebaran informasi kepada siswa melalui berbagai media dan

menyusun pengalaman praktek yang pada dasarnya berpusat pada diri

sendiri, interaktif, berdasar penemuan dan mandiri.

Mosston berpendapat bahwa strategi pengajaran seperti halnya

strategi perang, yang merupakan suatu cara untuk menyiasati sistem

pengajaran, sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan

efektif dan efisien. Selanjutnya dikemukakan spektrum gaya mengajar yang

dipilih, merupakan jembatan penghubung antara siswa dan materi pelajaran.

Spektrum pengajaran merupakan konsepsi teoritis serta rancangan,

pelaksanaan dari gaya pengajaran yang akan dipilih oleh seorang guru.

Dengan menggunakan spektrum pengajaran akan dapat memberikan

kemampuan yang diperlukan oleh setiap guru dalam pemilihan gaya

pengajaran tertentu, yang pada akhirnya akan membekali guru dengan

pengetahuan mengenai langkah-langkah untuk mencapai keberhasilan dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar.

Spektrum pengajaran tersebut menunjukkan pergeseran peran guru

kepada siswa dalam hal pengambilan keputusan. Perangkat keputusan terdiri

dari : (1) sebelum pertemuan (pre impact), adalah keputusan-keputusan yang

harus dibuat pada saat terjadi kontak pertama antara guru dengan siswa ; (2)

selama pertemuan (impact), keputusan-keputusan yang harus dibuat pada

saat dilakukannya ; (3) sesudah pertemuan (post impact), keputusan yang

diambil pada tahap evaluasi pemberian umpan balik kepada siswa.


11

Dari tiga tahapan di atas saling berhubungan satu sama lainnya dan

membentuk anatomi dari setiap gaya mengajar.

Berdasarkan Anatomi Gaya dari Mosston, dalam upaya

mengimplementasi dan mengaplikasikan spektrum gaya mengajar, Niel J.

Dougherthy mengemukakan enam gaya mengajar, yaitu : (1) gaya komando

(command style) ; (2) gaya latihan (task style) ; (3) gaya resiprokal (reciprocal

style) ; (4) gaya kelompok kecil (small group style) ; (5) gaya penemuan

terpimpin (guided discovery style) ; (6) gaya pemecahan masalah (problem

solving style).

Mosston mengemukakan sebelas gaya mengajar, sebagai berikut : (1)

gaya komando (the command style), (2) gaya latihan (the practice style), (3)

gaya resiprokol (reciprocol style), (4) gaya periksa diri (the self-check style),

(5) gaya inklusi (the inclution style), (6) gaya penemuan terpimpin (the guided

discovery style), (7) gaya penemuan konvergen (the convergent discovery

style), (8) gaya produk divergen (the divergent production style), (9) gaya

program individual (the individual program-learner design style), (10) gaya

inisiatif siswa (the learner initiated style), (11) gaya mengajar sendiri/diri (the

self-teaching style).

Jadi yang dimasud gaya mengajar adalah kemampuan menggunakan

berbagai cara untuk menyiasati sistem pengajaran sehingga tujuan proses

belajar mengajar dapat tercapai dengan efektif    dan efisien.


12

4. Hakikat Gaya Mengajar Latihan

Tidak ada satu gaya mengajar yang paling cocok untuk mata pelajaran

yang sama sekalipun. Untuk itu guru harus siap dengan beberapa alternatif

gaya mengajar apa yang akan diterapkan pada saat-saat tertentu. Untuk

memilihnya, tergantung pada kepekaan guru dalam memberikan bahan dan

tugas pengajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yang

diajarnya.

Gaya mengajar latihan merupakan salah satu model pengajaran yang

cocok diterapkan pada pendidikan jasmani, karena memiliki keunggulan

sebagai berikut : (1) guru akan mempunyai peluang untuk mengajar dalam

jumlah siswa yang banyak sekaligus, (2) siswa belajar untuk bisa bekerja

secara mandiri, (3) siswa mempelajari konsekuensi atas keputusan yang

mereka buat sesuai dengan ketentuan yang ada, (4) siswa belajar mengenai

keterbatasan waktu, (5) siswa bisa belajar mengenai sasaran yang harus

dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas tertentu, (6) siswa memiliki

kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa.

Ciri utama dari gaya latihan adalah selama pertemuan berlangsung

ada beberapa keputusan yang dipindahkan dari guru kepada siswa.

Pemindahan tersebut memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru

kepada siswa. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk menentukan cara

membuat keputusan sendiri, dengan tetap memperhatikan ketentuan yang

ada, mengenai : (1) sikap (postur), (2) tempat, (3) urutan pelaksanaan tugas,
13

(4) waktu untuk memulai tugas, (5) kecepatan dan irama, (6) waktu berhenti,

(7) waktu sela diantara tugas-tugas, (8) memprakarsai pertanyaan-

pertanyaan.

Pengajaran dengan gaya latihan didesain untuk meningkatkan

keterampilan siswa dengan cara menugaskan siswa untuk melakukan

banyak latihan berulang-ulang. Dengan pengulangan kegiatan tersebut

diharapkan adanya peningkatan kekuatan fisik serta keterampilan siswa yang

terlibat. Selain pengulangan gerakan, tidak kalah pentingnya adalah

pemberian umpan balik yang tepat mengenai penampilan yang telah

dilakukan oleh siswa.

Menurut teori Guthrie yang dikutip oleh    Lutan, drill itu berguna untuk

memperlancar siswa untuk melakukan lebih banyak jumlah respons yang

tepat dan benar. Dikatakan bahwa : keterampilan diperoleh melalui

pengulangan. Penguasaan suatu keterampilan, atau pemantapan

keterampilan baru akan diperoleh melalui repetisi dimana setiap fase latihan

mengembangkan kekompakan kaitan stimulus-respons.

Sasaran yang berhubungan dengan tugas penampilan adalah : (1)

berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah

didemonstrasikan dan dijelaskan, (2) memperagakan/ mendemonstrasikan

tugas penampilan yang diberikan, (3) lamanya waktu berkaitan dengan

kecakapan penampilan, (4) memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang

hasil (balikan) yang diberikan guru dalam berbagai bentuk. Anatomi gaya
14

latihan yang digambarkan Mosston dalam Gambar 2.

B Keterangan :
Pra Pertemuan (G) B. Gaya Latihan
Selama Pertemuan (S) G. Guru
Pasca Pertemuan (G) S. Siswa

Gambar 2. Anatomi gaya mengajar latihan.


Sumber : Musska Mosston (1994). Teaching Physical Education
            New York : Macmillan College Publishing Company Inc.,
    p. 32.

Sesuai dengan anatomi tersebut di atas, maka peran guru dan siswa

dapat dijelaskan sebagai berikut :

Sebelum pertemuan (G) : Guru menjelaskan disain lembar tugas yang

berisi apa yang harus dilakukan siswa dan bagaimana cara melakukannya,

dengan berfokus pada tugas. Guru menjelaskan disain lembar tugas cara

passing atas bola voli yang sudah dipersiapkan, yang harus diisi oleh siswa

dan cara bagaimana melakukannya dengan berpedoman pada tugas.

Selama pertemuan berlangsung (S) : (1) siswa menerima tugas, (2)

siswa membuat keputusan mengenai : sikap/postur, tempat, urutan

pelaksanaan tugas, waktu untuk memulai tugas, waktu berhenti, kecepatan

dan irama, waktu sela diantara tugas-tugas, memprakarsai pertanyaan-

pertanyaan.Sedangkan guru hanya mengawasi pelaksanaan tugas oleh

siswa, dan mengamati kesulitan ataupun kendala yang dihadapi oleh siswa.
15

Pasca pertemuan (G) : Guru memberi umpan balik kepada seluruh

siswa. Esensi dari pengajaran dengan gaya latihan adalah : (1) materi

pelajaran diberikan secara utuh dengan penjelasan langsung maupun melalui

lembar tugas, (2) latihan yang diberikan secara perorangan, (3) umpan balik

yang diberikan oleh guru secara perorangan kepada setiap siswa.

