Anda di halaman 1dari 21

9

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan kepribadian
manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat
adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam diri
seseorang. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu
rangkaian gerak-gerik yang berlangsung secara teratur dan berjalan lancar
tanpa dibutuhkan banyak refleksi atau berfikir terhadap apa yang harus
dilakukan dan mengapa harus mengikuti suatu gerakan, (Suharsimi Arikunto,
2002:122).
Dengan demikian dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan psikomotorik adalah berhubungan atau mengarah kepada
akibat-akibat motor dari proses mental (kerja otak).
Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu motor ability,
dalam Filosofi Pembelajaran dan Masa Depan Teori Pendidikan Jasmani
Kephart, mendefinisikan bahwa motor adalah gerak dari dorongan dalam
(internal) yang diarahkan kepada beberapa maksud lahiriah (external) dengan
wujud ketrampilan rendah perkembangan keterampilan motorik (motor skill)
ini merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk mampu
melakukan suatu rangkaian gerakan jasmaniah dalam urutan tertentu, dengan
mengadakan koordinasi antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu.
Perkembangan psikomotorik dalam kamus besar bahasa Indonesia
psikomotorik secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak
fisik yang berkaitan dengan proses mental. Perkembangan psikomotorik
10

adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan


yang terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot.
Dimulai dari gerakan-gerakan kasar yang melibatkan bagian-bagian
besar dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan, berlari, melompat dan lain-
lain. Kemudian dilanjutkan dengan koordinasi halus yang melibatkan
kelompok otot-otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melompat dan
kedua-duanya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, (Elizabeth B.
Hurlock, 1978:150).
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan perkembangan psikomotorik adalah perkembangan
kepribadian manusia yang berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan
fungsi otot akibat adanya dorongan dari pemikiran, perasaan dan kemauan
dari dalam diri seseorang.
Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-
bagian tubuh yang disengaja, otomatis, cepat dan akurat. Gerakan-gerakan ini
merupakan rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit.
Keterampilan motorik ini dapat dikelompokan menurut ukuran otot-otot dan
bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross
motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill), (Desmita,
2008:98).
Keterampilan motorik sebagian berfungsi`membantu anak untuk
memperoleh kemandirianya sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk
membantu mendapatkan penerimaan sosial. Karena tidak mungkin
mempelajari keterampilan motorik secara serempak, anak akan memusatkan
perhatian untuk mempelajari keterampilan yang akan membantu mereka
memperoleh bentuk penyesuaian yang penting pada saat itu.
Sebagai contoh, apabila anak merasa sangat ingin mandiri, mereka
akan memusatkan perhatian untuk menguasai keterampilan yang
memungkinkan mereka dapat mandiri. Sebaliknya, apabila anak ingin
11

mendapatkan penerimaan teman sebaya, maka mereka akan memusatkan


perhatian untuk mempelajari keterampilan yang diperlukan oleh
kelompoknya, Elizabeth B. Hurlock (1978:162).
Dari beberapa pengertian perkembangan diatas saya dapat
menyimpulkan bahwa perkembangan psikomotorik adalah perubahan yang
mengacu kepada karakterisitik yang khas dari gejala fisik atau psikis kearah
yang lebih maju, lebih tinggi yang berjalan secara berkesinambungan atau
terus menerus yang berasal dari proses kematangan dan pengalaman.
2. Tahapan-tahapan Perkembangan Psikomotorik
a. Tahap Kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan
lambat. Hal tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam taraf
belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakanya.
b. Tahap Asosiatif
Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang
lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang
sudah dikenal.
c. Tahap Otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang
tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat
memperbaiki gerakan-garakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap
otonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk
melakukan gerakan-gerakan.
Teknik yang bisa digunakan untuk mengembangkan potensi
psikomotorik pada peserta didik diantaranya adalah model permainan atau out
bond, model meniru, model kelompok belajar dan bermain Stimulasi untuk
meningkatkan potensi psikomotorik dapat dilakukan diantaranya dengan
cara: diberikan dasar-dasar ketrampilan untuk menulis dan menggambar,
12

ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat olah raga, gerakan-gerakan


permainan, seperti melompat memanjat dan berlari, dan baris berbaris secara
sederhana.
3. Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
a. Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal
misalnya dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa
bantuan, dan dapat berjingkrak. Semakin lama mereka bisa mengontrol
tindakan mereka. Untuk perkembangan berikutnya mereka bisa makan,
mandi, berpakaian sendiri, membantu orang lain, menulis, menggambar
dan lain-lain.
b. Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan
keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan
ukuran tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan
psikomotorik terus meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya
tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih
tinggi dari perempuan karena perkembangan psikomotorik pada
perempuan akan terhenti setelah mengalami menstruasi.
c. Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak dari
seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal penentu
dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan
terprogram, keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan
dipertahankan. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan
baik.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aspek Psikomotorik
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor–faktor yang berasal dari dalam diri
individu. Termasuk ke dalam faktor internal ini adalah sebagai berikut:
1) Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya
13

Anak yang ayahnya dan ibunya bertumbuh tinggi cenderung lebih


lekas menjadi tinggi dari pada anak yang berasal dari orang tua yang
bertubuh pendek.
2) Kematangan
Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah–olah seperti sudah
direncanakan oleh faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi
makanan yang bergizi tinggi, tetapi kalau saat kematangan belum
sampai, pertumbuhan akan tertunda. Misalnya, anak berumur tiga
bulan diberi makanan yang cukup bergizi supaya pertumbuhan otot
kakinya berkembang sehingga mampu untuk berjalan. Ini tidak
mungkin berhasil sebelum mencapai umur lebih dari sepuluh bulan.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri anak. Termasuk
kedalam faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1) Kesehatan
Anak yang sering sakit–sakitan pertumbuhan psikomotoriknya pasti
akan terhambat.
2) Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terlambat, sebaliknya
yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.
3) Stimulasi lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk meningkatkan percepatan
pertumbuhannya akan berbeda dengan yang tidak pernah mendapat
latihan sama sekali.
5. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar
yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa
yang dinilai adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dalam pengertian
luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar adalah
14

hasil yang dicapai oleh siswa yang telah mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil pada dasarnya merupakan sesuatu yang diperoleh dari suatu aktivitas,
sedangkan belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan perubahan
pada individu, yakni perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap. Hasil belajar merupakan istilah yang digunakan
untuk menunjukkan tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan usaha tertentu. Dalam hal ini hasil belajar yang dicapai siswa
dalam bidang studi tertentu setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22).
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi
tiga macam hasil belajar mengajar yaitu: (1) Keterampilan dan kebiasaan, (2)
Pengetahuan dan pengarahan, (3) Sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne
membagi lima kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b)
keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) keterampilan
motoris.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil
belajar dari Benyamin Bloom yang dikutip dari buku Nana Sujana (2011:9),
secara garis besar membagi tiga ranah, yaitu sebagai berikut:
a. Hasil belajar kognitif
Hasil belajar kognitif yaitu berkenaan dengan intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.
15

b. Hasil belajar afektif


Hasil belajar afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai, tampak pada
peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas,
kebiasaan belajar dan hubungan sosial.
c. Hasil belajar psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk skill dan kemampuan
bertindak individu. Hasil yang diterima dari penilaian dinyatakan dalam
bentuk hasil belajar. Oleh sebab itu tindakan atau kegiatan tersebut
dinamakan penilaian hasil belajar. Ada enam aspek ranah psikomotorik,
yakni (1) gerak refleks, (2) keterampilan gerak dasar, (3) kemampuan
perseptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5) gerakan keterampilan
kompleks, dan (6) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Hasil belajar adalah proses penilaian untuk menggambarkan prestasi
yang dicapai seorang siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil belajar artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Istilah “Ulangan” dan
“Ulangan Umum” yang dulu disebut THB (Tes Hasil Belajar) dan TPB (Tes
Prestasi Belajar) itu adalah alat-alat ukur yang banyak digunakan untuk
menentukan taraf keberhasilan sebuah proses mengajar-belajar (the
teaching-learning process) atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah
program pembelajaran atau penyajian materi dan kenaikan kelas.
Sementara itu, istilah evaluasi biasanya digunakan untuk menilai hasil
belajar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi
Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian Akhri
Nasional (UAN), (Muhibbin Syah, 2010:197-198).
Hasil belajar adalah cara pengumpulan informasi yang hasilnya dapat
dinyatakan dalam bentuk angka yang disebut skor. Penilaian hasil belajar
adalah cara menginterpretasikan skor yang diperoleh dari pengukuran
16

dangan mengubahnya menjadi nilai dengan prosedur tertentu dan


menggunakanya untuk mengambil keputusan. Sebenarnya penilaian hasil
belajar sudah mencakup pengukuran hasil belajar, sehingga instrumen atau
alat pengukuran sering disebut sebagai instrumen atau alat penilaian,
(Ahmad Fauzi, 2013:374).
6. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar
b. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
c. Mengoptimalkan pemanfaatan pengalaman atau kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
d. Mengembangkan cita-cita atau inspirasi siswa.
Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang
diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang
dicapai siswa (Nana Sujana, 2006).
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990 : 56), melalui
proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar
intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang
rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau
setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak
kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.
c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama
diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,
17

kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan


kreativitasnya.
d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),
yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif
(sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan
diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan
mengendalikan proses dan usaha belajarnya.
7. Teknik Melaporkan Hasil Belajar
Pada umumnya orang tua peserta didik mengharapkan jawaban dari
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana keadaan anak waktu belajar disekolah secara akademik, fisik,
sosia dan emosional.
b. Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran disekolah.
c. Apa yang harus dilakukan oleh orang tua peserta didik untuk membantu
dan mengembangkan prestasi belajar anaknya.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka informasi yang harus
disampaikan kepada orang tua peserta didik sebaiknya menggunakan teknik
berikut ini:
a. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
b. Menitikberatkan kekuatan pada pengembangan dan pembelajaran anak.
c. Memberikan perhatian pada pengembangan dan pembelajaran anak.
d. Menginformasikan dengan benar tentang tingkat pencapaian hasil
belajar.
8. Manfaat Informasi Hasil Belajar
a. Untuk peserta didik, informasi hasil belajar peserta didik dapat diperoleh
melalui ujian, kuesioner atau angket, wawancara dan pengamatan.
Informasi penilaian hasil belajar sangat bermanfaat bagi peserta didik
diantaranya:
18

1. Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa.


2. Untuk mengetahui indikator-indikator yang telah ditetapkan yang
belum dikuasai.
3. Memotivasi diri untuk belajar lebih baik lagi.
4. Memperbaiki strategi belajar.
b. Untuk orang tua, informasi hasil belajar bermanfaat bagi orang tua wali
peserta didik untuk memotivasi putra-putrinya agar belajar lebih baik lagi
dan mencari strategi untuk membantunya belajar. Agar informasi ini
bermanfaat maka harus memberikam informasi yang akurat. Informasi ini
dapat digunakan sebagai:
1. Membantu dan memberikan motivasi putra-putrinya belajar.
2. Membantu sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Membantu sekolah dalam melengkapi fasilitas belajar.
c. Untuk guru dan sekolah, informasi yang diperlukan kaitanya dengan hasil
belajar adalah banyak dan kompetensi dasar yang telah dikuasai, jumlah
peserta didik yang tuntas belajar yang mencakup semua mata ajar.
Informasi yang diperlukan oleh guru bersifat global untuk semua
rombongan belajar yang diajarnya, sedangkan kepala sekolah
memerlukan informasi global untuk semua rombongan belajar dalam satu
sekolah. Informasi dapat digunakan untuk:
1. Mengetahui kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam satu
rombongan belajar dan sekolah yang mencakup semua mata ajar.
2. Mendorong para guru untuk lebih baik lagi dalam memberikan
pelayanan belajar kepada peserta didik.
3. Mendorong sekolah untuk memberikan fasilitas belajar yang lebih
baik lagi.
9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pada dasarnya, hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan
pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu
19

saja, akan tetapi masih ada hal yang lain juga yang menjadi faktor penentu
yang tidak dapat dipisahkan dalam menciptakan keberhasilan belajar siswa.
Menurut Slameto (2003:54-69), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri. Faktor internal ini meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani
dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang
atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran, dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat.
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.
Faktor-faktor tersebut diantaranya sebagai berikut:
1) Adanya keinginan untuk tahu
2) Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
3) Untuk memperbaiki kegagalan
4) Untuk mendapatkan rasa aman.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri siswa yang ikut
mempengaruhi belajar anak. Adapun faktor yang mempengaruhinya
meliputi:
1) Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara
mendidik orang tua terhadap anaknya. Dalam hal ini dapat dikaitkan
suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis,
pseudodemokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe
mendidik yang demikian masing-masing mempunyai kebaikan dan ada
pula kekurangan. Namun tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan
Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua
20

dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam.


Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua
akan bertindak ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan
tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang
tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk
dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama
belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan
arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib
dalam belajar.
2) Faktor yang berasal dari sekolah
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata
pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru
banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang
menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap
mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya
kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan,
kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi
tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.
3) Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat
bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh
masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak
mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

10. Hubungan Antara Perkembangan Psikomotorik dan Hasil Belajar Siswa


Perkembangan psikomotorik yaitu keterampilan yang berkaitan
dengan gerak, menggunakan otot seperti lari, melompat, menari, melukis,
21

berbicara, membongkar dan memasang peralatan, dan sebagainya. Berjuang


mewujudkan potensi kita berarti mengembangkan aneka kegiatan yang dapat
menyenangkan dan bermakna, dan biasa juga diartikan sebagai perjuangan
seumur hidup dan kebulatan tekad untuk meraih sasaran jangka panjang.
Dalam psikologi perkembangan psikomotorik yaitu menunjuk pada hal,
keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakanya.
Secara singkat, motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang
meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan
organ-organ fisik, (Muhibbin Syah, 2010:13).
Perkembangan psikomotorik dalam pembelajaran dianggap penting
karena melalui perkembangan motorik anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya
pada bulan bulan pertama dalam kehidupanya kepada kondisi yang
independen, anak dapat menyesuaikan dengan lingkungan sekolah, dan anak
dapat bermain dan bergaul dengan teman sebayanya, serta hal ini sangat
penting bagi perkembangan self concept (kepribadian anak), (Muhibbin Syah,
2010:15).
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2009:3). Hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar, (Nana Sudjana, 2009:30).
Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti
setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab
hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai
tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang
22

baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya
hasil belajar yang baik.
Dengan adanya perkembangan psikomotorik, diharapkan siswa-siswi
di SMP N 11 Cirebon dapat meningkatkan keterampilan belajarnya, baik
dalam bertindak dan mengambil keputusan baik di lingkungan sekolah,
keluarga maupun masyarakat. Sehingga perkembangan keterampilanya sesuai
dengan aturan atau norma agama dan sosial. Karena dengan adanya
perkembangan psikomotorik yang positif siswa bisa mengembangkan segala
potensi yang mereka miliki seperti bakat, kemampuan dan minat, sehingga
dengan adanya perkembangan psikomotorik yang positif siswa dapat
berperilaku baik dan tidak terjerumus kedalam hal-hal negatif.

B. Kajian Penelitian yang Relevan


1. Novi Wulandari, Hubungan kreativitas siswa dengan hasil belajar mata diklat
PLC di SMK Negeri 5 Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: data kreativitas siswa (X) diperoleh skor
tertinggi 118 dan skor terendah 79, dengan nilai rata-rata 95,44, median 94,83,
dan modus 94,83, sedangkan simpangan baku diperoleh 10,65. Sedangkan
data hasil belajar PLC (Y) diperoleh skor tertinggi 80 dan skor terendah
adalah 68, dengan mean adalah 72,88, modus 72,32, dan median 72,42
sedangkan simpangan baku diperoleh 3,49. Setelah melakukan pengujian
hipotesis menggunakan korelasi r product moment diperoleh rhitung > r table,
0,363>0,339 pada taraf nyata α = 0,05, selanjutnya koefisien derminasi
diperoleh sebesar 13,16 %. Dari hasil penelitian dapat di tarik kesimpulan
terdapat hubungan yang positif antara kreativitas dan hasil belajar PLC di
SMKN 5 Jakarta sebesar 13,16 %, sehingga dalam proses belajar jika makin
tinggi kreativitas yang dimiliki oleh siswa maka semakin tinggi pula hasil
belajar PLC yang akan dicapai oleh siswa tersebut.
23

2. Siti Zubaidah, Hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar


Biologi dan retensi siswa kelas X dengan penerapan strategi pemberdayaan
berpikir melalui pertanyaan (PBMP) di SMAN 9 Malang.
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada
hubungan yang kuat antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar
kognitif siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan strategi
PBMP di SMAN 9 Malang. Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap
hasil belajar kognitif adalah 52,9%. Persamaan regresi yang didapatkan yaitu
Y=0,857X+17,904. Namun, tidak ada hubungan keterampilan metakognitif
terhadap retensi siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan
strategi PBMP di SMAN 9 Malang.
3. Niken Ratna Wijaya, Hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran PKn di SMPN 77 Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Meskipun rendah motivasi belajar merupakan faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, selain itu terdapat faktor-faktor pendukung yang
lain dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang berasal dari luar diri peserta
didik. setiap motivasi belajar siswa meningkat maka hasil belajar siswa pada
mata pelajaran PKn juga akan meningkat.
Dari ke tiga penelitian relavan diatas peneliti mengambil tema yang
sama seperti yang di atas akan tetapi secara khusus judul dan hasil penelitian
tersebut tidak sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis
dengan judul “hubungan antara perkembangan psikomotorik dan hasil belajar
siswa mata pelajaran IPS di SMP N 11 Cirebon”.
24

C. Kerangka Berpikir
Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai proses yang berbeda dari
pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh,
begitu pun sebaliknya. Arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan
fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan akan
berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sementara itu,
pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik
(maturation). Artinya orang tidak akan betambah tinggi atau besar jika batas
pertumbuhan tubuhnya telah mencapai tingkat kematangan, (Muhibbin Syah,
2002:11).
Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang
fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis
dasar sebagai hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil dari
interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan
psikis menyangkut kesuluruhan karakteristik psikologis individu, seperti
perkembangan kognitif, emosi, sosial dan moral, (Syamsu Yusuf L.N, 2011:1).
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupanya, mulai dari masa konsepsi, masa
bayi, masa anak-anak, masa remaja, sampai masa dewasa. Perkembangan dapat
diartikan juga sebagai “Suatu proses perubahan dalam diri individu atau
organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan” (Nani M. Sughandi, 2011:2).
Dengan demikian dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
perkembangan dimaknai sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau
organisme, secara fisik maupun psikis, menuju tingkat kedewasaan atau
kematangan. Perkembangan itu berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan. Secara psikis perkembangan mengarah kepada pembentukan
kepribadian, yang sangat menetukan sesorang dalam bersosialisasi.
25

Perkembangan psikomotorik adalah perkembangan kepribadian manusia yang


berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsi otot akibat adanya dorongan
dari pemikiran, perasaan dan kemauan dari dalam diri seseorang. Ciri khas dari
keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak-gerik yang
berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi
atau berfikir terhadap apa yang harus dilakukan dan mengapa harus mengikuti
suatu gerakan, (Suharsimi Arikunto, 2002:122).
Teknik yang bisa digunakan untuk mengembangkan potensi psikomotorik
pada peserta didik diantaranya adalah model permainan atau out bond, model
meniru, model kelompok belajar dan bermain. Stimulasi untuk meningkatkan
potensi psikomotorik dapat dilakukan diantaranya dengan cara: diberikan dasar
dasar ketrampilan untuk menulis dan menggambar, ketrampilan berolah raga atau
menggunakan alat olah raga, gerakan-gerakan permainan, seperti melompat
memanjat dan berlari, dan baris berbaris secara sederhana, (Desmita, 2008:135).
Perkembangan psikomotorik dalam pembelajaran dianggap penting karena
melalui perkembangan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh
perasaan senang, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan
bulan pertama dalam kehidupanya kepada kondisi yang independen, anak dapat
menyesuaikan dengan lingkungan sekolah, dan anak dapat bermain dan bergaul
dengan teman sebayanya, serta hal ini sangat penting bagi perkembangan self
concept (kepribadian anak), (Muhibbin Syah, 2010:15).
Menurut Wuest & Combardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek
psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis sex
yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah perubahan
pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, sering menganggap diri mereka serba
mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari
perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri. (Desmita,
2008:137).
26

Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode
pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan
kehidupan sehari-hari yang akrab dengan kita atau istilahnya kontekstual,
sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan jumlah
pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada, selain metode ada juga yang
menggunakan LKS Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik (Nana Sudjana, 2009:3). Hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar, (Nana
Sudjana, 2013:67).
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di
kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut, (Nana
Sudjana, 2013:77):
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal
meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan
hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus
pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka
membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas
pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Hasil belajar menunjukkan
kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya derajat perubahan tingkah laku siswa, (Anas Sudijono, 2001:48).
27

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap


peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil
belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya.
Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika
proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang
baik.
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan
biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Hasil belajar adalah
hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru, (Anas Sudijono, 2001:49).
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat dan dijadikan) oleh usaha (Dedy
Sugono, 2008:528). Sedangkan belajar sebagaimana telah diuraikan di atas
adalah proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar dapat diartikan
sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha merubah tingkah laku. Hasil belajar
sering orang menyebutnya prestasi belajar. Menurut Winkel, prestasi adalah
bukti keberhasilan usaha yang dicapai, (Aunurrahman, 2012:162).
Hasil Belajar merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai
oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan
dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu (Nana Sudjana,
2000:7). Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rochmad Wahab (2009:24)
membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan
intelektual, kognitif, sikap, dan motorik.
Tipe hasil belajar terdiri dari: ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki. Dalam penelitian ini
hanya ranah kognitif saja, meliputi: a) tipe hasil belajar pengetahuan hafalan, b)
pemahaman, c) penerapan, d) analisis, e) sintesis dan f) evaluasi, (Nana Sudjana,
2013:137).
28

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi
belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar, (Aunurrahman, 2012:27).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan sikap dan
keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan
pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya,
(Aunurrahman, 2012:30).
Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa
itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses
belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes.
Dari uraian-uraian tersebut kerangka pemikiran dapat digambarkan melalui
bagan sebagai berikut:

Kegiatan Interaksi Guru Perkembangan


Pembelajaran IPS dan Siswa Psikomotorik
Siswa

- Tinggi
- Sedang
- Rendah

Hasil Belajar Evaluasi Belajar Motivasi


Siswa

Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran


29

Dari kerangka diatas dapat dijelaskan dalam pembelajaran IPS adanya siswa
diharapkan aktif dalam proses pembelajaran. Didalam proses belajar mengajar
disekolah, siswa mempunyai karakteristik tertentu baik fisioligis maupun
psikologis anak yang akan nantinya berpengaruh kepada proses dan hasil belajar
siswa, setiap siswa juga memiliki perkembangan psikomotorik yang berbeda-
beda. Ketika pembelajaran IPS dimulai guru terlebih dahulu melakukan interaksi
dengan siswa, baik berupa stimulus maupun tanya jawab dengan siswa dari
interaksi tersebutlah guru akan mengetahui siapa saja yang mempunyai
perkembangan psikomotorik yang tinggi, sedang dan rendah.
Guru diharapkan mampu untuk memotivasi siswa supaya siswa tersebut
dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik yang baik dan posiitf. Seorang
siswa dikatakan memiliki perkembangan psikomotorik yang baik dapat dilihat
dari motivasinya dalam belajar. Seperti aktif bertanya, berargumen yang baik,
kritis dalam proses belajar mengajar dan meninggalkan kegiatan-kegiatan yang
menghambat tujuanya dalam belajar. Setelah itu guru melakukan evaluasi dengan
tujuan supaya mengetahui hasil belajar siswa setelah dicanangkannya motivasi
perkembangan psikomotorik.

D. Hipotesis Penelitian
Penelitian ini terfokus pada dua variabel pokok, yaitu hubungan antara
perkembangan psikomotorik dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini,
yaitu:
Hipotesis Korelasi
Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara perkembangan
psikomotorik dan hasil belajar siswa Mata Pelajaran IPS di SMP N 11
Cirebon.
Ha = Ada hubungan yang signifikan antara perkembangan psikomotorik dan
hasil belajar siswa Mata Pelajaran IPS di SMP N 11 Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai