NIM : 2006104020039
Mata Kuliah : Motor Learning
Bentuk Ujian : Takehome Examination
Soal:
3. - Tahap Kognitif.
Dalam mulai mempelajari suatu tugas baru dibutuhkan
informasi cara melaksanaan tugas gerak yang bersangkutan dengan benar. Oleh
karena itu pelaksanaantugas gerak diawali dengan menerima informasi dan
pembentukan pengertian. Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar motorik,
pada tahap ini seringkali terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar bila
dibandingkan dengan kemajuan pada tahap-tahap berikutnya. Gerakan yang
diperagakan atlit memang kelihatan masih kaku dan kurang terkoordinasi, kurang
efisien dan bahkan hasilnya kurang konsisten. Pada tahap ini siswa berusaha
memahami bentuk-bentuk gerakan yang dipelajari, keterampilan intelektual
banyak dilibatkan pada tahap ini. Siswa mulai mencoba-coba melaksanakan tugas
motorik, dan siswa yang bersangkutan dihadapkan dengan tugas yakni apa yang
harus dilakukan. Untuk tahap pertama ini Adams menyebutnya dengan istilah
motor-verbal. (Lutan, 1988). Sedangkan Rahantoknam (1988) menyebut tahap ini
dengan istilah tahap formasi rencana. Pada tahap ini siswa harus memahami apa
yang diperlukan oleh keterampilan atau tugas tersebut, siswa harus
memformulasikan rencana pelaksanaan, dan apabila telah memperoleh konsep-
konsep verbal yang cukup, maka dia akan dapat mencerna keterampilan tersebut
sampai pada taraf tertentu pada fase ini.
- Tahap Asosiatif
Permulaan tahap kedua ini akan berlangsung setelah tahap pertama (tahap
kognitif) selesai. Pada tahap ini asosiasi verbal mulai ditinggalkan, dan sipelaku
memusatkan perhatian pada bagaimana melakukan pola motorik yang baik
(benar). Permulaan dari tahap ini ditandai oleh semakin efektifnya cara-cara siswa
melaksanakan tugas motorik, dan mereka mulai mampu menyesuaikan diri
dengan keterampilan yang dilakukan. (Lutan, 1988). Tahap ini oleh Rahantoknam
(1988) disebut sebagai tahap latihan, yang merupakan rangkaian dari tahap
rencana pelaksanaan. Pada tahap ini siswa melaksanakan latihan sesuai dengan
rencana pelaksanaan. Dan Fitts (1965) menyebut tahap ini sebagai tahap fiksasi.
Pada tahap ini gerakan yang dilakukan siswa tidak lagi untung-untungan, tetapi
makin konsisten. Gerakan siswa makin terpola, dan mereka mulai menyadari
kaitan antara motorik yang dilakukan dengan hasil yang dicapai. Adams
menyebutnya sebagai motor stage, pada tahap ini motor-verbal semakin
ditinggalkan dan siswa mulai memusatkan perhatian bagaimana melakukan pola
gerak yang baik, dari pada mencari-cari pola mana yang akan dihasilkan.
- Tahap Otomatisasi
Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari belajar motorik. Rahantoknam (1988)
menyatakan bahwa pada pelaksanaan otomatis, maka belajar keterampilan makin
ringan dalam penyelesaian suatu tugas atau keterampilan, dan ini berarti makin
menurun stres yang dialami oleh siswa. Pada fase ini siswa mampu melakukan
seluruh rencana pelaksanaan secara otomatis atau tanpa disadari sama sekali.
Siswa telah mencapai rangkaian gerakan melalui latihan yang sungguh-sungguh,
dan rentangan kesalahan mulai berkurang, pola gerakan sementara telah
disempurnakan, dan siswa melakukan seluruh pola gerakan secara otomatis,
dengan hasil yang cukup memuaskan.
7. Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia.
Sedangkan gerak (psikomotorik) khusus digunakan pada domain mengenai
perkembangan manusia yang mencakup gerak manusia.
8. Umpan balik positif dapat memberikan efek yang baik pada siswa. Karena
melalui umpan balik positif siswa dapat merasa bahwa dia diperhatikan gurunya.
Selain itu, umpan balik positif membuat siswa semakin giat mengerjakan sesuatu.
Karena dia merasa ada orang yang memberikan dorongan untuk menjadi lebih
baik. Hal itu dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Karena siswa tidak
hanya mengerti tentang kesalahan yang dilakukannya namun siswa juga
mendapatkan dorongan dari gurunya untuk terus meningkatkan kemampuan dan
membenarkan kesalahannya. Sehingga siswa dapat meningkatkan pencapaian
yang dia dapat. Contoh umpan balik positif adalah ketika siswa melaksanakan
tugasnya dan melakukan sesuatu yang benar. Maka, siswa pantas diberikan pujian
seperti: "Bagus sekali!" "Bagus!" Juga ketika mereka melakukan kesalahan kita
harus tetap memberikan umpan balik positif seperti : "Kerjamu sudah baik, namun
masih ada yang butuh di tingkatkan" dalam hal ini, kita dapat memberikan
dorongan pada siswa bahwa mereka sudah melakukan sesuatu yang benar
meskipun belum sempurna.
9. Umpan balik ekstrinsik adalah umpan balik yang diberikan oleh sumber atau
intervensi eksternal, seperti instruktur, rekan, alat, atau sistem. Hal ini tidak
melekat pada tugas atau aktivitas pembelajaran, melainkan menambah atau
memodifikasi informasi yang tidak tersedia bagi pembelajar. Umpan balik
ekstrinsik dapat terjadi secara langsung atau tertunda, bergantung pada cara dan
waktu penyampaiannya. Umpan balik ekstrinsik dapat melengkapi atau
melengkapi umpan balik intrinsik dengan memberikan perspektif, bimbingan, atau
penguatan tambahan atau alternatif kepada peserta didik. Sebagai contoh, dalam
permainan bolavoli seorang pemain melakukan smash dan keluar, setelah pemain
tersebut melihat bahwa smash yang dilakukan bolanya keluar, maka pemain
tersebut mengetahui bahwa pukulan smashnya salah, dari keselahan yang dilakuan
tersebut diproses secara internal untuk melakukan perbaikan.
10. Umpan balik korektif dimulai pada anak usia dini dengan umpan balik ibu, di
mana orang tua atau pengasuh memberikan koreksi halus terhadap kesalahan
bicara anak kecil. Umpan balik seperti itu, yang dikenal sebagai penyusunan
ulang, sering kali menyebabkan anak mengulangi ucapannya dengan benar (atau
dengan lebih sedikit kesalahan) untuk meniru model orang tua.
13. Teori Gestalt adalah pandangan bahwa pembelajaran tidak hanya tentang
rangsangan dan respon, namun juga pemahaman tentang suatu masalah yang
dapat menarik suatu kesimpulan baru yang lebih berwawasan. Para ahli yang
mencetuskan teori ini antara lain, Max Wertheimer, Wolfgang Kohler and Kurt
Koffka. Dalam teori ini juga memiliki hukum- hukum yang berlaku di dalamnya,
yakni hukum ketertutupan, dan hukum kesamaan. Secara umum, prinsip teori
pembelajaran ini adalah pembelajaran yang melalui wawan atau pemahaman,
reorganisasi dan pengalaman, dan keberhasilan pembelajaran berdasarkan minat
peserta didik.
Teori Gestalt ini menggunakan beberapa konsep dalam penerapannya seperti
berikut ini:
Teori Medan yang menunjukan bahwa tidak ada yang eksis secara terpisah
atau terisolasi sendiri
Nature Versus Nurture yang menunjukan bahwa otak bukanlah penerima
pasif dan juga bukan gudang penyimpanan informasi dari sebuah situasi
yang sederhana
Hukum pragnanz yang menunjukan bahwa gestalis adalah prinsip
pedoman dalam meneliti persepsi, belajar, dan kerja sebuah memori
3. Hukum Akibat (the law of effect) Hukum ini berbunyi “hubungan antar
stimulus danrespons diperkuat apabila akibatnya memuaskan dan akanmelemah
apabila akibatnya tidak memuaskan”. Suatuperbuatan yang menyebabkan
kesenangan atau kepuasancenderung untuk diulang, sebaliknya apabila
tidakmenyenangkan akan cenderung dihentikan.
15. Penerapan teori Thorndike dalam proses belajar motorik, menurut Lutan
(1988) dapat dilakukan sebagai berikut: (a) siswa harus siap secara psikologis
maupun fisik, (b) latihan dilakukan berulang-ulang dalam kondisi belajar yang
baik, (c) tugas guru mengorganisasikan elemen-elemen keterampilan yang akan
dipelajari mulai dari yang sederhana sampai yang komplek, (d) dengan belajar
elemen per-elemen akan memperhalus nilai transfer, (e) untuk memperkuat
koneksi stimulus respon dapat menggunakan hadiah.
B. Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik adalah kemampuan untuk menggerakkan anggota tubuh,
seperti kepala, bibir, lidah, tangan, kaki, dan jemari.
D. Kemampuan Motorik
Kemampuan gerak tubuh yang perkembangannya dipengaruhi oleh umur dan
perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan motorik anak juga
berjalan bersamaan dengan kematangan fisiknya dan merupakan hasil dari
berbagai faktor.