Endang Kusmiyati
Nim 859617802
ekusmiyati38@gmail.com
Salah satu tahap perkembangan yang harus dipersiapkan anak adalah penanaman nilai-nilai agama
dan moral (karakter). Nilai-nilai keagamaan dan budi pekerti yang menjadi ruh dalam seluruh aspek
perkembangan anak, sebagaimana tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat. , berpengalaman, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Tujuan penilaian nilai-nilai agama dan moral adalah untuk mempersiapkan anak
dalam mengadopsi dan menerapkan prinsip dan konsep Tuhan serta hubungannya dengan ciptaan
Tuhan lainnya. Dengan menggunakan metodologi kuantitatif, penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas (CSR), yaitu penelitian reflektif yang dilakukan oleh partisipan tindakan. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan nilai keagamaan anak TK Ade Irma Suryani Nasution kelas A dengan
menggunakan metode cerita pada anak usia 4-5 tahun. Sasaran penelitian adalah 18 siswa pada tahun
2022-2023. kelas tahun Peneliti menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai
metode pengumpulan data. Berdasarkan hasil, 83% peserta penelitian berkembang sesuai harapan.
Siswa kelas A TK Ade Irma Suryani Nasution dapat memperkuat nilai-nilai moral dan agama melalui
pendekatan narasi. Hal ini terlihat pada perkembangan keterampilan anak.Kata Kunci: Metode
Bercerita , Nilai-Nilai Moral Dan Agama, Anak Usia Dini.
BAB I PENDAHAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakekatnya bertujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah
satu bentuk penyelenggaraan pendidikan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motoric halus dan kasar),kecerdasan (daya pikir, daya cipta,kecerdasan
emosi,kecerdasan spiritual),social emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan
komunikasi,serta dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini (Nilawati; 2013)
Salah satu aspek perkembangan yang perlu disiapkan anak adalah penanaman nilai
agama dan moral (budi pekerti). Nilai agama dan budi pekerti akan menjadi ruh setiap aspek
perkembangan anak sebagaimana tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Aspek penghayatan pada nilai agama dan moral
bertujuan untuk menyiapkan anak untuk menerima dan melaksanakan prinsip-prinsip dan
konsep Ketuhanan dan relasinya dengan makhluk Tuhan lainnya.
Sisi spiritual pada diri anak dapat dipupuk sejak dini, dimulai dari keluarga, sekolah,
dan lingkungan terdekat anak lainnya. Anak-anak pertama-tama harus didorong untuk
mengidentifikasi identitas unik mereka, setelah itu mereka harus dibantu untuk membedakan
hal-hal di sekitar mereka dan, pada akhirnya, membentuk hubungan dengan dunia yang lebih
luas. Guru juga berperan dalam proses ini karena mereka adalah teman anak-anak di kelas.
Mengenai hasil pembelajaran nilai-nilai agama dan karakter yang diharapkan, diharapkan:
Generasi muda memahami dan mengamalkan akhlak dan kewajiban yang digariskan dalam
pendidikan agamanya. Melalui interaksinya satu sama lain dan dengan alam (tumbuhan,
Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan suatu metode yang tepat dalam
membentuk sikap yang baik kepada anak anak. Salah satu metode yang tepat untuk melatih
atau menanamkan nilai agama pada anak yaitu metode ceramah. Menurut Tambak (1970)
bahwa metode bercerita akan menarik dan efektif apabila dilakukan dengan intonasi yang
tepat dan isi cerita yang tepat. Dalam proses pembelajaran pemilihan metode yang tepat
sangat memegang peranan penting terhadap kebermaknaan materi yang diajarkan oleh
seorang guru serta keefktifan pembelajaran tersebut. Sedangkan Nurbiana (2009) bahwa
untuk meningkatkan aspek perkembangan nilai-nilai agama dan moral, Guru dapat
menggunakan metode bercerita, metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian
mater pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik taman
kanak-kanak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran,
keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam
kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Kegiatan bercerita juga
memberikan sejumlah pengetahuan sosial,nilai-nilai agama, dan moral.
Pandangan Moeslichatoen (2004) adalah guru dapat menumbuhkan keberanian, kejujuran,
kesetiaan, ketulusan, kebaikan dan sikap positif lainnya dalam keluarga, sekolah dan
kehidupan ekstrakurikuler dengan bantuan bercerita. Sementara itu, menurut Otib Satib
(2011), bercerita dapat menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Mendongeng penting bagi perkembangan taman kanak-kanak, karena dengan
bantuan mendongeng kita dapat: menularkan nilai-nilai sosial, menularkan nilai budaya,
menularkan nilai-nilai agama.
