Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN GANGGUAN PERILAKU

A. Pengertian Dan Ciri-Ciri Umum Gangguan Perilaku


1. Definisi gangguan tingkah laku:
1) Kauffman: 1977 Anak yang mengalami gangguan perilaku adalah anak yang secara
nyata dan bertahun-tahun bereaksi terhadap lingkungan tanpa kepuasan pribadi,
tetapi masih dapat diajarkan perilaku yang diterima masyarakat dan dapat
memuaskan kepribadiannya.
2) Nelson: 1981 Tingkah laku seseorang dapat dianggap menyimpang atau terganggu
jika: menyimpang dari tingkah laku yang dianggap orang dewasa normal untuk usia
dan jenis kelaminnya. Penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang
tinggi. Jalan memutar membutuhkan waktu yang relatif lama.
3) Bruno, gangguan perilaku adalah reaksi atau tindakan yang dilakukan oleh
seseorang. Perubahan perilaku adalah kepribadian karena setiap reaksi atau tindakan
yang menunjukkan perubahan mencerminkan fenomena psikologis, baik yang
diamati maupun diukur.
2. Ciri-ciri umum perilaku
Seperti anak-anak dengan ketidakmampuan belajar, salah satu keluhan paling umum dari
anak-anak dengan ketidakmampuan penilaian emosi dan perilaku adalah hiperaktif.
Hiperaktivitas sulit untuk didefinisikan karena sifat dan jenis aktivitas harus
dipertimbangkan. Ross dan Ross (1982) mendefinisikan hiperaktif sebagai "kelompok
gangguan perilaku heterogen di mana aktivitas tinggi terjadi pada waktu yang tidak tepat dan
tidak dapat dihambat oleh perintah."
Dari segi psikologis, menurut Skinner (1938), perilaku adalah respon atau tanggapan
seseorang terhadap suatu stimulus (stimulus eksternal). Pemahaman ini dikenal dengan teori
SOR (stimulus-organism-response). Perilaku memiliki beberapa dimensi:
1) Fisik, dapat diamati, dideskripsikan dan direkam dalam hal frekuensi, durasi dan
intensitas.
2) Ruang, perilaku mempengaruhi lingkungan (fisik dan sosial) di mana perilaku
terjadi.
3) Waktu, perilaku mengacu pada masa lalu dan masa depan.
Oleh karena itu perilaku merupakan cerminan dari kepribadian seseorang, yang
diekspresikan dalam tindakan dan interaksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Perilaku adalah internalisasi nilai-nilai yang dianut seseorang ketika berinteraksi dengan
orang di luar dirinya. Tingkah laku seseorang menunjukkan tingkat kematangan emosi,
moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep diri. Perilaku seseorang berkembang sepanjang
hidupnya. Pada anak-anak, perilaku dapat dibentuk oleh kebiasaan sehari-hari yang informal.
Dengan kata lain, suatu perbuatan yang dilakukan atas nasehat orang dewasa, atau tingkah
laku orang dewasa yang dengan sengaja diarahkan kepada anak-anak untuk dipatuhi.
B. Faktor penyebab gangguan perilaku
1. Faktor psikobiologis.
Faktor psikobiologis biasanya disebabkan oleh:
 Ada riwayat keluarga dengan gangguan perkembangan genetik, autisme, skizofrenia
masa kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan kecemasan
atau panik.
 Struktur otak yang tidak normal. Studi telah menemukan kelainan pada struktur otak
dan perubahan neurotransmitter pada pasien autisme, skizofrenia masa kanak-kanak
dan ADHD. • Efek prenatal seperti infeksi dalam kandungan, merawat bayi dalam
kandungan, dan penyalahgunaan obat-obatan pada ibu, semuanya dapat menyebabkan
perkembangan saraf abnormal yang berhubungan dengan gangguan mental. Trauma
lahir, yang berhubungan dengan berkurangnya oksigenasi janin selama kehamilan,
sangat serius dan menyebabkan keterbelakangan mental dan gangguan perkembangan
sistem saraf lainnya.
 Penyakit atau cedera kronis dapat menyebabkan anak berjuang untuk mengatasinya.
2. Dinamika keluarga.
Dinamika keluarga yang tidak sehat dapat menimbulkan perilaku menyimpang yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
 Menindas seorang anak. Anak-anak yang terus-menerus dilecehkan pada masa kanak-
kanak memiliki perkembangan otak yang terhambat (terutama otak kiri).
Penyalahgunaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan otak berhubungan dengan
berbagai masalah psikologis, seperti depresi, gangguan ingatan, ketidakmampuan
belajar, impulsif, dan kesulitan membentuk hubungan (Glod, 1998).
 Disfungsi sistem keluarga (misalnya kurangnya pengasuhan orang tua untuk anak-
anak, komunikasi yang buruk) keterampilan koping yang lemah dari anggota keluarga
dan model peran yang buruk dari orang tua. Hal ini menyebabkan gangguan pada
perkembangan anak dan remaja.
3. Faktor lingkungan.
Lingkungan yang buruk dan kehidupan sosial juga menjadi penyebab penting, seperti:
 Perawatan prenatal yang buruk, gizi buruk dan kebutuhan pendapatan yang tidak
mencukupi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan normal anak.
 Anak-anak tunawisma memiliki kebutuhan kesehatan yang berbeda yang
mempengaruhi perkembangan emosional dan psikologis mereka. Beberapa penelitian
telah menunjukkan peningkatan angka penyakit ringan pada masa kanak-kanak,
keterlambatan perkembangan, dan masalah psikologis di antara anak-anak tunawisma
dibandingkan dengan kontrol (Townsend, 1999).
 Budaya keluarga.

C. Jenis-Jenis Gangguan Perilaku


Jenis-jenis gangguan perilaku pada anak:
1. Tipe-tipe Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yaitu:
 Rentan perhatian pendek ialah ketidak mampuan seseorang untuk memfokuskan dan
mempertahankan perhatian secara selektif. Baik pada kegiatan belajar maupun
bermain.
 Ada riwayat keluarga dengan gangguan perkembangan genetik, autisme, skizofrenia
masa kanak-kanak, gangguan perilaku, gangguan bipolar, dan gangguan kecemasan
atau panik.
 Struktur otak yang tidak normal. Studi telah menemukan kelainan pada struktur otak
dan perubahan neurotransmitter pada pasien autisme, skizofrenia masa kanak-kanak
dan ADHD.
 Efek prenatal seperti infeksi dalam kandungan, merawat bayi dalam kandungan, dan
penyalahgunaan obat-obatan pada ibu, semuanya dapat menyebabkan perkembangan
saraf abnormal yang berhubungan dengan gangguan mental. Trauma lahir dikaitkan
dengan berkurangnya oksigenasi janin selama kehamilan, yang sangat signifikan dan
menyebabkan keterbelakangan mental dan gangguan perkembangan sistem saraf
lainnya.
 Penyakit atau cedera kronis dapat menyebabkan anak berjuang untuk mengatasinya.
 Hiperaktif
Adalah perilaku yang menunjukkan gerakan berlebihan, tanpa tujuan atau perhatian.
Biasanya mereka tidak bisa diam dan membiarkan diri mereka sendiri. Aktivitas berlebihan
dapat diamati tanpa tujuan yang jelas untuk menggerakkan kaki, lengan, mata, dan kepala.
 Impulsif.
Adalah pola perilaku yang tiba-tiba tanpa memikirkannya terlebih dahulu dan bertindak
berdasarkan dorongan yang mendorongnya. Dengan kata lain, anak bertindak menurut
kehendaknya atau dari waktu ke waktu. Kegiatan ini terkesan tidak mempertimbangkan
akibat dari perbuatannya, pada kenyataannya anak menyadari akibat negatif dari
perbuatannya, namun ia tidak mampu melawannya.
