Anda di halaman 1dari 18

KETERAMPILAN GERAK

Paper ini Disusun sebagai Ujian Akhir Semester

Mata kuliah Belajar Motorik

BAYU ALAMSYAH

11190007

PROGRAM STUDI DIII ILMU KEPELATIHAN OLAHRAGA

AKADEMI OLAHRAGA PRESTASI NASIONAL

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Selanjutnya kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nita Eka Aryanti, M.Pd selaku
dosen mata kuliah tersebut. Dan kepada pihak terkait yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan pembuatan makalah di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Mudah-mudahan makalah ini dapat menambah wawasan dan


pengetahuan para pembaca. Sebelumnya penulis memohon maaf bila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Belajar Keterampilan Gerak

B. Tahapan Belajar Gerak

1. Tahap Koginitif

2. Tahap asosiatif

3. Tahap Otomatis

C. Pra syarat Belajar Keterampilan Gerak

1. Kejelasan Ide Tugas

2. Disposisi Atensi Dan Motivasi Atas Keterampilan

3. Umpan Balik

D. Hakikat dan Tujuan Keterampilan Gerak

E. Keterampilan Terbuka dan Tertutup Dalam Pembelajaran Gerak

F. Keterampilan Distret, Kontinyu, dan Serial Dalam Pembelajaran Gerak

G. Pendekatan Deduktif-Induktif dalam Pembelajaran Gerak

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani atau yang lebih dikenal dengan Penjas (Dikjas)


merupakan salah satu mata pelajaran formal, yang telah diberikan mulai
dari sekolah dasar hingga sekolah menengah. Peranan Pendidikan Jasmani
adalah sangat penting, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis.

Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus


membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Pendidikan
jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari
oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran
pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan.
Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model
pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetap
pada siswa. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan
konsep lain. Konsep. Itu menyamakan pendidikan jasmani dengan setiap
usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ
tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness),
kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill
development). Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas
pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam
konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah tentu proses
tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar
pelakunya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kekeliruan yang
sering dijumpai adalah banyak orang yang beranggapan bahwa pendidikan
jasmani hanya berisi dengan kegiatan olahraga.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Belajar Keterampilan Gerak?

2. Apa saja Tahapan Belajar Gerak?

3. Bagaimana Pra syarat Belajar Keterampilan Gerak?

4. Apa Hakikat dan Tujuan Keterampilan Gerak?

5. Bagaimana Keterampilan Terbuka dan Tertutup Dalam Pembelajaran


Gerak?

6. Bagaimana Keterampilan Distret, Kontinyu, dan Serial Dalam


Pembelajaran Gerak?

7. Bagaimana Pendekatan Deduktif Induktif Dalam Pembelajaran Gerak?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana belajar keterampilan gerak

2. Untuk mengetahui apa saja tahapan belajar gerak?

3. Untuk mengetahui bagaimana pra syarat belajar keterampilan gerak?

4. Untuk mengetahui apa saja hakikat dan tujuan keterampilan gerak?

5. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan terbuka dan tertutup


dalam pembelajaran gerak?

6. Untuk mengetahui bagaimana keterampilan distret, kontinyu, dan


serial dalam pembelajaran gerak?

7. Untuk mengetahui bagaimana pendekatan deduktif induktif dalam


pembelajaran gerak?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Belajar Keterampilan Gerak

Kekhasan Pendidikan jasmani yaitu proses pembelajaran yang terlihat dari


pembelajaran keterampilan gerak untuk gaya hidup aktif, dengan kata lain
guru Pendidikan jasmani dalam mengajarkan siswa dengan banyak ide
kognitif, keterampilan dan juga kontribusi utama dalam sikap dan nilai
siswa artinya dalam gaya hidup aktif.