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk menulis artikel dengan
judul “Pendidikan Nilai Keagamaan Anak Usia 4-5 Tahun Kelas A Melalui Metode
Cerita TK Ade Irma Suryani Nasution”
1.2 .Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana Implementasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat
Beribadah Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution”
2. Apa sajakah Faktor penghambat dan pendukung implemntasi Peningkatan Nilai
Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah Dikelas A Melalui Metode
Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution
Mc.Taggart. Hal ini disebabkan adanya siklus proses refleksi diri yang diawali dengan
perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan perencanaan ulang yang menjadi dasar
Menurut Raden (2015), Kemmis dan Taggart menjelaskan secara rinci tahapan penelitian
tindakan kelas. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi masalahnya Tujuan dari identifikasi masalah adalah untuk mengumpulkan
informasi dan informasi mengenai kondisi yang relevan dengan topik penelitian, dan
berdasarkan hasil identifikasi masalah, peneliti memusatkan perhatian pada masalah yang
dirumuskan sebagai masalah penelitian. yang kemudian menentukan tujuan penelitian
. 2. Tahap perencanaan Perancangan dibuat berdasarkan hasil identifikasi masalah.
Penyusunan rencana meliputi kegiatan merencanakan perbaikan, merencanakan
perbaikan atau mengubah perilaku dan sikap yang diharapkan dapat menjadi solusi
permasalahan sekolah.
3.Operasi Implementasi tindakan yang berkaitan dengan kegiatan perbaikan,
penambahan atau modifikasi berdasarkan rencana aksi. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada indikator teoritis dan empiris agar hasil
yang dicapai berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
4. Observasi (pengamat) Dalam penelitian tindakan kelas (CSR), kegiatan observasi pada
PTK dapat menjadi kegiatan pengumpulan data penelitian formal. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati hasil atau dampak dari kegiatan yang dilakukan siswa atau yang
ditugaskan kepada siswa.
5. Cerminan Kegiatan reflektif pada hakikatnya adalah kegiatan analisis, sintesis dan
interpretasi terhadap seluruh informasi yang diperoleh selama kegiatan operasional.
Dalam kegiatan reflektif ini peneliti menelaah, melihat dan merefleksikan hasil atau
dampak dari suatu kegiatan.
3.2 Tempat dan Subjek Penelitian
Survei Kegiatan Kelas (PTK) ini diberikan kepada siswa Kelompok A TK Ade Irma
Suryani Nasution Jl. Imam Bonjol Kota Biak Tahun Pelajaran 2022/2023. Pada saat yang
sama, 18 siswa TK kelas A diselidiki dalam penelitian ini, yang terdiri dari 10 perempuan
dan 8 laki-laki.
3.3 Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan
1. Tindakan sebelumnya Pada kegiatan awal ini peneliti melakukan persiapan awal
observasi untuk mengidentifikasi permasalahan dan melihat kondisi nyata yang terjadi
keagamaan. . nilai moral. Sedangkan data 18 siswa kelas A menunjukkan 45% anak
kurang berkembang, 30% cukup berkembang, dan 25% anak berkembang baik.
b) membuat proposal
1. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus, yaitu sebagai berikut: Adapun
tahapan pelaksanaan Siklus I dan Siklus 11 sebagai berikut:
1) Perencanaan tindakan
Adapun perencanaan tindakan berupa
a) Menyusun jadwal mengajar
b) Membuat perangkat pembelajaran
c) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
d) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam kegiatan
pembelajaran
e) Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
.
2) Pelaksanaan tindakan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi :
a) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang dicapai.
b) Guru memotivasi siswa
c) Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan
d) Guru bersama teman sejawat mengamati proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan guru memberikan bimbingan pada siswa.
e) Siswa diminta mengamati benda konkret yang ada di depan kelas lalu salah
satu siswa mempresentasikan hasil pengamatannya dan memberikan
kesempatan pada siswa lain untuk menanggapinya.
f) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa dari hasil observasi awal
perkembangan nilai agama anak yaitu hanya terdapat 17 % anak berkembang
sesuai harapan, 50% siswa yang mulai berkembang, sedangan 33 % belum
berkembang Hasil pada siklus 1 tersebut belum menunjukkan ketercapaian
indikator keberhasilan yang penulis tetapkan dalam penelitian ini, yaitu 80%
keberhasilan yang harus dicapai atau 18 anak didik yang mencapai indikator
keberhasilan, maka peneliti melanjutkan penelitian ini pada siklus II.
1. Implementasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah
Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution”
Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, masing- masing siklus terdiri dari
satu kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Perangkat data lapangan menggunakan lembar observasi yang berupa
BB ( Belum Berkembang ), MB ( Mulai Berkembang ), dan BSH ( Berkembang
Sesuai Harapan ) dan Dokumentasi. Pengambilan data bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pengembangan nilai-nilai moral dan agama anak melalui metode
bercerita dikelas A TK Ade Irma Suryani Nasution.
Berikut diagram Perkembangan Nilai Agama dan Moral Kelas A
90
80
70
Series2
50
40
30
20
10
0
BSH MB BB
Berdasarkan diagram diatas bahwa terjadi peningkatan nilai agama dan moral
di kelas A. Rata-rata ketuntasan individu pada siklus 1 dengan sisklus 2 dengan data
antara lain: siswa yang BB (Belum Berkembang) siklus 1 dengan data 39 % menjadi
0,5% pada siklus 2, siswa yang MB (Mulai Berkembang) siklus 1 sebesar 33%
menjadi 22 % pada siklus 2 , dan siswa BSH (Berkembang Sesuai Harapan) pada
siklus I: 27% pada siklus menjadi 83% pada siklus 2.
Meningkatnya nilai religi disebabkan karena guru menggunakan metode cerita
dalam menyampaikan materi subtopik itu sendiri. Menurut Moeslichatoen (2004),
anak memahami cerita yang penuh informasi atau nilai dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui cerita yang disampaikan oleh guru, anak dapat
menyerap pesan berupa pesan yang disampaikan melalui cara bercerita, Mendidik
anak dengan keteladanan yang baik akan lebih efektif karena anak dapat meniru
tindakan kita. Metode cerita dapat memberikan contoh keteladanan melalui tokoh-
tokoh dalam cerita. Dengan bantuan pembelajaran tersebut, anak dapat lebih mudah
memahami isi cerita dan dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk.
Eneng Garnika (2020) mengatakan metode bercerita merupakan metode komunikasi
yang bersifat universal dan menyentuh jiwa dimana guru dapat berkreasi
menyampaikan pesan moral yang dapat ditiru dan ditinggalkan. Cerita adalah guru
cerdas yang dapat menjadi jembatan komunikasi efektif dalam mendidik anak.
Melalui metode bercerita dapat digunakan untuk menumbuhkan keimanan, akhlak,
agama, nilai akhlak, serta membentuk sikap dan perilaku anak.
b) Faktor pencegahan
BAB V. SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ada peningkatan nilai agama dan moral di kelas A. Rata-rata ketuntasan individu pada
siklus 1 dengan sisklus 2 dengan data antara lain: siswa yang BB (Belum Berkembang)
siklus 1 dengan data 39 % menjadi 0,5% pada siklus 2, siswa yang MB (Mulai
Berkembang) siklus 1 sebesar 33% menjadi 22 % pada siklus 2 , dan siswa BSH
(Berkembang Sesuai Harapan) pada siklus I: 27% pada siklus menjadi 83% pada siklus 2.
2. Faktor pendukung yang implementasi pengembangan nilai agama dan moral melalui
metode cerita pada kelas A TK Ade Irma Suryani Nasution antara lain a) dilaksanakan
workshop bagi gutu dalam mengembangkan nilai- nilai agama dan moral. b) tersedianya
papan pembiasaan. c) Adanya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai
menunjang metode bercerita. Dan Faktor penghambat antara lain : a) Ada pola asuh
orang tua pada peserta didik yang berbeda-beda. b) Kurangnya kolaborasi antara orang
tua dengan pihak sekolah c) perbedaan kemampuan anak dalam mengikuti pembelajaran.
5.2 Saran
1. Terhadap Pihak Sekolah
Sekolah membuat program pembelajaran yang efektif agar tercipta pembelajaran yang
menyenangkan bagi murid sehingga membantu murid dalam memahami konsep
meningkatkan nilai agama dan moral.
2. Terhadap Guru
Sebaiknya seorang guru terus belajar dalam mengembangkan diri untuk menggunakan
berbagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan nilai agama dan moral bagi
siswa
Daftar Pustaka