Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 9

Nama: Muhammad Abrar


Nama: Tasya Alivia Bahar

Proses belajar gerak

Belajar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum. Belajar gerak menurut ( kiram
1995) adalah “sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan
oleh kondisi latihan, atau diperoleh dari pengalaman atau motivasi temporer dan fluktuasi
fisiologis, dan menuntut keterlibatan fisik secara aktif”. Menurut ( Slamet Riyadi 2011 ) “Pada
dasarnya belajar gerak merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan
berbagai keterampilan gerak secara efektif dan efisien”. Menurut( Aris Priyanto 2013 ) “belajar
gerak bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar gerak dasar dalam pembelajaran melalui
pendekatan bermain”. Menurut ( Rudi Hartono, Adang Suherman, Agus Rusdiana 2014 ) “
belajar gerak untuk mengetahui pengaruh model sports education (SEM) terhadap motivasi dan
intensitas gerak”.
Menurut ( Andri Arif Kustiawan, Aba Sandi Prayoga, Arief Nur Wahyudi, AWB Utomo 2019 )
Tujuan belajar gerak ini untuk meningkatkan hasil belajar kemampuan gerak dasar manipulatif
menggunakan alat bantu pembelajaran sederhana pada siswa.

Sebagai bagian dari belajar, belajar gerak mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah untuk
menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang
dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu.
Menurut Lutan (1988), belajar gerak adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif
permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat diamati
melalui penampilannya.

Misalnya di dalam belajar gerak keolahragaan, pelajar berusaha menguasai keterampilan gerak
yang sesuai dengan macam cabang olahraganya, dan kemudian memanfaatkannya agar
keterampilan gerak tersebut bisa diterapkan dalam bermain, berlomba atau bertanding olahraga.

Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses
belajar gerak. Proses belajar gerak pada hakikatnya berbeda dengan proses belajar yang lain.
Proses belajar gerak berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar afektif. Perbedaan
yang ada bersumber dari aspek-aspek yang dominan keterlibatannya di dalam proses belajarnya.
Yang dominan keterlibatannya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan psikomotor.
Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir; sedangkan yang
dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata
dominan di sini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih
intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri pelajar, sementara aspek fungsi yang lain juga
terlibat namun dengan intensitas yang lebih rendah. Dengan kata lain bahwa dalam ketiga
macam belajar yang disebutkan di atas semua aspek fungsi yang ada pada diri pelajar terlibat di
dalam proses belajar, namun intensitasnya berbeda-beda. Di dalam belajar gerak aspek fisik dan
psikomotor terlibat lebih besar dibanding aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan.

Dengan adanya salah satu aspek fungsi yang lebih dominan keterlibatannya di dalam setiap
macam belajar tersebut di atas, mengakibatkan adanya perbedaan-perbedaan dalam hal apa yang
terjadi.

•Perkembangan dan Belajar Motorik


Dalam diri pelajar selama proses belajar berlangsung. Apa yang terjadi dalam diri pelajar dan
apa yang harus diperbuatnya selama proses belajar gerak berbeda dengan apa yang terjadi dalam
diri pelajar dan yang harus diperbuat dalam proses belajar kognitif atau belajar afektif
Berdasarkan kepentingannya yang perlu dicakup dalam modul ini, dari ketiga macam belajar
yang telah dikemukakan hanya mengenai proses belajar gerak yang dibahas lebih lanjut.

Mengenai proses belajar gerak ini akan dibahas dalam kaitannya dengan apa yang terjadi pada
diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar, serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap
tahapan atau fase belajar. Menurut ( Rezeki Wibisono 2015 ), Proses belajar mengajar
merupakan rangkaian kegiatan dari mulai merencanakan, menyelenggarakan, melaksanakan
sampai kepada penilaiannya serta menyelenggarakan tindak lanjut apa dalam kegiatan belajar
mengajar.
Menurut ( Herawati Herawati 2020 ), Proses belajar anak hanya dapat diamati jika ada
perubahan perilaku yang berbeda dengan sebelumnya. Karena proses belajar tersebut adalah
serangkaian tahapan yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik pada individu yang belajar yang bersifat positif.
Mengenai hal ini ada beberapa ahli yang telah berusaha mengemukakan teorinya. Antara lain
ialah Paul Fitts bersama Michael Posner, kemudian juga Adam. Teori yang dikemukakan Fitts
dan Posner maupun yang dikemukakan oleh Adam bisa menjelaskan fenomena belajar gerak.
Dengan pembahasan mereka yang agak berbeda justru bisa digunakan semuanya dan saling
melengkapi. Fitts dan Posner di dalam menjelaskan tahapan atau fase belajar gerak lebih
menekankan pada tingkat penguasaan pelajar, sedangkan Adam lebih menekankan pada bentuk
perilaku pelajar. Walaupun demikian dasar berpikirnya sama. Teori yang mereka kemukakan
adalah sebagai berikut:

Fase Belajar Gerak Menurut Fitts dan Posner

Fitts dan Posner mengemukakan bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam 3 fase
belajar, yaitu:
1. Fase kognitif.
2. Fase asosiatif.
3. Fase otonom.
Penjelasan mengenai setiap fase belajar tersebut adalah sebagai berikut.

