PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 1
formal, nonformal, dan/atau informal, pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
Sedangkan informal melalui kelompok bermain dan bina keluarga balita. Menurut
Biechler dan Snowman (Yulianti, 2010:9) anak usia dini adalah anak yang berusia
Menurut Slamet Suyanto (2005:5) anak usia dini sedang dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental.
Pertumbuhan dan perkembangan anak telah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak
Selanjutnya, setelah lahir akan terjadi proses myelinasi dan sel-sel saraf dan
1
sangat diperlukan untuk mendukung proses tersebut. Selain pertumbuhan dan
watak, dan akhlak), sosial, emosional, intelektual, dan bahasa juga berlangsung
sangat pesat. Oleh karena itu, usia dini (usia 0-8 tahun) juga disebut usia emas
atau golden age. Dengan begitu, untuk mengembangkan bangsa yang cerdas,
bermain, bertakwa, serta berbudi luhur hendaklah dimulai dari PAUD. Itulah
dengan pendidikan diatasnya. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang
menyatakan bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan
dan memecahkan masalah secara kreatif, efisien dan bijaksana. Salah satu teori
tentang kecerdasan dari Howard Gardner (Slamet Suyanto, 2005: 52) yang dikenal
2
Menurut Gardner (Slamet Suyanto, 2005: 52), biasanya anak memiliki
lebih dari satu tipe kecerdasan, tetapi sangat jarang yang memiliki kedelapan tipe
kecerdasan tersebut. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan
individu dan kehidupan bderbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai
pesat. Oleh karena itu, pengembangan secara tepat diusia dini menjadi penentu
perkembangan anak usia dini meliputi aspek perkembangan bahasa, kognitif, nilai
yaitu melalui kegiatan pembelajaran. Salah satu jalur pendidikan formal untuk
sekolah bagi anak usia 4- 6 tahun yang biasanya pada lembaga pendidikan Taman
Kanak-kanak dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok A untuk anak usia 4-5
tahun dan kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun. Anak usia dini memiliki energi
halus anak usia 5-6 tahun salah satunya yaitu meniru bentuk. Meniru bentuk
membuat garis tegak dan miring menjadi bentuk huruf, meniru melipat kertas
3
sederhana menjadi bentuk benda, mencocok bentuk lingkaran, dan masih banyak
kelas, yaitu kelompok A ada 2 kelas dan kelompok B ada 4 kelas yang dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu kelompok A1, A2, B1, B2, B3 dan B4. Peneliti
bentuk, seperti dalam kegiatan menggunting pola hasilnya belum rapi. Masih
banyak anak yang saat menggunting hasilnya tidak mengikuti garis pola. Dalam
kegiatan melipat kertas, anak mengalami kesulitaan saat melipat kertas menjadi
motorik anak usia dini kurang dikembangkan atau dilupakan oleh orang tua,
pembimbing atau bahkan guru sendiri. Faktor penyebab yang lain yaitu lemahnya
seperti kegiatan menganyam kertas, hampir 75% dari jumlah anak meminta
4
bantuan guru untuk menyelesaikan anyamannya. Dalam kegiatan melipat kertas
juga demikian, anak meminta bantuan guru untuk menyelesaikan hasil lipatannya.
Jumlah lipatan sudah sesuai standar yang ada dalam indikator pengembangan
kegiatan meniru bentuk yaitu 1-7 lipatan. Tetapi kenyataannya sebagian besar
anak kelompok B4 tidak bisa menyelesaikan lipatan sampai ditahap akhir, mereka
merasa kesulitan melipat kertas. Hal-hal seperti itulah yang menyebabkan mereka
Bertolak dari hal tersebut diatas maka sangat perlu sebuah pengembangan motorik
halus pada anak kelompok B4. Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat
menjadi modal awal anak sebagai bekalnya nanti dalam mengurus dirinya sendiri.
Berawal dari kegiatan melipat kertas akan sangat membantu anak untuk bisa
melipat bajunya sendiri, ataupan melipat benda-benda yang mudah untuk dilipat.
Selain itu kegiatan melipat ketas juga dapat meningkatkan kemampuan anak
dalam mengenal bentuk, dari kertas yang dilipat-lipat akan menjadi bentuk benda.
Misalnya bentuk baju, perahu, bunga, dan masih banyak lagi contoh bentuk benda
yang lainnya. Kegiatan melipat kertas menjadi bentuk benda akan membuat anak
tertarik untuk latihan melipat kertas. Hasil dari lipatan itu dapat dipakai untuk
mainan anak. Dari runtutan alasan di atas maka penulis mengambil judul
5
B. Identifikasi Masalah
1. Keterampilan motorik halus anak usia dini kurang dikembangkan oleh orang
halus.
C. Rumusan masalah
Lampung Selatan?
D. Tujuan penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan
E. Manfaat Penelitian
6
1. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
melipat kertas
didik
7
BAB II
KAJIAN TEORI
motorik kasar dan motorik halus. Kemampuan anak dalam keterampilan motorik
yang berbeda akan mengalami perbedaan pula dalam penyesuaian sosial dan
hiasan yang menarik yaitu berbentuk kalung manik, anting-anting manik, ikat
cekatan menurut Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri (1993: 2) adalah
dan benar. Seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah
8
tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan,
lainlain.
Pendapat lain tentang keterampilan motorik halus ( fine motor skill) oleh
masalah sederhana dan mempunyai banyak gagasan tentang berbagai konsep dan
9
Keterampilan motorik halus anak usia dini adalah keterampilan yang
penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering
keterampilan motorik halus anak akan berpengaruh terhadap kesiapan anak dalam
dengan mata yang dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun
penggunaan tangan secara utuh belum mungkin tercapai. Kemampuan daya lihat
juga merupakan kegiatan motorik halus lainnya, melatih kemampuan anak melihat
ke arah kiri dan kanan, atas bawah yang penting untuk persiapan membaca awal.
mendukung aspek perkembangan aspek lainnya, seperti kognitif dan bahasa serta
sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu
tangan.
10
Pembelajaran motorik di sekolah berpengaruh terhadap beberapa aspek
kehidupan para peserta didik (Decaprio, 2019: 24), seperti: dengan pembelajaran
motorik, para peserta didik menemukan hiburan yang nyata, para peserta didik
dapat beranjak dari kondisi lemah menuju kondisi kuat, para peserta didik dapat
menunjang keterampilan para peserta didik dalam berbagai hal, dan pembelajaran
motorik di sekolah akan mendorong para peserta didik bersikap mandiri dan
berdikari.
motorik halus anak adalah kegiatan melipat kertas. Kegiatan melipat kertas
lipatan kertas dari hasil karya peserta didik dapat dijadikan alat peraga untuk
Peserta didik akan merasa senang jika mereka berhasil membuat lipatan
kertas sesuai bentuk yang mereka inginkan. Kegiatan melipat kertas membantu
kegiatan lain yang membutuhkan kemampuan otot tangan. Selain itu, dengan
belajar melipat kertas dapat membantu peserta didik untuk dapat hidup mandiri,
salah satu contoh dia mampu membiasakan diri untuk melipat baju tanpa meminta
11
bantuan orang lain.
motorik halus anak dalam penelitian ini yaitu melalui kegiatan melipat kertas.
Keterampilan motorik halus penting dalam penelitian ini karena membantu anak
bahasa serta sosial. Karena pada hakikatnya setiap pengembangan tidak dapat
terlepas satu sama lain. Salah satu contoh, kegiatan melipat kertas dapat
peserta didik dapat saling menunjukkan hasil karya lipatan kertas yang telah
Dini
berbagai tahapan. Menurut Fits dan Postner (Sumantri, 2005: 101) proses
perkembangan belajar motorik anak usia dini terjadi dalam 3 tahap yaitu :
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar gerak, tahap ini disebut fase
kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah
12
menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari, sedangkan penguasaan
gerakan. Pada tahap kognitif, proses belajar gerak diawali dengan aktif
berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Anak yang belajar gerak berusaha
Informasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. Informasi ini bisa
berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan, disini indra penglihatan aktif
berfungsi.
b. Tahap Asosiatif
Tahap ini disebut juga tahap menengah. Tahap ini ditandai dengan tingkat
semakin berkurang. Pada tahap ini perkembangan anak usia dini sedang
gerakan keterampilan.
13
segera bisa dikatakan memasuki belajar yang disebut tahap otomasi.
c. Tahap Otomatisasi
Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Tahap
tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu anak harus
memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi
karena gerakannya sendiri sudah bisa dilakukan secara otomatis. Pada tahap
ini anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik atau spontan
Pada tahap ini perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa
mengikuti langkah kerja melipat.Hal ini ditujukan agar peserta didik mudah
untuk memahami dan mampu mengikuti setiap tahapan dalam melipat kertas.
secara optimal.
14
Tabel 1. Program pengembangan motorik halus anak usia dini
Masjid Agung Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yang berusia 5-6 tahun.
Kegiatan melipat kertas sederhana untuk anak usia 5-6 tahun menurut
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 yaitu melipat kertas dengan jumlah lipatan
1-7 lipatan. Dalam penelitian ini peserta didik dikatakan memliki keterampilan
motorik halus jika anak mampu menyelesaikan melipat kertas dengan waktu cepat
15
Pembelajaran motorik pada anak TK yang dijelaskan dalam (Samsudin, 2008:
berikut:
a. Latihan pemanasan
terjadinya cidera dan menyiapkan kondisi peserta didik sehingga siap untuk
lagu, menggerakkan jari tangan seperti gerakan meremas kertas (buka tutup
b. Latihan inti
didik, seperti yang kita ketahui bahwa dalam melipat kertas membutuhkan
16
ketelatenan untuk menghasilkan lipatan kertas dengan hasil yang rapi.
Kegiatan melipat kertas juga dapat meningkatkan kualitas fisik peserta didik,
c. Latihan penenangan
Tujuan untuk menyiapkan fisik dan mental anak untuk dapat mengikuti
spidol kemudian hasil karya ditempel pada papan hasil karya atau dapat
dipakai sebagai media bermain bagi anak. Kegiatan selanjutnya peserta didik
ini, yang memuat kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dalam satu
hari.
terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan akhir.
klasikal. Kegiatan yang dapat dilakukan pada kegiatan awal antara lain,
kemampuan sosial, dan emosional anak. Kegiatan inti dapat dicapai melalui
17
bereksperimen sehingga dapat memunculkan inisiatif, kemandirian dan
kesehatan, makanan, yang bergizi, tata tertib makan yang diawali dengan cuci
tangan kemudian makan dan berdoa sebelum dan sesudah makan. Setelah
hasil karya.
suatu bentuk karya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas,
dengan tujuan untuk menghasilkan beraneka ragam bentuk mainan, hiasan, benda
fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya. Bagi anak usia taman kanak-kanak
18
melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain keatif yang menarik dan
halus anak, kompetisi pikir, imajinasi, rasa seni, dan keterampilan anak. Secara
sangkar, empat persegi, atau segi tiga menurut arah atau pola lipatan tertentu
secara bertahap sampai dihasilkan suatu model atau bentuk lipatan yang
diperhatikan dasar-dasar teknik melipat, tahapan melipat setiap bentuk yang akan
Pentingnya kegiatan melipat bagi anak usia dini adalah sebagai salah satu
melipat kertas anak diharapkan mampu melipat baju, melipat tikar ataupun
melipat benda-benda lain yang dapat dilipat. Melalui kegaiatan melipat kertas juga
meremas kertas, ataupun membentuk benda dari adonan atau bahan lain.
Ini adalah latihan yang sangat baik untuk gerakan tangan. Rahasianya adalah
19
2. Dasar-Dasar Melipat Kertas
dasar-dasar melipat, ini bertujuan agar kegiatan melipat kertas mudah untuk
sebagai berikut:
a. Gunakan jenis kertas yang secara khusus dipersiapkan untuk melipat. Kertas
lipat biasanya sudah dikemas dalam bungkus plastik berbentuk bujur sangkar
dalam berbagai ukuran dan warna. Melipat juga dapat menggunakan jenis
kertas HVS, kertas koran, kertas sukung/marmer, kertas payung, kertas buku
disesuaikan dengan bentuk atau model lipatan yang akan dibuat termasuk
b. Setiap model lipatan, ada yang dibuat dari kertas berbentuk bujur sangkar,
bujur sangkar ganda, empat persegi panjang, dan segi tiga. Misalnya untuk
lipatan model rumah, perahu, bunga, gelas, bola kotak dibuat dengan
menggunakan kertas bujur sangkar ganda. Lipatan model perahu layar, kapal
model ikan dapat dibuat dari kertas berbentuk segi tiga. Setiap model akan
dapat dibuat dari kertas berbentuk segi tiga. Setiap model lipatan tidak selalu
20
dengan garis anak panah sesuai arah yang dimaksudkan dalam tahapan
d. Kualitas hasil lipatan ditentukan oleh kerapian dan ketepatan teknik melipat,
pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model yang akan dibuat.
b. Tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai gambar
pola (gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap tahapan lipatan sampai
selesai.
lipatan.
Melipat lurus dan melipat miring perlu diberikan sebagai dasar dalam
melatih kemampuan anak pada kegiatan melipat kertas ke berbagai arah atau
posisi dengan menggunakan beberapa ukuran kertas. Melipat lurus dan melipat
miring merupakan cara/ pendekatan yang harus dilakukan dalam pembuatan suatu
model lipatan.
21
C. Langkah Pembelajaran Pengembangan Keterampilan Motorik Halus
supaya menggunakan peraga yang ukurannya cukup besar (lebih besar) dari
kertas lipat yang digunakan oleh siswa. Selain itu lengkapi peragaan tersebut
b. Setiap tahapan melipat yang sudah dibuat oleh siswa hendaknya diberikan
c. Bila siswa sudah selesai membuat satu model/bentuk lipatan dapat diberikan
cara atau suatu keterampilan. Tujuannya agar anak memahami dan dapat
22
menggosok gigi, mencuci tangan, dan lain-lain.
penelitian:
oleh pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut teori belajar behavioristik
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan
pengukuran, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah
renforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi (negatif reiforcement) responpun akan tetap dikuatkan. Salah satu tokoh
23
yang memperkuat teori ini adalah Skinner.
akan mempengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan
tingkah laku seseorang secara benar, perlu terlebih dahulu memahami hubungan
antara stimulus satu dengan lainnya, serta memahami respon yang mungkin
dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin akan timbul sebagai akibat
berpijak pada teori behavioristik yang dikemukakan oleh Siciati dan Prasetyo
Irawan (C. Asri Budiningsih, 2004: 29) dapat digunakan dalam merancang
24
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi
pengetahuan yang diketahui ataupun hal-hal yang dekat dengan anak akan
awal sampai akhir pembelajaran akan jelas pengetahuan apa saja yang akan
disampaikan ke anak.
bahasan, sub pokok bahasan, topik, dan sebagainya. Persempit materi yang
akan diajarkan, akan membuat anak lebih fokus terhadap materi yang sedang
pembelajran.
kemampuannya.
25
h. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguat positif ataupun
anak melalui kegiatan melipat kertas. Terkait dengan teori behavioristik yang
mengedepankan adanya stimulus dan respon maka dalam penelitian ini stimulus
yang diberikan berupa kegiatan melipat kertas dan respon yang muncul yaitu
2. Experiential Learning
(Heny Pratiwi, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
mengajak para peserta didik untuk praktek langsung melipat kertas, dimana
melipat kertas membentuk suatu benda. Metode ini akan bermakna tatkala
26
pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini, metode
1) Pembelajar dalam belajar akan lebih baik ketika mereka terlibat secara
untuk mencoba.
27
5) Belajar pada hakikatnya melalui suatu proses. Proses dimana dari yang
2009):
pengalaman.
pendidik harus disampaikan secara detail, sehingga peserta didik akan mudah
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang diteliti. Media dan alat bantu
yang akan dilakukan yaitu kegiatan melipat kertas. Peneliti sebelumnya sudah
28
kertas, kertas lipat, dan media lain yang diperlukan.
untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda, memunculkan kesadaran akan
E. Kerangka Pikir
Lampung Selatan pada Kelompok B4 yang berusia 5-6 tahun, peneliti menemukan
Nomor 58 Tahun 2009. Anak mengalami kesulitan dalam koordinasi otot tangan
dan mata, seperti anak mengalami kesulitan saat meniru membuat bentuk huruf
ataupun angka, saat kegiatan menganyam kertas anak mengalami kesulitan saat
melipat kertas menjadi lipatan-lipatan yang lebih kecil hingga membentuk suatu
benda.
berbentuk bujur sangkar, empat persegi, atau segi tiga menurut arah atau pola
lipatan tertentu secara bertahap sampai dihasilkan suatu model atau bentuk lipatan
29
macam bentuk lipatan yang akan diajarkan dapat disesuaikan dengan tema yang
sedang dikembangkan. Peserta didik akan merasa senang tatkala hasil lipatannya
dapat dijadikan mainan baginya. Banyaknya jumlah lipatan untuk anak usia 5-6
tahun yaitu 1-7 lipatan, sesuai dengan indikator hasil pengembanagan dari tingkat
F. Hipotesis Tindakan
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
kertas.
2010: 18) adalah “pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan”.
mutu pembelajaran dimana tindakan tersebut dianggap sebagai cara yang tepat.
B. Tahap Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam bentuk siklus. Tiap siklus terdiri
atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Banyaknya siklus yang diambil
31
Putaran dalam setiap siklus akan dijelaskan dalam bagan rancangan penelitian
Keterangan :
0 = Perenungan
1 = Perencanaan
2 = Tindakandanobservasi 1
3 = Refleksi 1
4 = Rencanaterevisi 1
5 = TindakandanObservasi II
6 = Refleksi II
C. Subjek Penelitian
Agung Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yang berjumlah 17 anak, terdiri dari
32
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
tahun 2019.
E. Prosedur Penelitian
dikatakan selesai jika sudah mencapai indikator keberhasilan. Setiap siklus dalam
penelitian ini terdapat empat langkah dan dilaksanakan secara sistematis dengan
1. Perencanaan
kertas
2. Pelaksanaan
33
dilakukan tindakan.
3. Pengamatan
dilaksanakan.
4. Refleksi
karena tujuan utama dari penelitian adalah memperoleh data yang memenuhi
standar data yang ditetapakan.Metode yang dipakai peneliti dalam penelitian ini
34
perubahan atau peningkatan anak dalam kemampuan motorik halus anak dengan
Keterangan:
3 = Cepat, 2 = Cukup Cepat, 1 = Belum Cepat
3 = Rapi, 2 = Cukup Rapi, 1 = Belum Rapi
Skor 6 = Terampil
35
Penilaian tingkat keterampilan motorik halus dalam kegiatan meipat kertas
Aspek
No Kriteria Skor Deskripsi
Penilaian
1. Cepat Anak mampu 3 Jika anak mampu
menyelesaikan menyelesaikan lipatan dalam
lipatan dalam waktu waktu kurang dari 5 menit
cepat dan mampu mengikuti
tahapan-tahapan melipat
tanpa bantuan guru
Anak cukup cepat 2 Jika anak mampu
dalam menyelesaikan lipatan dengan
menyelesaikan waktu 5 menit dan mampu
lipatan mengikuti tahapan-tahapan
melipat tanpa bantuan guru
Anak belum cepat 1 Jika anak dalam
dalam menyelesaikan lipatan
menyelesaikan membutuhkan waktu lebih
lipatan dari 5 menit dan dalam
mengikuti tahapan-tahapan
melipat dengan dibantu guru
2. Rapi Anak mampu 3 Jika anak mampu melipat
melipat dengan hasil dengan hasil lipatan tepat
lipatan tepat pada pada garis lipat sesuai dengan
garis lipat pola dan menyerupai bentuk
benda
Anak melipat 2 Jika hasil lipatan anak kurang
dengan hasil lipatan tepat pada garis lipat dan
kurang tepat pada menyerupai bentuk benda
garis lipat
Anak melipat 1 Jika hasil lipatan anak belum
dengan hasil lipatan tepat pada garis lipatdan
belum tepat pada belum menyerupai bentuk
garis lipat benda
menyatakan bahwa analisis data adalah menyusun secara sistematis data yang
36
diperoleh dari hasil observasi selama penelitian berlangsung dan catatan lapangan
digunakan pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis deskriptif. Data
yang diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktivitas siswa selama proses
berusaha menyusun dan mengelompokkan data serta menyeleksi data yang ada
dalam penelitian ini. Hal ini berfungsi sebagai jawaban atas rumusan masalah
data tersebut mempunyai arti dan dapat ditarik pada suatu kesimpulan umum.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.
P= x 100%
Keterangan:
P = Angka persentase
37
I. Indikator Keberhasilan
peserta didik mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebanyak
mereka melalui kegiatan melipat kertas yang dapat menyelesaikan bentuk lipatan
dengan waktu cepat dan hasil yang rapi, maka dapat dikatakan terjadi peningkatan
38
BAB 1V
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pratindakan
halus anak sebagai langkah awal sebelum diadakan penelitian tindakan kelas.
Hasil yang diperoleh pada kemampuan awal sebelum tindakan pada akhirnya akan
September 2019, pada saat itu tema pembelajarannya adalah Lingkungan dengan
Sub Tema Masjidku. Pada tahap ini peneliti dan guru kolaborataor melakukan
Kelompok B.
bawah ini:
Jumlah
No Kriteria Total Skor Presentasi
Anak
1. Terampil 6 1 5,9%
2. Cukup Terampil 4-5 2 11,8%
3. Belum Terampil 1-3 14 82,3%
N = 17 100%
39
Berdasarkan data yang sudah diperoleh pada Pratindakan dapat diketahui
bahwa keterampilan motorik halus anak belum berkembang dengan baik.Hal ini
anak kelompok B4 melalui kegiatan melipat kertas. Dari data pada Tabel 3 yang
berupa hasil observasi kondisi awal keterampilan motorik halus anak Kelompok
90.00% 82.30%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00% 11.80%
10.00% 5.90%
0.00%
Terampil Cukup TerampilBelum Terampil
Gambar 3. Grafik Persentase Keterampilan Motorik Halus pada Pratindakan
anak yang terampil sebanyak 5.9% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak 11.8%
a) Perencanaan
pembelajaran yang disusun secara bersama dengan guru kelas yang merangkap
40
sebagai kolaborator, kemudian dikonsultasikan untuk mendapat persetujuan dari
sebagai berikut:
kegiatan melipat kertas berupa kertas lipat yang beraneka jenis dan warna.
(1) Pelaksanaan
Siklus I terdiri atas tiga kali pertemuan, dimulai dari pukul 07.30-10.30 WIB.
Binatang dan Sub Tema Macam Binatang. Hasil penelitian dalam siklus ini
Pertemuan I
digunakan untuk kegiatan melipat kertas adalah kertas lipat berukuran sedang
41
untuk anak. Kertas lipat yang dipakai oleh kolaborator dalam pembelajaran
melipat kertas berukuran lebih besar dengan kertas yang dibagikan ke anak,
ini bertujuan agar dalam praktek melipat kertas melipat kertas, peserta didik
Pada kegiatan inti, kolaborator menjelaskan ragam main hari itu. Banyaknya
banyaknya jumlah ragam main adalah separuh dari jumlah peserta didik
Kegiatan melipat kertas ini dilakukan secara klasikal. Selama proses kegiatan
42
ikan. Setelah selesai, anak dipersilahkan untuk mengerjakan ragam main yang
tugas membilang dengan papan pasak, menggambar bebas dari bentuk dasar
titik, membuat bentuk burung dari kertas karton, menggunting pola gambar
melakukan evaluasi, tanya jawab ragam main yang sudah dilakukan, berdoa
mau pulang, salam. Kegiatan yang terakhir yaitu anak makan bersama.
Pertemuan II
sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan melipat kertas, seperti: kertas lipat,
papan hasil karya dan spidol yang dipergunakan untuk memberi hiasan pada
melingkar di karpet.
yang akan diajarkan yaitu melipat kertas membuat bentuk kepala kucing.
43
Peneliti membagikan kertas lipat kepada peserta didik. Selama kegiatan
anak dalam melipat. Kegiatan melipat kertas ini dilakukan secara klasikal.
Setelah kegiatan melipat selesai hasil lipatan dihiasi dengan cara memberi
coretan berupa gambar mata, hidung, dan mulut kemudian ditempel pada
disediakan seperti bermain tebak bunyi suara binatang, bermain umbul kata
buku dongeng, eksperimen membuat telur asin, dan ragam main yang lainnya.
Pada kegiatan akhir dilakukan evaluasi dan tanya jawab tentang macam-
macam binatang dan meyebutkan ragam main yang sudah dikerjakan peserta
didik. Dilanjutkan dengan persiapan pulang, doa, salam penutup dan diakhiri
Pertemuan III
Pertemuan III dilaksanakan pada hari Kamis, 5 September 2019 pukul 07.30-
sesuatu yang digunakan untuk kegiatan melipat kertas seperti: kertas lipat,
papan hasil karya dan spidol yang dipergunakan untuk memberi hiasan pada
hasil lipatan.
44
kemudian mengucap salam. Anak diajak untuk latihan sholat subuh,
selam 5 menit untuk ke toilet dan minum, kemudian masuk kelas kembali
Kegiatan inti dimulai dengan apersepsi menerangkan tema pada hari itu yaitu
melipat kertas sehingga hasil lipatan dapat sesuai dengan yang diharapakan
yaitu anak dapat melipat kertas dengan cepat dan rapi. Setelah kegiatan
melipat selesai, peserta didik melengkapi hasil lipatan kertas dengan memberi
hiasan berupa coretan gambar mata, hidung, dan mulut. Kemudian hasil
lipatan kertas ditempel pada papan hasil karya. Selanjutnya peserta didik
Kegiatan akhir dilakukan evaluasi, tanya jawab seputar ragam main yang
45
salam penutup. Kegiatan yang terakhir yaitu makan bersama.
(2) Observasi
terampil sebanyak 11.8% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak 47% dari 17
anak yang terampil sebanyak 17.6% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak
anak yang terampil sebanyak 41.2% dari 17 anak, cukup terampil sebanyak
46
yaitu sebesar 23.5% dari 17 anak yang diteliti. Perolehan persentase tersebut
belum dapat dikatakan berhasil karena hasil belum mencapai pada angka
kertas dengan terampil. Untuk itu peneliti perlu melakukan penelitian kembali
Rata-rata
No Kriteria Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III
Presentasi
1. Terampil 11.8 % 17.6 % 41.2 % 23.5 %
Cukup
2. 47 % 47.1 % 23.5 % 39.2 %
Terampil
Belum
3. 41.2 % 35.3 % 35. 3% 37.3 %
Terampil
N = 17
45.00%
39.20%
40.00% 37.30%
35.00%
30.00%
23.50%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
Terampil Cukup Terampil Belum Terampil
c) Refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dalam 1 Siklus. Masalah yang
47
dibahas adalah masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I.
diantaranya adalah:
kertas memakai meja yang tingginya sejajar dengan meja yang dipai anak
untuk melipat.
2) Penggunaan kertas lipat yang kaku seperti jenis kertas kado membuat hasil
lipatan yang susah untuk dikembalikan lagi seperti kondisi semula, sehingga
kertas tersebut.
siklus 2 dapat lebih baik dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak
meja lipat yang ukurannya lebih tinggi dibanding dengan meja kegiatan anak,
sehingga anak akan mudah untuk melihat arahan dari kolaborator saat
2) Jenis kertas kado tidak dipakai lagi, kegiatan melipat kertas hanya
48
menggunakan jenis kertas lipat yang umum dipakai dan yang mempunyai dua
sisi warna yang sama dan mempunyai dua sisi warna berbeda.
maka penelitian perlu dilakukan kembali pada Siklus II. Pada Siklus II, setelah
selesai melipat anak diberi kesempatan untuk mengulang kembali melipat kertas
tanpa adanya arahan urutan lipatan dari guru. Hipotesis tindakan pada Siklus II
yaitu melalui kegiatan melipat kertas dan memberikan kesempatan anak untuk
mengulang kembali melipat kertas tanpa bimbingan urutan lipatan dari guru akan
a) Merevisi perencanaan
pembelajaran yang akan dilakukan, diharapkan pada Siklus II dapat lebih baik
adanya rencana langkah-langkah perbaikan yang akan digunakan pada siklus II.
49
Langkah-langkah perbaikan tersebut diantaranya:
(1) Kolaborator menggunakan meja khusus untuk kegiatan melipat kertas yaitu
meja lipat yang ukurannya lebih tinggi dibanding dengan meja kegiatan anak,
sehingga anak akan mudah untuk melihat arahan dari kolaborator saat
(2) Jenis kertas kado tidak dipakai lagi, kegiatan melipat kertas hanya
menggunakan jenis kertas lipat yang umum dipakai dan yang mempunyai dua
sisi warna yang sama dan mempunyai dua sisi warna berbeda.
(3) Guru menyiapkan papan karya untuk menempel hasil lipatan anak.
pembelajaran yang disusun bersama dengan guru kelas yang merangkap sebagai
(1) Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), sebagai acuan peneliti dan
lembar observasi.
50
b) Pelaksanaan dan Observasi
(1) Pelaksanaan
Siklus II terdiri atas 3 kali pertemuan, pembelajran dimulai dari pukul 07.30-
pembelajaran yang dipakai pada Siklus II ini adalah Tema Binatang. Hasil
Pertemuan I
sesuatu yang dibutuhkan untuk penelitian. Media dan alat yang digunakan
untuk kegiatan melipat kertas adalah kertas lipat berukuran sedang untuk
anak. Kertas lipat yang dipakai peneliti berukuran lebih besar, ini bertujuan
agar dalam praktek melipat kertas peserta didik akan melihat lebih jelas
haji, masuk kelas menghafal surat Al-kafirun, dan kegiatan pembelajaan yang
51
disajikan pada hari itu. Kegiatan melipat kertas bentuk belalang dijadikan
dalam mengikuti cara melipat kertas membuat bentuk belalang. Setelah kertas
untuk memberi hiasan pada hasil lipatan. Seperti memberi coretan gambar
mata dan kaki dengan menggunakan spidol yang telah disediakan. Kemudian
ragam main yang sudah dikerjakan peserta didik. Kegiatan yang terakhir yaitu
makan bersama.
Pertemuan II
sesuatu yang dibutuhkan untuk kegiatan melipat kertas. Peserta didik diajak
apersepsi tentang tema hari itu yaitu Binatang.Kegiatan awal diisi dengan
52
yaitu melipat kertas membuat bentuk kepik. Peneliti membagikan kertas lipat
melipat kertas.
kegiatan melipat selesai, hasil lipatan kertas peserta didik dihiasi dengan cara
memberi coretan berupa gambar mata, hidung, dan mulut sehingga lipatan
kertas bentuk kepik terlihat lebih bagus. Kemudian hasil lipatan kertas di
peserta didik untuk mengerjakan ragam main yang lain seperti menggambar
ragam main yang sudah dikerjakan peserta didik. Kegiatan yang terakhir yaitu
makan bersama.
Pertemuan III
seperti kertas lipat, meja lipat, papan hasil karya dan spidol dipergunakan
53
peserta didik untuk berbaris di depan kelas dan masuk kelas. Anak
Kegiatan inti dimulai dengan apersepsi tentang tema pada hari tersebut yaitu
Binatang. Peserta didik diajak untuk menyanyi lagu “pitik cilik”. Peserta
klasikal. Setelah kegiatan melipat kertas selesai, hasil lipatan peserta didik
dihiasi dengan cara memberi coretan berupa gambar mata, hidung, dan mulut
54
paling disukai anak, memberikan pesan-pesan, mengucap doa pulang dan
salam penutup.
(2) Observasi
B4 mendapatkan perolehan data yaitu anak yang terampil sebanyak 47% dari
yaitu anak yang terampil sebanyak 88.2% dari 17 anak, cukup terampil
Hasil observasi pada pertemuan III memperoleh data dimana dari 17 peserta
didik lebih dari 90% peserta didik sudah mampu melipat kertas dengan
Perolehan rata-rata persentase anak yang terampil pada Siklus II yaitu data
55
mencapai hasil yang optimal, yaitu telah mencapai indikator keberhasilan
90.00%
80.00% 76.40%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00% 19.60%
20.00%
10.00% 3.90%
0.00%
Terampil Cukup TerampilBelum Terampil
Gambar 5. Grafik Persentase Keterampilan Motorik Halus pada Siklus II
c) Refleksi
dilakukan selama Siklus II. Berdasarkan hasil evaluasi, kegiatan melipat kertas
56
yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk mengulang kembali melipat kertas
agar anak memiliki keterampilan sendiri membuat lipatan tanpa bimbingan dari
57
Hasil Rekapitulasi pada tabel 6 disajikan dalam grafik berikut ini:
90.00% 82.30%
80.00% 76.40%
70.00%
60.00%
50.00%
39.20%
37.20%
40.00%
30.00% 23.50%
19.60%
20.00% 11.80%
10.00% 5.90% 3.90%
0.00%
Prasiklus Siklus I Siklus II
Terampil Cukup Terampil Belum Terampil
peningkatan yang sigifikan pada siklus 2 yaitu keterampilan motorik halus pada
Melipat kertas adalah suatu bentuk karya seni/kerajinan tangan yang umumnya
dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untk meghasilkan beraneka ragam bentuk
maianan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya (Sumanto,
mengikuti kegiatan melipat kertas. Bagi anak usia Taman Kanak-kanak kegiatan
melipat kertas merupakan salah satu bentuk kegiatan bermaian kreatif yang
58
menarik dan menyenangkan. Melalui kegiatan melipat kertas dapat
melatih gerak otot tangan sehingga anak memiliki kemampuan untuk memegang
pensil, meniru membuat bentuk huruf atau angka, menggambar dan lain
sebagainya.
mempraktekkan melipat kertas menjadi bentuk benda. Peserta didik akan cepat
Lampung Selatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya data yang diperoleh selama
penelitian yang mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Salah satu faktor
2005: 102):
pembantu dan alat yang diperlukan sesuai model yang akan dibuat.
59
b. Tahap pelaksanaan, yaitu membuat lipatan tahap demi tahap sesuai gambar
pola (gambar kerja) dengan rapi menurut batas setiap tahapan lipatan sampai
selesai.
lipatan.
Lampung Selatan.
60
BAB V
A. Kesimpulan
dalam mengajarkan melipat kertas dilakukan secara bertahap. Peserta didik yang
Peserta didik yang sudah selesai membuat satu model/ bentuk lipatan
Kertas lipat yang dipakai yaitu kertas berwarna warni sehingga menarik bagi
data anak yang terampil sebanyak 5.9%, pada siklus 1 sebanyak 23.5%, pada
61
B. Saran
diantaranya:
warnawarni dan ukurannya cukup besar sehingga anak selain tertarik juga
anak.
62
DAFTAR PUSTAKA
Einon, Dorothy. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak. (Alih bahasa: Fita Fitria
Agriningrum). Jakarta: Erlangga.
63
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia
Dini TK/ RA & Anak Usia Kelas Awal SD/ MI. Surabaya: Kencana Presana
Media Group.
64