Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

( TUGAS TUTORIAL 2)

OLEH :
NAMA : FITRI DIANA
NIM : 856236296
Tutor : Dr. Ryan Hidayat Rafiola, M.Pd., Kons

PRODI S1 PGSD BI
POKJAR PADANG PARIAMAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN ( FKIP )
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
1. Kita sudah mempelajari terkait pertumbuhan dan perkembangan usai anak
sekolah dasar, setiap anak memiliki perbedaan dari segi perkembangan dan
pertumbuhan intelegensi, fisik dan sosial bahkan moralnya. Coba jelaskan seperti
apa bentuk dan proses setiap perkembangan tersebut ? kemudian jelaskan dengan
contoh implementatif seperti apa kesinambungan antara semua perkembangan
tersebut pada diri anak usia SD?
Jawab :
Karakteristik perkembangan anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada
pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang
pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu,
pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan
berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan
fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD
ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek,
berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang
berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan
waktu.
Anak usia SD (6-12 tahun) disebut sebagai masa anak-anak (midle childhood). Pada
masa inilah disebut sebagai usia matang bagi anak-anak untuk belajar. Hal ini
dikarenakan anakanak menginginkan untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru yang
diberikan oleh guru di sekolah, bahwa salah satu tanda permulaan periode bersekolah ini
ialah sikap anak terhadap keluarga tidak lagi egosentris melainkan objektif dan empiris
terhadap dunia luar. Jadi dapat disimpulkan bahwa telah ada sikap intelektualitas
sehingga mas ini disebut periode intelektual. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa
masa usia sekolah ini sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian
sekolah (Lara Fridani, 2009 h. 26)Pada masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk
dididik daripada masa sebelumnya dan sesudahnya.
Perkembangan pada jenjang pendidikan SD dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu:
a. Masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 tahun atau 7 tahun - umur 9 tahun atau 10
tahun.
1) Secara khusus karakteristik siswa SD kelas rendah (kelas 1, kelas 2, dan kelas 3)
adalah sebagai berikut:
a) Karakteristik umum:
(1) Waktu reaksinya lambat
(2) Koordinasi otot tidak sempurna
(3) Suka berkelahi
(4) Gemar bergerak, bermain, memanjat
(5) Aktif bersemangat terhadap bunyi-bunyian yang teratur
b) Karakteristik kecerdasan :
(1) Kurangnya kemampuan pemusatan perhatian
(2) Kemauan berpikir sangat terbatas
(3) Kegemaran untuk mengulangi macam-macam kegiatan
c) Karakteristik sosial :
(1) Hasrat besar terhadap hal-hal yang bersifat drama
(2) Berkhayal dan suka meniru
(3) Gemar akan keadaan alam
(4) Senang akan cerita-cerita
(5) Sifat pemberani
(6) Senang mendapat pujian
d) Kegiatan gerak yang dilakukan :
(1) Menirukan.
Anak-anakSD pada tingkat rendah, dalam bermain senang menirukan
sesuatu yang dilihatnya. Gerak-gerak apa yang dilihat di TV ataupun
gerak-gerak yang secara langsung dilakukan oleh orang lain, teman
ataupun binatang.
(2) Manipulasi.
Anak-anak kelas rendah secara spontan menampilkan gerak-gerak dari
objek yang diamatinya. Tetapi dari pengamatan objek tersebut anak
menampilkan gerak yang disukainya.
b. Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 tahun atau 10 tahun - umur 12 tahun atau 13
tahun. Sedangkan karakteristik anak SD pada tingkat tinggi memiliki sedikit
persamaan dengan kelas rendah. Karakteristik kelas tinggi yang dimaksud antara lain:
1) Karakteristik umum :
a) Waktu reaksinya cepat
b) Koordinasi otot sempurna
c) Gemar bergerak dan bermain
2) Karakteristik kecerdasan :
a) Mempunyai kemampuan pemusatan perhatian
b) Kemampuan berpikir lebih banyak
3) Karakteristik sosial :
a) Tidak suka pada hal-hal yang bersifat drama
b) Gemar pada lingkungan sosial
c) Senang pada cerita-cerita lingkungan sosial
d) Sifat pemberani tetapi masih menggunakan logika
4) Kegiatan gerak yang dilakukan :
a) Anak memiliki kemamouan dalam menampilkan suatu kegiatan yang lebih
tinggi. Jadi mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan dari kegiatan
yang dilakukan.
b) Artikulasi (articulation). (H. Sunarto, 1995)
2. Pada masa remaja banyak perubahan yang menjadi perhatian bagi seorang
pendidik agar proses Pendidikan di sekolah menyokong dari kondisi perubahan
perkembangan remaja. Maka bagaimana guru mengatasi keraguan dan ketakutan
dan perilaku menyimpang pada remaja terkait dengan perubahan perkembangan
remaja secara fisik begitu juga secara sosial dan emosional? Jelaskan dengan
contoh implementatifnya.
Jawab :
Masa remaja yang rentan terhadap berbagai masalah, seringkali menjadikan remaja lebih
mudah terbawa emosi, sehingga bentuk penyelesaian masalahnya hanya sebagai “pelarian
sesaat”. Kemampuan remaja bersikap positif dalam menjalani”masa gejolak” tidak lepas
dari kontribusi lingkungan dimana remaja berkembang.
Cara mengatasi perilaku menyimpang pada remaja :
1. Penanaman Nilai Agama
Bagaimanapun adanya perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi di
masyarakat, hendaknya penanaman nilai-nilai agama bagi anak terutama remaja tetap
diutamakan. Melalui penanaman nilai agama ini terkandung nilainilai moral, etik dan
pedoman hidup sehat yang universal dan abadi sifatnya. Orangtua mempunyai
tanggung jawab besar terhadap tumbuh kembang anak sehingga pada masa
remaja/dewasa kelak berilmu dan beriman.
2. Pendidikan Anak
Makna pendidikan tidaklah semata-mata kita menyekolahkan anak ke sekolah
menuntut ilmu pengetahuan, namun lebuh luas dari pada itu. Seorang anak akan
tumbuhkembang dengan baik manakala ia memperoleh pendidikan yang paripurna
(komprehensif), agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa,
negara dan agama. Pendidikan itu sendiri harus dilakukan sedini mungkin di rumah
maupun disekolah, formal di institusi pendidikan dan non formal di masyarakat.
Sehingga permasalahan pendidikan anak menurut Islam sangat diperhatikan. Melalui
pendidikan inilah anak akan mempunyai pengetajuan yang lebih luas dan sebagai
bekal dalam perkembangan selanjutnya.
3. Pembentukan Kepribadian Anak
Perkembangan/pembentukan kepribadian anak tidaklah terjadi dengan begitu saja,
melainkan merupakan perpaduan (interaksi) antara factor-faktor konstitusi biologi,
psikoedukatif, psikososial dan spiritual. Anak akan tumbuh kembang dengan baik dan
memiliki kepribadian yang matang jika diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan
keluarga yang sehat dan bahagia.
4. Pemberian Nasihat yang Baik (Mau’izhah Hasanah)
Setiap hati memiliki kunci. Kunci yang dapat membuka pintu hati adalah mau’izhah
hasanah. Hal ini dikarenakan mau’izhah hasanah masuk ke dalam hati secara pelan-
pelan dan pasti, sehingga mampu mengenai sasaran secara tepat. Hati yang tersirami
mau’izhah hasanah akan merasakan nikmatnya kedamaian dan ketenangan. Dalam
memberikan nasihat terutama pada remaja, sebagai orangtua harus mengetahui
kandisi remaja secara fisik dan psikologis serta waktu yang tepat, sehingga tidak
menimbulakan suatu kejenuhan.
3. Remaja merupakan masa dimana strum and drang atau masa badai, dalam hal ini
pada masa remaja mengalami krisis identitas jika tidak menemukan lingkungan
dan kondisi psikologis yang sesuai dengan diri mereka sendiri baik dalam keluarga
maupun di sekolah. Jelaskan seperti apa penyebab munculnya keraguan dalam
krisis identitas diri remaja? Serta seperti apa kondisi perbedaan dari kepribadian
dan perbedaan sosial remaja dalam kasus nyata dan bagaimana penyelesaiannya
sebagai guru?
Jawab :
Istilah krisis identitas atau identity crisis pertama kali dipopulerkan oleh seorang
psikoanalis sekaligus psikolog perkembangan, bernama Erik Erikson. Teori mengenai
krisis identitas lahir karena Erikson percaya bahwa hal ini merupakan masalah
kepribadian yang sering dihadapi banyak orang dalam hidupnya. Proses pembentukan
identitas pada remaja adalah salah satu bagian penting dari kehidupan seseorang.
Apalagi, identitas akan terus berkembang dan berubah selama menghadapi kondisi,
situasi, maupun tantangan baru.
Dalam tahap perkembangan remaja, krisis identitas pada remaja pun adalah sebuah
konflik dalam diri yang memang bisa muncul dalam hidup. Kemungkinan, ini membuat
anak akan terus berpikir dan menyangkutpautkan keberadaan dengan kehidupan yang
sedang dijalani. Orangtua perlu tahu bahwa kunci utama ketika anak mengalami krisis
identitas adalah mampu melepaskan semua “beban” yang tertahan di pikiran dan diri
terlebih dulu. Sebab terkadang, persepsi orang lain tanpa sadar memengaruhi perilaku.
Hindari menghabiskan banyak waktu untuk berpikir mengenai hal-hal yang justru bisa
menciutkan semangat anak dalam beraktivitas. Ingat, setiap orang punya kemampuan dan
keterbatasan masing-masing yang membedakannya dengan orang lain. Jangan lupa untuk
selalu mencari kebahagiaan sebagai “makanan” untuk hati dan pikiran. Menghadapi
krisis identitas baik pada remaja memang butuh proses yang tidak singkat dan mudah.
Orangtua juga perlu menyemangati anak dan mendukung menemukan hal yang
disukainya dalam hidup.
Beberapa hal yang bisa anak lakukan adalah dengan bergabung dalam kegiatan sosial,
menekuni hobi, atau ikut dalam komunitas tertentu yang lebih sesuai dengan
kemampuan. Tidak hanya sekadar membuat diri menjadi lebih baik, cara tersebut
setidaknya akan membantu remaja bisa melihat perspektif lainnya serta agar lebih
bersyukur dalam hidup. Lambat laun, energi positif dari lingkungan sekitar bisa
meredakan stres dan krisis identitas pada remaja yang sedang dialami.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi krisis identitas pada remaja,
seperti:
1. Bantu anak untuk menentukan hal yang ia sukai
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ada banyak hal yang terjadi di fase
perkembangan remaja. Maka dari itu, wajar ketika ia masih memproses hal baru
tersebut. menentukan apa yang diinginkan. Apalagi ketika melihat tren di pergaulann
Berikan pemahaman bahwa ia tidak perlu mengikuti dan pilihlah hal yang sesuai
dengan preferensinya. Misalnya saat memilih baju, makanan, sampai kegiatan
komunitas
2. Berikan pertanyaan dibanding tuntutan
Pada masa ini, tekanan dari orangtua juga bisa memengaruhi perkembangan emosi
remaja. Anda bisa mulai dengan bertanya misalnya seperti “Apa hal yang membuat
kamu Bahagia” atau “Apa saja pilihan sekolah yang kamu inginkan”. Pertanyaan ini
tidak hanya melatih ia mengungkapkan perasaan. Akan tetapi juga bisa membuat ia
merasa didukung dan juga didengarkan dengan baik.
3. Biasakan untuk mengambil keputusan bersama Dalam beberapa kasus krisis identitas
yang dialami remaja, hal lain yang bisa memperparah adalah ketika orangtua selalu
tidak menyetujui apa yang diinginkan anak.
Keinginan orangtua tidak selalu sama dengan keinginan anak. Maka dari itu, berikan ia
kebebasan untuk melakukan hal-hal yang ia sukai. Dengarkan sudut pandang serta alasan
yang dijelaskan olehnya. Menjalani kegiatan baru serta menjalin pertemanan seluas-
luasnya dapat dilakukan oleh anak ketika ia mendapatkan dukungan penuh dari keluarga
terdeka

Anda mungkin juga menyukai