Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH TEACHING PERSONAL AND SOCIAL

RESPONSIBILITY MODEL DALAM PERMAINAN


SEPAKBOLA TERHADAP SIKAP TANGGUNG JAWAB
SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

Ujian Tengah Semester (UTS)

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS)


Mata Kuliah Belajar Pembelajaran Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Dosen : Dr. Ega Trisna Rahayu, S.Pd., M.Pd.

Oleh :

SEPTIAN RIJALUL HAKIKI


NPM. 2110631070125

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan tersusun dalam mewujudkan


lingkungan belajar dan terjalannya pembelajaran agar peserta didik secara
aktif meningkatkan potensi yang ada padanya untuk memiliki ilmu baik dalam
spriritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri, kecerdasan,
kepribadian, bahkan dalam berketerampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa serta negara (Melyza & Aguss, 2021)..

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk


menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku,
pikiran dan sifatnya (Thompson). Pendidikan merupakan usaha , pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada
kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri (M.J. Longeveld). Dalam bukunya
‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan Istilah
‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat
yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di
dalam masyarakat (Prof. Richey).

Pendidikan merupakan hal yang penting yang dibutuhkan oleh setiap


manusia, yaitu suatu proses untuk mengembangkan kemampuan diri agar
menjadi pribadi yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia akan dapat
mengetahui segala sesuatu yang tidak atau belum diketahui sebelumnya.

Salah satu definisi pendidikan jasmani yang patut dikemukakan adalah


definisi yang dilontarkanpada Lokakarya Nasional tentang Pembangunan
olahraga pada tahun 1981(Abdul Gafur, 1983:8-9) : Pendidikan jasmani
adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atauanggota
masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan
kesegaran jasmani, kemampuandan keterampilan, kecerdasan dan
perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalamrangka
pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Pengertian Pendidikan Jasmani Menurut Cholik Mutohir (Cholik Mutohir,


1992) Olahraga adalahproses sistematik yang berupa segala kegiatan atau
usaha yang dapat mendorongmengembangkan, dan membina potensi-potensi
jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagaiperorangan atau anggota masyarakat
dalam bentuk permainan, perlombaan/ pertandingan, dankegiatan jasmani
yang intensif untuk memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi
puncakdalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas berdasarkanPancasila.

Pendidikan jasmani terdiri dari kata pendidikan dan jasmani, pendidikan


adalah prosespengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakansesorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajarandan latihan (KBBI, 1989),
jasmani adalah tubuh atau badan (fisik). Namun yang dimaksudkandengan
jasmani di sini bukan hanya badan sahaja tetapi keseluruhan (manusia
seutuhnya),kerana antara jasmani dan rohani tidak dapat dipisah-pisahkan.
Jasmani dan rohanai merupakansatu kesatuan yang utuh yang selalu
berhubungan dan selalu saling berpengaruh.

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang


memanfaatkan aktiviti fizikaluntuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, sertaemosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk
total,daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas
fisik dan mentalnya.Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu
bidang kajian yang sungguh luas.
Pendidikan jasmani merupakan aspek penting dari kurikulum sekolah
menengah dimana pada sekolah menengah peserta didik sudah memasuki fase
remaja. Masa remaja merupakan periode antara masa kanak-kanak dan
dewasa, yang berusia antara 13 sampai 19 tahun Dimana pada usia remaja,
anak memiliki lebih banyak kebijaksanaan atas bagaimana dan dimana daya
kognitif mereka akan dikerahkan dan pada masa remaja sebagian besar
perubahan terjadi pada biologis, kognitif, psikologis, dan karakteristik sosial
(Raibowo, 2020).

Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam


membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dalam berbagai
tuntutan dalam kehidupannya. Djamarah (2008, hlm. 13) “belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.”.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara mahasiswa dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik.

