LANDASAN TEORITIS
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan (Rusli Lutan, 2000:1) Karena itu
pula tujuannya pun bersifat mendidik. Dalam pelaksanaannya, aktivitas jasmani dipakai
sebagai wahana atu pengalaman belajar, dan melalui pengalaman itulah peserta didik tumbuh
dan berkembang untuk mencapai pendidikan. Dengan kata lain pendidikan jasmani adalah
proses ajar melalui aktivitas jasmani dan sekaligus sebagai proses ajar untuk menguasai
keterampilan jasmani.
A. Kajian Teoritis
Menurut Rasli Latan (20003). Yang menjadi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani
adalah sebagai berikut
a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jaman
b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi
dalam konteks kemajemukan budaya, etrus dan agama
d. Mengembangkan sikap sportif, jput, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri,
dan demokratis melalui aktivitas jasmani
a. Perkembangan Organik Tujuan ini mencakup kesegaran jasmani dan komponen dasar yang
meliputi kekuatan, power dan daya tahan kardiovaskuler dan otot.
Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan, pengetahuan, sikap, keterampilan (Hamalik,
1990 189). Selanjutnya menurut Bloom (2009:22) hasil belajar secara garis besar dapat
dikelasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:
Dari pengertian diatas perubahan pada siswa akibat proses belajar bukan hanya
berkaitan pada bidang intelektual saja, tetapi meliputi sikap dan keterampilan. Namun
menurut Nana Sudjana (1999:23), dari berbagai aspek yang ada, aspek kognitif dan
intelektual yang paling banyak dinilai guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan
siswa dalam menguasai bahan pelajaran.
Taksonomi Bloom (Sanjays, 2008 351 membagi sasaran haut ejac menjadi 3 ranah,
yaitu: (a) Ranah kognitif Kanal Kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir Dalam
Taksonomi Bloom dikenal jenjang Kansh Kognit Jenjang yang lebih tinggi akan dapat
dicapai apabila yang rendah sudah di oleh sebab itu hubungan antara setiap jenjang bersifat
Hierarkis Berdasarkan urutan dari terendah hingga yang tertinggi, ke 6 jenjang tersebut
adalah ATY tingkatan menghafal secara verbal mencakup kemampuan menghafal tentang
materi pembelajaran seperti fakta, konsep, prinsip dan prosedur, (2) tingkatan pemahaman
meliputi kemampuan membandingkan, mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi dan
menyimpulkan. (3) tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil atau
prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan, (4) tingkatan analisis meliputi
kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan, memerinci, mengurai suatu objek, (5)
tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsure atau komponen,
menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis dan sebagainya; (6) tingkatan
evaluasi penilaian meliputi kemampuan menilai terhadap suatu objek studi menggunakan
kriteria tertentu; (b) Ranah afektif. Aspek afektif berhubung dengan penilaian terhadap sikap
dan minat siswa terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Evaluasi dalam aspek ini
meliputi: (1) tingkatan memberikan respon atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya, (2) Menikmati atau menerima nilai, norma serta objek yang mempunyai nilai
etika dan estetika; (3) menilai ditinjau dari segi buruk-baik, adil - tidak adil, indah-tidak indah
terhadap objek studi, (4) menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika dan estetika
dalam penlaku kehidupan sehari- hari, (c) Ranah psikomotor. Pada aspek ini kompetensi yang
harus dicapai adalah, (1) tingkatan penguasaan gerakan awal berisi tentang kemampuan siswa
dalam menggerakkan sebagai anggota tubuh, (2) tingkatan gerakan rutin meliputi
kemampuan melakukan atau menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan. (3)
tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara menyeluruh dengan
sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
Lari sambung/lari estafet merupakan nomor lari dalam cabang olahraga atletik Lari
sambung/lari estafet adalah lari beregu yang pelarinya secara bersambung (estafet) bergantian
membawa tongkat estafet dari garis start sampai dengan finish. Pada nomor ini tiap regu
terdiri atas empat atlet. Sebagai nomor beregu diperlukan kerja sama yang baik terutama
dalam pemberian dan penerimaan tongkat Selain kekompakan regu, strategi penempatan
pelari dan teknik-teknik lari jarak pendek pada lari sambung juga sangat mempengaruhi
kecepatan. Nomor lari estafet yang sering diperlombakan adalah nomor 4 x 100 meter dan
nomor 4 x 400 meter. Teknik lari estafet, meliputi beberapa teknik
Ujung tongkat dipegang dengan tangan kiri atau kanan menurut kebutuhan atau
pegangan yang dirasakan enak oleh pelari, sedangkan ujung yang lain dipegang oleh
penerima berikutnya.
Lari estafet menggunakan start jongkok untuk pelari pertama, sedangkan untuk pelari
2, 3, dan 4 menggunakan start melayang. Lari sambung dalam satu regu berjumlah 4 pelari,
terdiri atas pelari pertama yang membawa tongkat estafet dengan tangan kanan, pelari kedua
menerimanya dengan tangan kiri, diberikan kepada pelari ketiga yang menerima dengan
tangan kanan, kemudian diberikan ke tangan kiri pelari terakhir. Lari dilakukan di lintasan
masing-masing.
a. Cara Visual
Cara visual adalah teknik menerima tongkat dengan melihat ke belakang sebelum
tongkat berpindah tangan. Cara melakukannya sebagai berikut:
b. Cara Nonvisual
Cara nonvisual adalah teknik menerima tongkat dengan cara tidak menoleh/melihat ke
belakang ketika tongkat berpindah tangan Cara melakukannya adalah sebagai berikut
B. Kerangka Berpikir
Olahraga Lari sambung atau estafet selalu identik dengan permainan laki-laki karena
permainan ini memerlukan olah fisik yang tinggi, dalam melakukan berbagai tehnik
khususnya lari cepat, karena itu kurang diminati wanita Permainan ini biasanya digemari oleh
siswa, sedangkan siswi cederung kurang mengemari Hal tersebut dikarenakan berbagai faktor
seperti, kekuatan dan kelincahan. Untuk itu agar masalah ini dapat teratasi maka penulis
berupaya melakukan berbagai cara yang relevan untuk untuk meningkatkan tehnik lari
sambung dalam olahraga atletik pada siswa melalui latihan intensif dan kondusif.
Metode pembelajaran merupakan hal pokok dari proses belajar mengajar. dimana
guru harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat guna mengajar siswa dan
memberikan informasi-informasi yang berupa pengetahuan kepada siswa agar siswa tersebut
mengerti dan memahami serta mendapatkan informasi yang baru Sehingga hakikat dari
belajar yaitu adanya perubahan tingkah laku pada siswa yang berupa hasil belajar dapat
tercapai. Dengan demikian guru harus mengetahui dan mengerti metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengajar dan mendidik siswa agar siswa tersebut dapat lebih cepat
menangkap dan memahami apa yang diajarkan kepadanya, sehingga dengan demikian dapat
mempengaruhi hasil belajarnya kelak.
Umpan balik dalam proses pembelajaran sangatlah penting, karena umpan balik dapat
mengukur sejauh mana siswa dapat dapat memahami materi belajar yang telah diajarkan
dilatih dengan baik dan benar. Selama ini siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif,
karena keterbatasan waktu yang dipunyai guru dan kurang mendapat kesempatan umpan
balik dari guru. Keterbatasan ini menyebabkan hasil belajar yang dicapai siswa kurang
maksimal. Masih banyak siswa melakukan kesalahan dalam pembelajaran dan tidak
mendapat perbaikan sama sekali. Kondisi ini berakibat kurang maksimalnya proses belajar
mengajar di sekolah.