Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian Tindakan Kelas
Disusun Oleh :
Dina Marlina
18.08.177
FAKULTAS TARBIYAH
2020/2021
Latar Belakang masalah
Anak usia dini merupakan manusia kecil yang berbeda dari orang dewasa, mereka
memiliki karekterisik yang dinamis, selalu antusias, dan cenderung selalu ingin tahu terhadap
apa yang didengar, dilihat, dan dirasakan. Seolah- olah mereka tak pernah merasa Lelah dan
bosan bereskplorasi dalam belajar. Hal ini wajar sekali terjadi karena anak sedang berada
pada masa potensial untuk belajar, yaitu golden age masa dimana kepekaan anak untuk
menerima rangsangan atau stimulasi dari lingkungan sekitar anak. (Partiyem:2014)
“
A
l
lah, dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan (kamu)
sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang
Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. ar-Rum: 54)
Dari ayat ini, terdapat empat kondisi fisik. Pertama, tahap lemah yang ditafsirkan
terjadi pada masa bayi dan kanak-kanak. Kedua, tahap menjadi kuat, yang terjadi mulai dari
masa pubertas hingga pada masa dewasa. Ketiga, masa menjadi lemah kembali, terjadi
penurunan kembali dari masa penuh kekuatan. Keempat, masa di mana orang sudah beruban
atau masa tua. Dari ayat tersebut dapat kita nyatakan bahwa manusaia senantiasa berkembang
dari waktu ke waktu.
Kondisi lemah seperti yang dijelaskan tafsir dari ayat di atas menggambarkan
manusia terlahir dalam keadaan yang masih kosong, seorang ahli pernah mengatakan anak
usia dini diibaratkan kertas yang kosong yang harus kita berikan kesempatan untuk
mengisinya dengan warna- warna kehidupan, dengan mengembangkan potensi anak dengan
stimulus yang tepat.
Dalam pendidikan formal ada lima aspek tingkat pencapaian yang menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak usia tertentu yaitu nilai-nilai
agama dan moral, fisik motorik, bahasa dan sosial emosional. Diantara aspek perkembagan
tersebut fisik motorik menjadi bahan penelitian penulis, karena anak memiliki energi yang
tinggi sehingga aspek tersebut menjadikannya penting untuk meningkatkan keterampilan
fisik,baik yang berkaitan dengan motoric kasara tua pun halus.
motoric halus adalah salah satu aspek yang sangat berpengaruh pada kreativitas anak,
intelegensi anak dan perkembangan lainnya. Selain itu, motoric halus juga perlu
dikembangkan untuk melatih otot- otot kecil anak dan bermanfaat sebagai penunjang anak
melanjutkan ke sekolah dasar.
Sumantri (2005) menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompokotot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering
membutuhkan kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencangkup
pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Hal yang senada dikemukakan oleh yudha dan rudyanto yang dikutip oleh imam
musbikin (2012), menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktifitas
dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun,
menyusun balok dan memasukkan kelereng.
Dari beberapa pendapat tersebut maka penulis menyatakan bahwa motoric halus
adalah kemampuan anak menggunakan otot- otot kecil atau halu pada jari jemarinya secara
terorganisasi dalam melakukan banyak aktivitas.
Namun, yang menjadi titik masalah penulis dalam penelitian ini, setelah melakukan
pra observasi di RA An Nur masih banyak ditemukan anak usia dini yang masih rendah
kemampuan motoric halus, seperti anak belum mampu membuat garis melengkung, garis
luru, anak belum mampu menjiplak, anak belum mampu mengendalikan otot halus.
Sebelumnya penulis melalkukan sedikit wawancara pra observasi dengan salah satu
guru bahwa di RA tersebut tidak melalukan penilaian atau catatan khusus mengenai
perkembangan motorik halus pada anak atau seringkali kegiatan pembelajaran pun tidak
menggunakan metode dalam peningkatan mottorik halus anak.
Dengan adanya permasalahan ini guru haruslah memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara benar, dan mengetahui bagaiamana mengoptimalkan kemampuan
anak. Karena apa yang anak pelajari hari ini akan berpengaruh bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak ke depannya.
Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut maka
penggunaan seni dapat menjadi salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan
motoric halus anak. Membatik merupakan seni yang dapat digunakan dalam upaya
mengingkatkan kemampuan motoric halus anak. Namun, membatik pada anak dilakukan
dengan cara sederhana tidaklah sama dengan cara membatik orang dewasa. Jika pada orang
dewasa dilakukan dengan menggunakan canting dan lilin panas, maka pada nak usia dini
dilakukan menggunakan kuas dan tepung yang diberi warna. Membatik akan meningkatkan
syaraf kkorrdinasi antara mata dan tangan sehingga dapat meningkatkan kelenturan jari anak.
Berdasarkan permasalahan dan pentingnya perkembangan motoric halus pada anak
akan berdampak di kehidupan masa dating maka harus ditingkatkan dan dioptimalkan sedini
mungkin. Maka penulis ingin mengetahui sejauh mana penggunaan metode membatik untuk
meningkatkan kemampuan motoric halus pada anak usia dini di RA An Nur.
Rumusan Masalah :
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalahnya adalah “ Apakah
Metode Membatik dapat meningkatkan Kemampuan Motorik halus pada anak Kelompok A
RA An Nur Cipedang Tahun Pelajaran 2020/2021”
KAJIAN PUSTAKA
A. Motorik Halus
a. Pengertian Motorik Halus
Menurut Susanto Motorik Halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian
tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan tenaga.
Namun gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang cermat. Semakin baiknya
gerakan motorik halus membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan
hasil guntingan yang lurus, menggambar gambar sederhana, dan mewarnai, menggunakan
klip untuk menyatukan dua kertas, menjahit, menganyam, serta menajamkan pensil. Namun
tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang
sama.
Menurut Sujiono yang dikutif oleh Ida Pertamawati “Keterampilan motorik
berkembang sejalan dengan kematangan syaraf dan otot”. Oleh sebab itu, setiap Gerakan
yang dilakukan anak sesederhana apapun, sebenarnya merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol otak. Jadi, otaklah
yang berfungsi sebagai bagian dari susunan syaraf yang mengatur dan mengontrol semua
aktivitas fisikdan mental seseorang.
Maka penulis menyatakan bahwa motorik halus adalah adanya koordinasi antara mata
dan tangan. Perkembangan Motorik ini erat kaitannya dengan perkembangan motorik di otak.
Realitanya hal ini tidak sejalan dengan yang terjadi di Lembaga RA An Nur, yang mana
kemampuan motorik halus pada anak usia dini di Lembaga tersebut dapat dikatakan masih
kurang khususnya pada kelompok A dengan rentang usia 4-5 tahun. Contohnya dalam
mencoba membuat garis vertical atau pun horizontal anak masih terlihat kaku, lalu anak
masih terlihat kebingungan jika membuat jiplakan sebuah gambar dari yang seharusnya
gambar boneka namun hasil akhirnya hanya menjadi sebuah lingkaran yang tak beraturan.
Padahal jika melihat pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No 137 Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Berikut adalah indikator
perkembangan motorik halus anak usia dini, usia 4-5 tahun yang harus dicapai dalam
pembelajaran paud, yaitu:
Lingkup perkembangan Tingkat Pencapain Perkembangan
Kemampuan motoric halus 1. Membuat garis lengkung vertikal,
horizontal, kiri/kanan, miring
kiri/kanan dan lingkaran.
2. Menjiplak bentuk
3. Mengkoordinasikan mata dan tangan
untuk melakukan gerakan yang rumit
4. Melakukan gerakan manipulatif untuk
menghasilkan suatu bentuk dengan
menggunakan berbagai media
5. Mengekspresikan diri dengan berkarya
seni menggunakan berbagai media
6. Mengontrol gerakan tangan yang
menggunakan otot halus ( menjumput,
mengelus, mencolek, mengepal,
melintir, memilin, memeras)
Berdasarkan tabel indikator di atas sudah sangat jelas bahwa perkembangan motorik halus
anak haruslah berkembang baik sesuai tahapan usiannya. Jika meruntut pada permasalahan
yang ada di Lembaga RA An Nur maka seorang pendidik haruslah mampu menemukan
metode yang tepat dalam pembelajaran agar perkembangan anak khususnya kemampuan
motorik halus dapat berkembang secara optimal.
