Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN MOTORIK PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh :
WIWIT PARAMITA
NIM: 116.019
Kelompk 1
A. Pendahuluan
Sebagian ahli menganggap perkembangan sebagai prosesyang berbeda dari
pertumbuhan. Menurut mereka, berkembang itu tidak sama dengan tumbuh, begitu pun
sebaliknya. Perkembangan ialah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi
organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ jasmaniahnya itu sendiri. Dengan kata lain,
penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang
disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan akan berlanjut terus hingga manusia
mengakhiri hayatnya.1
Sementara itu, pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai keatangan fisisk.
Didasarkan pada pertimbangan lebih dominannya penggunaan kata perkembangan
(development) dalam arti psiko-fisik daripada pertumbuhan (growth) yang banyak terdapat
dalam buku dan jurnal yang berhubungan degan disiplin psikologi khususnya psikologi
perkembangan.2
Selanjutnay, pembahasan mengenai perkembangan ranah-ranah psiko-fisik pada bagian
ini akan penulis fokuskan pada proses-proses perkembangan yang dipandang memiliki
keterkaitan langsung dengan kegiatan belajar siswa. Proses-proses perkembangan tersebut
meliputi, salah satunya yang akan penulis bahas dalam makalah ini yaitu mengenai
perkembangan motorik. Yang akan penulis uraikan dibawah ini.3

B. Pembahasan
Dalam perspektif psikologi, istilah motor menunjuk pada hal, keadaan, dan kegiatan
yang melibatakan otot-otot juga gerakan-gerakan. Motor dapat pula berarti segala keadaan

1
Muhibbin syah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada h. 11
2
Ibid. h. 12
3
Ibid

1
yang meningkatkan atau menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-
organ fisik. 4
Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh muhibbin syah ,M. E.d. dalam bukunya
psikologi belajar, dalam psikologi, kata motor digunakan sebagai istilah yang menunjukkan
pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot dan gerakan-gerakannya, juga
kelenjer-kelenjer dan sekresinya (pengeluaran cairan atau getah). Secara singkat, motor
dapat pula dipahami sebgai segala keadaan yang meningkatkan atau menghasilakan
stimulasi/rangsangan terhadap kegiatan organ fisik.5
Perkembangan motorik (motor development) adalah perubahan secara progresif pada
kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara
faktor kematangan ( maturation) dan latihan/pengalaman (experinces) selama kehidupan
yang dapat dilihat melalui perubahan/pergerakan yang dilakukan. Contoh perkembangan
motorik telah kia gambarkan melalui kasus bayi yang awalnya hanya bisa terlentang, sampai
kemudian ia bisa berdiri dan berjalan.6
Adapun menurut Dra. Enung Fatimah, M.M dalambukunya Psikologi Perkembangan
(Perkembangan Peserta Didik). Kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik
merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja syaraf motorik yang dilakukan
oleh syaraf pusat untuk melakukan berbagai kegiatan . kegiatan-kegiatan tersebut terjadi
karena adanya kerja syaraf yang sistematis. Alat indra menerima rangsangan, kemudian
diteruskan melalui syaraf sensoris ke syaraf pusat (otak) untuk diolah, dan hasilnya dibawa
oleh syaraf motorik untuk memberikan reaksi dalam bentuk gerakan-gerakan.7
Dengan demikian, perkembangan motorik berarti proses perkembangan yang progresif
(maju) dan berhubungan dengan perolehan aneka ragam keterampilan fisik anak (motor
skill). Pada anak-anak, sejak bayi sampai masa kanak-kanak, pencapaian motor skill ini amat
jelas sejak ia belajar menelungkup, merangkak, belajar bediri untuk berjalan dengan
berpengangan pada benda-benda tertentu seperti di dinding, kursi dan seterusnya. Sifat
progresif pada perkembangan ini karena anak-anak yang telah me,iliki atau menguasai
keterampilan tertentu tidak akan mundur kebelakang.8

4
Tohirin. 2014. Psikologi Pembelajaran PAI: Berbasis Integrasi dan Kompetensi. Jakarta: Pt Raja Grafindo
Persada h. 61
5
Muhibbin Syah. Op.cit h. 13
6
Rini Hidayani, dkk. 2005. Psikologi Perkembangan anak. Jakarta: Universitas Terbuka h. 84
7
Enung Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia h. 32
8
Tohirin. Op.cit.

2
Jadi menurut pemahaman penuliss dari sekian banyak pendapat bahwa perkembanga
motorik itu adalah perkembangan yang berhubungan dengan keterampilan, kecakapan fisik
anak dalam melakukan berbagai kegiatan.
Proses perkembangan fisik anak berlangsung kurang lebih selama dua dekade (dua
dasawarsa) sejak ia lahir. Semburan perkembangan (spurt) terjadi pada masa nak menginjak
usia emaja antara 12 atau 13 tahun hingga 21-atau 22 tahun. Pada saat perkembangan
berlangsung, beberapa bagian jasmani seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam rahim
berkembang tidak seimbang (tidak secepat badan dan kaki), mulai menunjukkan
perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainnya menjadi matang.9
Bekal apakah yang dibawa anak yang baru lahir sebagai dasar perkembangan
kehidupannya selama ini? Menurut Gleitman (1987) yang dikutip oleh Muhibbin Syah ada
dua jawaban pokok untuk pertanyaan ini, yaitu: 1. Bekal kapasitas motor (jasmani); dan 2.
Bekal kapasitas panca indera (sensori).
Mula-mula seorang anak yang baru lahir hanya memiliki sedikit sekali kendali terhadap
aktivitas alat-alat jasmaninya. Seelah berusia empat bualn, bayi itu sudah mulai mampu
duduk dengan bantuan sanggahan dan dapat pula meraih dan menggenggam benda-benda
mainannya yang sering hilang dari pandangannya. Kini ia telah memiliki apa yang disebut
grasp reflex (Reber, 1998) yakni gerakan otomatis untuk menggenggam.10
Bekal psikolgis kedua yang dibawa anak dari rahim ibunya ialah kapasitas sensori.
Kapasitas sensori seorang bayi lazimnya mulai berlaku bersama-sama dengan berlakunya
refleka-refleks motor tadi, bahkan terkadang dengan kualitas yang lebih baik. Hal ini
terbukti dengan adanya kemampuan pengaturan napas, penyedotan, dan tanda-tanda respons
terhadap stimulus lainnya. Berkat adanya bekal kapasitas sensori, bayi dapat mendengar
dengan baik bahkan mampu membedakan antara suara yang keras dan kasar dengan suara
lembut ibunya atau suara lembut wanita-wanita lainnya. 11
Semua kapasitas yang dibawa aanak dari rahim ibunya baik kapasitas jasmani maupun
kapasitas rohani, adalah modal dasar yang tampak segera berfaedah bagi kelanjutan
perkembangan anak tersebut. Dalam hal ini, proses belajar keterampilan tertentu (khususnya
di sekolah) merupakan pendukung yang sangat berarti bagi perkembangan motor atau fisik
anak, terutama dalam hal perolehan kecakapan-kecakapan psikomotor atau ranak karsa anak
tersebut.12

9
Muhibbin Syah. Op.cit
10
Ibid.
11
Ibid h. 14
12
Ibid h. 15

3
Ketetapan kerja jaringan saraf akan menghasilakan kegiatan yang tepat, dalam arti
kesesuaian anatara rangsangan dan responsnya. Kerja ini akan menggambarkan tingkat
kecakapan motorik. Secara visual dapat digambarkan sebagai berikut. Syaraf pusat(otak)
yang melaksanakan fungsi senyral dalam proses berpikir merupakan faktor penting dalam
koordinasi kecakapan motorik. Ketidaktepatan dalam pembentukan persepsi dan
penyampaian perintah akan menyebabkan terjadinya kekeliruan respons atau kegiatan-
kegiatan yang kurang sesuai dengan tujuan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa intelegensi merupakan faktor penting dalam
bentuk yang leih tinggi dari keterampilan motorik. Secara umum, koordinasi motorik dan
kecakapan untuk melakukan suatu kegiatan yang kompleks membutuhkan kemampuan
motorik yang lebih kompleks pula.13 Gerakan-
Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar atau ibtidaiyah pada umur enam atau ujuh
tahun sampai dua belas atau tiga belas ahun, perkembangan fisiknya mulai tampakbenar-
benar proporsional (berkeseimbangan). Gerakan-gerakan organ tubuh anak menjadi lincah
dan terarah seiring dengan munculnya keberanian mentalnya. Keberanian dan kemampuan
ini, di samping perkembangan kapasitas mental, juga disebabkan oleh adanya keseimbangan
dan keselarasan gerakan organ-organ tubuh anak. Namun, patut dicatat bahwa
perkembangan kemampuan fisik anak itu kurang berarti dan tidak bisa meluas menjadi
keterampilan –keterampilan psikomotor yang berfaedah tanpa dukungan proses belajar atau
usaha-usaha kependidikan umumnya.14
Gerakan-gerakan motor siswa akan terus meningkat keanekaragamannya, keseimbangna,
dan kekuatannya ketika ia menduduki bangku SLTP dan SLTA. Namun, peningkatan kualitas
bawaan siswa ini justru membawa konsekuensi tersendiri, yakni perlunya pengadaan guru
yang lebih piawi dan terampil.15
Semakin dewasa seseorang, semakin matang pula fungsi-fungsi fisiknya. Hal ini berarti
ia akan mampu menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam banyak hal, seperti
kekuatan untuk mempertahankan perhatian, koordinasi otot, kecepatan berpenampilan,
keajengan mengontrol, dan reasisten terhadap kelelahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin
bertambah umur seseorang, ia akan semakin matang dan mampu menunjukkan tingkat
kecakapan motorik yang makin tinggi.
Jelas bahwa kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan
tingkat kemampuan berpikir seseorang. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan
kemampuan berpikir seseorangberbeda-beda kecakapan motorik masing-masing pun
13
Enung Fatimah. Op.cit h. 33
14
ibid
15
Ibid. h. 16

4
berbeda. Ada orang yang cekatan, kurang trampil, dan ada orang yang lamban dalam
mereaksi sesuatu.16
Demikian pula keterampilan-keterampian lainnya, seperti menulis, menggambar, dan
mendemonstrasikan kecakapan praktis seperti olahraga atau menari dan sebagainya,
semuanya membutuhkan proses ranah cipta. Proses aqliah ini dibutukan, karena kinerja
jasmaniah (physical performrnce) dalam aktivitas-aktivitas tersebut hanya akan bermutu
baik apabila pelaksanaannya disertai dengan keterlibatan fingsi ranah cipta atau akal. Praktek
tanpa melibatkan ranah akal umpamanya insight (tilikan akal) siswa yang memadai terhadap
teknik dan patoakan kinerja yang diperuntukkan, maka praktek tersebut tak dapat dipandang
bernilai dan hanya ibarat orang yang sedang senam beramai-ramai belaka.17
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Keterampilan/kemampuan motorik kasar, yaitu gerakan yang dihasilkan dari kemampuan
mengontrol otot-otot besar, contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, berguling.
Sedangkan perkembangan keterampilan motorik halus, yaitu gerakan terbatas dari bagian-
bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan dibagian jari-jari tangan. Contohnya
menulis, mengambar, memegang sesuatu.18
Ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak
yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya, yaitu:
Pertama, pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf (neruous system). pertumbuhan
syaraf dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak
meningkat dan mendorong timbulnya pola-pola tingkah laku baru. Semakin baik
perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anakakan semakin baik dan beraneka
ragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya.19
Kedua, ertumbuhan otot-otot. Otot adalah jaringan sel-sel yang dapat berubah
memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya
mengkerut (contractile unit). Perlu dicatat bahwa dalam pengembangan keterampilan
terutama dalam berkarya nyata seeperti membuat mainan sendiri, melukis, dan seterusnya,
peningkatan dan perluasan pendayagunaan otot-otot anak tadi bergantung pada kualitas pusat
siatem syaraf dalam otaknya.
Ketiga, perkembangan dan erubahan fungsi kelenjer-kelenjer endokrin (endocrine
glands). Perubahan fungsi-fungsi kelenjer-kelenjer endokrin akan mengakibatkan berubahna
pola sikap dan tingkah laku seseorang remaja terhadap lawan jenisnya. Dalam hal ini, orang

16
Enung Fatimah. Op.cit
17
Muhibbin Syah. Op.cit h. 16
18
Rini Hildayani, dkk. Op.cit
19
Muhibbin Syah. Op.cit h.18

5
tua dan guru seyogianya bersikap antisipatif terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan-penyimpanagan perilaku seksual yang tidak dikehendaki demi kelangsungan
perkembangan para siswa remaja yang menjadi tanggung jawabya.20
Keempat, perubahan struktur jasmani. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh
terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Kecepatan berlari,
kecekatan bergerak, kecermatan menyalin pelajaran, keindahan melukis, dan sebagainya
akan terus meningkat seiring dengan proses penyempurnaan struktur jasmani siswa.21
Di bagian ini akan dijelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
motorik atau gerakan seorang anak.
Ada banyak variabel yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik seorang anak, di
antaranya adalah faktor genetik, gizi, pengasuhan, serta perbedaan latar belakang budaya.
Rendahnya berat badan lahir atau mal nitrisi pada bayi juga dapat mengganggu
perkembangan motork anak.
Secara umum faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 2, yaitu penyediaan
makanan bergizi dan pemberian kesempatan serta bimbingan pada anak untuk bermain dan
berlatih. Kesehatan dan nutrisi/gizi sangat penting dalam memberikan energi pada anak yang
aktif pada usia dini. Perkembangan anak yang ditunjang dengan cukup nutrisi atau gizi dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh yang pada saatnya sangat
membutuhkan energi dari zat-zat makanan/nutri/gizi, yang dapat mempercepat dan
membantu proses perkembangan organ tubuh manusia.
Dukungan dari lingkungan sangat dibutuhkan, di mana perlu diberikan kesempatan dan
latihan serta dorongan yang terarah dari orang dewasa (orang tua, guru, dll) kepada anak.
Selain itu perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh pada perkembangan motorik
sebelum masa prasekolah. Anak perempuan lebih sering melatih keterampilan yang
membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti pada permainan skipping, melompat-lompat
dengan bola besar (hoping) atau loncat tali. Sedangkan anak laki-laki lebih melatih
keterampilan melempar, menangkap dan menendang bola atau perilaku yang mementingkan
kecepatan dan kekuatan. Anak laki-laki juga lebih senang berpatisipasi pada kegiatan yang
melatih keterampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan pada keterampilan motorik
halus.22

20
Ibid. h. 19
21
Ibid. h.19
22
Rini Hildayani, dkk. Op.cit h. 86

6
C. KESIMPULAN
Disini penulis menimpulkan bahawa perkembangan motorik adalah proses tumbuh
kembang gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan
kematangan saraf dan otot anak.
Kemudian perkembangan motorik ini ada dua macam yang penulis kutip dari buku
Hildayani dkk, psikologi perkembangan anak. Yang pertama, perkembangan motorik kasar,
yaitu gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otot-otot besar, contohnya,
berjalan, berlari, melompat berguling. Kedua perkembangan motorik halus, yaitu gerakan
terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan di bagian jari-jari
tangan. Contohnya menulis, mengambar, memegang sesuau.
Selanjutnya, ada empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor
skill anak, yang penulis kutip dari buku psikologi belajar, karangan Muhibbin Syah. Yaitu: 1.
Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf, 2. Pertumbuhan otot-otot, 3. Perkembangan
dan pertumbuhan fungsi kelenjer endoktrin, dan 4. Perubahan struktur jasmani.
Daripada itu ada juga faktor-faktor yang mendukung dang menghambat perkembangan
motorik, yang penulis kutip dari buku Hildayani dkk, sebagai berikut: faktor genetik, gizi,
pengasuhan, serta perbedaan latar belakang budaya rendahnya berat badan lahir atau
malnutrisi pada bayi juga menganngu perkembangan motorik anak. Kemudian dukungan
dari lingkungan sangat dibutuhkan terutama orang tua dan guru. Selain itu perbedaan jenis
kelamin juga berpengaruh pada perkembangan motorik selama masa pra sekolah.
Maka untuk faktor-faktor ini kesimpulan penulis adalah faktor baik yang datang dari
dalam ataupun dari luar benar-benar sangat mempengaruhi perkembangan motorik anak,

7
baik pendapat Muhibbin syah yang lebih dominan kepada faktor-faktor dalam diri anak, dan
pendapat Hildayani dkk mengikut sertakan dari luar anak yaitu dukungan lingkungan, gizi
yang diberikan, perbedaan latar belakang budaya, dan pengasuhan. Antara kedua pendapat
ini menurut penulis saling melengkapai.

D. Referensi
Dkk, Rini Hidayani. 2005. Psikologi Perkembangan anak. Jakarta: Universitas Terbuka
Fatimah Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung:
Pustaka Setia
Syah Muhibbin. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tohirin. 2014. Psikologi Pembelajaran PAI: Berbasis Integrasi dan Kompetensi. Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai