Anda di halaman 1dari 10

MOTORIK

29OKT
KATA PENGANTAR

Usia dini adalah usia 0-8 tahun yang merupakan usia pada masa keemasan seorang anak. Pada masa ini segala
potensi pada usia ini harus dikembangkan secara menyeluruh dari segi kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan fisik
motorik. Sehubungan dengan potensinya dalam perkembangan fisik motorik, anak usia dini memiliki energi yang
tinggi. Energi ini dibutuhkan untuk melakukan berbagai kegiatan yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
fisik, baik yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan motorik kasar maupun motorik halus. Kegiatan fisik dan
pelepasan energi dalam jumlah besar merupakan karakteristik aktivitas anak pada masa ini. Hal itu disebabkan oleh
energi yang dimiliki anak dalam jumlah yang besar tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik,
baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan gerakan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.
Pada bahan ajar ini akan disajikan tentang pengertian perkembangan motorik, prinsip-prinsip perkembangan motorik,
kategori fungsi keterampilan motorik, metode-metode mengajarkan keterampilan motorik AUD, evaluasi keterampilan
motorik AUD, sarana dan prasarana yang dapat digunakan dalam keterampilan motorik AUD, dan pada akhir
perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat merancang kegiatan anak usia dini yang mengembangkan keterampilan
motoriknya.
Materi yang dituangkan bahan ajar ini diharapkan dapat dijadikan dasar pegangan bagi pendidik, guru serta
lingkungan terkait yang melibatkan peserta didik pada anak usia dini guna mengembangkan keterampilan motorik,
sehingga anak dapat menyelesaikan tugas motoriknya dengan baik. Hal lain juga diharapkan anak dapat
menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu tidak hanya bagi anak tetapi juga
untuk pendidik, guru dan orang tua nantinya.
Penulis

Diana
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………………………… i


Kata Pengantar ……………………………………………………………………………………….. 1
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………… 2

BAB I : Hakikat Pengembangan Motorik Anak Usia Dini


A. Pengertian Motorik…………………………………………………………………… 3
B. Perkembangan Gerak Motorik……………………………………………………. 3
C. Kesadaran Motorik…………………………………………………………………… .4
BAB II : Prinsip-prinsip Pengembangan Motorik…………………………………………. 7
A. Prinsip-Prinsip Perkembangan Fisiologis AUD……………………………. 7
B. Tahapan Belajar Motorik ………………………………………………………….. 8
BAB III : Mempelajari Keterampilan Motorik Anak Usia Dini……………………… 10
A. Hal Penting Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik……………….. 10
B. Cara Mempelajari Keterampilan Motorik……………………………………. 11
C. Kategori Fungsi Keterampilan Motorik AUD……………………………… 12
D. Peningkatan Keterampilan Motorik…………………………………………… 13
E. Bahaya Dalam Perkembangan Keterampilan Motorik……………………13
BAB IV : Evaluasi Pengembangan Keterampilan Motorik…………………………… 16
A. Pengertian dan Tujuan……………………………………………………………… 16
B. Prinsip-Prinsip Evaluasi…………………………………………………………… 16
C. Instrumen Evaluasi………………………………………………………………….. 18
BAB V : Sarana dan Prasarana Pengembangan Keterampilan Motorik AUD…. 19
A. Pengertian Sarana dan Prasarana………………………………………………. 19
B. Fungsi Sarana dan Prasarana……………………………………………………. 20
C. Syarat Sarana dan Prasarana……………………………………………………. 20
D. Jenis Alat………………………………………………………………………………. 21

BAB I
HAKIKAT PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA DINI

A. PENGERTIAN MOTORIK
Motorik berasal dari kata ”motor” yang merupakan suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya
suatu gerak (Gallahue). Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh
proses gerak motorik.
Zulkifli (dalam buku Samsudin) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motorik adalah segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Ada tiga unsur dalam perkembangan motorik pada manusia, yaitu :
OTOT SARAF OTAK
Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling
berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih
sempurna keadaannya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan
tubuhnya.
Berdasarkan tiga unsur diatas bentuk perilaku gerak yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu : motorik
kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak)
B. PERKEMBANGAN GERAK MOTORIK
Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Perkembangan merupakan istilah
umum yang mengacu pada kemajuan dan kemunduran yang terjadi hingga akhir hayat. Jadi perkembangan meliputi
semua aspek dari perilaku manusia, dan sebagai hasil hanya dapat dipisahkan ke periode usia.
Kemampuan gerak dasar pada perkembangan motorik antara lain :
1. Kemampuan gerak lokomotor
Kemampuan gerak lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke temapt yang lain atau
mengangkat tubuh ke atas seperti, lompat dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping,
melompat, meluncur, dan lari.
2. Kemampuan gerak non-lokomotor
Kemampuan non-lokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang yang memadai. Kemampuan non-lokomotor terdiri
dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat dan memutar,
mengocok, melingkar, melambungkan.
3. Kemampuan gerak manipulatif
Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam objek. Kemampuan
manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan.
Manipulasi objek jauh lebih unggul daripada koordinasi mata kaki dan mata tangan, yang mana koordinasi ini cukup
penting untuk proses berjalan dalam ruang gerak. Bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari ; gerakan
menerima (menangkap) objek adalah kemampuan penting yang dapat diajarkan dengan menggunakan bola.
C. Kesadaran Motorik
Saat bergerak anak harus menyadari keberadaan dirinya dengan kondisi lingkungan. Mereka harus memanfaatkan
indera, mengontrol keseimbangan, mengenali ruang gerak, memahami bagian-bagian tubuh yang digerakkan. Untuk
lebih rinci kesadaran gerak meliputi :
1. Pancaindra, merupakan alat yang digunakan untuk mengenali lingkungan disekeliling anak sehingga dengan indra
tersebut anak dapat berinteraksi.
2. Keseimbangan adalah suatu keadaan di mana tenaga yang berlawanan mampu menjaga pusat berat badan.
3. Ruang adalah kemampuan memahami ruang eksternal sekitar anak seperti lingkaran, segitiga, segi empat, dan
sebagainya.
4. Tubuh, artinya kemampuan untuk mengetahui dan memahami nama dan fungsi macam-macam bagian tubuh
yang melekat pada diri anak usia dini seperti kaki, tangan, mata, telinga, dan sebagainya.
5. Waktu artinya kemampuan menduga waktu kedatangan didasarkan pada ciri-ciri kecepatan jalannya bola, berat
dan jarak bola. Dengan kata lain, kemampuan individu mengantisipasi sesuatu benda yang datang kepadanya.
6. Arah artinya kemampuan memahami dan menerapkan konsep arah seperti atas, bawah, depan, belakang, dan
sebagainya.

BAB II
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN MOTORIK

A. Prinsip-Prinsip Perkembangan Fisiologis Anak Usia Dini


Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun
motorik halus. Pada awal perkembangannya, gerakkan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan
kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik
menjadi terkoordinasi secara baik.
Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktik
(Malina & Bouchard, 1991 : 178)
1. Kematangan Syaraf
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 25% dari berat otak orang dewasa (Papalia dan Olds,1985 :
95). Syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai dengan fungsinya
dalam mengontrol gerakan motorik. sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi
mengontrol gerakan motorik mengalami proses neurological maturation (kematangan neurologis). Oleh sebab itu
kematangan secara neurologis ini merupakan hal penting dan berpengaruh pada kemampuan anak dalam
mengontrol gerakan motoriknya.
2. Urutan
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung secara berurutan yang terdiri atas :
a. Urutan pertama disebut pembedaan yang mencakup perkembangan secara perlahan dari gerakan motorik kasar
yang belum terarah dengan baik kepada gerakan yang lebih terarah sesuai dengan fungsi gerakan motorik kasar.
b. Urutan kedua adalah keterpaduan yaitu kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling
berlawanan dalam koordinasi gerakan yang baik, seperti berlari dan berlari.
3. Motivasi
Kematangan motorik yang dicapai anak mengandung arti bahwa anak telah siap melakukan berbagai kegiatan yang
melibatkan aktivitas motorik. kematangan motorik ini memotivasi anak untuk melakukan aktivitas motorik dalam
lingkup yang luas. Hal ini dapat dilihat dari :
a. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam
b. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun
motorik halus.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan motivasi yang datang dari luar.
4. Pengalaman dan Latihan
Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan
motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan
dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Hal ini juga perlu didukung
dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
Anak yang kurang mendapat kesempatan dalam mengembangkan keterampilan motorik pada waktu ia siap untuk
melakukan kegiatan tersebut, pada tingkat perkembangan selanjutnya kurang tertarik dengan aktivitas jasmani.
B. Tahapan Belajar Motorik
Ada tiga tahapan belajar motorik yang dapat diterapkan pada anak usia dini :
1. Tahap Verbal Kognitif
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang
menonjol terjadi pada diri anak adalah menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan
geraknya masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak
diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak yang belajar gerak berusaha mengetahui dan
memahami gerakan dari informasi yang diterima.
Informasi yang diterima anak bisa bersifat verbal atau visual. Informasi verbal adalah informasi yang berbentuk
penjelasan dengan menggunakan kata-kata, sedangkan informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat oleh
anak. Informasi ini dapat berupa contoh gerakan atau gambar gerakan. Hal ini berarti informasi verbal dan visual
sangat berperan pada tahap anak belajar motorik verbal kognitif.
2. Tahap Asosiatif
Pada tahap perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerak-gerak yang sedang
dipelajarinya. Tahap ini disebut juga tahap menengah, dimana ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan. Dimana
anak sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat
pelaksanaannya.
Pada fase ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur
penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. Setelah rangkaian-rangkaian gerakan bisa dilakukan
dengan baik, maka anak segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi
3. Tahap Automasi
Pada tahap ini anak usia dini sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik. Pada tahap ini dapat
dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana
anak mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis.

BAB III
MEMPELAJARI KETERAMPILAN MOTORIK ANAK USIA DINI

A. Hal Penting dalam Mempelajari Keterampilan Motorik


Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari.
Delapan hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu :
1. Kesiapan Belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan
usaha yang sama oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul dibandingkan oleh orang yang belum siap untuk
belajar.
2. Kesempatan Belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan
yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
3. Kesempatan berpraktek
Anak harus diberi kesempatan untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan.
Meskipun demikian, kualitas praktek jauh lebih penting dibandingkan kuantitasnya.
4. Model yang baik
Meniru suatu model dalam keterampilan motorik harus dicontohkan dengan baik, karena berkaitan dengan gerak
tubuh. Sehingga contoh model yang dilihat anak adalah model yang baik dan benar.
5. Bimbingan
Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak
membetulkan suatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan
kembali.
6. Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari keterampilan, sumber
motivasi umum adalah kepuasan pribadi yang diperoleh anak dari kegiatan tersebut, kemandirian, dan gengsi yang
diperoleh dari kelompok sebayanya, serta kompensasi terhadap perasaan kurang mampu dalam bidang lain
khususnya dalam tugas sekolahnya.
7. Setiap Keterampilan Motorik Harus Dipelajari Secara Individu
Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan kaki. Melainkan, setiap jenis
keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga setiap keterampilan harus dipelajari secara individu.
8. Keterampilan Sebaiknya Dipelajari Satu Demi Satu
Mempelajari keterampilan motorik harus diberikan bertahap, tidak dengan secara bersamaan. Apabila anak mencoba
mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak, khususnya menggunakan kumpulan otot yang
sama akan membingingkan anak dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan
waktu dan tenaga. Jika suatu keterampilan sudah dikuasai, maka keterampilan lain dapat dipelajari tanpa
menimbulkan kebingungan.
B. Cara Mempelajari Keterampilan Motorik
1. Belajar Coba dan Ralat (Trial and Error)
Belajar suatu keterampilan motorik tidak dengan serta merta dapat dilakukan oleh anak. Mereka mencoba-coba
gerakan yang ditirunya sampai anak merasa nyaman dan memberikan variasi pada gerakan-gerakan tersebut.
2. Meniru
Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model akan lebih cepat dibandingkan dengan belajar coba dan ralat,
tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut. Anak di usia dini lebih banyak belajar dari contoh
atau praktek secara langsung yang dilakukan oleh orang dewasa disekitarnya.
3. Pelatihan
Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model memperlihatkan keterampilan dan memperhatikan
bahwa anak menirunya dengan tepat sangat penting dalam tahap belajar awal. Gerakan yang salah dan kebiasaan
jelek yang sudah tertanam akan sukar ditiadakan.

C. Kategori Fungsi Keterampilan Motorik Anak Usia Dini


1. Keterampilan Bantu Diri (Self-Help)
Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka
mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan,
berpakaian, merawat diri, dan mandi.
2. Keterampilan Bantu sosial (Social-Help)
Untuk menjadi anggota kelompok social yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar
rumah/tetangga, anak harus menjadi anggota kooperatif. Untuk mendapatkan penerimaan kelompok tersebut
diperlukan keterampilan tertentu seperti membuat atau membantu pekerjaan rumah atau sekolah.
3. Keterampilan Bermain
Untuk dapat menikmati kegiatan kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri diluar kelompok sebaya, anak
harus mempelajari keterampilan bermain yang dimiliki oleh teman sebayanya sehingga anak dapat diakui dan
diterima oleh teman sebayanya dalam permainan.
4. Keterampilan Sekolah
Pada tahun permulaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik. Semakin banyak dan
semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian social yang dilakukan dan semakin baik
prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis.
D. Peningkatan Keterampilan Motorik
1. Kecepatan
2. Akurasi
3. Kesiapan
4. Kekuatan

E. Bahaya Dalam Perkembangan Keterampilan Motorik


1. Keterlambatan Keterampilan Motorik
Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada dibawah norma usia anak.
Akibatnya pada usia tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya.
Banyak penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak dapat
dikendalikan. Hal ini dimungkinkan adanya kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak
menguntungkan atau lingkungan yang tidak kondusif pada permulaan pascalahir.
Akan tetapi, keterlambatan lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari keterampilan
motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajari keterampilan
tersebut. Pengaruh perkembangan keterampilan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan
pribadi anak yang baik. Ada dua alasan tentang bahaya tersebut ; pertama, hal ini dapat menimbulkan akibat tidak
menguntungkan konsep diri anak. Akibatnya sering menimbulkan masalah perilaku dan emosi pada anak. Kedua,
keterlambatan perkembangan keterampilan motorik berbahaya karena tidak menyediakan landasan bagi
keterampilan motorik. apabila upaya mempelajari keterampilan motorik terlambat karena terlambatnya peletakan
landasan bagi keterampilan tersebut, maka akan mengalami kerugian pada saat mereka mulasi bermain dengan
teman kelompok sebayanya. Hal ini dikarenaka hubungan sosial awal teruta berlangsung dalam bentuk bermain.

2. Harapan Keterampilan Yang Tidak Realistis


Harapan yang tidak relistik adalah harapan yang lebih banyak didasarkan atas harapan dan keinginan dibandingkan
dengan atas potensi anak sendiri. Pada perkembangan keterampilan motorik anak diharapkan dapat mengendalikan
motorik dan mempelajari keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap melakukannya. Sebagian harapan
yang tidak realistis timbul dari orang tua, sebagian dari guru, dan sebagian lagi dari anak sendiri. Terlepas dari
sumbernya, harapan yang demikian berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik.
Harapan yang tidak realistik itu, apakah tumbuh dari orang tua, guru, atau dari anak itu sendiri, secara psikologis
merugikan anak. Ketidakmampuan berbuat sesuai dengan harapan, membuat anak merasa rendah diri dan tidak
terampil. Perasaan ini dapat merongsong rasa percaya diri dan melemahkan motivasi untuk mempelajari
keterampilan yang lain. Selain itu, jika anak dikritik dan ditegur mereka akan kecewa dan menentang. Ini
menimbulkan akibat yang tidak menguntungkan bagi penyesuaian sosial anak, tidak hanya dengan mereka yang
bertanggung jawab atas harapan yang tidak terlibit dalam situasi tersebut.
3. Kegagalan Mempelajari Keterampilan Yang Penting Bagi Penyesuaian Sosial Dan Pribadi Anak
Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi anak atau bagi kelompok sebaya mereka, akan
merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, karena anak memerlukan keterampilan bantu diri
untuk dapat mandiri, maka anak yang tidak dapat mempelajari keterampilan tersebut pada pada waktu keinginan
untuk mandiri semakin kuat. Dalam tahun kedua dan ketiga anak akan merasa rendah diri dan karena tidak dapat
diterima sebagai anggota kelompok sebaya, anak akan menjadi pemberang jika mereka harus bergantung pada
yang lain untuk mendapatkan bantuan.
Demikian juga halnya, apabila anak ingin diterima sebagai anggota kelompok sebaya, kegagalan mempelajari
permainan dan keterampilan bantu diri yang sangat membantu bagi penerimaan sosial, akan menghasilkan
penyesuaian sosial dan pribadi yang jelek. Hal ini dikarenakan anak tidak dapat melakukan apa yang dikerjakan oleh
kelompok sebayanya mereka akan merasa rendah diri dan karena mereka tidak dapat diterima sebagai anggota
kelompok sebaya, maka anak akan menjadi orang yang tidak terkendali.

BAB IV
EVALUASI PERKEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK

A. Pengertian dan Tujuan Evaluasi


1. Pengertian
Menurut Gayle (1996) evaluasi adalah suatu cara menemukan bagaimana proses pembelajaran dapat memberikan
tanda-tanda pencapaian kemampuan dan tahapan pada anak atau adakah proses pembelajaran lain yang dapat
mempengaruhi terhadap anak. Jadi evaluasi inisangat diperlukan untuk mengukur sampai sejauhmana proses
pembinaan atau pengembangan keterampilan motorik yang diberikan guru, orang tua, pembimbing atau pamong ini
berdampak terhadap perubahan anak tersebut.
2. Tujuan
Evaluasi memiliki tujuan untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh anak, tetapi makna ini diberikan
dalam bentuk kuantitatif (angka). Apabila angka yang muncul dalam penilaian akan berdampak psikologis yang dapat
membuat anak tidak menyukai perlakuan yang diberikan oleh orang tuanya atau gurunya. Hal yang perlu diperlukan
dalam melakukan evaluasi adalah proses dan hasil. Proses artinya kegiatan yang berhubungan dengan upaya
interaksi anak dengan guru, orang tua atau lingkungannya. Sedangkan hasil adalah sesuatu yang dicapai setelah
proses pembelajaran berakhir.
B. Prinsip-prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi pada anak usia dini berbeda dengan evaluasi yang dilakukan untuk anak. Ada beberapa
prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi anak usia dini, yaitu :
1. Menyeluruh, artinya tidak dilakukan secara terpisah dengan proses pembelajaran. Mengingat evaluasi tersebut
lebih banyak menilai proses perilaku anak dan hasil perbuatan anak yang pada umumnya tidak dapat dilakukan
dengan tes tertulis (paper and pencil test).
2. Berkesinambungan, artinya harus dilakukan secara terencana, bertahap, dan terus menerus. Hal ini dilakukan
agar informasi yang diperolah betul-betul-betul berasal dari gambaran perkembangan proses pembelajaran motorik
pada anak usia dini.
3. Berorientasi pada tujuan, artinya dalam menetapkan indikator harus menggunakan acuan yang telah ditetapkan.
Guru, orang tua, atau pembina dapat menilai hasil kegiatan anak melalui indikator yang terwujud dalam perilaku dan
kemampuan tersebut.
4. Obyektif, artinya penilaian dilakukan sesuia dengan kriteria yang telah ditetapkan. Prasangka, keinginan, serta
perasaan tertentu tidak bolah mempengaruhi penilaian yang dilakukan.
5. Mendidik, artinya penilaian dapat digunakan untuk membina dan memberikan dorongan kepada semua anak
dalam meningkatkan hasil pertumbuhan dan perkembangannya.
6. Kebermaknaan, artinya hasil penilaian harus memiliki arti, baik bagi orang tua, guru, pembina, maupun anak itu
sendiri atau pihak lain yang memerlukannya.
C. Instrumen Evaluasi
Evaluasi yang diberikan untuk anak usia dini bersifat sensitif, maka evaluator harus berhati-hati baik dalam
menentukan instrumen evaluasi maupun interprestasinya. Instrumen evaluasi pengambangan keterampilan motorik
anak usia dini harus dikembangkan atas dasar kemungkinan keterampilan gerak yang mesti dicapai anak sesuai
dengan tingkat perkembangannya, yaitu:
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan (observasi) digunakan untuk merekam proses dan hasil sari suatu aktivitas sehari-hari anak usia dini
baik dirumah, tamn penitipan, kelompok bermain maupun taman kanak-kanak berdasarkan pengamatan langsung
terhadap sikap dan perilakunya. Pengamtan ini dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam
merencanakan suatu program dan pengamatan harus menjadi aspek perencanaan integral sebagai seorang
pendidik.
2. Catatan Anekdot
Pencatatan anekdot atau ”anecdotal record” merupakan kumpulan catatan tentang sikap dan perilaku anak dalam
situasi-situasi tertentu yang bersifat khusus. Pencatatan anekdot merupakan sumber informasi yang kaya karena :
a. dapat digunakan untuk menambah data dalam memberikan penilaian atau kebijakan yang dapat diambil
berdasarkan catatan tentang peristiwa khusus yang terjadi secara periodik dialami oleh anak.
b. Dapat diketahui suatu penyakit yang dialami oleh anak dan membutuhkan penanganan khusus.
c. Dapat digunakan pendidik untuk menceritakan secara kronoligis peristiwa atau kejadia penting yang dialami oleh
anak di sekolah.

BAB V
SARANA PRASARANA PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MOTORIK ANAK USIA DINI

A. Pengertian Sarana Prasarana


Sarana adalah perangkat alat dan bahan yang menunjang program kegiatan pengembangan pendidikan anak usia
dini, sedangkan prasarana adalah tempat kegiatan pendidikan anak usia dini yang memenuhi syarat tertentu.
Sarana dan prasarana pengembangan keterampilan motorik adalah semua alat dan kelengkapan pengembangan
yang digunakan anak usia dini untuk memenuhi naluri bermainnya dan dimanfaatkan pendidik dalam mendukung
kebrhasilan penyelengaraan pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini. (Rachman, 1997)
Alat pengembangan keterampilan motorik merupak semua bentuk dan jenis benda/barang yang dapat digunakan
untuk memperkaya perbendaharaan gerak (movement vocabulary) dalam proses pengembangan keterampilan
motorik anak usia dini. Sedangkan kelengkapan keterampilan motorik adalah semua unsur penunjang yang
dibutuhkan agar proses pengembangan motorik anak usia dini dapat terselenggara dengan optimal seperti halaman
sekolah, lapangan bermain, gedung, dan ruang atau bangsal.
Penyelenggaraan pengembangan keterampilan motorik kasar maupun halus memungkinkan kegiatannya
menggunakan alat bantu permainan atau tanpa alat. Ketersediaan alat bantu pengembangan dapat diperoleh di
pasar tempat penjualan alat mainan anak atau dibuat sendiri dengan memanfaatkan barang-barang disekitar sekolah
atau rumah. Alat bantu pengembangan keterampilan motorik secara umum terdiri dari bagian yaitu alat yang
digunakan pada kegiatan pengembangan di dalam ruang (indoor) dan di luar ruangan (outdoor).

B. Fungsi Sarana Prasarana


Fungsi sarana dan prasarana pengembangan keterampilan motorik anak usia dini pada hakikatnya tercermin pada
proses pengembangan keterampilan motorik itu sendiri yaitu :
1. Untuk memenuhi tuntutan hasrat bergerak anak, dunia anak adalah dunia bermain, memberi kesempatan bermain
berarti membantu pertumbuhan dan perkembangan serta memenuhi tuntutan kejiwaan anak.
2. Untuk memperkaya gerak alamiah anak yaitu jalan, lari, lompat dan lempar yang perlu dimiliki oleh setiap anak
usia dini.
3. Untuk dapat melatih kepekaan irama, keindahan dan keberadaan dari dalam ruang dan waktu.
C. Syarat Sarana Prasarana
Dalam menyediakan sarana dan prasarana pengembangan keterampilan motorik anak usia dini terdapat sejumlah
syarat yang perlu menjadi pertimbangan yaitu :
1. Aman bagi anak, sebagian besar alat kegiatan pengembangan yang dibuat berasal dari pabrik yang dirancang
sedemikian rupa agar aman, steril, dan tidak berbahaya bagi anak. Namun, tidak dipungkiri bahwa ada pula alat-alat
bantu pengembangan keterampilan motorik yang memiliki sudut-sudut yang runcing, tajam, konstruksinya krang
kuat, mudah rapuh, mudah pecah dan sebagainya. Untuk itu pendidik harus memperhatiakan dengan seksama alat
permainan yang akan digunakan oleh anak dalam setiap kegiatannya.
2. Alat permainan harus disesuaikan dengan perkembangan mental dan fisik anak usia dini.
3. Ketersedian alat pengembangan setidaknya harus dengan jumlah yang cukup, agar anak dapat menggunakan
secara optimal dan membuat seluruh anak terlibat secara aktif, tidak terlalu lama menunggu giliran untuk
menggunakannya.
4. Kualitas rancangan alat bantu pengembangan yang bagus akan lebih menarik minat anak dalam bentuk dan
warna. Biasanya anak lebih senang dengan alat bantu pengembangan dengan bentuk yang tidak rumit disertai
warna terang.
5. Penggunaan alat pengembangan dapat dimanfaatkan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan dengan
bermacam-macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam bentuk.
6. Memenuhi tuntutan kesehatan, artinya bersih, bebas dari penyakit.
7. Mudah digunakan dan dibawa.
8. Tidak mudah rusak dan tahan lama.
9. Tidak menyita tempat penyimpanan.
10. Terletak dilingkungan yang bersih, strategis dan nyaman bagi anak.
11. Tata ruang dan dekorasi ruangan teratur dan menarik.
12. Sirkulasi udara baik.
13. Cukup cahaya.
14. Cukup tersedia air bersih.
D. Jenis Alat
Alat pengembangan keterampilan motorik anak usia dini dapat digolongkan dalam tiga jenis :
1. Baku dan tidak baku
Alat baku dalam semua alat kelengkapan yang digunakan untuk kegiatan pengembangan jasmani tertentu. Baik
bentuk, bahan maupun ukuran sesuai standar yang telah ditentukan. Sedangkan alat tidak baku adalah semua alat
yang menyerupai alat abaku seperti bola plastik, bola karet, bola kain.
2. Rakitan
Jenis alat rakitan, semua alat kelengkapan yang dirancang, dibuat dan dirakit sendiri oleh guru untuk keperluan
proses pengembangan keterampilan motorik anak usia dini.
3. Buatan pabrik
Buatan pabrik untuk keperluan rumah tangga, keperluan sehari-hari atau lat kelengkapan perkantoran, alat
kelengkapan ruangan termasuk jenis alat yang digunakan untuk proses pengembangan keterampilan motorik anak
usia dini.
Dibawah ini adalah contoh-contoh alat bantu pengembangan keterampilan motorik anak usia dini.

Alat Bantu Pengembangan Aspek Pengembangan Kompetensi yang Diharapkan


Segala alat diluar (outdoor); ayunan, pararel bar, bangku swedia, simpai, matras, boks, tangga, bak pasir, balok, tali
tambang besar, ragam ukuran bola, balon, alat musik, tape recorder, kaset-kaset lagu, peluncuran, tangga majemuk,
jembatan, panjatan besi, ring basket mini, jungkat jungkit, sepeda dll. Motorik kasar Tubuh menjadi sigap, bugar,
seimbang dan lentur dan terampil
Alat-alat manipulatif, sperti kancing, tali, garis, jiplak, puzzle, mozaik, cangkir, kaleng, lotto gambar benda sejenis,
alat berkebun, alat rumah tangga, lilin warna, papan hitung, alat gunting, lem, kertas warna, krayon, bak pasir,
playdough, balok membangun dll. Motorik halus Terampil koordinasi tangan-mata dan persiapan untuk menulis serta
kompetensi yang mengupayakan mendirikan anak pada kebiasaan sehari-hari sesuai dengan tingkat usianya
Tape recorder, kantong kacang, hola hop, saputangan Motorik kasar Kreativitas gerak

Anda mungkin juga menyukai