b. Fungsi Motorik Halus
Perkembangan motorik anak berfungsi untuk kelangsungan anak dalam menjalani
kegiatan sehari- hari. Meningkatnya koordinasi otot akan membantu dia dalam melakukan
kegiatan, seperti contohnya menggambar, menulis, dan hal- hal yang berhubungan dengan
kegiatan yang menggunakan kemampuan otot dan syaraf. Terkadang perkembangan motorik
halus pada anak PAUD terlihat jelas. Anak di usia ini sudah belajar dengan sendirinya
tentang mengembangkan kemampuan motoric halusnya menggunakan kemampuan jari
seperti belajar menyisir rambut, memakai sepatu saat mau berangkat sekolah, sikat gigi,
keramas dan lain-lain. ( Hidayah:2010). Sebagaimana menurut (Saputra:2010) fungsi
pengembangan motorik halus adalah :
a) Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak tangan.
b) Sebagai alat mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan Gerakan mata.
c) Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.
B. Membatik
a. Pengertian Membatik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik adalah kain bergambar yang
pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerapkan malam pada kain itu,
kemudian pengolahannya dengam cara tertentu. Menurut Yudoseputro, batik berarti gambar
yang ditulis pada kain dengan mempergunakan lilin atau malam sebagai media sekaligus,
penutup kain batik. Menurut Yudhoyono batik merupakan teknik pewarnaan berpola tutupan
dengan malam (lilin) yang digunakan pada selembar kain.
Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyatakan pengertian batik yaitu suatu
kerajinan seni yang dibuat diatas kain menggunakan malam yang terbuat dari lilin.
b. Macam- macam Teknik Membatik
Natsir menyatakan bahwa seiring dengan perkembangan zaman,Teknik batikpun
mengalami perubahan. Berikut beberapa teknik membatik yang hingga kini masih digunakan.
a) Batik celup ikat, teknik membatik yang tidak menggunakan malam sebagai bahan
penghalang warna, tetapi dengan menggunakan tali sebagai penghalang masuknya
warna kedalam serat kain.
b) Batik tulis, teknik pembuatan batik dengan cara memberikan malam dengan
menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain.
c) Batik modern, teknik pembuatan batik secara bebas dan tidak terikat dengan pakem
yang sudah ada termasuk dalam hal warna dan motifnya.
d) Batik cap, teknik membatik yang dalam pembuatan motif yang menggunakan alat cap
atau stempel.
e) Batik lukis, batik ini dibuat dengan cara melukis. Dalam hal ini pengrajin bebas
menuangkan ide dan kreasinya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan .
f) Batik perinting, teknik pembuatan batik dengan cara sablon,seperti pembuatan
seragam sekolah.
Ada berbagai macam Teknik membatik yang tersedia. Pada penilitian yang dilakukan
di Lembaga PAUD menggunakan tekbik batik tulis namun pada pembuatannya tidak
terikat pakem yang ada yaitu malam dan canting melainkan menggukan tepung yang
diberi warna dan kuas sebagai pengganti canting. Hal ini dilakukan mengingat
kkepada resiko berbahaya dari penggunaan lilin panas dan dinilai cukup susah. Maka
untuk di Lembaga PAUD membatik menggunakan bahan tepung yang diberi warna
dan menggunakan kuas.
Hal ini senada dengan pendapat Enion bahwa mengecat dengan lilin panas memang
terlalu bahaya untuk anak kecil sehingga lebih aman menggunakan pasta tepung sebagai
penggantinya. Sedangkan menurut rahayu membatik bagi anak usia dini adalah anak
mengoleskan perintang pada kain sebelum diberi warna. Pemberian perintang pada kain
untuk anak usia dini dilakukan tidak tidak menggunakan lilin malam yang dipanaskan,karena
berbahaya bagi anak. Sehingga digunakan pasta tepung sebagai gantinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat dsismpulkan bahwa membatik adalah suatu kegiatan
membuat corak, menulis, menggambar diatas kain dengan menerapkan malam pada kain.
Pada penelitian ini membatik yang dikenalkan pada anak usia dini merupakan kegiatan
membatik yang sederhana, yaitu membatik yang dilaksanakan tidak seperti yang dilakukan
oleh orang dewasa. Membatik yang semula dibuat dengan malam dan canting, bagi anak usia
dini malam diganti dengan tepung dan canting diganti dengan kuas.
c. Manfaat Membatik untuk anak Usia 4- 5 Tahun
Kegiatan membatik akan memberikan kesempatan kepada anak untuk memegan kuas
dengan baik, hal ini akan membantu perkembang motoric halus anak. Selain itu kegiatan
membatik juga dapat menjadi jembatan pengenalan warisan budaya sejak dini.
Sebagaimana (Masyhudi :2009) mengatakan manfaat membatik tidak hanya dari
aspek keterampilan, tetapi juga bermanfaat untuk perkembangan kognitif, efektif dan
psikomotorik anak. Selain semakin mengasah kreativitas anak pun akan lebih dini mengenal
salah satu warisan budaya bangsanya. Membatik dengan cara ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan motorik halus anak di RA An Nur.
d. Proses Pembuatan Batik Dengan Tepung
Batik dibuat dengan cara mengoleskan malam panas pada kain sebelum dicelup warna
menggunakan canting. Mengoleskan malam panas terlalu bahaya untuk anak sehingga
peneliti mengganti malam panas dengan tepung dan canting diganti dengan kuas.
Menurut (Einon: 2005) Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
a. Tepung,air,dan pewarna makanan untuk pasta
a. Kain katun berkualitas baik
b. Papan dari karton
c. Penjepit kertas
d. Kuas kaku
e. Pewarna kain
Cara pembuatan:
Mulailah membuat pasta kental dari tepung dan air. Tambahkan setetes pewarna makanan
pada pasta agar saat memulai, anak dapat melihat daerah mana yang sudah di cat. Tempelkan
sepotong kain pada sebuah papan dengan menggunakan jarum pentulatau dengan selotip
kertas. Dengan menggunakan kuas yang kaku,buatlah sebuah desain pada kain dengan pasta
tepung. Pastikan bahwa daerah-daerah yang ditutupi telah dilapisi dengan tebal. Lalu, warnai
kain menggunakan pewarna air dingin dengan hati-hati. Jika warna pertama menggunakan
warna muda, seluruh proses dapat diulangi dengan warna kedua.
e. Langkah- Langkah Membatik dengan Tepung
Langkah-langkah pembelajaran membatik:
a) Persiapan
Tahap pertama yang dilakukan adalah persiapan, persiapan dimulai denganguru menjelaskan
langkah-langkah dalam membatik dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b) Pelaksanaan
Tahap selanjutnya yaituinti dari kegiatan membatik. Pada pelaksanaan guru terlebih dahulu
guru menjelaskan dan memberi contoh teknik membatik yang akan dilakukan. Langkah-
langkah dalam membatik dimulai dari :
1) Membubuhkan pasta tepung pada motif dan nembusi
Anak-anak diminta untuk membubuhkan pasta tepung pada motif yang telah
digambar dengan pensil menggunakan kuas kaku. Pasta tepung yang dibubuhkan harus tebal
agar dapat menghalangi warna masuk kedalam motif. Pemberian pasta tepung juga berlaku
pada motif sebaliknya.
Kegiatan nembusi adalah pemberian pasta tepung pada belakang motif yang
sebelumnya telah dibubuhi pasta tepung. Pasta tepung sebelumnya sudah dibuat oleh peneliti
dengan mencampurkan tepung dengan air dan diberi pewarna makanan. Setelah pemberian
pasta tepung pada motif sudah
selesai, tunggu sampai benar-benar kering.
2) Mencelup batik dan ngelorot apasta tepung
Sebelum anak-anak melakukan kegiatan mencelup ke cairan warna, guru mencontohkan
terlebih dahulu. Selanjutnya anak-anak bergantian mencelup batik kecairan pewarna
kemudian dijemur. Setelah kain kering anak-anak diminta untuk ngelorot tepung dengan cara
memasukkan kain kedalam air kemudian mengucek dan mengusap-usap kain sampai pasta
tepung yang menempel hilang. Kemudian dijemur lagi sampai kering. (Yeni: 2011)
C. Pengaruh Metode membatik terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak.
Kemampuan mototik halus pada anak harusalh di latih secara rutin dan terus- menrus
dimana kegiatan tersebut menekankan kepada penggunaan syaraf dan otot dialamnya. Salah
satu kegiatan tersebut diantarnya yaitu membatik.
Membatik pad Anak Usia Dini tidaklah sama dengan membatik pada umumnya
menggunakan canting dan malam, khusus untuk pembelajaran di PAUD diganti
menggunakan tepung dan kuas, hal ini mengingat akan resiko besar bila memakai malam dan
canting sebagai bahnnya.
Penggunaan kegiatan membatik pada pembelajaran di Lembaga PAUD
memungkinkan dapat membantu perkembangan kemampuan anak khususnya pada aspek
motorik halus, koordinasi antara otot jari dan syaraf dapat terstimulasi. Hal ini dikarenakan
dalam kegiatan membatik anak harus mampu membuat pola yang sesuai dengan pola yang
sudah disediakan sebelumnya menggunakan kuas yang sudah dicelup pada tepung warna.
Koordinasi jari, dan otak anak akan terstimulus dalam kegiatan ini, karena mereka
akan berlatih fokus bagaimana caranya mengoleskan tepung pada pola dengan kuas agar
hasilnya rapih dan indah.
HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada latar
belakang penelitian sebelumnya, peneliti dapat Menyusun hipotesis Tindakan sebagai
berikut:
Jika kegiatan membatik dengan tepung dilakukan di Lembaga RA An Nur Gelam pada
kelompok A usia 4- 5 tahun maka dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan empat cara sebagai upaya
memperoleh data yang akurat, yaitu.
a. Observasi
Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm, 310) mengungkapkan bahwa:
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat
yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang
sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.
b. Wawancara
Wawancara secara umum adalah salah satu cara untuk mendapatkan
informasi dengan mendatangi narasumber dan menanyakan pertanyaan mengenai
hal yang terkait dengan penelitian. Menurut Esterberg (dalam Sugiono 2013, hlm,
317) menyatakan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.” Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian adalah bentuk wawancara empat mata.
Bentuk wawancara empat mata dilakukan dengan kepala sekolah RA An
Nur dan juga wali kelas kelompok A An Nur. Wawancara ini dilakukan pada
tanggal 5 juni 2021, dengan bertanya segala informasi terkait pembelajaran,
metode pembelaharan dan hal- hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
DEFINISI OPERASIONAL
Menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Keterampilan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini pada
keterampilan jari jemari dan tangan, serta koordinasi antara mata dan
tangan yang memerlukan ketepatan untuk berhasilnya keterampilan ini.
Ketepatan pada keterampilan motorik halus ini terlihat pada ketepatan
dalam membuat sesuai pola. Pada saat anak melakukan kegiatan
membuat mengikuti pola gambar, kemampuan untuk mengontrol otot-
otot kecil diperlukan untuk mencapai pelaksanaan keterampilan yang
berhasil.
2. Menggambar atau membuat pola dengan berbagai media yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah merupakan kegiatan menggambar bentuk
dengan berbagai media yaitu membatik dengan tepung dan kuas sehingga
membentuk pola yang disediakn.
INSTRUMEN PENELITIAN
Berikut ini instrumen yang dipakai untuk mengukur tingkat kemampuan motorik halus anak
kelompok A di RA An Nur gelam Baregbeg Ciamis melalui kegiatan membatik yang
mengacu pada tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014.
Berikut pedoman observasi dengan kisi-kisi instrumennya:
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 (Jakarta: Depdiknas, 2014), h. 22.
Enion, Permainan Cerdas Untuk Anak Usia 2-6 Tahun ( Jakarta: Erlangga, 2005 ), h. 104.