PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dibandingkan motorik halus. Misalnya anak akan lebih dahulu
menggenggam benda yang besar dibandingkan benda yang kecil karena
belum dapat mengontrol gerakan jari untuk melakukan keterampilan
motorik halus seperti memotong dan menggambar (Mitayani dkk., 2015:63).
2
mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai serta pembiasaan pola
hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan
perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.
3
kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan
yang diminatinya.
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam
tempo yang relatif pendek
dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik. Bakat
merupakan potensi yang
dimiliki oleh seseorang sebagai bawaan sejak lahir. Contoh seorang yang
berbakat melukis akan
lebih cepat mengerjakan pekerjaan lukisnya dibandingkan seseorang
yang kurang
berbakat. Sedangkan minat adalah suatu proses pengembangan dalam
mencampurkan seluruh
kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu kegiatan
yang diminatiny
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dimana siswa
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif
disusun dengan tujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa,
memfasilitasi pengalaman siswa dalam kepemimpinan dan pengambilan
keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berinteraksi dan belajar bersama dari berbagai platform (Afandi,
Chamalah dan Wardani, 2013:53)
4
menarik. Oleh karena itu, keunggulan pembelajaran kooperatif terletak pada
bekerja sama atau saling mengajar dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
Untuk meningkatkan keterampilan gerak motorik dalam mata
pelajaran PJOK, serta dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab
didalam kelompok dan dapat bekerja sama didalam kelompok
2. Bagi Guru
Diharapkan dapat menambah wawasan guru mengenai model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievemnt Devision (STAD).
3. Bagi Sekolah
Diharapkan untuk sekolah lebih menerapkan setiap pembelajaran
menggunakan kooperatif tipe Student Teams Achievemnt Devision
(STAD) agar setiap siswa mampu termotivasi untuk mendorong dan
saling membantu diantara siswa dalam meguasai keterampilan atau
pengetahuan yang disajikan oleh guru.
4. Bagi Peneliti
6
Melalui penelitian ini peneliti dapat mengetahui tentang bagaimana
meningkatkan Keterampilan gerak motorik mata pelajaran PJOK
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
E. Definisi Operasional
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
Orang tua hendaknya mengajarkan perkembangan fisik dan motorik
anak pada segala usia agar anak dapat meniru gerakan orang dewasa
disekitarnya. Perubahan sering terjadi dalam arah yang relatif dapat
diprediksi. Misalnya, sebelum anak belajar berjalan, ia terlebih dahulu
belajar mengangkat kepala, kemudian berdiri sendiri, merangkak, berdiri
dengan bantuan, dan kemudian berdiri tanpa bantuan.
9
organ yang kompleks dan menakjubkan. Semua organ ini terbentuk pada
masa prenatal (di dalam rahim).
10
sebelum ia belajar menggerakkan kakinya dengan sengaja. Kedua, prinsip
proksimal (dari dekat ke jauh) yang melambangkan perkembangan motorik,
dan dalam proses tumbuh kembang anak sangat penting untuk melatih
motorik anak.
11
sehari-hari dengan mudah. Contohnya seperti menulis, menggosok gigi,
membuka pintu, dan mengancingkan baju. Seperti halnya keterampilan
motorik kasar, keterampilan motorik halus juga berkembang seiring
bertambahnya usia anak.
12
Proses motorik pada tubuh manusia pada dasarnya dikendalikan oleh
hierarki kendali motorik, dan terdapat dua sistem saraf untuk pergerakan
motorik (Santosa Giriwijoyo, 2017). Secara fisiologis gerak dan aktivitas
motorik sistem muskuloskeletal diatur oleh saraf, tulang, sendi, dan otot
yang dirancang untuk saling menunjang dalam melakukan aktivitas dan
gerakan. Aktivitas direncanakan di otak, yang kemudian mengirimkan
perintah ke otot melalui sistem piramidal, yang berhubungan dengan
gerakan dan postur (Syaifuddin, 2017).
