Anda di halaman 1dari 18

Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak,
dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.

• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.

• Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan


otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan
tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau


kematangan fisik anak, Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik
anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori
tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan
sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik
merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka
ragam, anak mempersepsikan dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi
tersebut memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya.
Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil
mainan yang menarik baginya.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu,
mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut
merupakan hasil dari banyak factor, yaitu perkembangan system syaraf, kemampuan fisik
yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk
bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya,
anak akan mulai berjalan jika system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat
menopang tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik Halus

1.Perkembangan Motorik Kasar


Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit,
melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini
diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak
usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang menantang baginya, seperti
melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada
usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut bertambah. Anak pada masa
ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya
yang mengandung bahaya.

2. Perkembangan Gerakan Motorik Halus


Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan
motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu
objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus
anak sangat berkembang, bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih
mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini
disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-
kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri. Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan
motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan
gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan
tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar.
PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA DINI

PENGERTIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir
sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek perkembangan
dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor
lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki karakteristik
yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini masa yang paling penting untuk sepanjang
usia hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya. Bentuk program pendidikan anak usia dini meliputi:
pendidikan keluarga, bina keluarga, taman pengasuhan, kelompok bermain dan taman kanak-kanak.

Rita Kurnia (2010: 3) mengatakan:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia dini
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan dasar
kehidupan tahap berikutnya.

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Penyelenggaraan pembelajaran berbasis perkembangan mempunyai sejumlah prinsip yang


harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait, artinya perkembangan dalam satu aspek
dapat membatasi atau memudahkan atau melancarkan perkembangan kemampuan lainnya.

2. Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur. Dengan demikian, urutan pertumbuhan dan
perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan.
3. Perkembangan anak adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial dimana ia hidup. Oleh sebab itu, sering dikemukakan bahwa
kehidupan manusia adalah hasil dari pembawaan dan lingkungan yang saling berhubungan.

4. Atas dasar itu maka para pendidik disamping menyediakan lingkungan yang sehat, aman, dan
menyediakan makanan dengan gizi yang baik, juga harus memberikan layanan yang komprehensif
kepada anak, seperti layanan kesehatan fisik, gigi, mental dan sosial.

Pengertian Perkembangan Kognitif

Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu
manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan
perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang
berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.

Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan
psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang
yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).

Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang
inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh
perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang
menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di
sekitarnya.

Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-
teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari
interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut
skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang
menjadi suatu generalisasi kesimpulan umum).
Fase-fase Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

Menurut Piaget (1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat
kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan
selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam empat
fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi formal”.

1. Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun)

Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama
melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya
terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini
disebut dengan istilah sensorimotor.

Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia
dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun
pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam,
mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak
menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada.

Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini
mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang
berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap
aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.

Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat
kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam
atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda.

Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini
merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu
objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.
2. Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun)

Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-
benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga
dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk
melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan
kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak.

Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir
yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak
mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya.

Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya dalam
menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak
terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase
fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Subfase fungsi
simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun.

Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang
secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk
membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah
dapat menggambar manusia secara sederhana.

Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris
ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain.
Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang
disebut dengan istilah egosentris.

Subfase berpikir secata intuitif tenadi pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir
secara intuitif karena pada saat ini anah kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti
menyusun balok meniadi rumah-rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-
alasan yang menyebabkan balok itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
3. Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun)

Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang,
dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret.

Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan


mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan
urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara
deduktif.

4. Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa)

Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir
abstrak. Keulampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide,
memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu
mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini

Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di
atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase
praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:

1. Berpikir Simbolis

Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun
objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.

2. Berpikir Egosentris

Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau
tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara
pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir lntuitif

Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar
atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.

lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif

1. Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur


kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam
berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna,
seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak
(turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain yang dikaitkan dengan
pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baik
bahasa lisan maupun membaca dan menulis.

2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan jawaban yang
salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban yang benar.

3. Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan
kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata ke dalam
bentuk lain, misalnya gambar.

4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan
pikirannya.

KESIMPULAN

Perkembangan anak pada dasarnya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam seluruh
dimensi yang ada dalam diri anak, baik dimensi fisik, dimensi sosial, dimensi emosi, kognitif
(berpikir), dan dimensi spiritual.

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor
lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor psikologis. Anak usia dini memiliki karakteristik
yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial, moral, masa ini masa yang paling penting untuk sepanjang
usia hidupnya. Sebab masa yang paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan
menentukan pengalaman anak selanjutnya.

SARAN

1. Diharapkan kepada kita semua untuk dapat memehami tentang kognitif perkembangan anak usia
dini, dan dapat menganalisis tentang perkembangan pada anak usia dini.

2. Setiap anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahapannya. Dan sebagai orang tua
juga harus dapat memperhatikan perkembangan anak-anaknya.
B.
Sikap Orang Tua dan Perkembangan Sosial Emosi Anak
Umumnya orangtua mendambakan perkembangan
fisik maupun psikis
an
ak
-
anaknya dapat optimal. Para orangtua
berusaha sekuat tenaga memenuhi
kebutuhan anak (baik fisik maupun psikis) serta menerapkan pendidikan dan
displin tertentu (perdasarkan pemahaman yang dimiliki) agar semua aspek
perkembangan anak
-
anaknya dapat optimal. Akan tetapi pada kenyataanya,
banyak
oran
g
tua mengeluh bahwa
hasil
usaha
yang diperoleh
di
l
uar harapan.
Anak yang justru diharapkan justru menunjukkan perilaku
-
perilaku tertentu jauh
dari harapan orangtua
. Misalnya membangkang, menjengkelkan, menunjukkan
perilaku tidak hormat pada orangtua,
dan sebagainya. Akibatnya banyak kasus
orangtua menunjukkan sikap frustrasi dengan menunjukkan kemarahan atau
bahkan apatis pada sikap dan perilaku anak ini. Respon orangtua justru bukan
berakibat positif, tetapi
j
ustru
berujung pada meningkatnya perilaku
negatif anak.
Hal ini akan terus berkembang, menjadi masalah, menjadi lingkaran setan yang
tidak berujung pangkal.
Sesungguhnya awal mula masalah di atas adalah belum difahaminya
perkembangan anak secara penuh. Pemahaman perkembangan anak secara
penuh aka
n memudahkan orangtua merespon perilaku anak dan menstimulasi
semua aspek perkembangannya sehingga dapat berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, langkah awal agar orangtua dapat menstimulasi perkembangan
anak adalah memahami perkembangan dan kebutuhan
anak sesuai tahap
perkembangannya.
C.
Karakteristik Perkembangan Anak Prasekolah
Beberapa
karakteristik anak prasekolah yang menonjol antara lain :
a.
Berkembangnya konsep diri
.S
ecara perlahan
pemahaman anak
tentang
kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya,
identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi
diri). Sega
lanya ingin ia coba, ia merasa
dirinya bisa.
b.
Munculnya egosentris
. Di
usia ini anak berfikir bahwa segala y
ang ada
dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi
kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak
dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan
mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan
pinj
amannya. Wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan
temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa
menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan
menyalahkan orang lain.
c.
Rasa ingin tahu yang tinggi
rasa ingin tahu mel
iputi berbagai hal termasuk
seksual sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d.
.Imajinasi yang tinggi
.
imajinasi yang tinggi di usia ini sangat
mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana
khayalan mana kenyataan. Ia
kadang suka melebih
-
lebihkan cerita. Daya
imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner (teman yang tidak
pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala
pengalaman dan perasaannya.
e.
Belajar menimbang rasa
.
D
iusia 4 tahun minat meniru terh
adap teman
-
temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan
kelompok bersama teman
-
temannya walaupun kerap terjadi
pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati
anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa y
ang sedang orang lain
rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan
membawa sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak mulai
belajar konsep benar salah.
f.
Munculnya kontrol internal
Kontrol internal muncul di akhir masa usia p
ra
sekolah, P
erasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah
jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya
B.
Sikap Orang Tua dan Perkembangan Sosial Emosi Anak
Umumnya orangtua mendambakan perkembangan
fisik maupun psikis
an
ak
-
anaknya dapat optimal. Para orangtua
berusaha sekuat tenaga memenuhi
kebutuhan anak (baik fisik maupun psikis) serta menerapkan pendidikan dan
displin tertentu (perdasarkan pemahaman yang dimiliki) agar semua aspek
perkembangan anak
-
anaknya dapat optimal. Akan tetapi pada kenyataanya,
banyak
oran
g
tua mengeluh bahwa
hasil
usaha
yang diperoleh
di
l
uar harapan.
Anak yang justru diharapkan justru menunjukkan perilaku
-
perilaku tertentu jauh
dari harapan orangtua
. Misalnya membangkang, menjengkelkan, menunjukkan
perilaku tidak hormat pada orangtua,
dan sebagainya. Akibatnya banyak kasus
orangtua menunjukkan sikap frustrasi dengan menunjukkan kemarahan atau
bahkan apatis pada sikap dan perilaku anak ini. Respon orangtua justru bukan
berakibat positif, tetapi
j
ustru
berujung pada meningkatnya perilaku
negatif anak.
Hal ini akan terus berkembang, menjadi masalah, menjadi lingkaran setan yang
tidak berujung pangkal.
Sesungguhnya awal mula masalah di atas adalah belum difahaminya
perkembangan anak secara penuh. Pemahaman perkembangan anak secara
penuh aka
n memudahkan orangtua merespon perilaku anak dan menstimulasi
semua aspek perkembangannya sehingga dapat berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, langkah awal agar orangtua dapat menstimulasi perkembangan
anak adalah memahami perkembangan dan kebutuhan
anak sesuai tahap
perkembangannya.
C.
Karakteristik Perkembangan Anak Prasekolah
Beberapa
karakteristik anak prasekolah yang menonjol antara lain :
a.
Berkembangnya konsep diri
.S
ecara perlahan
pemahaman anak
tentang
kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya,
identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan “Akunya” (eksitensi
diri). Sega
lanya ingin ia coba, ia merasa
dirinya bisa.
b.
Munculnya egosentris
. Di
usia ini anak berfikir bahwa segala y
ang ada
dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi
kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak
dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan
mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan
pinj
amannya. Wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan
temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa
menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan
menyalahkan orang lain.
c.
Rasa ingin tahu yang tinggi
rasa ingin tahu mel
iputi berbagai hal termasuk
seksual sehingga ia selalu bereksplorasi dalam apapun dimanapun.
d.
.Imajinasi yang tinggi
.
imajinasi yang tinggi di usia ini sangat
mendominasi setiap perilakunya, sehingga anak sulit membedakan mana
khayalan mana kenyataan. Ia
kadang suka melebih
-
lebihkan cerita. Daya
imajinasi ini biasanya melahirkan teman imajiner (teman yang tidak
pernah ada), teman khayalan ini mampu mencurahkan segala
pengalaman dan perasaannya.
e.
Belajar menimbang rasa
.
D
iusia 4 tahun minat meniru terh
adap teman
-
temannya mulai berkembang, anak mulai bisa terlibat dalam permainan
kelompok bersama teman
-
temannya walaupun kerap terjadi
pertengkaran. Hal ini karena ia masih memikirkan dirinya sendiri. Empati
anak mulai berkembang, ia mulai merasakan apa y
ang sedang orang lain
rasakan. Jika melihat ibunya bersedih ia akan mendekati, memeluk dan
membawa sesuatu yang dapat menghibur. pada masa ini anak mulai
belajar konsep benar salah.
f.
Munculnya kontrol internal
Kontrol internal muncul di akhir masa usia p
ra
sekolah, P
erasaan malu mulai muncul ia akan merasa malu dan bersalah
jika ia melakukan perbuatan yang salah. Dengan demikian tepatnya
PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA AUD

Desember 13, 2012 by rianiputri | Leave a comment

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA AUD


Pengertian emosi
Emosi adalah suatu keadaan/situasi yang utuh dapat berupa pikiran ataupun perasaan yang
Nampak pada perubahan biologis yang muncul dari prilaku seseorang. bahasa emosi
mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran.
Perkembangan sosial
Menurut harlock perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan social. “Sosialisasi “ adalah kemampuan bertingkah laku sesuai
dengan norma nilai. Jadi seseorang di katakan berkembang emosinya apabila ia sudah
mampu menunjukan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah di buat.
Kenapa Sosial Emosional Perlu Dikembangkan ??
Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Karena pertama semakin banyaknya
permasalahan yang terjadi di sekitar anak, misalnya lingkungan yang tidak baik ataupun
perkembangan teknologi yang semakin canggih seperti televise yang akan membawa dampak
luar biasa pada anak karena tontonan yang tidak layak akan mempengaruhi perkembang
emosi anak. Di kembangkannya social emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak
adalah penerus,pencipta,pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara
maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, kemudian
perkembangan emosi perlu di kembangkan sejak dini karena anak memiliki masa emas
perkembangan social emosional sesuai tahap perkembangannya . Jadi, harus di lengkapi
kebutuhannya seoptimal mungkin agar tidak ada satu tahapan pun yang terlewatkan, yang
terakhir karena anak tidak akan berkembang baik apabila hanya IQ saja yang di
kembangkan,karena EI jauh lebih dibutuhkan untuk itu sejak dini anak harus di lengkapi
perkembangan social emosionalnya.
Pengembangan Sosial Emosional Anak
Terdapat kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang lebih banyak
memiliki kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya sehingga berdampak pada
kemampuan sosialisasinya. Dengan demikian, perlu ada upaya peningkatan kecerdasan
emosional, yaitu usaha-usaha yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas
emosional anak sehingga mampu mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,
mampu memotivasi diri sendiri serta mampu mengelola emosi dan perilaku sosial menjadi
lebih baik.
kecerdasan emosi merupakan penentu dari keberhasilan seseorang untuk itu dari dini
kecerdasan emosi harus di latih dan di kembangkan sebaik mungkin
guru dalam pengembangan social emosional juga harus jeli melihat apa saja yang bisa
mengembangkan social emosional anak, ia harus tau aturan dan indicator yang akan di
jadikan tuntunan agar tidak asal melakukan pengembangan saja, ia juga harus memahami
rambu-rambunya dan kekhasan kecerdasan emosional agar tidak tergelincir pada penyediaan
lingkungan belajar yang kurang sesuai atau bahkan keliru. Secara khusus, hendaklah guru
menguasai tindakan-tindakan prinsip, di antaranya:
Melatih pengendalian diri,mengajarkan pengenalan emosi pada anak,melatih pengelolaan
emosi anak,penerapan disiplin dengan konsep empati,mengungkapkan emosi dengan kata-
kata,melakukan permainan yang dapat melatih social dan emosional anak,menanggapi
perasaan anak,menjadi contoh yang baik,melatih keterampilan emosi,

Pengembangan Sosial Emosional melalui Pendekatan Terpadu


Karakteristik perkembangan anak TK bersifat holistic atau menyeluruh atau terpadu, artinya
antara aspek perkembangan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, aspek
perkembangan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan lainnya.
Pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran terpadu dengan berbasis pada tema. Melalui
tema anak akan lebih mudah dalam membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang
ada di lingkungannya.
Dengan pembelajaran terpadu, sejak dini anak sudah terlatih mengaitkan informasi yang satu
dengan lainnya.
Sekaligus mereka belajar secara aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan nyata, bahkan
pembelajaran ini dapat menyentuh semua dimensi kecerdasan anak (multiple intelligence).

Di samping menggunakan pendekatan utama, yaitu pembelajaran terpadu, pada pendidikan


TK kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan dengan pendekatan rutin, terprogram, spontan
maupun teladan.
Pendekatan rutin, sering juga disebut pembiasaan dilakukan dengan cara penjadwalan secara
terus-menerus hingga pola perilaku yang diharapkan melekat menjadi kebiasaan positif pada
setiap anak contoh saling membantu dalam kerja kelompok
Pelaksanaan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram adalah kegiatan
tersebut dibuat secara terencana menjadi sasaran atau agenda utama saat program itu
dilaksanakan.Pembelajaran dapat dirancang dalam silabus, baik untuk jangka waktu yang
pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari (SKH), satu minggu (SKM), dan seterusnya.
Pembelajaran spontan, yaitu pembelajaran yang dikembangkan untuk menanggapi stimulus
langsung dari anak sebagai konsekuensi konteks pembela-jaran yang bersifat dinamis,
terutama pada kelas TK. Penting dilakukan pembelajaran spontan karena memberikan efek
kepuasan yang sangat tinggi pada anak.
Pendekatan lainnya, yaitu keteladanan, maksudnya adalah pembelajaran yang ditampilkan
melalui contoh-contoh yang baik.
Sasaran Pengembangan Emosi di Taman Kanak-kanak
1. Hal yang penting untuk diperhatikan dan dibutuhkan anak dalam upaya pengembangan
emosi yang sehat adalah sebagai berikut: rasa saling memiliki,rasa cinta dan kasih sayang
keputusan sendiri,rasa aman,di beri kepercayaan pada dirinya,di perlakukan sesuai dengan
harapanya,di terima apa adanya dan di berikan sesuatu dengan ketulusan ketulusan.
2. Terdapat lima cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu proses pengembangan
emosi anak, yaitu kemampuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola dan
mengekspresikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memotivasi diri, kemampuan untuk
memahami perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang
lain.
3. Materi pembelajaran emosi di Taman kanak-kanak meliputi rasa cinta dan kasih sayang,
empati, serta pengendalian emosi.
Sasaran Pengembangan Sosial pada Anak Taman Kanak-kanak
1. Strategi pengembangan sosial anak usia 0 – 3 tahun dimulai dengan memperkuat ikatan
antara orang tua dan anak lewat interaksi yang penuh perhatian, intensif, dan establish
bonding. Selanjutnya mengajak anak untuk mendemonstrasikan kebiasaan sosial, seperti
menolong orang, mengeks-presikan cinta, dan mengajak dia untuk berbagi dengan anak lain.
2. Sasaran pengembangan sosial di TK adalah:
a. keterampilan berkomunikasi;
b. keterampilan memiliki rasa humor;
c. menjalin persahabatan;
d. berperan serta dalam kelompok;
e. memiliki tata krama.
3. Materi pembelajaran pengembangan sosial di TK, meliputi cinta dan kasih sayang, empati,
afiliasi, identifikasi, disiplin, tolong-menolong dan tanggung jawab.
Metode Pengembangan Sosial di Taman Kanak-kanak
Salah satu keahlian guru yang diharapkan adalah kemampuannya dalam memilih metode
pembelajaran yang paling tepat untuk anak didiknya. Metode yang dapat digunakan untuk
membantu proses pengembangan sosial di antaranya adalah:
1. metode pengelompokan anak;
2. modelling dan immitating;
3. bermain kooperatif;
4. belajar berbagi (sharing).

Anda mungkin juga menyukai