Masalah Kenakalan remaja menjadi hal yang penting untuk


dicarikan jalan keluar yang tepat. Kenakalan remaja merupakan salah satu hal
yang dirasa meresahkan baik oleh pihak sekolah dan juga orangtua. Hal ini
menggambarkan belum terbentuknya tangung jawab dan perilaku social yang
matang dan menentukan pergaulan dan hubungan social. Pembelajaran
Pendidikan Jasmanu mempunyai tujuan mengembangka dan memberikan
kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa agar dapat terlibat langsung
dalam proses pembelajaran baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor.
Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran yang meliputi berbagai
unsur seperti unsur pengetahuan tentang bermacam-macam nilai dan juga
beraneka keterampilan dari dulu hingga sekarang.
Agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, selain harus dapat
mengendalikan kecemasan juga harus memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi namun sangat disayangkan, pada masa sekarang ini, semakin pesatnya
teknologi menyebabkan seseorang lebih asik dengan dunianya sendiri
dibandingkan harus berinteraksi dengan orang lain. Hal itu menyebabkan
kurangnya menghargai orang lain, kurangnya rasa empati dan lebih
mementingkan diri sendiri. Tanggung jawab merupakan kemampuan untuk
memberikan respon, tanggapan, atau reaksi secara cakap, serta sikap dan
perbuatan dalam penilaian yang positif. “Responsibility means taking care
of others, our surroundings and ourselves.

Tanggung jawab sering kali dilihat oleh guru sebagai kepatuhan terhadap
aturan dan ekspektasi peran di sekolah. Tanggung jawab belajar mengajar
merupakan bagian penting dalam mempersiapkan siswa untuk berperan dalam
masyarakat sebagai orang yang bertanggungjawab (Severinsen, 2014).
Menurut Lewis, et al. (2012) bahwa responsibility bagi siswa memiliki posisi
yang sangat penting, karena: (1) untuk mencapai keberhasilan studinya di
lembaga pendidikan, (2) merupakan persiapan mereka untuk berperan di
masyarakat. Oleh karena itu, perlu ditanamkan tanggung jawab terhadap
siswa.

Pada awalnya, Teaching Personal and Social Responsibility model ini


dibuat oleh Hellison (1978) untuk menghasilkan fondasi pribadi dan sosial
yang solid melalui pekerjaan dalam domain fisik dan motorik siswa.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan keterampilan dasar pribadi dan sosial
pada setiap individu melalui latihan olahraga, yang akan memungkinkan
dia untuk berintegrasi ke dalam masyarakat dengan cara yang memuaskan
(Hellison, 1995), untuk mencapai empat tujuan, diantaranya: harga diri,
aktualisasi diri, pemahaman, dan hubungan interpersonal.

Karakteristik utama dari model ini adalah strukturnya dalam lima tingkat
(level) tanggung jawab: Tingkat 1: menghormati hak dan perasaan orang lain;
Tingkat 2: partisipasi dan upaya; Tingkat 3: pengarahan diri sendiri; Tingkat
4: membantu orang lain dan kepemimpinan; serta Tingkat 5: transfer ke luar
gym. Level terakhir ini terhubung dengan empat sebelumnya,
mengintegrasikan implementasi tanggung jawab yang diperoleh di luar kelas.

Teaching Personal and Social Responsibility diciptakan untuk


mengajarkan keterampilan hidup kaum muda yang kurang terlayani, seperti
menghargai orang lain, empati, kontrol diri, otonomi atau keterampilan
kepemimpinan melalui olahraga (Escartí, A., Goig, R. L., & Wright, P., 2017,
hlm. 3). Model ini didasarkan pada sejumlah elemen penting (Hellison,
2011) yang mengkarakterisasi dan membedakannya dari yang lain. Model
pembelajaran Teaching Personal and Social Responsibility (TPSR) sudah
didasarkan pada konsep-konsep yang menumbuhkan ketahanan, yang dapat
memiliki dampak positif pada rasa partisipan akan masa depan siswa (Walsh,
D. 2008, hlm. 219).