Dalam pengajaran gaya latihan, peran guru adalah memberikan

umpan balik kepada semua siswa, baik mereka yang telah berhasil

melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, maupun yang belum. Atas

dasar pendapat dan penjelasan di atas, gaya mengajar latihan adalah gaya

yang ditandai dengan adanya pergeseran pengambilan beberapa keputusan

dari guru kepada siswa selama proses belajar mengajar. Perpindahan

tersebut memberi peran dan tanggung jawab kepada siswa untuk

menentukan cara dan membuat keputusan sendiri dengan tetap

memperhatikan ketentuan yang ada.

Jadi yang dimaksud dengan gaya mengajar latihan dalam penelitian ini

adalah model pengajaran yang    diterapkan guru pada pendidikan jasmani,

dimana guru akan mempunyai peluang untuk mengajar dalam jumlah siswa

yang banyak sekaligus, siswa belajar untuk bisa bekerja secara mandiri,

siswa mempelajari konsekuensi atas keputusan yang mereka buat sesuai

dengan ketentuan yang ada, siswa belajar mengenai keterbatasan waktu,

siswa bisa belajar mengenai sasaran yang harus dicapai dengan

melaksanakan tugas-tugas tertentu, dan siswa memiliki kesempatan untuk


16

meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa.

5. Karakteristik Siswa Kelas XII SMA

Siswa Kelas XI mempunyai rentang usia antara 16 sampai dengan 17

tahun, dimana dalam usia tersebut masih dalam rentang usia remaja.

Meskipun usia remaja masanya pendek tetapi merupakan masa yang penting

bagi kehidupan seseorang karena seluruh potensi yang dimiliki perlu

didorong agar berkembang secara optimal. Untuk menentukan pembelajaran

gerak dengan tepat pada usia tersebut, guru pendidikan jasmani harus

memilih bahan ajar dengan tepat, mengetahui karakteristik gerakan anak

pada suatu tahap perkembangannya.

Masa usia Kelas XI memiliki karakteristik penghalusan dan

penyadaran dengan menggunakan gerak dalam keterampilan tertentu,

dengan menguasai gerak dasar secara bertahap maka akan menjadi lebih

mudah menyesuaikan gerak dengan tepat.    Setelah melihat dari karakteristik

siswa, guru menerapkan gaya mengajar yang paling tepat untuk digunakan

dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Selain itu pendekatan pembelajaran yang berbasis perkembangan

motorik siswa akan berimplikasi menyenangkan dan membuat siswa menjadi

semangat mengikuti proses pembelajaran yang diberikan oleh guru

Penjasorkes, karena siswa menemukan momentum untuk melepaskan

kepenatan setelah berjam-jam berdiam diri didalam kelas.


17

B. Kerangka Berpikir

Pada Gaya Mengajar Latihan, keputusan-keputusan ada pada guru

dan siswa. Pada sebelum pertemuan (pra-impact), keputusan dan peranan

berada pada guru, sedangkan selama pertemuan (impact) berlangsung, ada

beberapa keputusan yang berpindah kepada siswa.

Mereka diberikan peranan dan tanggung jawab baru, yaitu

mempelajari lembaran-lembaran tugas yang harus dilakukan. Lembaran

tugas tersebut berupa gambar-gambar rangkaian gerak passing atas bola voli

berikut penjelasan secara rinci. Lembaran tugas tersebut sebelumnya sudah

disediakan oleh guru.

Pada Gaya Latihan, siswa dituntut untuk berperan aktif dan diberi

tanggung jawab untuk mempelajari materi berupa lembaran tugas teknik

passing atas bola voli    yang disediakan oleh guru. Siswa diberikan peranan

untuk melakukan gerakan sesuai lembaran tugas yang telah diberikan dari

mulai sikap awal sampai sikap setelah perkenaan tangan dengan bola.

Selama pertemuan berlangsung, siswa harus dapat membaca dan

menafsirkan lembar-lembar tugas yang diberikan oleh guru. Mereka diberi

peran dan tanggungjawab.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tujuan teori serta kerangka berpikir, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :


18

Dengan menggunakan gaya mengajar latihan dapat meningkatkan hasil

belajar passing atas bola voli pada siswa kelas XI SMAN 18 Jakarta Utara.

Anda mungkin juga menyukai