1) Fase kognitif

Fase kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase awal ini disebut
fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri pelajar adalah pelajar
menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih
belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan.

Pada fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan. Menurut
( Dian Andesta Bujuri 2018 ), Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan yang
sangat komprehensif yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir, seperti kemampuan
mengingat, bernalar, beride, berimajinasi dan kreatifitas. Menurut ( Ridho Agung Juwantara
2019 ), Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan menjadi lebih efektif, efisien, dan tepat
sasaran. Menurut ( Mona Anju Sansena 2022 ), Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perlakuan terhadap individu dalam proses belajar matematika harus didasari dengan
perkembangan kognitifnya sehingga, penerapan kegiatan belajar anak berbeda-beda tergantung
dengan fase usianya.

Pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya.
Informasi bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang
berbentuk penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi.
Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat Informasi ini bisa berbentuk contoh gerakan
atau gambar gerakan. Di sini indera pelihat aktif berfungsi.

Informasi yang ditangkap oleh indera kemudian diproses dalam mekanisme perseptual.
Mekanisme perseptual berfungsi untuk menangkap makna informasi. Dari fungsi ini pelajar bisa
memperoleh gambaran tentang gerakan yang dipelajari.
Setelah memperoleh gambaran tentang gerakan, maka gambaran tersebut diproses lagi ke
dalam mekanisme pengambilan keputusan. Dalam mekanisme ini pelajar mengambil keputusan
apa yang akan diperbuat. Apakah ia akan melakukannya atau tidak. Misalnya apabila gerakan
yang diketahui itu ternyata sulit atau dirasa membahayakan dirinya, bisa jadi pelajar tidak ingin
melakukannya karena takut, dan memutuskan untuk tidak melakukannya atau menolak untuk
melakukannya. Tetapi sebaliknya bila dari informasi tentang gerakan, pelajar merasa bisa atau
berani melakukannya, maka ia memutuskan untuk mencoba melakukannya. Keputusan ini
kemudian diwujudkan dalam bentuk rencana gerak. Selanjutnya, rencana gerak diproses dalam
mekanisme pengerjaan. Dalam mekanisme pengerjaan terjadi pengorganisasian respon untuk
dikirim sebagai komando gerak ke sistem muskular untuk diwujudkan menjadi gerakan tubuh.
Berdasarkan komando gerak tersebut terwujudlah gerakan-gerakan Melalui proses semacam
itulah pelajar mencoba melakukan atau mempraktikkan gerakan yang dipelajari. Dengan
mempraktikkan berulang-ulanggerakan demi gerakan, penguasaan keterampilan melakukan
gerakan menjadi meningkat. Pada fase kognitif pelajar belum bisa melakukan gerakan-gerakan
dengan baik. Setelah mempraktikkan berulang-ulang dan kemampuan melakukan gerakan-
gerakan sudah menjadi lancar dan baik, maka pelajar berarti sudah meningkat memasuki fase
belajar selanjutnya yaitu memasuki fase asosiatif.

2) Fase asosiatif

Fase asosiatif disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan
gerakan di mana pelajar sudah mampu melakukan gerakan- gerakan dalam bentuk rangkaian
yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktikkan berulang-ulang,
pelaksanaan gerakan akan menjadi semakin efisien, lancar, sesuai dengan keinginannya, dan
kesalahan gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, pelajar perlu tahu kesalahan yang
masih diperbuatnya! la bisa tahu kesalahan yang diperbuatnya melalui pemberitahuan orang lain
yang mengamatinya, merasakan gerakan yang dilakukan, atau melihat gambar rekaman
pelaksanaan gerakan. Dari ketahuannya tentang kesalahan gerakan yang

• Perkembangan dan Belajar Motorik


Dilakukan pelajar perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan mempraktikkan
berulang-ulang. Kemampuan untuk kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan
penguasaan gerak. selama mengenali Untuk meningkatkan penguasaan gerak diperlukan
kesempatan yang leluasa untuk praktik berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara
terpadu merupakan unsur penting menguasai berbagai gerakan keterampilan. Setelah rangkaian-
rangkaian gerakan untuk bisa dilakukan dengan baik, maka pelajar segera bisa dikatakan
memasuki fase belajar yang disebut fase otonom.

Anda mungkin juga menyukai