Keterampilan gerak adalah kemampuan seseorang untuk melakukan suatu


tugas gerak secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Keterampilan
gerak pada setiap orang berbeda-beda, banyak faktor yang
mempengaruhinya antara lain faktor tingkatan usia, pengalaman gerak.
Sifat dasar dari sebuah keterampilan adalah memaksa seorang pelajar
untuk lebih membuat pertimbangan ketika merencanakan belajar dari
pengalaman. Untuk membantu praktisi memahami sifat dasar dari
keterampilan gerak, beberapa sistem klasifikasi atau taksonomi telah
mengembangkan keterampilan gerak dari beberapa unsur-unsur umum.
Mengetahui perbedaan keterampilan dapat membantu praktisi dalam
merencanakan pembelajaran dan mempraktekan pengalamannya sebagai
sebuah titik awal untuk penilaian penampilan

Pengertian belajar gerak adalah Belajar suatu proses yang dilibatkan dalam
melakukan gerak dan penyaringan/seleksi suatu ketrampilan motorik
tentang apa yang menjadi penghambat gerak tersebut. Studi yang terkait
belajar gerak yakni motor control yang melibatkan system syaraf, phisik
dan aspek tingkah laku tentang pergerakan manusia. Dari latar belakang
tersebut di atas perlu dibuat rancangan pembelajaran siswa di sekolah
agar tujuan pembelajaran dan keterampilan gerak yang ingin dicapai bisa
terlaksana dengan baik. Semua strategi pembelajaran tidak akan sama dan
efektif untuk semua pelajar sehubungan dengan perbedaan individu.
Masing-masing orang akan memiliki kemampuan yang berbeda, ciri yang
secara genetik menentukan peningkatan atau membatasi kemampuan kita
untuk menjadi terampil dalam satu tugas tertentu .

Pada dasarnya keterampiloan gerak diperlukan dalam banyak hal misalnya


gerak berjalan maerupakan keterampilan yang bersifat perkembangan,
sehingga semua siswa-siswa bias menguasaunya sebagai akibat kesiapan
bersifat maturase dan kondisi lingkunganyang mendorong perkembangan
mereka. Keterampilan gerak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari. Salah satu keterampilan gerak yang bersifat mendasar yaitu berjalan.
Keterampilan gerak ini bersifat perkembangan, maksudnya semua orang
mampu menguasai keterampilan berjalan ini seiring dengan pertumbuhan
dan perkembangan individu tersebut. Saya melihat setiap kali ada
sekumpulan anak sedang beristirahat di sekolah, cenderung mereka
“mempekerjakan” alat gerak mereka. Kesemua aktivitas itu tidak
mendapat bimbingan, mereka bergerak dengan atau tanpa kesadaran
gerak mereka sebetulnya. Meskipun demikian, kesemua pengembangan
pola-pola gerak dasar sebagian besar berkembang dari hasil belajar gerak.

Para ahli mengatakan bahwa pengajaran merupakan proses


memberitahukan, proses mentransfer, proses membantu, proses
menyampaikan, proses menyebarkan dan dalam belajar gerak ada saat
mempragakan pada anak bagaimana cara melakukan suatu tugas gerak
yang kemudian anak diberi kesempatan untuk mencoba melakukan tugas
gerak tersebut. Ini temasuk jenis proses pembelajaran dengan pendekatan
yang bersifat langsung. dengan instruksi langsung inilah dapat membantu
seseorang untuk belajar gerak.

Setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Kita tidak bisa menyamaratakan


kemampuan anak termasuk saat belajar keterampilan gerak. Penerapan
pendekatan untuk merancang lingkungan belajar keterampilan gerak
menuntut seorang guru pendidikan jamsani maupun instruktur gerak
untuk memahami benar kondisi dan kebutuhan yang dihadapi anak. Anak
yang belajar dengan pendekatan ini sebetulnya ia tidak menyadari akan
proses yang mereka lakukan. Respon geraklah yang merupakan suatu
respon terkoordinasi dari suatu system dinamis dalam berbagai kondisi
kemampuan anak.