2. Gejala perilaku ADHD
 Gejala Rentang perhatian anak pendek. Anak dengan rentang perhatian yang pendek
memiliki ciri-ciri sebagai berikut (betty B. Osman, 2002):
 Sering mengalami kesulitan berkonsentrasi pada tugas atau permainan.
 Sering tidak terdengar jika diucapkan secara langsung.
 Seringkali tidak dapat memahami semua instruksi dan menyelesaikan tugas sekolah
dan tugas sehari-hari.
 Sering menghindar, tidak suka atau tidak mau terlalu rajin mengerjakan tugas atau
bermain.
 Sering kehilangan barang seperti mainan, pulpen, buku, dll.
 Mudah bingung dengan pengaruh lingkungan.
 Sering alfa dalam aktivitas sehari-hari.
 Gejala anak hiperaktif.
 Gejala anak yang implusif.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak impulsif, antara lain:
 Fisiologis
Mekanisme pembatas otak tidak berfungsi secara memadai karena disfungsi genetik,
keturunan atau neurologis. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagai seorang anak sudah
mengandung potensi impulsif sejak lahir.
 Kekhawatiran
Anak-anak yang cemas dan stres sering bereaksi seolah-olah sedang panik. Anak
bertindak berdasarkan pemikiran pertama yang muncul di benaknya, tanpa
mempertimbangkan pilihan dengan tenang.
 Efek lingkungan
Beberapa anak menjadi impulsif karena pengaruh lingkungan. Secara umum, orang tua
yang impulsif mendukung tumbuhnya perilaku impulsif pada anak. Jika seorang anak
memiliki rentang perhatian yang pendek, hiperaktif dan impulsif, anak tersebut telah
menggabungkan ADHD.
3. Cacat mental
Retardasi mental identik dengan kelemahan mental, kelemahan mental, cacat intelektual,
cacat mental, cacat intelektual, defisiensi mental atau intelektual. Dalam DSM IV (1994),
disabilitas mental disebut disabilitas intelektual. Di bagian ini, disabilitas intelektual adalah
gangguan yang ditandai dengan fungsi intelektual yang tidak normal (IQ = 70 ke bawah)
yang terjadi pada masa perkembangan (sebelum usia 18 tahun) dan disertai dengan gangguan
perilaku.
4. Kesulitan berbicara
Seorang anak dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila cara bicara anak pada
umumnya tidak sesuai dengan kemampuan kelompok umurnya dan mencakup berbagai
kesulitan artikulasi, suara dan ucapan. Ciri-ciri anak dengan kesulitan bicara adalah jika anak:
 Pengucapan kata tidak jelas, misalnya “doloy” artinya “tolong”.
 Penyimpangan suara, volume dan kualitas anak-anak.
 Tidak bisa mengucapkan kata-kata. Misalnya, jika anak berbicara dengan suara cepat
atau tersendat-sendat, sehingga ucapannya tidak jelas saat berbicara dengan orang
lain.
5. Temper Tantrum
Tantrum adalah anak yang terlalu marah. Perilaku seperti itu sering terjadi pada anak-
anak berusia 4 tahun. Kecenderungan tantrum lebih sering terjadi ketika anak mengetahui
bahwa dengan cara ini keinginannya akan terpenuhi. Tantrum merupakan salah satu ciri anak
dengan masalah perkembangan emosi, antara lain:
 Kemarahan yang berlebihan, seperti keinginan untuk menghancurkan diri sendiri dan
barang milik sendiri,
 Tidak dapat mengungkapkan apa yang diinginkan,
 Ketakutan yang sangat kuat yang menghalangi komunikasi dengan lingkungan,
 Malu, bahkan sampai menarik diri.
 Hipersensitif berarti sangat sensitif, perasaan sakit hati sulit diatasi, dan pandangan
biasanya negatif dan suram. Secara umum, ada beberapa tanda yang bisa digunakan
untuk mengidentifikasi anak sedang tantrum.
 Anak tampak murung dan mudah tersinggung.
 Perhatian khusus, pelukan atau pendekatan sepertinya tidak memperbaiki suasana
hatinya.
 Dia mencoba melakukan sesuatu yang tidak biasa atau meminta sesuatu yang dia
tidak yakin akan mendapatkannya.
 Dia meningkatkan tuntutannya sambil merengek dan tidak mau menerima jawaban
tidak.
 Ia terus menangis, menjerit, memukul, menendang atau menahan napas.
6. Agresivitas
Salah satu bentuk perilaku anak dengan kesulitan perkembangan sosial adalah anak yang
berperilaku agresif. Perilaku agresif melibatkan serangan fisik atau verbal atau ancaman
untuk mengekspresikan permusuhan. Perilaku agresif seperti itu mengarah pada menyakiti
atau mempermalukan orang lain. Kerusakan dapat berupa kerugian psikis maupun fisik.
Schasfer dan Millman (Yosefini, 1990) mengklasifikasikan perilaku agresif sebagai perilaku
bermasalah dalam kelompok dimana anak mengalami kesulitan berhubungan dengan orang
lain. Gejala anak agresif meliputi:
 Sering mendorong, memukul, atau berkelahi
 Menyerang dengan kaki, tangan, tubuh untuk mengganggu permainan dan
mengganggu teman.
 Menyerang dalam bentuk verbal, misalnya; mengutuk, mengejek, mengejek, berbicara
kata-kata kotor dengan teman.
 Perilaku disruptive seperti itu biasanya terjadi karena ingin menunjukkan kekuasaan
dalam kelompok.
 Perilaku mengganggu tersebut pada dasarnya melanggar aturan atau norma yang
berlaku di sekolah, misalnya; berkelahi, merusak mainan teman, mengganggu anak
lain.
7. Gangguan Eliminisi
Ini adalah gangguan perkembangan pada anak dan remaja di mana mereka tidak dapat
mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) ketika mereka mencapai usia
normal. Dibagi menjadi dua yaitu:
 Saat anak tidak bisa mengontrol buang air kecilnya, bukan karena kerusakan saraf
atau penyakit lain, kita sering menyebutnya ngompol,
 Ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar yang tidak disebabkan oleh
masalah organik.
8. Kecemasan dan depresi
Gangguan kecemasan sering muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan bertahan
hingga dewasa, biasanya sebagai gangguan obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan umum,
dan fobia yang terjadi pada anak-anak dan remaja dengan gejala yang mirip dengan orang
dewasa.
9. Conduct Disorder (CD)
Dari sinilah lahirnya pola pikir dan perilaku yang semrawut yang seringkali menyimpang
dari tata tertib sekolah karena orang tua tidak mengajarkan perilaku yang benar dan salah
kepada anak sejak dini. Ciri-ciri kepribadiannya, ketika ia menunjukkan perilaku antisosial
baik secara verbal maupun non verbal, seperti melanggar peraturan, tidak menghormati guru
dan bermain dengan teman, menunjukkan permusuhan yang merugikan orang lain.
10. Oppositional Defiant Disorder (ODD)
Perilaku yang terkait dengan gangguan ini termasuk perilaku menentang seperti
berdebat, kekerasan, kemarahan, toleransi frustrasi yang rendah, dan penggunaan alkohol, zat
ilegal, atau keduanya. Namun, gangguan ini tidak melanggar hak orang lain sejauh yang
diamati dalam gangguan perilaku.
Jenis gangguan perilaku pada remaja. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985)
membagi pergaulan bebas menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Kenakalan biasa, suka berantem, merantau, bolos sekolah, keluar rumah tanpa pamit.
2) Kenakalan yang menjurus pada pelangaran dan kejahatan, misalnya mengendarai
mobil tanpa izin, mengambil tanpa izin barang milik orang tua.
3) Kenakalan khusus seperti obat-obatan terlarang, seks di luar nikah, penghindaran
pajak, dll.

D. Pengobatan gangguan tingkah laku


Berikut pengobatan yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku:
1. Kepedulian masyarakat yaitu:
 Pencegahan primer melalui program sosial yang ditujukan untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan anak. Misalnya, perawatan prenatal dini,
program perawatan dini untuk orang tua dengan faktor risiko yang diketahui untuk
mengasuh anak, dan identifikasi anak berisiko, dukungan dan pelatihan untuk orang
tua dari anak-anak tersebut.
 Pencegahan kedua melalui deteksi dini terhadap kasus anak kesulitan sekolah
sehingga dapat segera diambil tindakan yang tepat. Metode meliputi konseling
individu dengan program bimbingan sekolah dan rujukan kesehatan mental
masyarakat, layanan intervensi krisis untuk keluarga dalam situasi traumatis,
konseling kelompok di sekolah, dan konseling teman sebaya.
 Anak-anak menerima dukungan terapeutik melalui psikoterapi individu, terapi
bermain dan program pendidikan khusus untuk anak-anak yang tidak dapat mengikuti
sistem sekolah reguler. Teknik terapi perilaku sering digunakan untuk membantu anak
mengembangkan strategi koping.
 Terapi keluarga dan konseling keluarga. Penting untuk membantu keluarga
memperoleh keterampilan yang diperlukan dan memfasilitasi perubahan yang
meningkatkan fungsi semua anggota keluarga.
2. Rawat inap dan rehabilitasi.
 Unit khusus untuk perawatan anak dan remaja ditemukan di rumah sakit jiwa. Di unit-
unit ini, pengobatan lebih banyak diberikan kepada klien yang tidak sembuh dengan
metode alternatif atau kepada klien yang berisiko tinggi mengalami kekerasan
terhadap diri sendiri atau orang lain.
 Program rawat inap parsial juga tersedia, menawarkan program sekolah di tempat
yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak dengan masalah
kesehatan mental. Kesendirian dan pengekangan untuk mengendalikan perilaku
mengganggu jika masih kontroversial. Penelitian menunjukkan bahwa metode ini
traumatis bagi anak-anak dan tidak efektif dalam mempelajari respons adaptif.
Intervensi yang kurang restriktif termasuk waktu istirahat, eksklusi terapeutik,
menghindari perebutan kekuasaan, dan intervensi dini untuk mencegah penurunan
perilaku.
 Medikasi digunakan sebagai satu metode pengobatan. Medikasi psikotropik
digunakan dengan hati-hati pada klien anak-anak dan remaja karena memiliki efek
samping yang beragam. Pemberian metode ini berdasarkan:
 Perbedaan fisiologi anak-anak dan remaja mempengaruhi jumlah dosis, respon
klinis, dan efek samping dari medikasi psikotropik.
 Perbedaan perkembangan neurotransmiter pada anak-anak dapat mempengaruhi
hasil pengobatan psikotropik, mengakibatkan hasil yang tidak konsisten, terutama
dengan antidepresan trisiklik.

E. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan artikel ini dapat diartikan bahwa gangguan perilaku terjadi
pada anak-anak dan remaja. Gangguan perilaku pada anak disebabkan oleh berbagai faktor.
Namun, faktor terbesar yang dapat menyebabkan gangguan perilaku adalah usia kehamilan,
baik itu nutrisi/penggunaan prenatal.
Kemudian, di bawah pengaruh berbagai faktor, gangguan perilaku juga terjadi pada
kaum muda. Namun faktor yang paling berpengaruh adalah keluarga dan lingkungan. Jika
keluarga tidak menjadi orang tua yang bijak, gangguan perilaku anak muda seringkali
dipengaruhi oleh lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C., 2006, Psikoloogi Abnormal, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada


Durand, V. Mark, 2006, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Jacoby, David B., 2009, Pustaka Kesehatan Populer, PT Bhuana Ilmu Populer
Kaplan, Harold L., dkk, 1997, Sinopsis Psikiatri Jilid 2, Jakarta: Binarupa Aksara
Maslim, Rusdi, 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
Meier, Paul, dkk, 2000, Mengendalikan Mood Anda, Yogyakarta: Yayasan Andi
Nevid, Jeffrey S., dkk, 2003, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai