Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Karakteristik aspek-aspek perkembangan sosioemosi peserta didik


(TK/SD/SMP/SMA)
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Yang dibina oleh Bapak Adi Atmoko

Disusunoleh:
Dehfi Yuhwaningsih (170131601087)
Desi Retno Nugraheni (170131601015)
Salsabilla Taftania (170131601005)
Suciati Lia Oktaviani (170131601003)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Karakteristik aspek-aspek perkembangan sosioemosi peserta didik
(TK/SD/SMP/SMA)” ini tepat pada waktunya. Shalawat sertasalam tak lupa kami
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menerangi semua umat di
muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut
membantu dalam penyelesaian penyusunan laporan ini. Khususnya kepada dosen
pembimbing yaitu bapak Adi Atmoko yang telah membimbing dan membagi
pengalamannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap agar laporan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 11 Februari
2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Perkembangan Sosioemosi

2. Karakteristik Perkembangan Sosioemosi Anak pada Fase Prasekolah


(TK)
3. KarakteristikPerkembanganSosioemosi Anak pada Fase
SekolahDasar (SD)
4. Karakteristik Perkembangan Sosioemosi Anak Remaja pada Fase
Sekolah Tingkat Menengah (SMP dan SMA)

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik yang dihadapi oleh seorang pendidik tidaklah sama
pada setiap karakteristik yang dimiliki oleh individu tersebut. Individu
memiliki ciri khas/keunikan masing-masing. Mereka hadir dari berbagai
latar belakang baik sosial, ekonomi, kultural dan agama yang berbeda.
Perkembangan sosial dalam hal ini sebagai pencapaian hubungan atau
interaksi sosial juga proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang ada di lingkungan. Sedangkan emosi adalah luapan
perasaan yang terjadi dalam waktu singkat berdasarkan keadaan reaksi
psikologis dan fisiologis. Emosi dibagi menjadi dua yaitu emosi positif
seperti rasa bahagia, senang, semangat. Sedangkan emosi negatif seperti
rasa tidak senang, kecewa, marah, tidka bisa memusatkan perhatian untuk
belajar.
Perkembangan sosioemosional peserta didik dalam suatu kegiatan
pembelajaran sangat penting, karena para pendidik harus bisa mengambil
sikap maupun keputusan untuk menghadapi peserta didik yang memiliki
karakteristik berbeda-beda setiap individu. Untuk dapat menghadapi
persoalan tersebut, para pendidik perlu mengetahui kemampuan dasar
yang dimiliki peserta didik. Dengan begitu, pendidik atau guru harus
menguasai aspek-aspek pada perkembangan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan sosioemosi?
2. Bagaimana tingkah laku perkembangan sosioemosi pada anak masa
pra sekolah (TK)?
3. Bagaimana perkembangan sosioemosi pada tingkat SD?
4. Bagaimana perkembangan sosioemosi anak pada masa SMP dan
SMA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan sosioemosi.
2. Untuk mengetahui perkembangan tingkah laku sosialdanemosi anak
pada masa pra sekolah (TK).
3. Untuk mengetahui perkembangan sosioemosi pada tingkat SD.
4. Untuk mengetahui perkembangan sosioemosi anak pada masa SMP
dan SMA.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PengertianPerkembanganSosioemosi

Emosi menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam Yusuf (2014:115)


ialah “setiap keadaan diri seseorang yang disertai warna afektif baik
pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas
(mendalam)”. Sedangkan pengertian social atau sosialisasi menurut
Sueann Robinson Ambron (1981) ialah sosialisasi sebagai proses
belajar yang membimbing anak kearah perkembangan kepribadian
social sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang
bertanggungjawab dan efektif. Oleh karena itu yang dimaksud dengan
sosioemosional adalah suatu perubahan sikap atau keadaan sebagai
perkembangan yang dialami oleh setiap individu dan pengaruhnya
terhadap lingkungan sekitar.

2. Karakteristik Perkembangan Sosioemosi Anak pada Fase


Prasekolah (TK)

1. Perkembangan EmosiAnakpadaFasePrasekolah (TK)


Menurut Karso,dkk(1982) anak pada usia 4 tahun sudah menyadari
siapa dirinya bahwa dia berbeda dengan orang lain. Kesadaran tersebut
diperoleh dari pengalamannya, bahwa setiap keinginannya tidak selalu
dipenuhi oleh orang lain. Dia menyadari bahwa keinginannya berhadapan
dengan keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya dapat
memenuhi keinginannya. Bersamaan dengan itu berkembang pula
perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari lingkungannya. Jika
lingkungannya (terutama orang tua) tidak mengakui harga diri anak,
seperti berperilaku keras terhadap anak, kurang menyayangi, maka pada
diri anak akan berkembang sikap-sikap: (a) keras kepala / menentang, atau
(b) menyerah menjadi penurut yang diliputi harga diri kurang dengan sifat
pemalu.
Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu:
 Takut, terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.
Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan: (1) mula-mula
tidak takut karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya
yang terdapat dalam objek, (2) timbul rasa takut setelah menganal
adanya bahaya, dan (3) rasa takut bisa hilang kembali setelah
mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.
 Cemas, perasaan takut yang bersifat khayalan yang tidak ada
objeknya. Perasaan ini muncul dari situasi-situasi yang dikhayalkan
berdasarkan pengalaman yang diperoleh. Misalnya anak merasa cemas
saat berada di kamar gelap karena takut ada hantu.
 Marah, perasaan tidak senang atau benci baik terhadap orang lain,
diri sendiri, maupun objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk
verbal (kata-kata kasar, makian sumpah serapah), atau non verbal
(mencubit, memukul, menampar, menendang, dan merusak). Perasaan
marah merupakan reaksi terhadap situasi frustasi yang dialami. Perasaan
marah ini muncul akibat dari banyak stimulus yang menimbulkan rasa
marah dan banyak anak yang menemukan bahwa rasa marah merupakan
cara yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginan.
 Cemburu, perasaa tidak senang terhadap orang lain yang
dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah
mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa
cemburu selalu bersifat situasi sosial. Perasaan cemburu biasanya diikuti
dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredahkan dengan reaksi-
reaksi: (1) agesif atau permusuhan dengan saingan, (2) regresif atau
perilaku kekanak-kanakan seperti mengompol atau mengisap jempol, (3)
sikap tidak peduli, (4) menjauhkan diri dari saingan.
 Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan positif dan
nyaman karena terpenuhi keinginannya. Lahirnya perasaan gembira paa
anak diantaranya terpenuhi kebutuhan jasmaniah (makan dan minum),
keadaan jasmaniah yang sehat, diperolehnya kasih sayang, adanya
kesempatan untuk bergerak (bermain secara leluasa), dan memiliki
mainan yang disenanginya.
 Kasih sayang, perasaan senang untuk memberikan perhatian atau
perlindungan terhadap orang lain, hewan, atau benda. Perasaan ini
berkembang berdasarkan pengalamannya yang menyenangkan dalam
berhubungan dengan orang lain (orang tua, saudara, dan teman), hewan
(seperti kucing dan burung), atau benda (seperti mainan). Kasih sayang
anak pada orangtua atau saudaranya amat dipengaruhi oleh iklim
emosional dalam keluarganya. Apabila orang tua dan saudaranya
menaruh kasih sayang kepada anak maka dia pun akan menaruh kasih
sayang kepada mereka.
 Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut
ditakutinya (takut yang abnormal) seperti takut ulat, takut kecoa, dan
takut air. Perasaan ini muncul akibat perilaku orang tua yang suka
menakut-nakuti anak, sebagai cara orangtua untuk menghukum atau
menghentikan perilaku anak yang tidak disenanginya.
 Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal mengetahui
segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan anak. Seperti anak bertanya tentang dari mana dia berasal, siapa
Tuhan, dan dimana Tuhan berada. Masa bertanya (masa haus nama) ini
dimulai pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6
tahun.
Perkembangan emosi yang sehat sangat membantu bagi
keberhasilan anak belajar Oleh karena itu dalam rangka mengembangkan
emosi anak yang sehat guru-guru di taman kanak-kanak seyogyanya
memberikan bimbingan kepada mereka agar mereka dapat
mengembangkan hal-hal berikut:
a) Kemampuan untuk mengenal menerima dan berbicara tentang
perasaan-perasaannya.
b) Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku
sosial.
c) Kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa mengganggu
perasaan orang lain.
d) Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.