Bagian dari pendidikan saat ini adalah pendidikan jasmani, olah raga
dan kesehatan (PJOK). Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan potensi fisik serta membangkitkan
semangat sportivitas dan kesadaran akan pola hidup sehat.
13
tubuh dan pikiran. Terbukti meski aktivitasnya banyak, namun tetap ada
waktu untuk berolahraga karena sudah menjadi kebutuhan bagi tubuh
manusia.
14
pengalaman dan hasil, termasuk pembelajaran yang relevan secara sosial,
kecerdasan, estetika dan kesehatan.
Saat ini di Indonesia, olahraga telah menjadi gaya hidup dan menjadi
perhatian besar pemerintah. Saat ini dalam pendidikan Indonesia, ilmu
keolahragaan telah dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dan menjadi
mata pelajaran wajib di semua jenjang wajib belajar. Hal lain yang
menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mengembangkan olahraga adalah
dengan menyelenggarakan kejuaraan olahraga di tingkat pelajar dan
sekaligus memberikan ruang bagi kegiatan ekstrakurikuler olahraga di
semua jenjang pendidikan.
15
keterampilan gerak selama pembelajaran menunjukkan proses belajar gerak
siswa. Peningkatan keterampilan gerak tidak hanya disebabkan oleh faktor
kematangan saja, tetapi juga karena proses pembelajaran gerak yang
berlangsung melalui pendidikan jasmani. Proses pembelajaran gerak
berupaya untuk meningkatkan kualitas gerak fisik seperti, Orang berjalan
dengan gerak yang tepat dan benar, gerak lari dan lempar yang tepat agar
seluruh gerak dasar tersebut terlaksana dengan lebih efisien dan efektif
dalam menunjang aktivitas jasmani siswa sehari-hari.Metodologi (Sudana,
2021).
16
setiap siswa harus mampu bekerja dan menyelesaikan tugas yang diberikan
guru untuk membantu keberhasilan kelompoknya.
17
pembelajaran kolaboratif membantu mereka merasa percaya diri dan
termotivasi untuk menyelesaikan tugas motorik mereka.
18
1. Penyampaian tujuan dan motovasi Menyampaikan tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
untuk belajar.
2. Pembagian kelompok Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompoknya terdiri 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,
gender/jenis kelamin, ras atau etnik.
3. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan
terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan
aktif dan kratif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh
media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi
dalam kehidupan seharihari. Dijelaskan juga tentang keterampilan
dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan
pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-ara mengerjakannya.
4. Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim) Siswa belajar dengan
kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim
kerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan,
dorongan dan bantuan bila diperlukan. Tim kerja ini merupakan ciri
terpenting dari STAD.
5. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian
kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa
diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekarja sama.
Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar
tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal
sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
19
6. Pernghargaan prestasi tim Setelah pelaksanaan kuis guru memeriksa
hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100.
20
pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan.
Guru mengevaluasi hasil belajar seluruh siswa melalui pemberian
kuis tentang materi yang dipelajari.
Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekarja
sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar.
Guru menghitung skor yang diperoleh siswa secara individu
kemudian diakumulasikaan untuk mendapatkan skor kelompok.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor terbaik. Berdasarkan penjelasan diatas bahwa
langkah-langkah pembelajaran STAD tersebut akan diterapkan
sebagai langkah-langkah untuk membuat RPP.
21
d) Mengajarkan menghargai orang lain dan saling percaya e)
Dalam kelompok siswa diajarkan untuk saling mengerti
dengan materi yang ada, sehingga siswa saling memberitahu
dan mengurangi sifat kompetitif.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
23
Pelajaran PJOK Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pada Kelas 4 SD X. Selain itu, pendekatan kualitatif diharapkan dapat
mengungkap situasi dan permasalahan yang dihadapi.
a. Siklus I
1. Perencanaan
a) Merencanakan proses pelaksanaan Cooperative Learning
dengan metode STAD (Student Team Achievement
Devision) pada mata pelajaran PJOK materi keterampilan
gerak motorik.
b) Mengembangkan skenario model pembelajaran dengan
membuat RPP.
24
c) Menyusun LOS (Lembar Observasi Siswa).
d) Menyusun kuis (tes)
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini
yaitu melaksanakan proses Cooperative Learning dengan
metode STAD (Student Team Achievement Devision) pada
mata pelajaran PJOK materi keterampilan gerak motorik
yang telah direncanakan diantaranya:
a) Guru membuka pelajaran.
b) Guru menyampaikan materi pokok keterampilan gerak
motorik
c) Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang telah disampaikan dan masing-masing
peserta didik menulisnya dalam buku tulis mereka.
Kemudian meminta mereka untuk memikirkan
pertanyaan tersebut dan menuliskan jawaban yang telah
mereka dapatkan dari hasil pemikirannya.
d) Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa
yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan
pada tahap pertama.
e) Guru meminta kepada pasangan untuk melaporkan secara
bergiliran hasil diskusi yang telah mereka lakukan.
f) Guru mengulang tahap pertama sampai tahap ketiga agar
pertanyaan yang telah disiapkan guru bisa diselesaikan.
g) Guru memberikan klarifikasi jawaban atau menambahkan
penjelasan mengenai pertanyaan tadi.
h) Penutup.
3. Observasi
Kolaborator mengamati keaktifan peserta didik pada proses
pelaksanaan Cooperative Learning dengan metode STAD
25
(Student Team Achievement Devision) pada mata pelajaran
PJOK materi keterampilan gerak motorik.
4. Refleksi
a) Meneliti hasil kerja siswa terhadap kuis yang diberikan.
b) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat
kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran
pada siklus I.
c) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan
pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus II.
b. Siklus II
Setelah melakukan evaluasi tindakan I, maka dilakukan tindakan
II. Langkah-langkah siklus II adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan
a) Mengidentifikasi masalah-masalah khusus yang dialami
pada siklus sebelumnya.
b) Membuat RPP.
c) Menyusun LOS
d) Menyusun kuis (tes)
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan tahap ini yaitu Pengembangan
rencana tindakan II dengan melaksanakan tindakan upaya
lebih meningkatkan kreativitas dan kerjasama siswa dalam
proses pelaksanaan Cooperative Learning dengan metode
STAD (Student Team Achievement Devision) pada mata
pelajaran PJOK materi keterampilan gerak motorik yang
telah direncanakan.
3. Observasi
26
Kolaborator mencatat semua proses yang terjadi dalam
tindakan model pembelajaran, mendiskusikan tentang
tindakan II yang telah dilakukan mencatat kelemahan baik
ketidaksesuaian antara skenario dengan respon dari siswa
yang mungkin tidak diharapkan.
4. Refleksi
a) Meneliti hasil kerja siswa terhadap kuis yang diberikan.
b) Menganalisis hasil pengamatan untuk membuat
kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan pengajaran
pada siklus II.
c) Mendiskusikan hasil analisis untuk tindakan perbaikan
pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus
berikutnya
B. Subjek Penelitian
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 4
SD Negeri X dan peneliti.
C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri X. Waktu penelitian
dilakukan pada tanggal 03 Juli sampai 1 Agustus 2023 pada
semester gasal tahun ajaran 2023/2024.
D. Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif, terdapat berbagai teknik
pengumpulan data yang umum digunakan. Salah satunya
adalah wawancara, yang melibatkan interaksi langsung antara
peneliti dan partisipan untuk memperoleh pemahaman mendalam
tentang pengalaman, persepsi, dan pandangan mereka terkait
topik penelitian (Merriam, 2009). Observasi juga menjadi teknik
yang penting dalam penelitian kualitatif, di mana peneliti
27
secara aktif mengamati dan mencatat perilaku, interaksi, dan
konteks yang terjadi dalam situasi yang diteliti (Bogdan & Biklen,
2017).
Instrumen penelitian juga merupakan komponen penting
dalam penelitian baik kualitatif maupun kuantitatif.
Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif meliputi
panduan wawancara, daftar periksa observasi, dan pedoman studi
kasus yang digunakan untuk memandu pengumpulan data
(Merriam, 2009)
Lembar observasi merupakan pedomaan yang berisi indikator-
indikator yang digunakan untuk melakukan suatu pengamatan.
Indikatorindikator tesebut merupakan acuan sekaligus batasan-
batasan dalam melakukan observasi pada suatu penelitian sehingga
proses observasi yang diakukan menjadi terstruktur dan terarah serta
data yang dihasilkan tidak bias. Lembar observasi berfungsi untuk
memperoleh informasi pada suatu variabel, yang relevan dengan
tujuan penelitian dengan validitas dan reliabilitas setinggi mungkin.
Penelitian merupakan suatu proses sistematis yang
dilakukan untuk memperoleh pemahaman mendalam tentang
suatu topik atau fenomena. Dalam menjalankan penelitian,
pengumpulan data menjadi langkah penting dalam
memperoleh informasi yang diperlukan. Teknik pengumpulan
data yang tepat dan instrumen penelitian yang valid sangat
berperan dalam menghasilkan data yang akurat dan dapat
diandalkan. Dalam penelitian, terdapat dua pendekatan utama
yang sering digunakan, yaitu penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
memahami fenomena secara mendalam melalui interpretasi dan
analisis deskriptif, sedangkan penelitian kuantitatif bertujuan
untuk mengukur dan menganalisis data secara statistik (Creswell,
2014).
28
Pada Penelitian ini, berdasarkan observasi yang telah dikemukakan
oleh peneliti maka terdapat dua Lembar Observasi yaitu Lembar
Observasi Siswa dan Lembar Observasi Guru.
E. Analisis Data
Teknik analisis data adalah bagian inti dalam proses pengolahan data,
dimana pada tahapan ini peneliti atau praktisi data akan mengubah data
mentah menjadi kumpulan informasi yang bisa dimanfaatkan untuk
pengembangan bisnis.Teknik analisis data berdasarkan data yang digunakan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu analisis data kualitatif dan analisis
data kuantitatif. Pada analisis data kuantitatif kita akan bertemu data yang
berupa angka, sementara pada analisis data kualitatif kita akan bertemu
dengan data yang berupa non angka atau berupa narasi
29
Jenis analisis data kualitatif yang pertama dikemukakan oleh Miles dan
Huberman, dimana keduanya sama-sama setuju bahwa tahapan untuk
melakukan analisis data kualitatif terbagi menjadi tiga, yaitu:
Reduction. Pada tahapan ini data akan disederhanakan agar sesuai
dengan kebutuhan. Data yang sangat banyak akan menyulitkan
peneliti untuk mendapatkan informasi dengan cepat.
Display data. Setelah menghilangkan data yang tidak relevan, maka
tahapan selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk yang
lebih rapi dan sistematis, sehingga informasi akan lebih mudah
untuk didapatkan.
Conclusion drawing. Tahapan ini merupakan tahapan terakhir, yaitu
penarikan kesimpulan berdasarkan data yang sudah disusun dalam
bentuk yang lebih rapi.
30
data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut
secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang
berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya
reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan
(seringkal tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah
penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan
data mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung,
terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan,
mengkode, menelusur tema, membuat gugusgugus, membuat partisi,
membuat memo).
Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data
merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti tidak perlu
mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat
disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara,
yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian
singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan
sebagainya. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-
angka atau peringkatperingkat, tetapi tindakan ini tidak selalu
bijaksana.
2. Penyajian Data
Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini
31
bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara
yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi:
berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya
dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam
suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang
penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan
apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah
melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh
penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.
3. Menarik Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah
sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas
dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu
tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi
begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan
kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk
mengembangkan kesepakatan intersubjektif atau juga upaya-upaya
yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam
seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul
dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan
kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Kesimpulan
akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja,
akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar dapat dipertanggung
jawabkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
5(2), 1844-1852.
34