Disusun Oleh :
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Pemanfaatan Plastik Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Ir. Mahmud Takahashi selaku Dosen
mata kuliah Teknik Lingkungan Hidup IPB yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan juga
bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap individu memiliki kualitas diri dan sifat-sifat yang berbeda satu sama
lain. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi
yang berbed-beda untuk berhasil mempelajari keterampilan gerak tertentu. Namun
sebenarnya bahwa pencapaian prestasi belajar gerak bukan hanya dipengaruhi oleh
sifat bawaan seperti tersebut di atas, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Pengalaman dalam hubungnnya dengan lingkungan, baik secara
kualitatif maupun kuantitatif akan menunjang proses belajar,dna pada gilirannya
akan menentukan tingkat prestasi. Dengan demikian jelas bahwa didalam proses
belajar gerak ada interaksi antar si pelajar dengan lingkungan.
Faktor pelajar sebagai pelaku dalam belajar merupakan faktor penentu
keberhasilan belajar. Dengan kata lain,kondisi atau keadaan yang ada pada diri
pelajar merupakan faktor penting yang perlu dipahami oleh guru. Beberapa faktor
penting yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Penginderaan dan proses perseptual
2. Perhatian
3. Ingatan
4. Pengontrolan gerakan
5. Perbedaan antarindividu
Mata sebagai organ indera pelihat berperan penting misalnya di dalam memukul
bola tenis, memukul bola pingpong, menangkap bola, dan sebagainya. Seseorang
akan sulit melakukan gerakan-gerakan tersebut dengan baik tanpa berfungsinya
mata. Mata berperan untuk menetukan posisi objek yang harus dipukul atau
ditangkap.
2. Perhatian
3. Ingatan
4. Pengontrolan Gerakan
Pengontrolan gerakan tergantung pada struktur dan fungsi sistem syaraf otot
(neuro-muscular system). Di dalam struktur umum sistem syaraf otot, komponen
yang paling dasar adalah neuron atau sel syaraf. Sel-sel syaraf berfungsi menerima
dan mengirimkan informasi ke seluruh sistem syaraf-syaraf otot.
Informasi dari SSP dikirim ke otot-otot melalui motor neuron atau sel-sel syaraf
gerak. Motor neuron mengantarkan informasi untuk mengontrol kontraksi otot-otot
tubuh dengan kecepatan antara 10 sampai 50m/detik. Kontraksi otot-otot inilah
yang menghasilkan gerakan tubuh.
Sistem syaraf pusat merupakan pusat komando terhadap perilaku. Sistem ini
terdiri dari 2 komponen penting yaitu otot dan tali tulang belakang (spinal cord).
Kedua komponen tersebut merupakan basis sistem kontrol yang menjadi pusat
aktivitas dalam mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi sensori dan
informasi gerak dalam pengontrolan gerakan.
5. Perbedaan antar-Individu
Perbedaan antar individu bukan hanya yang berkaitan dengan aspek fisik, tetapi
juga dalam aspek psikologis. Tidak ada satupun manusia yang mempunyai watak
atau sifat kepribadian dan tingkat kecerdasan yang sama dengan orang lain termasuk
anak kembar sekalipun. Yang ada hanya berupa kemiripan-kemiripan dan bukan
sama persis satu sama lain.
Dengan kenyataan bahwa tidak seorangpun yang sama satu sama lain baik dalam
aspek fisik maupun aspek psikologis, maka pada dasarnya setiap orang memerlukan
perlakuna yang berbeda-beda di dalam poses belajarnya agar masing-masing dapat
memeperoleh hasil yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. Prinsip ini
berlaku juga dalam proses belajar gerak.
Perlakuan secara individual harus dilakukan untuk tujuan yang khusus. Misalnya
untuk atlit tingkat ting seperti atlit-atlit nasional yag diharapkan mencapai prestasi
taraf internasional, perlakuan secara individual sangat diperlukan. Untuk mencapai
prestasi setinggi-tingginya, keunikan setiap atlet perlu memperoleh penanganan
secara cermat. Penanganan secara individual ini bukan hanya diperlukan oleh atlit
cabang olahraga yang bersifat perorangan, tetapi juga bersifattetapi juga diperlukan
oleh atlit cabang olahraga beregu. Pada cabang olahraga beregu, penanganan secara
individual diperlukan dalam gerak individual, dan penguasaan teknik-teknik tertentu
sesuai kekhususan tugas dalam regu.
Agar bisa mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, pembinaan yang baik sangat
diperlukan. Namun pada akhirnya yang berperanlebih menentukan adalah si atlit
sendiri, yaitu besarnya potensi yang dimiliki serta besarnya motivasi atlit untuk
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya.
Prestasi belajar bisa diartikan sebagai tingkat kualitas kemampuan yang dicapai
melalui usaha dan berlatih. Dengan pengertian tersebut maka prestasi belajar gerak
bisa diartikan sebagai sebagai tingkat kualitas kemampuan gerak tubuh yang dicapai
melalui usaha belajar dan berlatih gerak.
Belajar gerak merupakan kegiatan belajar dimana gerakan tubuh merupakan titik
sentral dari kegiatan yang dilakukan oleh pelajar; pelajar melakukan kegiatan belajar
yang intinya berbentuk kegiatan melakukan gerakan tubuh, dengan tujuan
menguasai pola-pola atau bentuk-bentuk gerakan tubuh yang dilakukan itu. Dengan
kata lain bisa dikemukakan bahawa belajar gerak bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kemampuan gerak tubuh. Melalui belajar gerak, pelajar yang belum bisa
melakukan bentuk-bentuk gerakan tertentu menjadi bisa melakukannya, pelajar
yang tdainya yang baru bisa melakukannya dengan bentuk gerakan yang kurang baik
kemudian bisa menjadi semakin baik; dan yang tadinya baru melakukan belum
lancar kemudian menajdi bisa semakin lancar.
Prestasi belajar merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar bisa
meningkat apabila terjadi proses belajar. Prestasi yang dicapai oleh setiap pelajar
tidak sama satu sama lain. Ada pelajar yang prestasinya bisa cepat meningkat dan
ada yang meningkatnya lambat. Ada pelajar yang prestasinya baik, ada yang sedang,
dan ada yang kurang baik.
Prestasi belajar merupakan aspek pentik dalam proses belajar-mengajar, yang
perlu diperhatikan oleh guru. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator
penilaian keberhasilan program pengajaran. Di dalam pengajaran pendidikan
jasmani dan olahraga, prestasi belajar gerak merupakan salah satu indikator prestasi
yang harus dinilai oleh guru terhadap murid-muridnya. Guru perlu mengetahui
apakah setiap siswa mempunya peningkatan prestasi atau tidak, dan seberapa tinggi
prestasi yang telah dicapai oleh setiap pelajar pada akhir berlangsungnya suatu
program belajar. Indikator utama dalam menilai prestasi belajar gerak yaitu:
kebenaran gerak, kecepatan gerak, dan keajegan dalam mengulang-ulang gerakan.
Plateau merupakan gejala yang sering terjadi pada olahragawan yang berusaha
untuk mencapai prestasi yang setingi-tingginya. Namun mengapa plateau bisa terjadi
tidak mudah untuk dijelaskan. Ada usaha untuk menjelaskan mengapa palteau bisa
terjadi, yang antara lain dilakukan oleh Singer (1980). Singer menjelaskan berdasarka
suatu tanggapan bahwa didalam mempelajari tugas gerak yang kompleks ada
penjenjangan perilaku yang perlu dikuasai. Mula-mula mempelajari aspek-aspek
keterampilan dasar dan kemudian meningkat pada aspek-aspek keterampilan yang
lebih rumit. Pada saat meningkatkan aspek-aspek yang dipelajari, pelajar berusaha
menerapkan apa-apa yang sudah dikuasai pada situasi yang baru. Pada saat seperti
inilah plateu bisa terjadi, karena penerapan sesuatu pada situasi baru. Pada saat
seperti inilah plateau bisa terjadi, karena penerapan sesuatu pada situasi baru bisa
mengalami hambatan.
3. Pemanduan Bakat
Pemanduan bakat atau upaya pencarian bibit olahragawan merupakan salah satu
tugas guru dan pelatih olahraga. Tugas pemanduan bakat pada dasarnya dilandaskan
pada pemikiran yang bersifat prakiraan mengenai kemungkinan pencapaian prestasi
apabilasesorang sejak dini diberikan kegiatan belajar dan berlatih olahraga secara
serius. Apabila diperkirakan seorang anak dimungkinkan untuk meraih prestasi yang
tinggi dibidang olahraga di kemudian hari, maka tidak salah apabila sejak sejak dini
anak yang bersangkutan diarahakan untuk menekuni kegiatan olahraga. Pemanduan
bakat dilakukan terhadap anak-anak dan remaja.
1. Seorang anak yang berprestasi baik pada suatu cabang olahraga atau menang
dalam suatu seleksi kelompok usianya, bisa jadi ia bukannya memiliki potensi
besar untuk berprestasi dikemudian hari, melainkan hanya karena ia hanya
memperoleh pembinaan yang lebih teratur dan baik dibandingkan teman
lainnya. Sementara itu teman lain yang kalah bisa jadi memiliki potensi yang
besar tapi belum memperoleh pembinaan yang teratur. Anak yang menang
karena sudah dibina dengan baik tetapi sebenarnya kurang berpotensi,
peningkatan prestasinya akan cepat berhenti sebelum mencapai prestasi yang
tinggi. Sebaliknya pada anak yang berpotensi besar tetapi kalah karena belum
memperoleh pembinaan yang baik ia akan lebih memungkinkn mencapai prestasi
yang lebih tinggi. Berdasarkan alasan ini, sebaiknya pemanduan bakat tidak
hanya memeprhatikan kemenangan dalam seleksi, tetapi sekaligus
mempertimbangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Idealnya adalah memili anak
yang menang seleksi dan sekaligus juga memiliki potensi besar untuk bisa
berkembang lebih lanjut.
2. Prestasi olahraga yang baik pada usia anak-anak atau remaja yang dinilai
berdasarkan pertandingan dengan prestasi anak-anak atau remaja lainnya yang
seusia, kadang-kadang bisa menyebabkan kegagalan pemannduan bakat.
Alasannya adalah sebagai berikut. Seorang anak yang prestasinya lebih baik, bisa
disebabkan anak tersebut mencapai kematangan fisik dan fisiologis lebih awal
dibanding teman-teman lain seusianya. Anak yang mencapai kematangan fisik
dan fisiologis lebih awal, kadang-kadang tampak lebih gesi dan lebih terampil
dalam kegiatan olahraga apabila dibandingkan dengan anak lain seusianya yang
lambat matang atau normal perkembangan kematangannya. Yang menyebabkan
kegagalan pemnduan bakat adalah apabila yang dipilih untuk dibina adalah anak
yang gesit dan terampil karena mencapai keatangan fisik dan fisiologis terlalu
cepat. Anak seperti ini akana lebih cepat berhenti pertumbuhan dan
perkembangan fisiknya. Akibat pada anak yang terlalu cepat matanga adalah
menjadi kelihatan lebih pendek tubuhnya dibanding kebanyakan teman-
temannya. Dengan demikian apabila pemanduan cabang olahraga dimana
puncak prestasi hanya bisa dicapai pada usia dewasa, dan ukuran tubuh yang
tinggi besar merupakan prestasi yang tinggi, maka akibatnya pemanduan bakat
dengan cara seperti tersebut di atas akan mengalami kegagalan mencapai tujuan.
Pemanduan bakat dengan cara tersebut bisa diterapkan hanya pada pemanduan
untuk cabang olahraga dimana prestasi puncak hanya bisa dicapai pada usia
muda dan dimana ukuran tubuh yang pendek justru menguntugkan dalam
meraih prestasi yang tinggi.