2. Perkembangan SosialAnakpadaFasePrasekolah (TK)


Pada usia prasekolah terutama mulai usia 4 tahun perkembangan
sosial anak sudah tampak jelas karena mereka sudah mulai aktif
berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan sosial
pada tahap ini adalah:
a) Anak mulai mengetahui aturan-aturan baik di lingkungan keluarga
maupun dalam lingkungan bermain
b) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan
c) Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain d anak mulai
dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebaya (peer
group).
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim Sosio
psikologis keluarganya. Apabila di lingkungan keluarga tercipta suasana
yang harmonis saling memperhatikan saling membantu atau bekerja
sama dalam menyelesaikan tugas-tugas keluarga atau anggota keluarga
akan terjalin komunikasi antara anggota keluarga dan konsisten dalam
melaksanakan aturan maka anak akan memiliki kemampuan atau
penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain. Ganti paragraf
kematangan penyesuaian sosial anak akan sangat terbantu Apabila anak
dimasukkan ke taman kanak-kanak. TK sebagai jembatan bergaul
merupakan tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar
memperluas pergaulan sosialnya dan menaati peraturan kedisiplinan. TK
dipandang kontribusi yang baik bagi perkembangan sosial anak, karena
alasan-alasan berikut:
a) Suasana sebagian masih seperti suasana keluarga
b) Tata tertibnya masih longgar, tidak terlalu mengikat kebebasan anak.
c) Anak berkesempatan untuk aktif gerak bergerak bermain dan riang
gembira yang kesemuanya mempunyai nilai pedagogis.
d) Anak dapat mengenal dan bergaul dengan teman sebaya yang
beragam (multi budaya) baik etnis, agama, dan budaya.
Untuk memfasilitasi perkembangan sosial anak, maka guru-guru
TK hendaknya melakukan hal-hal berikut:
a) Membantu anak agar memahami alasan tentang diterapkannya aturan
seperti keharusan memelihara ketertiban di dalam kelas dan larangan
masuk atau keluar kelas saling mendahului.
b) Membantu anak untuk memahami dan membiasakan mereka untuk
memelihara persahabatan kerjasama dan saling membantu serta saling
menghargai atau menghormati.
c) Memberikan informasi kepada anak tentang adanya keberagaman
budaya suku dan agama di masyarakat atau di kalangan anak sendiri
dan perlunya saling menghormati di antara mereka. Sangat menarik
apabila penyajiannya dibantu dengan gambar-gambar (alat peraga).

Jadi dapat disimpulkan perkembangan sosioemosi anak pada masa pra-


sekolah memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat
ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara
sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya yang
sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin
yang berbeda.
 Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti-ganti.
 Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
besar. Parten (1932) dalam social participation among praschool
children melalui pengamatannya terhadap anak yang bermain bebas di sekolah,
dapat membedakan beberapa tingkah laku sosial:
a) Tingkah laku unoccupied anak tidak bermain dengan sesungguhnya. Ia
mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa
melakukan kegiatan apapun.
b) Bermain soliter anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan,
berbeda dari apa yang dimainkan oleh teman yang berada di dekatnya,
mereka berusaha untuk tidak saling berbicara.
c) Tingkah laku onlooker anak menghasilkan tingkah laku dengan mengamati.
Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi
tidak berusaha untuk bermain bersama.
d) Bermain pararel anak-anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak lain, mereka menggunakan alat
mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara tidak saling bergantung.
e) Bermain asosiatif anak bermain dengan anak lain tanpa organisasi. Tidak
ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-
sendiri.
f) Bermain Kooperatif anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi.
Ada pemimpinannya, masing-masing anak melakukan kegiatan bermain
dalam kegiatan, misalnya main toko-tokoan, atau perang-perangan.
 Anak TK cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka.
Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
 Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.

3. KarakteristikPerkembanganSosioemosi Anak pada Fase


SekolahDasar (SD)

1. Perkembangan Sosial AnakpadaFaseSekolahDasar (SD)


Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri dengan noram-norma kelompok, tradisi, dan moral (agama). Perkembangan
sosial pada anak-anak Sekolah Dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan,
disamping dengan keluarga, juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman
sebaya (peer group) atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya
telah bertambah luas.
Pada usia ini, anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri-
sendiri(egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris
(mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap
kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk
diterima menajdi anggota kelompok (gang), dia merasa tidak senang apabila tidak
diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan
kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyrakat sekitarnya. Dalam
proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat
dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik
yang membutuhkan tenag fisik (seperti, membersihkan kelas dan halaman
sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti merencanakan
kegiatan camping, membuat laporan study tour).
Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan-kesempatan
pada setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga diarahkan
untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta
didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling
menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggungjawab.

2. Perkembangan Emosi AnakpadaFaseSekolahDasar (SD)


Menginjak usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan
emosi secara kasar tidak lah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, dia mulai
belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosi nya. Kemampuan
mengontrol emosi diperoleh oleh anak melalui peniruan dan latihan atau
pembiasaan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan
emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan
keluarga yang suasana emosinya stabil, maka perkembangan emosi anak
cenderung stabil . Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam
mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurang kontrol (seperti
melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh, kecewa atau
pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung
kurang stabil. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan
usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin
tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat, atau bahagia).
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku
individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti
perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi
individu untuk mengkondisikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti
memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan disiplin dalam belajar.
Sebaliknya, apabila yang menyertai proses itu emosi negative, seperti
perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah, maka proses belajar akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya
untuk belajar sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam
belajarnya. Mengingat hal tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai
kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif
bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dapat
dilakukan antara lain:
a) Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan seperti guru
bersikap atau tidak judes.
b) Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri
seperti tidak menganaktirikan atau menganakemaskan anak tidak
mencemooh kan anak dan menghargai pendapat anak.
c) Memberikan nilai secara objektif.
d) Menghargai hasil karya peserta didik dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan perkembangan sosioemosi anak pada masa sekolah dasar,
diantaranya:

 Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan sosial


(tingkah laku sosial).
 Orang di sekitar yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya.
 Dunia sosioemosional anak menjadi semakin kompleks.
 Interaksi dengan keluarga, teman, sekolah dan guru memiliki peran penting.
 Pemahaman diri dan perubahan dalam perkembangan gender dan moral
menandai perkembangan anak.
 Emosi memainkan peran yang penting dalam kehidupan anak.
 Pergaulan yang semakin luas membuat anak belajar, bahwa emosi yang kurang
baik tidak diterima oleh temannya.
 Anak belajar mengendalikan emosi yang kurang dapat diterima orang lain,
seperti: amarah, menyakiti perasaan orang lain, ketatukan dan sebagainya.

4. Karakteristik Perkembangan Sosioemosi Anak Remaja pada Fase


Sekolah Tingkat Menengah (SMP dan SMA)

1. Perkembangan EmosiAnakRemajapadaFaseSekolah Tingkat


Menengah (SMP dan SMA)
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi
yang tinggi.Gesel dkk, (Elizabeth B. Hurlock, 1980, terjemahan Istiwidayanti
dan Soedjarwo, 1991) mengemukakan bahwa remaja 14 tahun seringkali mudah
marah mudah terangsang dan emosinya cenderung meledak tidak berusaha
mengendalikan perasaannya . Sebaliknya remaja 16 tahun mengatakan bahwa
mereka tidak mempunyai keprihatinan . Jadi adanya badai dan tekanan dalam
periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja .

Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang


sangat sulit bagi remaja, proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi
Sosio emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok
teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif dalam arti kondisinya
diwarnai oleh hubungan yang harmonis saling mempercayai saling menghargai
dan penuh tanggung jawab maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan
emosional nya . Sebaliknya apabila kurang dipersiapkan untuk Sebaliknya
apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang
mendapatkan perhatian peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan
kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya Mereka cenderung
akan mengalami kecemasan perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional.
Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut tidak sedikit
remaja yang mereaksi nya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi
kelemahan dirinya . Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku mealasuai
(maladjusment), seperti : 1) agresif melawan keras kepala, bertengkar, berkelahi
dan senang mengganggu dan; 2) melarikan diri dari kenyataan melamun pendiam
senang menyendiri dan meminum minuman keras atau obat-obat Terlarang .

Remaja yang dalam proses perkembangannya berada dalam iklim yang


kondusif cenderung akan memperoleh perkembangan emosinya secara matang
terutama pada masa remaja akhir kematangan emosi ini ditandai Remaja yang
dalam proses perkembangannya berada dalam iklim yang kondusif cenderung
akan memperoleh perkembangan emosinya secara matang terutama pada masa
remaja akhir kematangan emosi ini ditandai oleh : 1) adekuasi emosi: cinta kasih,
simpati, altruis (senang menolong orang lain), respek (sikap hormat atau
menghargai orang lain), dan ramah; 2) mengendalikan emosi: tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis dan tidak pesimis (putus asa), dan
dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.

2. Perkembangan SosialAnakRemajapadaFaseSekolah Tingkat


Menengah (SMP dan SMA)
Pada masa remaja berkembang social conition (fase remaja) yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain remaja memahami orang lain
sebagai individu yang unik baik menyangkut sifat-sifat pribadi minat nilai-
nilai maupun perasaannya. pemahamannya ini, mendorong remaja
hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka terutama (teman sebaya)
baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.

Dalammenjalinhubungandengankelompoktemansebayaadayang
diikuti atau dimutasi nya menampilkan sikap dan perilaku yang secara
moral atau agama yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti kelompok
remaja yang taat beribadah memiliki budi pekerti yang luhur rajin belajar
dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maka remaja tersebut akan
menampilkan pribadinya yang baik .Sebaliknya apabila kelompoknya itu
menampilkan sikap dan perilaku malasuai atau melecehkan nilai-nilai
moral, maka remajatersebut akan menampilkan perilaku seperti
kelompoknya contohnya , tidak sedikit remaja terutama di kota-kota besar
yang menjadi pengedar narkotika, ecstasy, shabu-shabu, minuman keras
dan bahkan freesex karena mereka bergaul dengan kelompok sebaya yang
sudah biasa melakukan hal-hal minuman keras dan bahkan freesex karena
mereka bergaul dengan kelompok sebaya yang sudah biasa melakukan hal-
hal tersebut .

Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin dimasa depan
sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang
dalam arti Dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang
tepat.

Penyesuaian social ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk


mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial situasi dan relasi . Remaja
dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini baik dalam
lingkungan keluarga sekolah dan masyarakat.

Karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut


adalah sebagai berikut :

1. Di lingkungan keluarga

a). Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga (orang
tua dan saudara)

b). Menerima otoritas orang tua (mau menaati peraturan yang ditetapkan
orang tua)

c) menerima tanggung jawab dan batasan-batasan (norma) keluarga

d) berusaha untuk membantu anggota keluarga sebagai individu maupun


kelompok dalam mencapai tujuannya

2. Di lingkungan sekolah

a) Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah


b) berpartisipasi dalam kegiatan kegiatan sekolah

c) menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah

d) bersikap hormat terhadap guru pemimpin dan staff lainnya membantu


sekolah dalam merealisasikan tujuan tujuannya

3) Di Lingkungan Masyarakat

a) Mengakui dan respek terhadap hak hak orang lain

b) Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain

c) Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain

d) Bersikap respek terhadap nilai-nilai hukum, tradisi, dan kebijakan-


kebijakan masyarakat (Alexander A. Scheiders, 1964: 452-460)

Dalam hal ini secara umum karakteristik perkembangan sosioemosi anak


remaja pada fase sekolah tingkat menengah (SMP dan SMA) adalah sebagai
berikut:

 Perkembangan identitas: salah satu tanda pertama masa remaja awal adalah
kehadiran daya refleksi.
 Daya Refleksi: Kecenderungan menganalisis diri sendiri dan pemikiran diri
sendiri.
 Empat status identitas (Marcia:1993): Penutupan dini, difusi identitas,
moratorium, dan pencapaian identitas.
1) Penutupan Dini: Pembentukan identitas prematur remaja yang berdasarkan
pada pilihan orang tua, bukan pilihannya sendiri.
2) Difusi Identitas: Ketidakmampuan mengembangkan arah yg jelas atau
pemahaman akan diri.
3) Moratorium: Eksperimen dengan pilihan pekerjaandan ideologi tanpa
komitmen yang pasti.
4) Pencapaian identitas: Keadaan konsolidasi yg mencerminkan keputusan yg
sadar dan jelas mengenai pekerjaan dan ideologi.
 Konsep diri dan harga diri mengalami perubahan menjadi lebih abstrak.
 Konsep diri menjadi lebih terbedakan dengan yang lain.
 Harga diri mengalami perubahan selama memasuki masa remaja.
 Titik terendah harga diri muncul ketika anak-anak memasuki SMP dan SMA dan
ketika awal pubertas.
 Harga diri paling kuat dipengaruhi oleh penampilan fisik dan kemudian
penerimaan sosial teman sebaya.
 Hubungan Sosial
 Perkembangan Emosi
 Masalah-masalah Remaja
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan remaja merupakan masa transisi dari anak menjadi
dewasa. Gejala-gejala emosional para remaja seperti perasaan saying, cinta
dan benci, harapan-harapan, dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami
dengan baik. Perkembangan emosi remaja merupakan suatu titik yang
mengarah pada proses dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sikap
kanak-kanak akan sulit dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh
didikan orangtua.
Pengaruh sosioemosi yang baik pada remaja terhadap diri sendiri
yaitu untuk mengendalikan diri, memutuskan segala sesuatu dengan baik,
serta lebih matang merencanakan segala hal yang akan diputuskannya.
Sedangkan terhadap orang lain, yaitu mampu menjalin kerjasama yang
baik, saling menghargai dan mampu memposisikan diri di lingkungan
dengan baik.
Agar seorang anak dapat memiliki kecerdasan emosi dengan baik
haruslah dibentuk sejak usia dini, karena pada saat itu amat sangat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia selanjutnya. Sebab
pada usia ini dasar-dasar kepribadian anak terlah terbentuk.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna. Kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak, yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan.
DAFTAR RUJUKAN

Ambron Sueann Robinson (1981) Child Development. New York: Holt Rinehart
& Winston

Karso, dkk. (Ed) (1982) Psikologi Pekembangan. Jakarta: Pusat Perkembangan


Penataran Guru Tertulis, Depdikbud.

Yusuf, Syamsu. 2014. Psikologi Perkembangan Anak&Remaja. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya

Pada website : http://ccpallo.blogspot.co.id/2013/02/perkembangan-anak-


prasekolah-tk-sd-smp_15.html
Diposting 15th February 2013 oleh Vionaac

Anda mungkin juga menyukai