Bagaimanapun, guru perlu menggunakan pendekatan instruksional


yang tepat seperti mengajar TPSR (Alcala, D.H, Fernández Río, Calvo,
G.G., & Pueyo, A.P., 2018, hlm. 1). Begitu pula dengan dosen memiliki
fungsi yang sama dengan guru dalam hal mendidik mahasiswa. Inti dari
model TPSR membahas dua nilai tanggung jawab: yaitu yang berfokus pada
kesejahteraan pribadi (upaya dan pengarahan diri sendiri) dan yang lain pada
kesejahteraan sosial (menghormati hak dan perasaan orang lain), dan merawat
dan membantu orang lain (Martinek, T. & Hellison, D., 2016, hlm. 9).
Sehingga mereka yang berpartisipasi dalam model TPSR belajar bagaimana
mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial mereka secara
bertahap, mengalami perilaku dan sikap yang akan membantu mereka
menjadi orang yang bertanggung jawab (Caballero, P., Delgado, M.A. &
Escarti, A., 2013, hlm. 428).

TPSR ini menawarkan strategi dan keterampilan bagi para mahasiswa


untuk lebih bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik
di dalam maupun di luar konteks sekolah (Pozo et.al., 2018, hlm. 73). Model
TPSR adalah model pendekatan yang lebih menekankan pada perkembangan
individu dan sosial anak didik melalui motivasi intrinsik (Suherman, A.,
2009, hlm. 9). Pemilihan model pembelajaran TPSR ini karena model ini
dapat memupuk lingkungan yang positif dan menciptakan pertumbuhan diri
(Walsh, D.S., Ozaeta, J. & Wright, P.M., 2010, hlm. 15-16).

Menurut buku Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (2004)


dijelaskan permainan sepak bola adalah permainan yang dilakukan dengan
jalan menyepak dan memiliki tujuan untuk memasukkan bola ke gawang dari
tim lawan.

Permainan sepak bola hampir seluruhnya menggunakan kemahiran kaki


dan kepala, kecuali penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota tubuh
manapun.Saat ini, permainan sepak bola sudah mulai dimasukkan ke dalam
kurikulum pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Penjaskes) di sekolah
formal.

Ada beberapa tujuan permainan sepakbola yang harus kamu pahami


sebelum mempraktikkannya secara langsung di lapangan hijau. Tujuan
permainan sepak bola adalah:

 Memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya


 Mempertahankan gawang sendiri dari serangan tim lawan untuk
tidak kemasukan bola
 Melatih kecerdasan otak untuk mengimplementasikan strategi dan
taktik dari pelatih
 Memiliki tubuh dan badan yang sehat
 Mendapatkan prestasi dalam olahraga sepak bola yang dapat
mengharumkan nama sekolah, klub, hingga negara

Teknik Dasar Permainan Sepak Bola untuk bermain sepak bola dengan
baik, maka kamu harus menguasai beberapa teknik dasar dalam permainan
sepak bola.Teknik dasar dalam permainan sepak bola adalah:
 Menendang (Kicking): Melakukan umpan, menendang, dan
menembak bola ke gawang
 Menghentikan (Stoping): Melakukan kontrol terhadap bola dan
menghentikan bola dengan kaki dalam maupun luar
 Menggiring (Dribbling): Melakukan giringan terhadap bola untuk
melewati lawan dan menghambat permainan
 Menyundul (Heading): Melakukan umpan dan mencetak gol
dengan menggunakan kepala
 Merampas (Tackling): Melakukan perebutan bola dari lawan
 Menjaga Gawang (Keeper): Menangkap, menangis, dan melempar
bola yang akan masuk ke gawang

Olahraga sepak bola merupakan olahraga yang telah memasyarakat dan


banyak digemarindi seluruh negara di dunia umumnya. Di Indonesia
khususnya sudah mengenal permainan sepak bola ini baik pria, wanita, tua
ataupun muda bahkan dari anak-anak usia Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah Atas ini semua dibuktikan dengan banyaknya lapangan yang
digunakan, baik berupa sawah-sawah lapangan kasar bahkan dijalan-jalan.

Sepak bola adalah merujuk pada permainan yang dilakukan oleh dua tim
berbeda, dengan komposisi pemain yang berada lapangan sebanyak sebelas
orang. Dimana masing-masing tim berupaya untuk menang dan mencetak gol
ke gawang lawan. Dalam pengertian sepak bola, kemudian permainan ini
melibatkan pergerakan unsur fisik, mental, motorik kasar dan motorik halus,
serta di bangun dengan kekuatan tim yang solid. Pergerakan semua unsur
tersebut dilakukan untuk menjaga pergerakan bola tetap dinamis dan melewati
garis gawang.

Adapun bola yang digunakan dalam permainan berbentuk oval, dimana


setiap pergerakannya dilakukan setiap pemain menggunakan kaki dan hanya
penjaga gawang (kiper) yang bisa menyentuh bola menggunakan tangan.
Momen dan peristiwa dari pertandingan sepak bola memang memberikan
kesan yang tidak terlupakan dan selalu menarik perhatian untuk dilihat
gerakan demi gerakannya. Tidak salah sepakbola menjadi salah satu olahraga
favorit di dunia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,


masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Siswa terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.


2. Masih banyaknya siswa yang lalai dalam proses pembelajaran
sehingga menimbulkan kemalasan.
3. Kurangnya kepedulian terhadap teman yang memiliki kesulitan pada
proses pembelajaran.
4. Peserta didik merasa jenuh dan tidak bergairah ketika melakukan
kegiatan dalam berolahraga.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas dan agar peneliti ini lebih
fokus pada suatu permasalahan maka peneliti ini dibatasi pada
“Pengaruh Teaching Personal And Social Responsibility Model dalam
Permainan Sepakbola Terhadap Sikap Tanggungjawab Siswa Sekolah
Menengah Atas”.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada batasan masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalah sebagai berikut : Teaching Personal And Social
Responsibility Model dapat berpengaruh dalam permainan sepakbola
terhadap sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari Teaching Personal
And Social Responsibility Moder dalam permainan sepakbola terhadap
sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas.

E. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang terjadi dalam penelitin,
dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dengan kalimat
pernyataan. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis merupakan bagian yang
menjadi dugaan atau terkaan atas apapun yang diamati.
Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Ha : Terdapat pengaruh Teaching Personal And Social
Responsibility Model dalam permainan sepakbola terhadap
sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas.
2. Ho : Tidak Terdapat pengaruh Teaching Personal And
Social Responsibility Model dalam permainan sepakbola
terhadap sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas.

Relevan dengan hipotesis diatas, dapat dirumuskan hipotesis Tindakan


pada penelitian ini adalah sebagai berikut: adanya pengaruh Teaching
Personal And Social Responsibility Model dalam permainan sepakbola
terhadap sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas.

F. Penjelasan Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pengaruh Teaching
Personal And Social Responsibility Model dalam permainan sepakbola
terhadap sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas. Hasil
penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan yang dapat digunakan pada
penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh
Teaching Personal And Social Responsibility Model dalam permainan
sepakbola terhadap sikap tanggungjawab siswa sekolah menengah atas.
G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh melalui penelitian ini baik secara


teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

3. Secara Teoritis.

Dapat menunjukkan bukti secara ilmiah terhadap sikap


tanggungjawab siswa sekolah menengah atas, sehingga dapat dijadikan
sebagai model pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

4. Secara Praktis.
a. Bagi Tenaga Pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dalam
pembelajaran, khususnya pada sikap tanggungjawab dalam
permainan sepakbola.
b. Bagi Peserta Didik
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap
tanggungjawab dan pengetahuan para siswa dalam pembelajaran
permainan sepakbola melalui model pembelajaran TPSR.
c. Bagi Peneliti
Peneliti mengharapkan sebagai sebuah sarana pembelajaran untuk
dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan, sebagai
suatu upaya untuk menambahkan pengetahuan wawasan dan
pengalaman dalam proses pembinaan sebagai calon pendidik.

Anda mungkin juga menyukai