Anda di halaman 1dari 4

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM ILMU DAN PRAKSIS PENDIDIKAN

Pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaanya. Pendidikan
terbentuk dari berbagai kegiatan, atau kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan individu. Manusia pada hakikatnya
terlahir dalam keadaan yang baik, namun tetap lingkungan di sekitar kita akan mempengaruhi
perilaku dan pola pikir kita, karena itulah kita membutuhkan pendidikan.

Pendidikan adalah media untuk membentuk manusia yang sebenarnya, menurut Ki Hajar
Dewantara pendidikan adalah proses humanisasi atau memanusiakan manusia atau menjadikan
seseorang menjadi manusia sesuai dengan kodratnya. Maksudnya adalah pendidikan merupakan
proses pembudayaan yakni suatu usaha agar seseorang menjadi manusia yang seutuhnya, berbudi
luhur, berakhlak mulia, memiliki kecerdasaan dan kepribadian yang baik sesuai nilai dan norma
yang dijunjung. Hakikat pendidikan menurut para penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991), secara tegas menyatakan pendidikan adalah tahapan pengubahan sikap dan tingkah laku
manusia melalui ikhtiar pengajaran dan pelatihan. Sebagai contoh, manusia membutuhkan
pangan untuk mereka konsumsi sebagai upaya mempertahankan hidupnya, maka mereka diajari
bagaimana cara mendapatkan pangan tersebut dengan memberikan pengetahuan cara bertani atau
bercocok tanam.

Poerbakawatja & Harahap (1981), Poerwanto (1985), dan Winkel (1991) sebagai mana
dikutip Drs. H. Baharuddin, M. Pdi (2010) masing-masing mengartikan pendidikan dengan
ungkapan yang maksudnya relatif sama bahwa pendidikan adalah usaha yang disengaja dalam
bentuk perbuatan, bantuan, dan pimpinan orang dewasa kepada anak-anak agar mencapai
kedewasaan. Jika dilihat maksud anak-anak di dalam pengertian tersebut adalah manusia yang
terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai tugas dan tuntutan dalam
tahap perkembangannya. Menurut M.J Lavengeld (1980) bahwa tujuan umum pendidikan adalah
kedewasaan atau manusia dewasa, yaitu manusia yang menentukan sendiri secara mandiri atas
tanggung jawab sendiri. Jika disimpulkan dari pendapat-pendapat para ahli, tujuan pendidikan
adalah mengusahakan manusia agar mampu mengemban tugas-tugas dengan sesuai kriteria
kedewasaannya, sehingga manusia mampu mengendalikan diri, mandiri, dan terampil sesuai
cita-cita dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Manusia sebagai objek pendidikan tentu memiliki perilaku yang beragam, dimana seorang
pendidik harus mampu berupaya mengintegrasikan dan mengharmonikan perilaku dan fungsi-
fungsi kejiwaan yang beragam tersebut agar proses belajar dan mengajar dapat berjalan dengan
baik. Menurut F. Patty (1982) karena yang dihadapi pendidik adalah manusia yang dinamis dan
hidup, butuh seni tersendiri (the art of teaching) untuk mengajarnya. Oleh karena itu, peran
psikologi pendidikan dalam pendidikan dinilai sangat penting karena psikologi merupakan
pembimbing yang terbesar bagi pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Psikologi pendidikan
dapat diartikan sebagai ilmu yang mengajari perilaku individu dalam proses pendidikan. Dalam
pengertian ini terdapat dua aspek pokok yang perlu diperhatikan, yaitu perilaku individu dan
proses pendidikan. Psikologi pendidikan mengkaji masalah-masalah yang dialami peserta didik
dalam proses pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas, mempelajari bagaimana seorang
pendidik menghadapi persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya, bagaimana memahami cara
belajar peserta didik dengan beragam perilaku dan fungsi kejiwaan, serta bagaimana mengambil
keputusan untuk pengelolaan pembelajaran yang lebih tepat. Dapat dibayangkan jika seorang
pendidik tidak menguasai ilmu psikologi pendidikan maka ia akan mengalami kesulitan dalam
menghadapi peserta didik, sulit mengatur suasana belajar yang cocok untuk peserta didik dengan
perilaku dan sifat tertentu, dan sulit menciptakan iklim belajar yang kondusif, sehingga membuat
proses pendidikan dan pengajaran tidak dapat mencapai tujuannya karena masalah-masalah di
dalam pendidikan tersebut tidak teratasi dengan baik.

Di dalam proses pendidikan tentulah kita akan menjalani proses pelatihan dan
pembelajaran. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
belajar, baik aktual maupun potensial. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu
proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari
terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu
bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena
sesuatu hal (Drs. Noehi Nasution 1992: 4). Artinya, saat kita belajar dan melewati proses
pembelajaran secara bertahap kita akan mendapatkan kemampuan baru sebagai hasil dari proses
belajar tersebut. Misalnya, peserta didik menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat,
mudah bergaul, dan dengan pembelajaran yang interaktif itu pun akan membuat peserta didik
menjadi lebih mudah menerima pelajaran.

Selain dari proses pembelajaran, pendidikan juga tidak lepas dari peran seorang pendidik
dalam artian disini adalah seorang guru. Menurut Abin Syamsudin (2007:155) guru (ialah orang
dewasa yang karena jabatannya secara formal) selalu mengusahakan terciptanya situasi yang
tepat (mengajar) dengan mengerahkan segala sumber dan menggunakan srategi belajar mengajar
(teaching-learning strategy) yang tepat (appropriate). Tanpa guru apalah arti sebuah bangsa,
seorang guru bukanlah hanya sebagai pengajar namun juga pendidik. Sehingga, tak heran jika
guru dikatakan sebagai pembangun insan cendekia karena saat seorang guru mendidik para
peserta didiknya dengan baik dan sungguh-sungguh dari situlah lahir para pembesar-pembesar
bangsa. Sebagai fasilitator pendidikan seorang guru mempunyai peranan yang besar dalam
hubungannya di aktivitas pembelajaran , antara lain guru berperan sebagai pengambil inisiatif,
pengarah, dan penilai pendidikan. Dari sudut pandang psikologi, guru berperan sebagai :

1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi
pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.

2. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang
yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan
peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.

3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu membentuk menciptakan kelompok dan
aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Inovator, yaitu guru merupakan orang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan tentang
sesuatu yang baik.

5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi
terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

Peran guru sebenarnya tidak berhenti sampai situ, ada tanggung jawab moral yang harus
guru tanggung karena profesinya Guru adalah seseorang yang menularkan pengetahuan dan
ilmunya kepada peserta didik (kognitif), menanamkan nilai-nilai dan keyakinan kepada peserta
didik (afektif), dan melatih keterampilan kepada peserta didik (psikomotor). Sebagai seorang
evaluator seorang guru juga berperan dalam pembentukan karakter peserta didik, seorang guru
harus mampu menafsirkan, mempertimbangkan, dan mengevaluasi kebersihasilan proses
pembelajaran agar peserta didik mengetahui apakah yang ia lakukan sudah benar, dan apa
pencapaian yang telah ia capai. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh pendidik tidak
semata-mata hanya membuat seseorang menjadi cerdas secara akademik saja, namun lebih
menekankan pada perkembangan positif dan potensi manusia.

(http://annisasfath.blogspot.com/2017/09/selingan-psikologi-pendidikan-dalam.html?m=1)

Nama : Nolan Gita Sari

NIM : 1800379

Kelas : DPTM A

Tugas : Riviu BAB 1 (Psikologi Pendidikan dalam Ilmu dan Praksis Pendidikan)

Dosen : 1. Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd

2. Liah Siti Syarifah, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai