Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH PSIKOLOGI

MASALAH DALAM KESULITAN BELAJAR

S.T.A.I AL-AZHAR

Dosen pengampu:
NANING YULIANA M.PSi

Disusun oleh:
NUR AZIZ
JUWAIRIYAH
M. MISBACHUL M
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah syari’at islam yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat islam melalui firman Allah
Ta’ala, yaitu ayat yang pertama kali turun dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5. Oleh karena itu, mau tidak mau,
sebagai umat Nabi Muhammad kita harus selalu belajar dan belajar. Terlebih lagi pada usia anak-anak.
Karena pada masa itu proses pembelajaran sangatlah mudah diterima atau mendapat respon yang baik
dari anak-anak.
Akan tetapi, banyak sekali proses pembelajaran yang dilakukan oleh anak-anak yang dibimbing oleh
seorang guru, menghasilkan hanya sedikit perubahan yang dialami oleh anak, bahkan tidak sama sekali.
Hal itu disebabkan adanya kesulitan anak tersebut dalam belajar. Tentunya banyak faktor yang dapat
mempengaruhinya.
Melalui makalah ini, kami mencoba mendeskripsikan tentang kesulitan belajar yang dialami oleh anak
serta langkah untuk mengatasinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan belajar ?
2. Apakah definisi kesulitan belajar ?
3. Apakah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar ?
4. Apa yang menjadi alternatif kesulitan belajar pada siswa ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar
Menurut Drs. Tadjab, M.A. dalam bukunya Ilmu Jiwa Pendidikan, belajar bisa didefinisikan
“berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, mengerjakalan sesuatu, melalui
berbagai pengalaman-pengalaman yang sebagiannya bersifat perseptual, sebagiannya bersifat intelektual,
emosional maupun motorik.”
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

B. Pengertian Kesulitan Belajar


Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya berlangsung secara wajar. Kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit
untuk mengadakan konsentrasi.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar”.

Macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar
a. Ada yang berat,
b. Ada yang sedang.
2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari
a. Ada yang sebagian bidang studi, dan
b. Ada yang keseluruhan bidang studi.
3. Dilihat dari sifat kesulitannya
a. Ada yang sifatnya permanen/menetap, dan
b. Ada yang sifatnya hanya sementara
4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya
a. Ada yang karena faktor intelegensi, dan
b. Ada yang karena faktor non-intelegensi.

C. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu berikut ini:
1. Faktor Intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua faktor, yakni:
a. Faktor Fisiologi
b. Faktor Psikologi
2. Faktor Ekstern yaitu faktor dari luar siswa atau faktor lingkungan (sosiologis).

1) Faktor Internal
1. Sebab yang bersifat fisik (Fisiologi)

a. Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya
lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak
b. Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk,
pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka
penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses,
mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya.

c. Sebab karena cacat tubuh


Cacat tubuh dibedakan atas:
a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotorik.
b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya.

2. Sebab-sebab kesulitan belajar karena rohani (Psikologi)


Apabila dirinci faktor rohani itu meliputi antara lain berikut ini:

a. Intelegensi
Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Anak yang normal (90-
110) dapat menamatkan SD tepat pada waktunya. Mereka yang memiliki IQ 110-140 dapat digolongkan
cerdas, 140 ke atas tergolong genius. Golongan ini mempunyai potensi untuk dapat menyelesaikan
pendidikan di perguruan tinggi. Jadi semakin tinggi IQ seseorang akan makin cerdas pula. Mereka yang
mempunyai IQ kurang dari 90 tergolong lemah mental (mentally deffective). Anak inilah yang banyak
mengalami kesulitan belajar. Mereka itu digolongkan atas debil, embisil, ediot.
.

b. Bakat
Bakat adalah potensi/kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang
berbeda-beda. Seseorang yang berbakat musik mungkin di bidang lain ketinggalan. Seorang yang
berbakat di bidang teknik tetapi dibidang olah raga lemah.
Seorang petugas diagnosis harus meneliti bakat-bakat anak agar dapat menempatkan mereka yang
lebih sesuai, mungkin juga kesulitan belajarnya disebabkan tidak adanya bakat yang sesuai dengan
pelajaran tersebut.

c. Minat
Tidak adanya minat seeorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar
yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak
sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan kebutuhan tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak
banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak pernah terjadi proses dalam
otak, akibatnya timbul kesulitan
d. Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan
belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya

e. Faktor kesehatan mental


Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan
emosional. Hubungan kesehatan mental dengan belajar adalah timbal balik. Kesehatan mental dan
ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik demikian juga belajar yang selalau sukses
akan membawa harga diri seseorang. Bila harga diri tumbuh akan merupakan faktor adanya kesehatan
mental.

f. Tipe-tipe khusus seseorang pelajar


Kita mengenal tipe-tipe belajar seorang anak. Ada tipe visual, motoris, dan campuran.
a. Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan,
grafik, gambar
b. Anak yang bertipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah),
begitu guru menerangkan ia cepat menangkap bahan pelajaran,
c. Individu yang bertipe motori, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan,
dan sulit mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan

2) Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan sekolah yang tidak memadai bagi situasi belajar peserta didik, seperti cara mengajar,
sikap guru, kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai,
teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman dan sebagianya.
b. Situasi keluarga yang kurang mendukung situasi belajar peserta didik, seperti rumah tangga yang kacau
(broken home), kurangnya perhatian orang tua karena sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya
kemampuan orang tua dalam memberikan pengarahan dan lain sebagainya.
c. Situasi lingkungan sosial yang menggangu kegiatan belajar siswa, seperti pengaruh negatif dari
pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan, film, bacaan, permainan
elektronik, play station, dan sebagainya.

d. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar pada Sisiwa


Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar sbagaimana di
uraikan diatas. Karena itu, mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab peserta
lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu:
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Diagnosis
4. Prognosis
5. Treatment/perlakuan
6. Evaluasi.

1) Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banayk informasi. Untuk
memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan
pengumpulan data.

2) Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, selanjutnya diadakan pengolahan
secara cermat. Dalam pengolahan data langkah yang dapat ditempuh antara lain:
a. Identifikasi kasus
b. Membandingkan antar kasus
c. Membandingkan dengan hasil tes
d. Menarik kesimpulan

3) Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentu) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat
berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai factor utama penyebab kesulitan belajar.

4) Pragnosis
Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar
utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya
untuk membantu mengatasi masalahnya.

5) Treatment atau Perlakuan


Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang
mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan contohnya bimbingan belajar kelompok, bimbingan
belajar individual dan lain-lain.
6) Evaluasi
Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik,
artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak
berhasil, maka diadakan pengecekan kembali.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Drs. Tadjab, M.A. dalam bukunya Ilmu Jiwa Pendidikan, belajar bisa didefinisikan
“berubahnya kemampuan seseorang untuk melihat, berfikir, merasakan, mengerjakalan sesuatu, melalui
berbagai pengalaman-pengalaman yang sebagiannya bersifat perseptual, sebagiannya bersifat intelektual,
emosional maupun motorik.”
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

2. Kesulitan belajar sendiri dapat diartikan sebagai hambatan dan gangguan belajar pada peserta didik yang
ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang
seharusnya dicapai. Jadi, dapat dikatakan kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis, sosiologis maupun
fisiologis.

3. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu berikut ini:
a. Faktor Intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
b. Faktor Ekstern yaitu dari luar peserta didik atau lingkungan yaitu faktor sosiologis.

4. Secara garis besar, langkah yang diperlukan ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat
dilakukan melalui enam tahap yaitu:
a. Pengumpulan data
b. Pengolahan data
c. Diagnosis
d. Prognosis
e. Treatment/perlakuan

Anda mungkin juga menyukai