Pembelajaran keterampilan gerak, baik dalam pembelajaran pendidikan


jasmani maupun latihan mandiri dengan bimbingan instruktur memiliki
banyak aspek yang khas. Pendekatan yang digunakan dalam proses belajar
gerak masih sejalan dengan teori belajar pada umumnya. Belajar
keterampilan gerak dapat dilakukan melalui pendekatan teori behaviorism,
model pemrosesan informasi atau model strategi kognitif. Pada
pendekatan behaviorism lebih menekankan pada dukungan eksternal yang
diyakini akan berperan membentuk perilaku. Disini guru atau instruktur
memiliki peran sebagai model/contoh langsung. Pada pendekatan
behaviorism berusaha memecah beberapa tugas gerak menjadi bagian-
bagian kecil agar tugas gerak mudah dikuasai anak yang selanjutnya akan
ditambahkan beberapa tingkat kesulitan secara bertahap. Sedangkan pada
pendekatan model pemrosesan informasi lebih menyarankan cara-cara
agar guru dapat menyajikan informasi kepada siswa yang selanjutnya anak
akan belajar memecahkan masalah, mencipta, dan belajar bagaimana
menstransfer apa yang telah mereka pelajari.

B. Tahapan Belajar Gerak

Cara yang bermanfaat untuk menggambarkan bagaimana suatu


keterampilan gerak di pelajari oleh seseorang diuraikan oleh fitts dan
posner (1967). Sesuai dengan pendapat mereka, secara aktual seseorang
harus melalui tiga tahapan sebelum ia dapat menguasai gerak terampil.

Ada tiga tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa untuk dapat
mencapai tingkat keterampilan yang sempurna (otomatis). Tiga tahapan
belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan. Apabila ketiga tahapan
belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar pendidikan
jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa yang selama
ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani
yang ideal. Tahapan belajar gerak yang dimaksud adalah: tahap kognitif,
tahap asosiatif/fiksasi, tahap otomatis. Untuk lebih jelasnya dapa
diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Kognitif

Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan
gerak, pertama kali yang harus dilakukan adalah memberikan informasi
untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh
siswa dengan benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi
tentang apa, mengapa, dan bagaiman cara melakukan aktifitas gerak yang
akan dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor-
plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara melakukan
keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian
oleh guru dalam proses belajar gerak, maka sulit bagi guru untuk
menghasilkan anak yang terampil mempraktekkan aktivitas gerak yang
menjadi prasyarat tahap belajar berikutnya.

2. Tahap Asosiatif/Fiksasi

Pada tahap ini siswa mulai mempraktekkan gerak sesuai dengan konsep
konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya. Tahap ini juga
sering disebut sebagai tahap latihan. Pada tahap latihan ini siswa
diharapkan mampu mempraktekkan apa yang hendak dikuasai dengan
cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari.
Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau
otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup? Apabila siswa telah
melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan
secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada akhir
tahap ini siswa diharap kan telah memiliki keterampilan yang memadai.

3. Tahap Otomatis

Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil,
karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya, siswa dapat
merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru
untuk dilakukan.Tanda-tanda keterampilan gerak telah memasuki tahapan
otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa
berpikir lagi terhadap apa yang akan dan sedang dilakukan dengan hasil
yang baik dan benar.

C. Pra syarat Belajar Keterampilan Gerak

Ide awal dalam belajar dan pembelajaran siswa tentang suatu


keterampilan gerak, mereka harus memunyai prasyarat untuk belajar
keteramoian tersebut. Prasyarat suatu keterampilan seringkali terkait
dengan keterampilan yang telah dikuasainya, yakni beberapa kemampuan
atau keterampilan yang mudah. Prasyarat itu juga sering mencakup
keharusan dimilikinya kemampuan jasmani untuk melakukannya.
Prasyarat kemampuan jarang ditegaskan guru, dalam proses
pembelajarannya guru tersebut menganalisis suatu keterampilan dengan
terlibat secara kosisten dalam upaya untu menentukan mengapa siswa
tidak dapat melakukan suatu keterampilan.

1. Kejelasan Ide Tugas

Apabila siswa telah memiliki persyarat, maka perhatian berikutnya yakni,


apakah mereka telah memahami dengan jelas apa yang sedang mereka
lakukan? Kebanyakan masalah belajar keterampilan terjadi karena siswa
melakukan gerakan dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak benar.

Program gerak merupakan representasi memori suatu pola gerakan yang


hampir abstrak dan biasanya tidak melibatkangerakan spesipik yang
dioperasikan khusus oleh searangkaian otot dan anggota badan, namun
suatu pola yang dapat memberikan generalisasi bermacam-macam respon.
Sebagai contoh anda mempunyai program untuk menulis yang biasanya
anda lakukan dengan tangan dan pensil misalnya atau namun bila anda
menulis nama anda di pasir dengan kaki anda akan tetap dapat membaca
apa yang anda tulis.
2. Disposisi Atensi Dan Motivasi Atas Keterampilan

Ketika siswa belajar keterampilan gerak, mereka harus aktif trlibat dalam
proses belajar. Keterlibatan aktif dalam belajar bisa timbul manakala para
siswa termotivasi untuk belajar. Biasanya motivasi melibatkan suatu
disposisi untuk ikut serta dalam suatu perilau tertentu.

Motivasi adalah aspek penting dalam belajar karena belajar merupakan


suatu proses aktif yang diupayakan agar terjadi belajar, maka seseorang
harus aktif terlibat dalam prosesnya. Unsur krisis dalam belajar yaitu
pemposesan aktif oleh siswa hal yang dipelajariya. Biarpun memungkinkan
untuk merancang suatu situasi yang mendorong para siswa agar beproses
aktif dalam kegiatannya tanpa ada motivasi tinggi untuk belajar suatu
keterampilan, namun hal yang lebih mudah merancang situasi yang akan
menghasilkan pemrosesan perlaku aktif bila siswa termotivasi untuk
belajar. Ide tentang pemrosesan aktif terkait langsung dengan aspek
kognitif dalam akuisisi keterampilan gerak.

3. Umpan Balik

Para teoritikus belajar sering menekankan peran penting umpan balik


dalam belajar. Umpan balik adalah suatu informasi yang di terima siswa
atas penampilannya. Umpan balik berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan hasil dan pengetahuan penampilan. Pengetahuan hasil
biasanya terkait dengan informasi tentang hasil gerakan, misalnya apakah
bola masuk ke basket. Pengetahuan penampilan biasanya berupa
informasi yang siswa terima atas pelaksanaan suatu gerakan, bagaimana
perasaan/pikiran siswa atas suatu gerakan atau karakteristik bentuk suatu
gerakan. Siswa dapat memperoleh informasi tentang penampilannya
secara internal dari informasi sensoris, seperti auditori, visual, atau
kinestetik, atau melalui informasi eksternal yang siswa terima dari orang
lain.

D. Hakikat dan Tujuan Keterampilan Gerak

Bagaimana guru memberlakukan tujuan pembelajaran keterampilan gerak


pada suatu kelas, sangat ditentukan oleh jenis keterampilan gerak yang
akan diajarkan. Keterampilan gerak bisa dipilah berdasarkan kriteria yang
berlainan, misalnya keterampilan gerak halus (fine) atau kasar (gross);
sederhana atau kompleks, mendasar (fundamental) atau tertentu;
kontinyu, diskrit, atau serial; dipacu sendiri (self paced) atau dipacu dari
luar (externally paced); dan terbuka atau tetutup semua karakteristik
tersebut berimplikasi atas apa yang diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya. Pendidikan jasmani mengandung krakteristik khusus
yang berhubungan dengan gerak manusia. Dalam aplikasinya, gerak
manusia dimanipilasi dalam bentuk latihan- latihan fisik untuk
menghasilkan keterampilan gerak yang lebih baik.

Unsur-unsur gerak yang diperlukan melalui proses belajar dan berlatih.


Proses terbentuknya keterampilan gerak tidak terjadi secara otomatis atau
secara mendadak, tetapi meruoakan akumulasi dari proses belajar dan
berlatih, yaitu dengan cara memahami gerakan dan melakukan gerakan
berulang-ulang yang disertai dengan kesadaran akan benar atau tidaknya
gerak yang dilakukan. Oleh karena itu keterampilan gerak adalah
kemampuan melakukan gerakan secara efisien dan efektif. Jadi belajar
keterampilan gerak merupakan kegiatan belajar yang berlangsung melalui
respon fisik yang dapat diamati secara langsung. Pengembangan suatu
keterampilan gerak sampai ke tingkat gerak yang otomatik, merupakan
suatu proses yang panjang. Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, (2000:
83) mengemukakan bahwa ada tiga hal yang dapat diidentifikasi dalam
tahap belajar keterampilan gerak, yaitu:

a. Tahapan Verbal-kognitif

Pada tahapan ini, tugasnya adalah memberikan pemahaman secara


lengkap melengkapi bentuk gerakan baru kepada peserta didik. Instruksi,
demonstrasi, film clips, dan informasi verbal lainnya secara kkhusus
memberikan manfaat dalam tahapan ini. Tujuan pembelajarannya adalah
agar peserta didik dapat mentransfer informasi yang sudah dipelajari
sebelumnya kepada bentuk keterampilan yang dihadapinya sekarang.
b. Tahapan Motorik

Pertama kali yang harus dikuasai oleh peserta didik pada tahapan ini
adalah kontrol dan konsisten sikap berdiri, rasa percaya diri. Peserta didik
mulai membangun sebuah program motorik untuk menyempurnakan
suatu gerakan. Ketidak konsistenan dari satu kali latihan ke latihan yang
lain dilihatnya sebagai upaya peserta didik untuk mencari solusi baru
mengenai gerakannya. Konsistensi secara berangsur-angsur meningkat
dan gerakannya mulai stabil dan antisipasi meningkat. Tahapan motorik
secara umum agak lebih lama daripada tahapan verbalkognitif, barangkali
perlu waktu beberapa minggu atau bulan untuk menguasai keterampilan
olahraga dan dan bahkan cenderung lebih lama apabila peserta didik
tersebut mempunyai kesulitan.

E. Keterampilan Terbuka dan Tertutup Dalam Pembelajaran Gerak

a. Menurut Fites (1962), suatu keterampilan bias ditempatkan pada


suatu kontinum sesuai dengan hakikat yang dipacu sendiri atau secara
eksternal. Suatu keterampilan yang dipacu sendiri yaitu keterampilan yang
sebelum eksekusinya, keadaan tubuh dan objek dalam keadaan diam,
misalnya loncat indah, ayunan golf, gerak senam, dan memanah. Tanpa
gerakan sebelum pelaksanaannya.

b. Dalam keterampilan lain, misalnya menendang bola sepak, memukul


bola, badan atau objek, sedang bergerak, dan jenis keterampilan ini
dikenali sebagai keterampilan yang dipicu dari luar. Keterampilan tersebut
berada pada salah satu ujung kontinum yang dipacu sendiri/ dipicu dari
luar. Dimana baik tubuh maupun objeknya sedang bergerak.

c. Gentile (1972) telah memodifikasi penandaan keterampilan terbuka


(open skill) dan tertutup (closed skill) dalam keterampilan olahraga yang
dikembangkan foulton (1957). Keterampilan terbuka yaitu suatu jenis
keterampilan yang diregulasi oleh variable atau perubahan kegiatan
lingkungannya. Tembakan lay-up bola basket merupakan keterampilan
terbuka, karena lingkungan jarang sama dari waktu ke waktu dan selalu
berkembang selama penampilan. Dalam bola basket, misalnya sudut bola
masuk kesasaran, kecepatan, jumlah pemain bertahan, dan jarak dari
mana tembakan dilakukan berubah dari waktu kewaktu.

d. Sebaliknya dalam keterampilan tertutup, kondisi lingkungan relatif


stabil dari satu situasi ke situasi lainnya. Tembkan bebas bola basket
merupakan suatu keterampilan tertutup karena kondisi lingkungan.
Misalnya jarak kebasket setiap waktu stabil. Ide keterampilan yang dipacu
sendiri dari luar dan keterampilan tertutup/ terbuka adalah ide yang sama
(similar) namun menunjukan dua karakteristik yang berlainnan. Umumnya
keterampilan yang dipacu sendiri adalah keterampilan tertutup, dan
umumnya keterampilan yang dipicu dari luar adalah keterampilan terbuka.

e. Biarpun suatu keterampilan dapat dipacu sendiri , misalnya seperti


putt dalam golf, namun belum mempunyai aspek-aspek keterampilan
terbuka. Karena pegolf telah menyeseaikan penampilan dengan situasinya
seperti letak dan jarak yang berbeda. Patut diingat, tujuan umum jenis
keterampilan yang beragam itu berlainnan.

f. Keterampilan yang dipacu sendiri dan tertutup membuthkan


pengembangan secara konsisten dalam kondisi gerakan yang stabil/ tetap.
Keterampilan yang dipacu dari luar dan terbuka memerlukan dimana
seseorang dapat melakukannya dalam lingkungan eksternal yang
kompleks. Keterampilan tertutup yang dilakukan dalam suatu variable
lingkungan, misalnya seperti putt golf, mengharuskan siswa untuk bisa
menyesuaikan penampilannya dengan kondisi lingkungannya. Tujuan
umum yang beragam itu sangat baik dicapai melalui bermacam-macam
jenis kemajuan dan tujuan khusus.

g. Bagaimana suatu keterampilan ditampilkan dikembangkan dan


dilatih, semua itu dipengaruhi hakikat keterampilan terkait. Guru tidak
boleh latihan keterampilan tertutup dalam lingkungan yang berubah-ubah,
dan guru pun tak patut latihan keterampilan terbuka untuk stabilitas. Jika
keterampilan yang dipacu sendiri dan tertutup, misalnya suatu loncatan
senam atau beberapa kegiatan dengan target seperti bowling, maka guru
bisa saja mengawali latihan dengan suatu keterampilan yang lebih mudah,
namun pada gilirannya latihan harus digelar dalam suatu lingkungan yang
sebenarnya keterampilan itu digunakan. Jika guru mengajarkan tembakan
lay-up bola maka bias jadi guru mengawali dengan mengurangi kondisinya
dengan tidak memakai pemain bertahan dan memperlambat kecepatan
gerakan. Biarpun demikian pada akhirnya suatu keterampilan harus dilatih
dalam kondisi permainan yang sebenarnya. Ini berarti, guru mungkin saja
secara bertahap menambah para pemain belakang, pemain lain,
keterampilan yang mendahului dan mengikuti lay-up, dan latihan lay-up
dari beberapa arah dan jarak dari basket.

F. Keterampilan Distret, Kontinyu, dan Serial Dalam Pembelajaran Gerak

Dikotomi lain yang bermanfaan bagi guru sewaktu mempertimbangkan


keterampilan dalam pembelajaran yakni hakikat dalam keterampilan yang
bersifat diskret, kontinyu, dan serial. Pada awal dan akhir gerakan,
keterampilan ini tidak di pengaruhi oleh gerakan yang mendahului atau
mengikutinya. Lempar lembing adalah salah satu keterampilan diskret.
Keterampilan diskret yang berbeda di tampilkan berurutan di sebut
keterampilan serial. Keterampilan kontinyu menunjukan pada awal dan
akhirgerakanya selalu berubah-ubah, mendribel bola basket, berenang dan
lari.

Seorang guru yang ingin mengajarkan keterampilan yang di akhiri


dengan serangkaian hubungan dengan keteramilan lain, yang di kemas
dalam suatu progesi pembelajaran dan mengajar siswa tentang bagai
mana agar siap untuk melakukan keterampilan berikutnya sewtelah
keterampilan terdahulu. Contohnya, bila anda ingin agar siswa menangkap
bola yang bsedang bergerak di lantai lalu melemparkanya, maka mereka
memerlukan bantuan tentang bagaimana menempatkan nkaki dan
badanya, sehingga dapat bergerak secara benar dari posisi menangkap ke
posisi melempar.
Semua kategori keterampilan gerak yang di gunakan dalam latar
pendidikan jasmani merupakan ide bagi guru saat menentukan tujuan
pembelajaran. Bagian instruksional dalam teks ini akan membantu anda
untuk merancang pembelajaran yang cocok dengan tipe keterampilan
yang akan anda ajarkan. Pada titik ini anda harus bisa mencirikan
keterampilan yang sesuai dengan karakteristik di atas.

G. Pendekatan Deduktif-Induktif dalam Pembelajaran Gerak

Pendekatan yang sering di gunakan dalam pembelajaran keterampilan


gerak adalah pendekatan deduktif dan pendekatan induktif.

Pendekatan deduktif, maksudnya adalah pendekatan di mana


pembelajaran selalu di mulai dari penjelasan dan peragaan mengenai
tekhnik dasar baku yang akan di pelajari, lalu di susul dengan peniruan
gerak dari siswa. Setelah proses peniruan gerakan, sampai kemudian
terjadi gerakan yang otomatis. Pendekatan deduktif ini lebih terpaku pada
guru, dan proses dalam proses belajar mengajarnya lebih terpusat pada
guru. Contoh dalam penerapan pendekatan deduktif adalah apabila
mengajarkan renang gaya bebas, maka gerakanya tidak di penggal-
penggal, tetap[i merupakan satu kesatuan gerakan yaitu gaya bebas.

Pendekatan Induktif, merupakan kebalikan dari pendekatan deduktif.


Pendekatan induktif di mulai dari gerakan yang lebih khusus dan secara
bertahap menuju ke tekhnik yang sebenarnya. Sebagaio contoh dalam
menerapkan pendekatan induktif adalah apabila akan mengajarkan renang
gaya bebas, maka gerakanya di penggal-penggal, yaitu bagai mana gerakan
kainya, lalu tanganya, dan bagaimana cara pengambilan nafasnya. Apabila
gerakan tersebut sudah di kuasai dengan benar, barulah siswa melakukan
gaya bebas yang sebenarnya.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan cara yang bermanfaat untuk
menggambarkan bagaimana suatu keterampilan gerak di pelajari oleh
seseorang diuraikan oleh fitts dan posner (1967). Sesuai dengan pendapat
mereka, secara aktual seseorang harus melalui tiga tahapan sebelum ia
dapat menguasai gerak terampil. Ide awal dalam belajar dan pembelajaran
siswa tentang suatu keterampilan gerak, mereka harus memunyai
prasyarat untuk belajar keteramoian tersebut. Bagaimana guru
memberlakukan tujuan pembelajaran keterampilan gerak pada suatu
kelas, sangat ditentukan oleh jenis keterampilan gerak yang akan
diajarkan. Menurut Fites (1962), suatu keterampilan bias ditempatkan
pada suatu kontinum sesuai dengan hakikat yang dipacu sendiri atau
secara eksternal.

B. Saran

Untuk menjaga keharmonisan dalam pembelajaran keterampilan gerak,


guru harus memahami ketentuan dan klasifikasi keterampilan gerak
sehingga mengetahui pendekatan apa yang cocok untuk di gunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Abror. (1998). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Tiara


Wacana.

Izzaty, Rita Eka. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY


Press.

Jansma, Paul. (1981). Special Physical Education. Ohaio: Charles E. Merrill


Publising Co.

Juliantine, Titie. (2009). Strategi Belajar Mengajar Penjasorkes. Bandung:


UPI.

Oxendine, Joseph. B. (1984). Pshychology of Motor Learning. Englewood


New Jersey: Prentice Hall.

Roji. (2007). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:


Erlangga

Fajri, Noer. (2015). Tahap Belajar Ketrampilan Gerak. Di akses online


(2018):

http://sportandfashion13.blogspot.co.id/2015/02/makalah-tahap-belajar-
gerak.htm

pen http://nandaafridaf.blogspot.com/2018/01/bab-i-pendahuluan-
a.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai