Anda di halaman 1dari 18

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI

MEMBATIK MENGGUNAKAN TEPUNG WARNA PADA KELOMPOK A USIA 4- 5


TAHUN RA AN NUR GELAM BAREGBEG CIAMIS

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu : Euis Cici Nurunnisa, M. Pd.

Disusun Oleh :

Dina Marlina

18.08.177

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID) CIAMIS

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)

2020/2021
Latar Belakang masalah

Anak usia dini merupakan manusia kecil yang berbeda dari orang dewasa, mereka
memiliki karekterisik yang dinamis, selalu antusias, dan cenderung selalu ingin tahu terhadap
apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan. Seolah- olah mereka tak pernah merasa Lelah dan
bosan bereskplorasi dalam belajar. Hal ini wajar sekali terjadi karena anak sedang berada
pada masa potensial untuk belajar, yaitu golden age masa dimana kepekaan anak untuk
menerima rangsangan atau stimulasi dari lingkungan sekitar anak. (Partiyem:2014)

Al quran menggambarkan perkembangan manusia dari lahir sampai meninggal dalam


siklus alamiah.


A
l
lah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang
Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. ar-Rum: 54)
Dari ayat ini, terdapat empat kondisi fisik. Pertama, tahap lemah yang ditafsirkan
terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak. Kedua, tahap menjadi kuat, yang terjadi mulai dari
masa pubertas hingga pada masa dewasa. Ketiga, masa menjadi lemah kembali, terjadi
penurunan kembali dari masa penuh kekuatan. Keempat, masa di mana orang sudah beruban
atau masa tua. Dari ayat tersebut dapat kita nyatakan bahwa manusaia senantiasa berkembang
dari waktu ke waktu.
Kondisi lemah seperti yang dijelaskan tafsir dari ayat di atas menggambarkan
manusia terlahir dalam keadaan yang masih kosong, seorang ahli pernah mengatakan anak
usia dini diibaratkan kertas yang kosong yang harus kita berikan kesempatan untuk
mengisinya dengan warna- warna kehidupan, dengan mengembangkan potensi anak dengan
stimulus yang tepat.
Dalam pendidikan formal ada lima aspek tingkat pencapaian yang menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak usia tertentu yaitu nilai-nilai
agama dan moral, fisik motorik, bahasa dan sosial emosional. Diantara aspek perkembagan
tersebut fisik motorik menjadi bahan penelitian penulis, karena anak memiliki energi yang
tinggi sehingga aspek tersebut menjadikannya penting untuk meningkatkan keterampilan
fisik,baik yang berkaitan dengan motoric kasara tua pun halus.
motoric halus adalah salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada kreativitas anak,
intelegensi anak dan perkembangan lainnya. Selain itu, motoric halus juga perlu
dikembangkan untuk melatih otot- otot kecil anak dan bermanfaat sebagai penunjang anak
melanjutkan ke sekolah dasar.
Sumantri (2005) menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompokotot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering
membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencangkup
pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Hal yang senada dikemukakan oleh yudha dan rudyanto yang dikutip oleh imam
musbikin (2012), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktifitas
dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun,
menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Dari beberapa pendapat tersebut maka penulis menyatakan bahwa motoric halus
adalah kemampuan anak menggunakan otot- otot kecil atau halu pada jari jemarinya secara
terorganisasi dalam melakukan banyak aktivitas.
Namun, yang menjadi titik masalah penulis dalam penelitian ini, setelah melakukan
pra observasi di RA An Nur masih banyak ditemukan anak usia dini yang masih rendah
kemampuan motoric halus, seperti anak belum mampu membuat garis melengkung, garis
luru, anak belum mampu menjiplak, anak belum mampu mengendalikan otot halus.
Sebelumnya penulis melalkukan sedikit wawancara pra observasi dengan salah satu
guru bahwa di RA tersebut tidak melalukan penilaian atau catatan khusus mengenai
perkembangan motorik halus pada anak atau seringkali kegiatan pembelajaran pun tidak
menggunakan metode dalam peningkatan mottorik halus anak.
Dengan adanya permasalahan ini guru haruslah memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara benar, dan mengetahui bagaiamana mengoptimalkan kemampuan
anak. Karena apa yang anak pelajari hari ini akan berpengaruh bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak ke depannya.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut maka
penggunaan seni dapat menjadi salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan
motoric halus anak. Membatik merupakan seni yang dapat digunakan dalam upaya
mengingkatkan kemampuan motoric halus anak. Namun, membatik pada anak dilakukan
dengan cara sederhana tidaklah sama dengan cara membatik orang dewasa. Jika pada orang
dewasa dilakukan dengan menggunakan canting dan lilin panas, maka pada nak usia dini
dilakukan menggunakan kuas dan tepung yang diberi warna. Membatik akan meningkatkan
syaraf kkorrdinasi antara mata dan tangan sehingga dapat meningkatkan kelenturan jari anak.
Berdasarkan permasalahan dan pentingnya perkembangan motoric halus pada anak
akan berdampak di kehidupan masa dating maka harus ditingkatkan dan dioptimalkan sedini
mungkin. Maka penulis ingin mengetahui sejauh mana penggunaan metode membatik untuk
meningkatkan kemampuan motoric halus pada anak usia dini di RA An Nur.
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya adalah “ Apakah
Metode Membatik dapat meningkatkan Kemampuan Motorik halus pada anak Kelompok A
RA An Nur Cipedang Tahun Pelajaran 2020/2021”

KAJIAN PUSTAKA
A. Motorik Halus
a. Pengertian Motorik Halus
Menurut Susanto Motorik Halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian
tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga.
Namun gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baiknya
gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan
hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana, dan mewarnai, menggunakan
klip untuk menyatukan dua kertas, menjahit, menganyam, serta menajamkan pensil. Namun
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang
sama.
Menurut Sujiono yang dikutif oleh Ida Pertamawati “Keterampilan motorik
berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot”. Oleh sebab itu, setiap Gerakan
yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi, otaklah
yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua
aktivitas fisikdan mental seseorang.
Maka penulis menyatakan bahwa motorik halus adalah adanya koordinasi antara mata
dan tangan. Perkembangan Motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan motorik di otak.
Realitanya hal ini tidak sejalan dengan yang terjadi di Lembaga RA An Nur, yang mana
kemampuan motorik halus pada anak usia dini di Lembaga tersebut dapat dikatakan masih
kurang khususnya pada kelompok A dengan rentang usia 4-5 tahun. Contohnya dalam
mencoba membuat garis vertical atau pun horizontal anak masih terlihat kaku, lalu anak
masih terlihat kebingungan jika membuat jiplakan sebuah gambar dari yang seharusnya
gambar boneka namun hasil akhirnya hanya menjadi sebuah lingkaran yang tak beraturan.
Padahal jika melihat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No 137 Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Berikut adalah indikator
perkembangan motorik halus anak usia dini, usia 4-5 tahun yang harus dicapai dalam
pembelajaran paud, yaitu:
Lingkup perkembangan Tingkat Pencapain Perkembangan
Kemampuan motoric halus 1. Membuat garis lengkung vertikal,
horizontal, kiri/kanan, miring
kiri/kanan dan lingkaran.
2. Menjiplak bentuk
3. Mengkoordinasikan mata dan tangan
untuk melakukan gerakan yang rumit
4. Melakukan gerakan manipulatif untuk
menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media
5. Mengekspresikan diri dengan berkarya
seni menggunakan berbagai media
6. Mengontrol gerakan tangan yang
menggunakan otot halus ( menjumput,
mengelus, mencolek, mengepal,
melintir, memilin, memeras)

