Anda di halaman 1dari 21

ABSTRAK

MENINGKATKAN NILAI AGAMA ANAK DI USIA 4-5 TAHUN DISAAT BERIBADAH


DIKELAS A MELALUI METODE BERCERITA DI TK ADE
IRMA SURYANI NASUTION

Endang Kusmiyati
Nim 859617802
ekusmiyati38@gmail.com

Salah satu tahap perkembangan yang harus dipersiapkan anak adalah penanaman nilai-nilai agama
dan moral (karakter). Nilai-nilai keagamaan dan budi pekerti yang menjadi ruh dalam seluruh aspek
perkembangan anak, sebagaimana tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat. , berpengalaman, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Tujuan penilaian nilai-nilai agama dan moral adalah untuk mempersiapkan anak
dalam mengadopsi dan menerapkan prinsip dan konsep Tuhan serta hubungannya dengan ciptaan
Tuhan lainnya. Dengan menggunakan metodologi kuantitatif, penelitian ini menggunakan penelitian
tindakan kelas (CSR), yaitu penelitian reflektif yang dilakukan oleh partisipan tindakan. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan nilai keagamaan anak TK Ade Irma Suryani Nasution kelas A dengan
menggunakan metode cerita pada anak usia 4-5 tahun. Sasaran penelitian adalah 18 siswa pada tahun
2022-2023. kelas tahun Peneliti menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai
metode pengumpulan data. Berdasarkan hasil, 83% peserta penelitian berkembang sesuai harapan.
Siswa kelas A TK Ade Irma Suryani Nasution dapat memperkuat nilai-nilai moral dan agama melalui
pendekatan narasi. Hal ini terlihat pada perkembangan keterampilan anak.Kata Kunci: Metode
Bercerita , Nilai-Nilai Moral Dan Agama, Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakekatnya bertujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini merupakan salah
satu bentuk penyelenggaraan pendidikan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motoric halus dan kasar),kecerdasan (daya pikir, daya cipta,kecerdasan
emosi,kecerdasan spiritual),social emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan
komunikasi,serta dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini (Nilawati; 2013)
Salah satu aspek perkembangan yang perlu disiapkan anak adalah penanaman nilai
agama dan moral (budi pekerti). Nilai agama dan budi pekerti akan menjadi ruh setiap aspek
perkembangan anak sebagaimana tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab. Aspek penghayatan pada nilai agama dan moral
bertujuan untuk menyiapkan anak untuk menerima dan melaksanakan prinsip-prinsip dan
konsep Ketuhanan dan relasinya dengan makhluk Tuhan lainnya.
Sisi spiritual pada diri anak dapat dipupuk sejak dini, dimulai dari keluarga, sekolah,
dan lingkungan terdekat anak lainnya. Anak-anak pertama-tama harus didorong untuk
mengidentifikasi identitas unik mereka, setelah itu mereka harus dibantu untuk membedakan
hal-hal di sekitar mereka dan, pada akhirnya, membentuk hubungan dengan dunia yang lebih
luas. Guru juga berperan dalam proses ini karena mereka adalah teman anak-anak di kelas.
Mengenai hasil pembelajaran nilai-nilai agama dan karakter yang diharapkan, diharapkan:
Generasi muda memahami dan mengamalkan akhlak dan kewajiban yang digariskan dalam
pendidikan agamanya. Melalui interaksinya satu sama lain dan dengan alam (tumbuhan,

hewan, dan lingkungan), anak-anak mengamalkan nilai-nilai pendidikan agamanya. Generasi


muda menghormati keyakinan dan keyakinan orang lain serta sadar akan keberagaman.
Selain itu, lingkungan juga mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak. Tingkah
laku anak dibentuk oleh hubungan timbal balik yang terjalin dengan lingkungannya. Remaja
mengasah keterampilan tersebut bersama keluarga, teman, dan sekolah sebelum berpindah ke
lingkungan sosial yang lebih luas dan terus berkembang sesuai dengan usianya
(Bronfenbrenner, 1979: 3). Bagi anak-anak, prinsip-prinsip agama bersifat abstrak dan harus
diwujudkan melalui pengalaman sehari-hari, seperti berinteraksi dengan anak-anak lain dan
alam. Instruktur dapat menjelaskan bahwa menunjukkan kebaikan terhadap sesama dan
lingkungan merupakan salah satu cara kita bersyukur kepada Tuhan atas segala nikmat yang
diberikan. Berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan merupakan keterampilan penting
yang perlu dikembangkan sejak usia muda. Anak-anak muda harus berlatih berbicara dengan
teman dan orang dewasa lainnya di lingkungan mereka. Anak-anak belajar tentang dunia di
luar dirinya sejak saat ini. Anak juga harus berlatih mengembangkan kapasitasnya dalam
berhubungan dengan ciptaan Tuhan yang lain, termasuk dengan benda-benda di
lingkungannya..
Perkembangan moral dan agama anak belum berkembang secara maksimal, berdasarkan
temuan wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru dan observasi yang dilakukan di
TK Ade Irma Suryani. Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 18 siswa kelas A, 45% anak
kurang berkembang, 30% cukup berkembang, dan 25% anak berkembang baik.
Berdasarkan observasi terhadap anak-anak yang mengikuti kegiatan kelas, terlihat bahwa
sebagian anak masih tidak saling menyapa saat memasuki ruangan, sebagian tidak mau
berbagi atau bergiliran, dan sebagian lagi tidak mematuhi tugas kelompok. Selain itu, sikap
kooperatif juga masih kurang, terlihat dari anak-anak yang saling mengolok-olok, mengambil
mainan secara paksa, dan berkelahi dengan teman saat bermain bersama.

Berdasarkan permasalahan diatas maka diperlukan suatu metode yang tepat dalam
membentuk sikap yang baik kepada anak anak. Salah satu metode yang tepat untuk melatih
atau menanamkan nilai agama pada anak yaitu metode ceramah. Menurut Tambak (1970)
bahwa metode bercerita akan menarik dan efektif apabila dilakukan dengan intonasi yang
tepat dan isi cerita yang tepat. Dalam proses pembelajaran pemilihan metode yang tepat
sangat memegang peranan penting terhadap kebermaknaan materi yang diajarkan oleh
seorang guru serta keefktifan pembelajaran tersebut. Sedangkan Nurbiana (2009) bahwa
untuk meningkatkan aspek perkembangan nilai-nilai agama dan moral, Guru dapat
menggunakan metode bercerita, metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian
mater pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik taman
kanak-kanak. Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan kejujuran,
keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif yang lain dalam
kehidupan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah. Kegiatan bercerita juga
memberikan sejumlah pengetahuan sosial,nilai-nilai agama, dan moral.
Pandangan Moeslichatoen (2004) adalah guru dapat menumbuhkan keberanian, kejujuran,
kesetiaan, ketulusan, kebaikan dan sikap positif lainnya dalam keluarga, sekolah dan
kehidupan ekstrakurikuler dengan bantuan bercerita. Sementara itu, menurut Otib Satib
(2011), bercerita dapat menjadi sarana untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat. Mendongeng penting bagi perkembangan taman kanak-kanak, karena dengan
bantuan mendongeng kita dapat: menularkan nilai-nilai sosial, menularkan nilai budaya,
menularkan nilai-nilai agama.

Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk menulis artikel dengan
judul “Pendidikan Nilai Keagamaan Anak Usia 4-5 Tahun Kelas A Melalui Metode
Cerita TK Ade Irma Suryani Nasution”
1.2 .Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti dapat merumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut
1. Bagaimana Implementasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat
Beribadah Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution”
2. Apa sajakah Faktor penghambat dan pendukung implemntasi Peningkatan Nilai
Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah Dikelas A Melalui Metode
Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan karya ilmiah sebagai
berikut:
1. Untuk Menegetahui Implementasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di Usia 4-5
Tahun Disaat Beribadah Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma
Suryani Nasution”
2. Untuk Mengetahui Faktor penghambat dan pendukung implemntasi Peningkatan
Nilai Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah Dikelas A Melalui Metode
Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution

1.4 Manfaat Peneltian


Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil karya tulis ini dapat menjadi bahan evalusai dalam
meningkatkan nilai agama anak melalui metode cerita.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti : dapat menambah ilmu dan wawasan tentang cara pengembangan
nilai-nilai agama anak.
b. Bagi siswa :. dengan menggunakan metode bercerita yang menarik maka
perkembangan nilai-nilai agama dan moral anak akan berkembang lebih baik
c. Bagi pendidik : menjadi acuan dalam penerapan metode cerita terutama
menggunakan cerita yang lebih variatif untuk pengembangan moral dan nilai-
nilai agama anak
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Nilai agama Usia 4-5 Tahun
Perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini berada pada puncak masa emas (golden
age), yaitu masa yang paling sesuai bagi perkembangan kepribadian/karakter anak. Pasal 14
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan pengertian
pendidikan anak usia dini sebagai berikut: “Tujuan pendidikan anak usia dini adalah
pembinaan bagi anak sejak lahir sampai dengan umur 6 tahun, yang dilaksanakan melalui
pembinaan anak usia dini. .pendidikan.anak.umur, tumbuh kembang, perkembangan jasmani
dan rohani, sehingga anak siap untuk belajar lebih lanjut."
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini tentang lingkup perkembangan
nilai agama dan moral pada anak usia 4-5 tahun antara lain 1) Mengetahui agama yang
dianutnya 2. Meniru gerakan beribadah dengan urutan yang benar 3. Mengucapkan doa
sebelum dan/atau sesudah melakukan sesuatu 4. Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk 5.
Membiasakan diri berperilaku baik 6. Mengucapkan salam dan membalas salam.
Menurut Adler Hidayat (2007), tujuan pendidikan anak dan pembinaan agama dan
moral berkaitan dengan perkembangan kepribadian yang harus dimiliki seseorang: (1)
adaptasi terhadap orang lain dan budaya yang berbeda. , (2) mampu memahami sesuatu yang
berbeda dan memahami yang mempunyai landasan pada identitas budayanya, (3) mampu
memegang batasan yang tidak kaku pada dirinya, bertanggung jawab atas pilihan sesaatnya
dan terbuka terhadap perubahan. Menurut Adler Hidayat (2007), tujuan pendidikan anak dan
pembinaan agama dan moral berkaitan dengan
Menurut Brens dalam Dadang Sujana (2016) mengatakan terdapat tiga keadaan yang
bisa memberikan pengaruh terhadap nilai agaman dan moralitas anak antara lain: a) Keadaan
atau situasi yang ada didekat anak atau hubungan dengan lingkungan social. Konteks
kehidupan dapat berupa keadaan social yang di dalamnya terdapat norma-norma
kemasyarakatan. b) Konteks individu yang memiliki fitrah Konteks individu merupakan
konteks diri pribadi seorang anak. Seorang anak lahir fitrah atau potensi yang akan
membuatnya memiliki karakteristik tertentu. seorang anak itu unik, dan memiliki berbagai
karakter berbeda, baik itu potensi akal maupun hati. Potensi tersebut dapat berkembang
melalui proses pendidikan yang dilaluinya serta proses interaksi social yang menimbulkan
pemahaman akan nilai atau norma. c) Konteks social, yang mencakup keluarga,teman seumur
(teman sejati), media masa, institusi pendidikan dan masyarakat. konteks sosial ini dilalui
oleh setiap individu termasuk bagi anak yang berusia dini. dimana memberikan pengalaman
dan pengetahuan yang akan diserap dalam diri para anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah
pendidikan yang diselenggarakan oleh negara atau swasta bagi anak dibawah umur 6 tahun,
yang dilaksanakan dengan memberikan rangsangan pendidikan berupa bantuan jasmani dan
rohani. pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak lebih siap bersekolah
2.2 Metode Bercerita
Metode naratif merupakan suatu cara penyampaian atau penyajian materi pendidikan
berupa cerita secara lisan dari guru kepada taman kanak-kanak pada saat pelaksanaan
kegiatan pendidikan di taman kanak-kanak. Tujuan metode narasi adalah untuk
memperkenalkan, menginformasikan atau menjelaskan sesuatu yang baru, untuk
menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar anak
(Nurbiana; 2009). sedangkan Iswahyuningsih (2017) Bercerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan seseorang kepada orang lain secara lisan dengan atau tanpa sarana yang seharusnya
disampaikan berupa pesan, informasi atau sekedar dongeng, suatu paket cerita yang dapat
disimak. perasaan senang
Otib Satibi (2011) menjelaskan bahwa tujuan metode cerita pada anak usia 4-5 tahun
adalah untuk memudahkan pemahaman anak terhadap gagasan orang lain dengan cara
mendengarkan cerita secara cermat. Metode narasi mempunyai beberapa keunggulan: a.
dapat mencapai jumlah anak yang relatif lebih banyak b. Waktu yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien. C. Kelas menjadi lebih mudah. D. Guru dapat
dengan mudah mengelola kelas. e. Secara relatif tidak memerlukan biaya yang besar, Otib
Satibi (2011) menjelaskan bahwa tujuan metode bercerita pada anak usia 4-5 tahun adalah
untuk memudahkan pemahaman anak terhadap gagasan orang lain dengan cara
mendengarkan cerita secara seksama. . Secara relatif, biayanya tidak banyak.
2.3 Penerapan Metode Bercerita dalam Nilai Agama dan Moral
a. Persiapan penerapan metode Bercerita
1) Memilih judul buku atau menyusun naskah cerita yang menarik dan mudah diingat.
2) Menyiapkan media/alat peraga (gambar, boneka atau yang lainnya).
3) Tempatkan alat peraga pada tempat yang mudah terlihat oleh anak.
4) Ciptakan suasana hening dan mengajak anak berdoa sebelum memulai bercerita.
5) Mendalami karakter tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. • Melakukan latihan,
sehingga dapat mengevaluasi kekurangan-kekurangan pada saat bercerita dan
durasi yang dibutuhkan.
b. pelaksanaan bercerita
1) Mengkondisikan anak-anak untuk siap mendengarkan cerita, upayakan anak
duduk dengan nyaman tidak berdesakan.
2) Tunggu suasana hening (kondusif) untuk mulai diperhatikan oleh anak
3) Menyapa anak-anak atau membuat sesuatu yang menarik perhatian, misalnya;
melakukan gerakan bersama, bernyanyi satu atau dua lagu.
4) Menggunakan kata-kata yang mudah dipahami anak, dengan menggunakan
bahasa ibu dari anak-anak di lembaga PAUD.
5) Mengucapkan huruf, kata dan kalimat dengan lafal yang tepat. · Nama-nama
tokoh disebutkan dengan benar. · Sesekali melakukan dialog dengan anak-anak.
6) Libatkan anak dalam penghayatan karakter tokoh dengan cara menirukan karakter
bersama-sama anak.
7) Pastikan anak tetap memperhatikan saat guru bercerita.

C. Fitur cerita lengkap


Tahapan akhir cerita adalah : · Akhir cerita harus optimis, bahagia, positif. · Nada
akhir cerita harus ringan dan bahagia. Wajah guru itu pasti tersenyum. · Mintalah
anak untuk bertepuk tangan. · Minta anak menceritakan kembali apa yang
disampaikan dalam bahasanya sendiri · Memberikan pesan moral sebelum mengakhiri
cerita · Akhiri cerita dengan rasa syukur · Setelah itu, anak diajak untuk menindaki
cerita yang diceritakan. cerita sudah selesai, guru harus mengevaluasi cerita yang
sudah selesai. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang baik, peningkatan
pengetahuan, peningkatan sikap dan keterampilan.

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan penelitian
Dalam penelitian ini PTK merupakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan

Mc.Taggart. Hal ini disebabkan adanya siklus proses refleksi diri yang diawali dengan

perencanaan, tindakan, observasi, refleksi dan perencanaan ulang yang menjadi dasar

pemecahan masalah. ” Desainnya adalah sebagai berikut


Gambar 3.1 Bagan Siklus dimodifikasi dari Model Kemmis dan Mc. Taggart ( sumber :
Arikunto, dkk, 2010)

Menurut Raden (2015), Kemmis dan Taggart menjelaskan secara rinci tahapan penelitian
tindakan kelas. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Identifikasi masalahnya Tujuan dari identifikasi masalah adalah untuk mengumpulkan
informasi dan informasi mengenai kondisi yang relevan dengan topik penelitian, dan
berdasarkan hasil identifikasi masalah, peneliti memusatkan perhatian pada masalah yang
dirumuskan sebagai masalah penelitian. yang kemudian menentukan tujuan penelitian
. 2. Tahap perencanaan Perancangan dibuat berdasarkan hasil identifikasi masalah.
Penyusunan rencana meliputi kegiatan merencanakan perbaikan, merencanakan
perbaikan atau mengubah perilaku dan sikap yang diharapkan dapat menjadi solusi
permasalahan sekolah.
3.Operasi Implementasi tindakan yang berkaitan dengan kegiatan perbaikan,
penambahan atau modifikasi berdasarkan rencana aksi. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada indikator teoritis dan empiris agar hasil
yang dicapai berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal.
4. Observasi (pengamat) Dalam penelitian tindakan kelas (CSR), kegiatan observasi pada
PTK dapat menjadi kegiatan pengumpulan data penelitian formal. Dalam kegiatan ini
peneliti mengamati hasil atau dampak dari kegiatan yang dilakukan siswa atau yang
ditugaskan kepada siswa.
5. Cerminan Kegiatan reflektif pada hakikatnya adalah kegiatan analisis, sintesis dan
interpretasi terhadap seluruh informasi yang diperoleh selama kegiatan operasional.
Dalam kegiatan reflektif ini peneliti menelaah, melihat dan merefleksikan hasil atau
dampak dari suatu kegiatan.
3.2 Tempat dan Subjek Penelitian
Survei Kegiatan Kelas (PTK) ini diberikan kepada siswa Kelompok A TK Ade Irma
Suryani Nasution Jl. Imam Bonjol Kota Biak Tahun Pelajaran 2022/2023. Pada saat yang
sama, 18 siswa TK kelas A diselidiki dalam penelitian ini, yang terdiri dari 10 perempuan
dan 8 laki-laki.
3.3 Prosedur Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan

oleh Kemmis dan Mc Taggart. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

1. Tindakan sebelumnya Pada kegiatan awal ini peneliti melakukan persiapan awal

observasi untuk mengidentifikasi permasalahan dan melihat kondisi nyata yang terjadi

di lapangan, rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Melakukan observasi langsung di tempat untuk mengidentifikasi permasalahan, yaitu:

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sebagian siswa kelompok A TK Ade

Irma Nasution belum mencapai langkah-langkah pengembangan keagamaan dan

keagamaan. . nilai moral. Sedangkan data 18 siswa kelas A menunjukkan 45% anak

kurang berkembang, 30% cukup berkembang, dan 25% anak berkembang baik.

b) membuat proposal
1. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus, yaitu sebagai berikut: Adapun
tahapan pelaksanaan Siklus I dan Siklus 11 sebagai berikut:
1) Perencanaan tindakan
Adapun perencanaan tindakan berupa
a) Menyusun jadwal mengajar
b) Membuat perangkat pembelajaran
c) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan
disampaikan
d) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam kegiatan
pembelajaran
e) Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
.
2) Pelaksanaan tindakan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi :
a) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang dicapai.
b) Guru memotivasi siswa
c) Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan
d) Guru bersama teman sejawat mengamati proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan guru memberikan bimbingan pada siswa.
e) Siswa diminta mengamati benda konkret yang ada di depan kelas lalu salah
satu siswa mempresentasikan hasil pengamatannya dan memberikan
kesempatan pada siswa lain untuk menanggapinya.
f) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

3) Observasi atau pengamatan


a) Melakukan pengamatan terhadap kondisi kelas yang digunakan sebagai kelas
penelitian selama tindakan berlangsung, baik dari situasi kelas, perilaku dan
sikap peserta didik, penyampaian atau pemberian penjelasan guru pada
peserta didik, dan penyerapan peserta didik pada kegiatan program
storytelling yang diberikan.
b) Melakukan pengambilan data dengan menggunakan pedoman observasi,
wawancara dan catatan lapangan.
4) Refleksi
a) Melakukan diskusi dengan observer berdasarkan hasil pengamatannya dan
evaluasi berkaitan dengan implementasi program storytelling dalam kegiatan
belajar mengajar pada indikator berhitung.
b) Melakukan perbaikan tindakan, berdasarkan hasil diskusi balikan bersama
guru kelas.
c) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah siklus I selesai di
lakspeserta didikan.
d) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan yang akan digunakan sebagai tindakan
selanjutnya.
e) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.
f) Membuat perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan dan refleksi ulang
untuk siklus berikutnya, sehingga permasalahan cepat teratasi.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
1. Implementasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah Di
kelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution”
a. Pelaksanaan Penelitian Pada Siklus 1
1) Tahap Perencanaan Tindakan
a) Pada Tahapan ini, peneliti melakukan Observasi dan wawancara untuk
mendapat gambaran awal tentang subjek penelitian secara keseluruhan
termasuk proses pembelajaran di TK Ade Irma Suryani Nasution, Melakukan
identifikasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya
merumuskan persolan bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik yang
menyangkut permasalahan guru maupun peserta didik.
b) Menyusun perangkat pembelajaran dengan menyusun Rencana pembelajaran
harian ( RPH ) dengan Tema Diri Sendiri, sub tema anggota tubuh.
c) Menyiapkan media pembelajaran seperti,papan bergambar beserta alat dan
bahan pembelajaran yang mendukung Tema Diri Sendiri, sub tema anggota
tubuh
d) Menyusun lembar observasi proses pembelajaran kegiatan menggunakan
metode bercerita pada tema dengan Tema Diri Sendiri, sub tema anggota
tubuh
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai indikator pencapaian

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan


Kegiatan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah mengelola proses belajar
mengajar atau proses pengajaran dengan memberikan pengalaman langsung
kepada anak didik. Dalam proses ini kegiatan yang dilakukan pada tahap tindakan
akan dilaksanakan berdasarkan rencana kegiatan harian yang telah dirancang
sebelumnya.
Rencana Kegiatan Harian ( RKH ) pertemuan ke-1 Senin, 9 Mei 2023 dengan
pelaksanaan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal :
(1) Kegiatan awal seperti biasanya siswa berbaris di depan kelas
(2) Guru Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdo’a.
(3) Guru menanyakan kehadiran peserta diidk.
(4) Guru Memimpin pembelajaran dengan bernyanyi dan tepuk-tepuk
(5) Mengondisikan peserta didik agar siap untuk belajar.
(6) Melakukan apersepsi dengan memotivasi peserta didik melalui metode
bercakap-cakap, bercerita, demonstrasi atau mengungkapkan fakta yang
ada kaitannya dengan materi tema diri sendiri dan sub tema anggota tubuh.
b) Kegiatan Inti
(1) Guru membimbing siswa terkait menerapan nilai agama dan moral dalam
mengucapkan salam dan do’a
(2) Guru mengatur pengelolaan kelas dengan mengkondisikan siswa agar
duduk rapi.
(3) Guru mengajak anak untuk mendengar kan cerita dengan mengunakan
media dalam bercerita tentang anggota tubuh
(4) Beristirahat makan bersama
c) Kegiatan Penutup
(1) Tanyakan kepada peserta didik : “Apa yang telah dipelajari tentang
pelajaran kita hari ini?”
(2) Guru menyampaikan pembelajaran besok hari. Berdo’a untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran
3) Tahap Obsevasi Tindakan
Pada tahap ini, dilakukan bersamaa dengan tahap pelaksanaan tindakan. Peneliti
melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi perkembangan nilai-nilai moral dan agama dengan cara mengceklis
lembaran tersebut, ketika melihat tindakan yang terlihat yang dilakukan oleh
siswa. Disamping itu penulis menguunakan lembar observasi keterlibatan anak,
untuk mengetahui hambatan yang dialami anak selama proses pembelajaran
berlangsung. pada siklus ini peserta didik sudah terlihat cukup aktif dan nilai
moral yang dimilikinya mulai berkembang dengan baik, namun belum secara
keseluruhan.
4) Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, guru menanyakan kepada siswa, bagaimana perasaan siswa
tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. terkait metode bercerita. selain itu
guru juga melakukan refleksi pembelajaran. Hasil refleksi tersebut guru akan
mengetahui kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran untuk melakukan
perbaikan pembelajaran. Hasil refleksi pada siklus 1 ini akan di lakukan guru dan
peneliti pada siklus berikut nya dengan harapan dapat memperbaiki kegiatan pada
siklus I.

Adapun Hasil Obsevasi sebagai Berikut:


Tabel 1. Hasil Belajar Nilai Agama Pada Kelas A
INDIKATOR PENCAPAIAN
NO NAMA SISWA KET
1 2 3 4
1 S001 BSH MB BSH BSH BSH
2 S002 MB BB BB BB BB
3 S003 MB MB MB MB MB
4 S004 BB MB MB BB MB
5 S005 BB BB BB BB BB
6 S006 BSH MB MB MB MB
7 S007 MB MB MB MB MB
8 S008 BB MB BB MB BB
9 S009 BSH MB BSH BSH BSH
10 S010 BB MB BB BB MB
11 S011 MB MB MB MB MB
12 S012 BB MB BB BSH BB
13 S013 BSH MB BSH BSH BSH
14 S014 BB BB BB MB BB
15 S015 MB MB MB MB MB
16 S016 MB MB MB MB MB
INDIKATOR PENCAPAIAN
NO NAMA SISWA KET
1 2 3 4
17 S017 BB BB MB BB BB
18 S018 MB MB MB MB MB

Keterangan Indikator Nilai-Nilai Agama Dan Moral:


1. Mengucapkan do’a sesudah dan sebelum melakukan sesuatu.
2. Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk.
3. Membiasakan diri berperilaku baik
4. Mengucapkan salam dan membalas salam
Keterangan Penilaian :
BSH : Berkembang sesuai harapan : 5 anak
MB : Mulai Berkembang : 6 anak
BB : Belum Berkembang : 7 anak

Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa dari hasil observasi awal
perkembangan nilai agama anak yaitu hanya terdapat 17 % anak berkembang
sesuai harapan, 50% siswa yang mulai berkembang, sedangan 33 % belum
berkembang Hasil pada siklus 1 tersebut belum menunjukkan ketercapaian
indikator keberhasilan yang penulis tetapkan dalam penelitian ini, yaitu 80%
keberhasilan yang harus dicapai atau 18 anak didik yang mencapai indikator
keberhasilan, maka peneliti melanjutkan penelitian ini pada siklus II.

b. Pelaksanaan Penelitian Pada Siklus 2


1) Tahap Perencanaan Tindakan
a) Pada Tahapan ini, peneliti melakukan Observasi dan wawancara untuk mendapat
gambaran awal tentang subjek penelitian secara keseluruhan termasuk proses
pembelajaran di TK Ade Irma Suryani Nasution, Melakukan identifikasi
permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya merumuskan persolan
bersama-sama antara guru dengan peneliti, baik yang menyangkut permasalahan
guru maupun peserta didik.
b) Menyusun perangkat pembelajaran dengan menyusun Rencana pembelajaran
harian ( RPH ) dengan Tema Diri Sendiri, sub tema identitasku
c) Menyiapkan media pembelajaran seperti,papan bergambar beserta alat dan bahan
pembelajaran yang mendukung Tema Diri Sendiri, sub tema identitasku
d) Menyusun lembar observasi proses pembelajaran kegiatan menggunakan metode
bercerita pada tema dengan Tema Diri Sendiri, sub tema Identitasku
e) Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai indikator pencapaian
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pada tahap pelaksanaan tindakan adalah mengelola proses belajar
mengajar atau proses pengajaran dengan memberikan pengalaman langsung kepada
anak didik. Dalam proses ini kegiatan yang dilakukan pada tahap tindakan akan
dilaksanakan berdasarkan rencana kegiatan harian yang telah dirancang sebelumnya.
Rencana Kegiatan Harian ( RKH ) pertemuan ke-2 Senin, 16 Mei 2023 dengan
pelaksanaan sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal :
(1) Kegiatan awal seperti biasanya siswa berbaris di depan kelas
(2) Guru Membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdo’a.
(3) Guru menanyakan kehadiran peserta diidk.
(4) Guru Memimpin pembelajaran dengan bernyanyi dan tepuk-tepuk
(5) Mengondisikan peserta didik agar siap untuk belajar.
(6) Melakukan apersepsi dengan memotivasi peserta didik melalui metode
bercakap-cakap, bercerita, demonstrasi atau mengungkapkan fakta yang ada
kaitannya dengan materi tema diri sendiri dan sub tema identitasku .
b) Kegiatan Inti
(1) Guru membimbing siswa terkait menerapan nilai agama dan moral dalam
mengucapkan salam dan do’a
(2) Guru mengatur pengelolaan kelas dengan mengkondisikan siswa agar duduk
rapi.
(3) Guru mengajak anak untuk mendengar kan cerita dengan mengunakan media
dalam bercerita tentang anggota tubuh
(4) Beristirahat makan bersama
c) Kegiatan Penutup
(1) Tanyakan kepada peserta didik : “Apa yang telah dipelajari tentang pelajaran
kita hari ini?”
(2) Guru menyampaikan pembelajaran besok hari. Berdo’a untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran
3) Tahap Obsevasi Tindakan
Pada tahap ini, dilakukan bersamaa dengan tahap pelaksanaan tindakan. Peneliti
melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi perkembangan nilai-nilai moral dan agama dengan cara mengceklis
lembaran tersebut, ketika melihat tindakan yang terlihat yang dilakukan oleh
siswa. Disamping itu penulis menguunakan lembar observasi keterlibatan anak,
untuk mengetahui hambatan yang dialami anak selama proses pembelajaran
berlangsung. pada siklus ini peserta didik sudah terlihat cukup aktif dan nilai
moral yang dimilikinya mulai berkembang dengan baik, namun belum secara
keseluruhan.
4) Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, guru menanyakan kepada siswa, bagaimana perasaan siswa
tentang pembelajaran yang baru saja dilakukan. terkait metode bercerita. selain itu
guru juga melakukan refleksi pembelajaran. Hasil refleksi tersebut guru akan
mengetahui kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran untuk melakukan
perbaikan pembelajaran.
Adapun Hasil Obsevasi siklus 2sebagai Berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar Nilai Agama Pada Kelas A
INDIKATOR PENCAPAIAN
NO NAMA SISWA KET
1 2 3 4
1 S001 BSH MB BSH BSH BSH
2 S002 BSH MB BSH BSH BSH
3 S003 BSH BSH BSH BSH BSH
4 S004 BSH MB BSH BSH BSH
5 S005 BSH MB BSH BSH BSH
6 S006 BSH MB BSH BSH BSH
7 S007 MB MB MB MB MB
8 S008 BSH BSH BSH BSH BSH
9 S009 BSH MB BSH BSH BSH
10 S010 BB MB BB BB MB
11 S011 BSH MB BSH BSH BSH
12 S012 BSH MB BSH BSH BSH
13 S013 BSH MB BSH BSH BSH
14 S014 BSH MB BSH BSH BSH
15 S015 BSH BSH BSH BSH BSH
16 S016 BSH MB BSH BSH BSH
17 S017 BSH MB BSH BSH BSH
18 S018 BSH MB BSH BSH BSH

Keterangan Indikator Nilai-Nilai Agama Dan Moral:


1. Mengucapkan do’a sesudah dan sebelum melakukan sesuatu.
2. Mengenal perilaku baik/sopan dan buruk.
3. Membiasakan diri berperilaku baik
4. Mengucapkan salam dan membalas salam
Keterangan Penilaian :
BSH : Berkembang sesuai harapan : 15 anak
MB : Mulai Berkembang : 4 anak
BB : Belum Berkembang 1
Berdasarkan tabel diatas dapat di ketahui bahwa dari hasil observasi awal
perkembangan nilai agama anak pada siklus 2 ada peningkatan yaitu 88% anak
berkembang sesuai harapan, dan 22% siswa yang mulai berkembang, dengan
demikian telah mencapai ketuntasan kelas minimal.
2. Faktor penghambat dan pendukung implemntasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di
Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma
Suryani Nasution
a) Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan faktor pendukung dalam implementasi
pengembangan nilai nilai agama dan moral di kelas A TK Ade Irma Suryani
Nasution meliputi: a) dilaksanakan workshop bagi gutu dalam mengembangkan
nilai- nilai agama dan moral. b) tersedianya papan pembiasaan. c) Adanya sarana
dan prasarana pembelajaran yang memadai menunjang metode bercerita.
b) Faktor Penghambat
Sementara factor penghambat dalam implementasi pengembangan nilai agama dan
moral di kelas A TK Ade Irma Suryani Nasution meliputi: a) Ada pola asuh orang
tua pada peserta didik yang berbeda-beda. Hal ini disebebkan tingkat pemahaman
terkait pengembangan nilai agama dan moral yang berbeda-beda pula. b)
Kurangnya kolaborasi antara orang tua dengan pihak sekolaj kerjasama
dikarenakan kesibukan dari masingmasing orang tua murid, sehingga terkadang
orang tua tidak sempat datang ke sekolah untuk memenuhi udangan dari sekolah.
c) perbedaan kemampuan anak dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terjadi
karena perkembangan dan kemampuan masing-masing anak berbeda dan unik ,
sehingga tingkat pemahaman siswa pun berbeda mengikuti pembelajaran yang
disampaikan oleh guru dengan baik.
4.2 Pembahasan

1. Implementasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah
Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma Suryani Nasution”

Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, masing- masing siklus terdiri dari
satu kali pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Perangkat data lapangan menggunakan lembar observasi yang berupa
BB ( Belum Berkembang ), MB ( Mulai Berkembang ), dan BSH ( Berkembang
Sesuai Harapan ) dan Dokumentasi. Pengambilan data bertujuan untuk mengetahui
peningkatan pengembangan nilai-nilai moral dan agama anak melalui metode
bercerita dikelas A TK Ade Irma Suryani Nasution.
Berikut diagram Perkembangan Nilai Agama dan Moral Kelas A

Perkembangan Nilai Agama dan Moral Kelas A


(Dalam Persentasi %)

90
80
70
Series2
50
40
30
20
10
0
BSH MB BB

Berdasarkan diagram diatas bahwa terjadi peningkatan nilai agama dan moral
di kelas A. Rata-rata ketuntasan individu pada siklus 1 dengan sisklus 2 dengan data
antara lain: siswa yang BB (Belum Berkembang) siklus 1 dengan data 39 % menjadi
0,5% pada siklus 2, siswa yang MB (Mulai Berkembang) siklus 1 sebesar 33%
menjadi 22 % pada siklus 2 , dan siswa BSH (Berkembang Sesuai Harapan) pada
siklus I: 27% pada siklus menjadi 83% pada siklus 2.
Meningkatnya nilai religi disebabkan karena guru menggunakan metode cerita
dalam menyampaikan materi subtopik itu sendiri. Menurut Moeslichatoen (2004),
anak memahami cerita yang penuh informasi atau nilai dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Melalui cerita yang disampaikan oleh guru, anak dapat
menyerap pesan berupa pesan yang disampaikan melalui cara bercerita, Mendidik
anak dengan keteladanan yang baik akan lebih efektif karena anak dapat meniru
tindakan kita. Metode cerita dapat memberikan contoh keteladanan melalui tokoh-
tokoh dalam cerita. Dengan bantuan pembelajaran tersebut, anak dapat lebih mudah
memahami isi cerita dan dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk.
Eneng Garnika (2020) mengatakan metode bercerita merupakan metode komunikasi
yang bersifat universal dan menyentuh jiwa dimana guru dapat berkreasi
menyampaikan pesan moral yang dapat ditiru dan ditinggalkan. Cerita adalah guru
cerdas yang dapat menjadi jembatan komunikasi efektif dalam mendidik anak.
Melalui metode bercerita dapat digunakan untuk menumbuhkan keimanan, akhlak,
agama, nilai akhlak, serta membentuk sikap dan perilaku anak.

2. Faktor penghambat dan pendukung implemntasi Peningkatan Nilai Agama Anak Di


Usia 4-5 Tahun Disaat Beribadah Dikelas A Melalui Metode Bercerita Di Tk Ade Irma
Suryani Nasution
a) Faktor Pendukung
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan faktor pendukung dalam implementasi
pengembangan nilai nilai agama dan moral di kelas A TK Ade Irma Suryani Nasution
meliputi: a) dilaksanakan workshop bagi gutu dalam mengembangkan nilai- nilai
agama dan moral. b) tersedianya papan pembiasaan. c) Adanya sarana dan prasarana
pembelajaran yang memadai menunjang metode bercerita.
Hal ini didukung oleh penyataan Sjarkawi (2006) bahwa Kebiasaan dan latihan itulah
membuat dia cenderung untuk melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
semakin kecil umur anak, hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan agama
dilakukan pada anak. Dan semakin bertambah umur anak, maka hendaknya semakin
bertambah pula penjelasan dan pengertian tentang agama itu diberikan sesuai dengan
tingkat perkembangnnya

b) Faktor pencegahan

Sementara itu, terdapat faktor penghambat terlaksananya pengembangan nilai agama


dan moral di TK Ade Irma Suryani Nasution Kelas A: a) Model pendidikan siswa
berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan nilai-nilai
agama dan moral. b) Kurangnya kerjasama antara orang tua dan pihak sekolah
dikarenakan kesibukan kedua orang tua, sehingga terkadang orang tua tidak sempat
datang ke sekolah untuk memenuhi undangan sekolah. c) perbedaan kemampuan anak
dalam berpartisipasi dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena perkembangan
dan kemampuan setiap anak berbeda-beda dan unik, sehingga tingkat pemahaman
siswa akan berbeda-beda apabila guru telah melakukannya dengan baik.
Menurut Sjarkawi (2006), orang tua merupakan pembentuk kepribadian terpenting
dalam kehidupan seorang anak.Kepribadian, sikap dan pola hidup orang tua
merupakan unsur pendidikan yang tidak terjadi dengan sendirinya dan menjadi bagian
dari tumbuh kembangnya kepribadian anak.

BAB V. SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Ada peningkatan nilai agama dan moral di kelas A. Rata-rata ketuntasan individu pada
siklus 1 dengan sisklus 2 dengan data antara lain: siswa yang BB (Belum Berkembang)
siklus 1 dengan data 39 % menjadi 0,5% pada siklus 2, siswa yang MB (Mulai
Berkembang) siklus 1 sebesar 33% menjadi 22 % pada siklus 2 , dan siswa BSH
(Berkembang Sesuai Harapan) pada siklus I: 27% pada siklus menjadi 83% pada siklus 2.
2. Faktor pendukung yang implementasi pengembangan nilai agama dan moral melalui
metode cerita pada kelas A TK Ade Irma Suryani Nasution antara lain a) dilaksanakan
workshop bagi gutu dalam mengembangkan nilai- nilai agama dan moral. b) tersedianya
papan pembiasaan. c) Adanya sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai
menunjang metode bercerita. Dan Faktor penghambat antara lain : a) Ada pola asuh
orang tua pada peserta didik yang berbeda-beda. b) Kurangnya kolaborasi antara orang
tua dengan pihak sekolah c) perbedaan kemampuan anak dalam mengikuti pembelajaran.

5.2 Saran
1. Terhadap Pihak Sekolah
Sekolah membuat program pembelajaran yang efektif agar tercipta pembelajaran yang
menyenangkan bagi murid sehingga membantu murid dalam memahami konsep
meningkatkan nilai agama dan moral.
2. Terhadap Guru
Sebaiknya seorang guru terus belajar dalam mengembangkan diri untuk menggunakan
berbagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan nilai agama dan moral bagi
siswa

Daftar Pustaka

Bronfenbrenner, U. 1979. The Ecology of Human Development. United States of America:


Harvard University Press.
Dadan Suyana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi Dan Aspek Perkembangan Anak,
Pertama (Jakarta: Kencana, 2016).
Eneng Garnika, Membangun Karakter Anak Usia Dini, ( Jawa Barat: EDU PUBLISHER,
2020), h. 9.
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak,(jakarta: rineka cipta, 2004), h.
168.
Nilawati Tadjuddin, Desain Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini : Teori Dan Praktik
Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandar Lampung: Aura Printing & Publishing
Anggota IKAPI No.003/LPU/2013, 2013).
Nurbiana Dhieni,Dkk.Metode Pengembangan Bahasa Modul1 Edisi1,(jakarta:universitas
terbuka,2009 ),hlm.6.6.
Otib Satibi, Metode Pengembangan Moral Dan Nilai-Nilai Agama Modul1, edisi1,
(jakarta:universitas terbuka , 2011), h.8.7
Raden Fasha Nurlidia, 2015 Implementasi Program Storytelling Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Siswa Kelas TK B Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 27-28
Sri Iswahyuningsih,dkk (2017) Bercerita Dengan Bahasa Ibu Untuk Menstimulasi
Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini, kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Pembinaan Anak Usia Dini Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia
Dini Dan Pendidikan Masyarakat Kalimantan Selatan

Anda mungkin juga menyukai