Berdasarkan tabel indikator di atas sudah sangat jelas bahwa perkembangan motorik halus
anak haruslah berkembang baik sesuai tahapan usiannya. Jika meruntut pada permasalahan
yang ada di Lembaga RA An Nur maka seorang pendidik haruslah mampu menemukan
metode yang tepat dalam pembelajaran agar perkembangan anak khususnya kemampuan
motorik halus dapat berkembang secara optimal.
b. Fungsi Motorik Halus
Perkembangan motorik anak berfungsi untuk kelangsungan anak dalam menjalani
kegiatan sehari- hari. Meningkatnya koordinasi otot akan membantu dia dalam melakukan
kegiatan, seperti contohnya menggambar, menulis, dan hal- hal yang berhubungan dengan
kegiatan yang menggunakan kemampuan otot dan syaraf. Terkadang perkembangan motorik
halus pada anak PAUD terlihat jelas. Anak di usia ini sudah belajar dengan sendirinya
tentang mengembangkan kemampuan motoric halusnya menggunakan kemampuan jari
seperti belajar menyisir rambut, memakai sepatu saat mau berangkat sekolah, sikat gigi,
keramas dan lain-lain. ( Hidayah:2010). Sebagaimana menurut (Saputra:2010) fungsi
pengembangan motorik halus adalah :
a) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak tangan.
b) Sebagai alat mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan Gerakan mata.
c) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

c. Prinsip Perkembangan Motorik Halus


Pendidik yang mengajar Anak Usia Dini haruslah menekan pentingnya bermain
bermain pada anak, karena dengan bermain banyak aspek- aspek yang akan terbantu
perkembangannya khususnya perkembangan motorik halus. Kita harus ingat bahwa dengan
kegiatan bermain tersebut dapat mempengaruhi daya pikir dan pemahaman anak, selain itu
bila gerak bebas anak di batasi, maka kesempatan bermain dan kesempatan menjelajai
lingkungan sekitarnya akan mempengaruhi pada kondisi anak, tumbuh kembang anak
menjadi kurang optimal. Maka dari itu, anak haruslah diberi kesempatan untuk mencoba hal-
hal baru.
Hal ini pun sejalan dengan yang dinyatakan oleh (Hurlock:2010) menyatakan ada
delapan hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik halus,antara lain :
a. Kesiapan belajar yaitu anak yang siap untuk belajar akan lebih unggul dan
berhasil dari pada anak yang belum siap untuk belajar.
b. Kesiapan belajar maksudnya adalah lingkungan yang tidak menyediakan
kesempatan belajar anak untuk mengembangkan keterampilan motorik
akan merugikan anak, maka dari itu lingkungan harus menyediakan
kesempatan bagi anak untuk mempelajari keterampilan motorik.
c. Kesempatan berpraktik maksudnya adalah anak harus diberi banyak waktu
dan kesempatan praktik mencoba sebanyak-banyaknya untuk mengatasi
suatu keterampilan.
d. Model yang baik maksudnya adalah untuk mempelajari suatu keterampilan
dengan baik anak harus mendapat contoh model yang baik karena meniru
model memegang peran yang sangat penting, Bimbingan,yaitu bimbingan
yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk meniru suatu model dengan
benar. Melalui bimbingan anak dibantu untuk membetulkan suatu
kesalahan yang dilakukan oleh anak sebelum terlanjur tertanam dalam diri
anak sehingga sulit untuk dibetulkan kembali.
e. Keterampilan motorik halus dipelajari secara individual,setiap jenis
keterampilan mempunyai perbedaan tertentu sehingga setiap keterampilan
harus dipelajari setiap individu.
f. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu persatu.
d. Tahapan Pengembangan Motorik Halus
Sebagaimana yang telah dikatakan bahwa kemampuan motorik halus merupakan
kemampuan yang didapat dari kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan rutin.
Seperti bermain puzzle, bermain balok, bermain playdough, melipat kertas dan sebagainya.
Setiap anak mampu mencapai tahap kemampuan motorik yang maksimal, tinggal bagaimana
kita memberikan rangsangan yang tepat dan konsisten pada anak. Maka berilah anak
kesempatan dalam setiap hal agar dapat berkembang sesuai tahapannya.
Berikut uraian dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 137
Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tahapan tingkat pencapaian
perkembangan motorik halus anak menurut usia sebagai berikut :
Usia 4-5 tahun :
a) membuat garis vertikal,horizontaal, lengkung kiri/kanan, dan lingkaran.
b) Menjiplak bentuk.
c) Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit.
d) Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media.
e) Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.
f) Mengontrolgerakantangan yang menggunakan otot halus
(menjumput,mengelus,mencolek,mengepal,melintir,memilin memeras.
Usia 5-6 tahun
a) Menggambar sesuai gagasan-nya.
b) Meniru bentuk.
c) Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan.
d) Menggunakan alat tulis dengan benar.
e) Menggunting sesuai dengan pola.
f) Menempel gambar dengan tepat.
g) Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.

B. Membatik
a. Pengertian Membatik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik adalah kain bergambar yang
pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada kain itu,
kemudian pengolahannya dengam cara tertentu. Menurut Yudoseputro, batik berarti gambar
yang ditulis pada kain dengan mempergunakan lilin atau malam sebagai media sekaligus,
penutup kain batik. Menurut Yudhoyono batik merupakan teknik pewarnaan berpola tutupan
dengan malam (lilin) yang digunakan pada selembar kain.
Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyatakan pengertian batik yaitu suatu
kerajinan seni yang dibuat diatas kain menggunakan malam yang terbuat dari lilin.
b. Macam- macam Teknik Membatik
Natsir menyatakan bahwa seiring dengan perkembangan zaman,Teknik batikpun
mengalami perubahan. Berikut beberapa teknik membatik yang hingga kini masih digunakan.
a) Batik celup ikat, teknik membatik yang tidak menggunakan malam sebagai bahan
penghalang warna, tetapi dengan menggunakan tali sebagai penghalang masuknya
warna kedalam serat kain.
b) Batik tulis, teknik pembuatan batik dengan cara memberikan malam dengan
menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c) Batik modern, teknik pembuatan batik secara bebas dan tidak terikat dengan pakem
yang sudah ada termasuk dalam hal warna dan motifnya.
d) Batik cap, teknik membatik yang dalam pembuatan motif yang menggunakan alat cap
atau stempel.
e) Batik lukis, batik ini dibuat dengan cara melukis. Dalam hal ini pengrajin bebas
menuangkan ide dan kreasinya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan .
f) Batik perinting, teknik pembuatan batik dengan cara sablon,seperti pembuatan
seragam sekolah.
Ada berbagai macam Teknik membatik yang tersedia. Pada penilitian yang dilakukan
di Lembaga PAUD menggunakan tekbik batik tulis namun pada pembuatannya tidak
terikat pakem yang ada yaitu malam dan canting melainkan menggukan tepung yang
diberi warna dan kuas sebagai pengganti canting. Hal ini dilakukan mengingat
kkepada resiko berbahaya dari penggunaan lilin panas dan dinilai cukup susah. Maka
untuk di Lembaga PAUD membatik menggunakan bahan tepung yang diberi warna
dan menggunakan kuas.
Hal ini senada dengan pendapat Enion bahwa mengecat dengan lilin panas memang
terlalu bahaya untuk anak kecil sehingga lebih aman menggunakan pasta tepung sebagai
penggantinya. Sedangkan menurut rahayu membatik bagi anak usia dini adalah anak
mengoleskan perintang pada kain sebelum diberi warna. Pemberian perintang pada kain
untuk anak usia dini dilakukan tidak tidak menggunakan lilin malam yang dipanaskan,karena
berbahaya bagi anak. Sehingga digunakan pasta tepung sebagai gantinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat dsismpulkan bahwa membatik adalah suatu kegiatan
membuat corak, menulis, menggambar diatas kain dengan menerapkan malam pada kain.
Pada penelitian ini membatik yang dikenalkan pada anak usia dini merupakan kegiatan
membatik yang sederhana, yaitu membatik yang dilaksanakan tidak seperti yang dilakukan
oleh orang dewasa. Membatik yang semula dibuat dengan malam dan canting, bagi anak usia
dini malam diganti dengan tepung dan canting diganti dengan kuas.
c. Manfaat Membatik untuk anak Usia 4- 5 Tahun
Kegiatan membatik akan memberikan kesempatan kepada anak untuk memegan kuas
dengan baik, hal ini akan membantu perkembang motoric halus anak. Selain itu kegiatan
membatik juga dapat menjadi jembatan pengenalan warisan budaya sejak dini.
Sebagaimana (Masyhudi :2009) mengatakan manfaat membatik tidak hanya dari
aspek keterampilan, tetapi juga bermanfaat untuk perkembangan kognitif, efektif dan
psikomotorik anak. Selain semakin mengasah kreativitas anak pun akan lebih dini mengenal
salah satu warisan budaya bangsanya. Membatik dengan cara ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di RA An Nur.
d. Proses Pembuatan Batik Dengan Tepung
Batik dibuat dengan cara mengoleskan malam panas pada kain sebelum dicelup warna
menggunakan canting. Mengoleskan malam panas terlalu bahaya untuk anak sehingga
peneliti mengganti malam panas dengan tepung dan canting diganti dengan kuas.
Menurut (Einon: 2005) Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
a. Tepung,air,dan pewarna makanan untuk pasta
a. Kain katun berkualitas baik
b. Papan dari karton
c. Penjepit kertas
d. Kuas kaku
e. Pewarna kain
Cara pembuatan:
Mulailah membuat pasta kental dari tepung dan air. Tambahkan setetes pewarna makanan
pada pasta agar saat memulai, anak dapat melihat daerah mana yang sudah di cat. Tempelkan
sepotong kain pada sebuah papan dengan menggunakan jarum pentulatau dengan selotip
kertas. Dengan menggunakan kuas yang kaku,buatlah sebuah desain pada kain dengan pasta
tepung. Pastikan bahwa daerah-daerah yang ditutupi telah dilapisi dengan tebal. Lalu, warnai
kain menggunakan pewarna air dingin dengan hati-hati. Jika warna pertama menggunakan
warna muda, seluruh proses dapat diulangi dengan warna kedua.
e. Langkah- Langkah Membatik dengan Tepung
Langkah-langkah pembelajaran membatik:
a) Persiapan
Tahap pertama yang dilakukan adalah persiapan, persiapan dimulai denganguru menjelaskan
langkah-langkah dalam membatik dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Pelaksanaan
Tahap selanjutnya yaituinti dari kegiatan membatik. Pada pelaksanaan guru terlebih dahulu
guru menjelaskan dan memberi contoh teknik membatik yang akan dilakukan. Langkah-
langkah dalam membatik dimulai dari :
1) Membubuhkan pasta tepung pada motif dan nembusi
Anak-anak diminta untuk membubuhkan pasta tepung pada motif yang telah
digambar dengan pensil menggunakan kuas kaku. Pasta tepung yang dibubuhkan harus tebal
agar dapat menghalangi warna masuk kedalam motif. Pemberian pasta tepung juga berlaku
pada motif sebaliknya.
Kegiatan nembusi adalah pemberian pasta tepung pada belakang motif yang
sebelumnya telah dibubuhi pasta tepung. Pasta tepung sebelumnya sudah dibuat oleh peneliti
dengan mencampurkan tepung dengan air dan diberi pewarna makanan. Setelah pemberian
pasta tepung pada motif sudah
selesai, tunggu sampai benar-benar kering.
2) Mencelup batik dan ngelorot apasta tepung
Sebelum anak-anak melakukan kegiatan mencelup ke cairan warna, guru mencontohkan
terlebih dahulu. Selanjutnya anak-anak bergantian mencelup batik kecairan pewarna
kemudian dijemur. Setelah kain kering anak-anak diminta untuk ngelorot tepung dengan cara
memasukkan kain kedalam air kemudian mengucek dan mengusap-usap kain sampai pasta
tepung yang menempel hilang. Kemudian dijemur lagi sampai kering. (Yeni: 2011)
C. Pengaruh Metode membatik terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak.

Kemampuan mototik halus pada anak harusalh di latih secara rutin dan terus- menrus
dimana kegiatan tersebut menekankan kepada penggunaan syaraf dan otot dialamnya. Salah
satu kegiatan tersebut diantarnya yaitu membatik.
Membatik pad Anak Usia Dini tidaklah sama dengan membatik pada umumnya
menggunakan canting dan malam, khusus untuk pembelajaran di PAUD diganti
menggunakan tepung dan kuas, hal ini mengingat akan resiko besar bila memakai malam dan
canting sebagai bahnnya.
Penggunaan kegiatan membatik pada pembelajaran di Lembaga PAUD
memungkinkan dapat membantu perkembangan kemampuan anak khususnya pada aspek
motorik halus, koordinasi antara otot jari dan syaraf dapat terstimulasi. Hal ini dikarenakan
dalam kegiatan membatik anak harus mampu membuat pola yang sesuai dengan pola yang
sudah disediakan sebelumnya menggunakan kuas yang sudah dicelup pada tepung warna.
Koordinasi jari, dan otak anak akan terstimulus dalam kegiatan ini, karena mereka
akan berlatih fokus bagaimana caranya mengoleskan tepung pada pola dengan kuas agar
hasilnya rapih dan indah.

HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada latar
belakang penelitian sebelumnya, peneliti dapat Menyusun hipotesis Tindakan sebagai
berikut:

Jika kegiatan membatik dengan tepung dilakukan di Lembaga RA An Nur Gelam pada
kelompok A usia 4- 5 tahun maka dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

WAKTU, TEMPAT DAN SUBYEK PENELITIAN

A. SUBJEK dan OBJEK PENELITIAN


Subjek dari penelitian ini adalah murid kelompok A RA An Nur Gelam kecamatan
Baregbeg yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari 5 perempuan dan 4 laki- laki.
Sedangkan objek dari penelitian ini adalah meningkatkan kemapuan motorik halus
melalui kegiatan membatik.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 01 Juni sampai 27 Juni 2021 yang bertempat di
RA An Nur Gelam Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis.
METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian ini memuat metode dan pendekatan penelitian. Secara umum
metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Keberhasilan suatu penelitian tidak terlepas dari metode
yang digunakan, karena itu perlu ketelitian untuk memilih metode yang tepat terhadap
permasalahan yang akan diteliti. Metode merupakan aspek yang sangat penting dalam
melakukan penelitian. Menurut Sugiono (2013, hlm. 6) “ Metode penelitian
pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid
dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu, sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan,
dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan”.
Karena tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat bagaiamana upaya
meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan mmembatik dengan
tepung di RA An Nur Gelam kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis, maka
penelitian ini menggunakan analisis deksriftif dengan pendekatan kualitatif.
Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan(2013,
hlm. 15) sebagai berikut Penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Karena analisis
data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif ini bersifat induktif berdasarkan fakta-
fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis
atau teori Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif
analisis, yaitu memaparkan, menjelaskan, mengelaborasi peristiwa-peristiwa
dilapangan, tetapi dengan tinjauan kritis terhadap permasalahan. Apabila terdapat
suatu perbedaan informasi, hal ini kemudian dicek melalui pengamatan langsung ke
lapangan atau melalui sumber atau literatur yang ada.
Dengan menggunakan metode deskriptif analisis dan pendekatan kualitatif,
peneliti terjun langsung ke lapangan guna meneliti masalah-masalah yang ada di
lapangan kemudian mendeskripsikan masalah-masalah yang ditemukan dilapangan
berdasarkan data-data yang diperoleh.
TEKNIK DAN ALAT PENGUMPUL DATA

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data yang


diperlukan dalam penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm. 308)
yaitu: Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dan strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan.

Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan empat cara sebagai upaya
memperoleh data yang akurat, yaitu.

a. Observasi
Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm, 310) mengungkapkan bahwa:
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat
yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang
sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.

Observasi dilakukan sebagai cara untuk mengalami, menggali informasi


dan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran di RA An Nur Gelam Baregbeg .
Selama masa penelitian dilapangan berlangsung peneliti banyak mendapatkan
informasi lebih mengenai perkembangan kemampuan motoric halus anak di RA
AN Nur. Observasi pertama dilakukan pada tanggal 01 Juni 2021, dengan
mendatangi kepala sekolah dan yayasan RA An Nut guna memperoleh izin untuk
melakukan penelitian.

b. Wawancara
Wawancara secara umum adalah salah satu cara untuk mendapatkan
informasi dengan mendatangi narasumber dan menanyakan pertanyaan mengenai
hal yang terkait dengan penelitian. Menurut Esterberg (dalam Sugiono 2013, hlm,
317) menyatakan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.” Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian adalah bentuk wawancara empat mata.
Bentuk wawancara empat mata dilakukan dengan kepala sekolah RA An
Nur dan juga wali kelas kelompok A An Nur. Wawancara ini dilakukan pada
tanggal 5 juni 2021, dengan bertanya segala informasi terkait pembelajaran,
metode pembelaharan dan hal- hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.

DEFINISI OPERASIONAL
Menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Keterampilan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini pada
keterampilan jari jemari dan tangan, serta koordinasi antara mata dan
tangan yang memerlukan ketepatan untuk berhasilnya keterampilan ini.
Ketepatan pada keterampilan motorik halus ini terlihat pada ketepatan
dalam membuat sesuai pola. Pada saat anak melakukan kegiatan
membuat mengikuti pola gambar, kemampuan untuk mengontrol otot-
otot kecil diperlukan untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang
berhasil.
2. Menggambar atau membuat pola dengan berbagai media yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah merupakan kegiatan menggambar bentuk
dengan berbagai media yaitu membatik dengan tepung dan kuas sehingga
membentuk pola yang disediakn.

INSTRUMEN PENELITIAN

Berikut ini instrumen yang dipakai untuk mengukur tingkat kemampuan motorik halus anak
kelompok A di RA An Nur gelam Baregbeg Ciamis melalui kegiatan membatik yang
mengacu pada tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014.
Berikut pedoman observasi dengan kisi-kisi instrumennya:

Tabel 1.1

Variabel Sub Variabel Indikator


Kemampuan Motorik Halus Mengontrol gerakan tangan Anak mengontrol gerakan
yang menggunakan otot jari-jari tangan dalam
halus (menjumput, kegiatan mengaduk
mengelus, mencolek, mencampur warna dengan
mengepal, memelintir, tepung
memilin, memeras) Anak mengontrol gerakan
jari-jari tangan dalam
kegiatan membatik pada
pola gambar yang sudah
disediakan.

Tabel 1.2

No Kriteria deksripsi skor


1 Anak sangat mampu Jika anak mampu 4
mengontrol gerakan mengaduk warnan
jari-jari tangan menjadikannya satu
dalam kegiatan dengan tepung,
mengaduk tanpa berceceran,
mencampur warna bersih dan rapih, jika
dengan tepung ada bercecerpun
mampu
membereskannya
sendiri tanpa
bantuan guru bahkan
mampu membantu
temannya.
2 Anak mengontrol Jika anak mampu 3
gerakan jari-jari mengaduk warnan
tangan dalam menjadikannya satu
kegiatan mengaduk dengan tepung,
mencampur warna berceceran tidak
dengan tepung banyak namun mau
membereskan nya
dibantu guru
3 Anak kurang Jika anak mampu 2
mengontrol gerakan mengaduk warnan
jari-jari tangan menjadikannya satu
dalam kegiatan dengan tepung,
mengaduk masih banyak
mencampur warna bercerceran , hasil
dengan tepung sedikit tidak rapi
4 Anak tidak Jika anak masih 1
mengontrol gerakan harus dibantu guru
jari-jari tangan ketika mengaduk
dalam kegiatan warnan
mengaduk menjadikannya satu
mencampur warna dengan tepung,
dengan tepung berceceran dimana-
man , tidak rapi, dan
belum dapat
memebreskan
sendiri

Tabel 1.3

No kriteria deksripsi skor


1 Anak sangat mampu Jika anak mampu 4
mengontrol gerakan mengikuti pola yang
jari-jari tangan sudah diberikan
dalam kegiatan ketika membatik,
membatik pada pola polanya beraturan,
gambar yang sudah rapih, sudah tidak
disediakan. dibantu guru bahkan
sudah dapat
membantu
temannya.
2 Anak mengontrol Jika anak mengikuti 3
gerakan jari-jari pola yang sudah
tangan dalam diberikan ketika
kegiatan membatik membatik, polanya
pada pola gambar sudah mulai
yang sudah beraturan, sedikit
disediakan. rapih, walau ada
sedikit bercak warna
dimana- mana
3 Anak kurang Jika anak mengikuti 3
mengontrol gerakan pola yang sudah
jari-jari tangan diberikan ketika
dalam kegiatan membatik, polanya
membatik pada pola sedikit tidak
gambar yang sudah beraturan, tidak
disediakan. rapih, ada bercak
warna dimana- mana
4 Anak kurang Jika anak belum bisa 1
mengontrol gerakan mengikuti pola yang
jari-jari tangan sudah diberikan
dalam kegiatan ketika membatik,
membatik pada pola polanya tidak
gambar yang sudah beraturan, tidak
disediakan. rapih, bercak warna
dimana- mana,
masih membutuhkan
bantuan guru saat
melakukan kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
Partiyem, Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Dengan Kegiatan Bermain
Plastisin Kelompok B Paud Sumber Bening Kecamatan Sepuluh Rejang: Universitas
Bengkulu 2014, h. 1
Departmen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahannya ( PT Diponegoro:
Bandung, 2010),

Ida Pertamawati Dan Nurul Khotimah,E-Jurnal PG-PAUD Fakultas Ilmu


Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Peningkatan Keamampuan Motorik Halus Anak
Dengan Menggunakan
Metode Pemberian Tugas Melalui Kegiatan Menganyam Pada Anak Kelompok B
(Volume 3 No. 1tahun 2015), h. 3.
Saputra,dkk,Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK (
Jakarta: Depdiknas, 2010), h. 11.

Hurlock, B.Elizabeth Perkembangan Anak ( Jakarta: Erlangga, 2010). h,145..

Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 (Jakarta: Depdiknas, 2014), h. 22.

Yudhoyono, Adi Bambang, Batikku-Pengabdian Cinta Tak Berkata ( Jakarta: Pt Gramedia


Pustaka Utama, 2010), h. 3

Enion, Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun ( Jakarta: Erlangga, 2005 ), h. 104.

Yeni Priandani, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan


Membatik Motif Geblek Renteng Pada Anak Kelas B3 TK Negeri Pembina Galur
Kulon Progo” ( Program Studi Program Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Negeri Yogyakarta, 011), h. 39-40.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif Dan R & D (Bandung:
Alfabeta, 2010)

Anda mungkin juga menyukai