Disusun oleh:
Rahma Defi Safriani
203203057
Disusun oleh:
Mahasiswa
A. Definisi Keluarga
Keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan,
darah, adopsi atau tinggal didalam suatu rumah yang sama (Friedman, 2014).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonsons dkk, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri suami istri dan anaknya,
atau ibu dan anaknya (Suprayitno, 2010).
B. Jenis-jenis Keluarga
1. Keluarga Inti
Keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau
kelahiran yang terdiri atas suami, istri dan anak-anak (biologis, adopsi atau
keduanya). Ada dua variasi yang berkembang pada keluarga inti yakni dual-
earning (kedua pasangan sama-sama memiliki penghasilan) dan keluarga diad
(keluarga tanpa anak). Sedangkan keluarga adopsi dan keluarga asuh adalah
tipelain dari keluarga inti dengan keadaan dan kebutuhan khusus. Pertama
adalah keluarga dual-earning dimana kebanyakan keluarga pada tipe ini baik
keduanya bekerja penuh atau paruh waktu, sebagian besar wanitanya bekerja
dikarenakan kebutuhan ekonomi. Dalam keluarga ini tantangan terbesarnya
adalah mengatur rumah tangga dan pengasuhan anak, memiliki dua pekerjaan
dengan gaji tetap dan hubungan keluarga (Friedman, 2014). Kedua adalah
keluarga diad atau keluarga tanpa anak dimana pasangan suami-istri
menyetujui untuk tidak memiliki anak selama pernikahan. Ada banyak alasan
mengapa keluarga memilih tidak memiliki anak seperti pola persalinan dan
pendidikan serta karir bagi wanita (Friedman, 2014). .
Ketiga adalah keluarga adopsi, adopsi adalah sebuah cara lain untuk
membentuk keluarga. Dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab
sebagai orang tua dari orang tua biologis kepada orang tua adopsi biasanya
menimbulkan keadaan saling menguntungkan bagi orang tua dan anak. Orang
tua adopsi mampu memberikan asuhan dan kasih sayang pada anak adopsi
dan anak adopsi diberi sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka
(Friedman, 2014).
2. Extended Family
Extented family diartikan sebagai yang secara lebih jelas keluarga yang
didalamnya tinggal seorang dengan minimal salah satu orang tua dan
seseorang diluar anggota inti baik memiliki hubungan kekerabatan maupun
tidak. Extended family juga diartikan sebagai keluarga dengan pasangan yang
terbagi pengaturan rumah tangga dan pengaturan keuangan dengan orang tua,
kakak/adik, dan keluarga dekat lainnya (Friedman, 2014).
3. Keluarga Orang Tua Tunggal
Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga dengan ibu atau ayah sebagai
kepala keluarga. Sedangkan keluarga orang tua tunggal adalah keluarga
dengan kepala keluarga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan atau berpisah.
Keluarga orang tua tunggal non tradisional adalah keluarga yang tidak
menikah (Friedman, 2014).
4. Keluarga Orang Tua Tiri
Adanya perceraian dan menikah lagi akan membuat keluarga tipe baru yaitu
keluarga orang tua tiri atau keluarga campuran. Biasanya keluarga tipe ini
terdiri dari ibu, anak kandung ibu tersebut dan ayah tiri. Keluarga ini juga
dapat dibentuk dengan atau tanpa anak dan biasanya pada keluarga seperti ini
akan mengalami proses penyatuan yang kompleks dan penuh dengan stress
(Friedman, 2014).
5. Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu
anak merupakan anggota sebuah system keluarga yang terdiri atas dua rumah
tangga inti, maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat
kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga. Dengan
adanya gerakan kesataraan gender, peningkatan partisipasi ayah dalam
kegiatan sebagai orang tua, peningkatan kesadaran akan kehilangan akan
kehilangan hak pengasuhan anak serta akibat negative pada anak apabila tidak
ada kontak dengan ayah mereka maka muncul beragam cara untuk terlibat
secara aktif. Bentuk menjadi orang tua bersama yang aktif yang paling bahas
bersama adalah hak asuh bersama dimana kedua orang tua memiliki hak dan
kewajiban yang sama atas anak dibawah usia tanpa memandang dengan siapa
anak tinggl (Friendman, 2014).
6. Cohabiting Family
Cohabiting family atau tinggal serumah tanpa status pernikahan dulunya
hanya dilakukan oleh orang yang sangat kaya, orang yang bekerja didunia
hiburan dan juga orang yang sangat miskin. Namun, cohabiting family non
tradisional lebih diterima oleh kaum muda sebagai massa sebelum dan
diantara pernikahan (Friedman, 2014).
7. Keluarga Homoseksual
Keluarga homoseksual adalah dua atau lebih individu yang berbagi orientasi
seksual yang sama (misal pasangan) atau minimal ada satu orang homoseksual
yang memelihara anak. Keluarga homoseksual sangat berbeda dalam hal
bentuk dan komposisinya. Pertama-tama, mereka adalah keluarga yang
terbentuk dari kekasih, teman, anak kandung dan adopsi, kerabat sedarah,
anak tiri bahkan mantan kekasih. Selain itu, keluarga tidak perlu tinggal dalam
rumah tangga yang sama sehingga tidak ada bentuk keluarga normative atau
seragam dalam keluarga homoseksual. Biasanya keluarga homoseksual adalah
pasangan dengan jenis kelamin yang sama tetapi keluarga tersebut dikepalai
oleh orang tua tunggal yang homoseksual atau berbagai figure orang tua
(Friedman, 2014).
8. Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri
Banyaknya jumlah individu yang tinggal sendiri meningkat maka akan
membuat keluarga dengan tipe lain yang tidak sesuai definisi literature
mengenai keluarga tetapi biasanya individu yang tinggal sendiri memiliki
sebuah extended family, saudara kandung atau anak-anak yang mereka kenali
sebagai keluarganya. Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian
dari beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak
terdiri dari atas kerabat, maka jaringan ini dapat terdiri atas teman-teman
seperti mereka yang sama-sama tinggal dirumah pensiunan, rumah jompo atau
hidup bertetangga (Friedman, 2014).
C. Peran Keluarga
Peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu peran formal atau
terbuka dan peran informal atau tertutup. Sementara peran formal adalah peran
eksplisit dalam keluarga seperti ayah-suami, peran informal bersifat implisit sering
tidak tampak pada permukaannya dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional
anggota keluarga. Terdapat keterbatasan jumlah posisi yang ditentukan sebagai
posisi normative dalam keluarga inti klasik dengan dua orang tua. Posisi ini
disebut sebagai posisi formal dan berpasangan serta terdiri atas ayah-suami, istri-
ibu, anak laki-laki-saudara laki-laki, anak perempuan-saudara perempuan
(Friedman, 2014).
Dalam extended family ada posisi yang lebih berpasangan, dan dalam keluarga
orang tua tunggal terdapat lebih sedikit posisi yang berpasangan. Masing-masing
posisi normative kelompok keluarga dihubungkan dengan peran terkait. Suami-
ayah diharapkan untuk mengambil peran kepemimpinan dalam pengelolaan
rumah. Pada keluarga orang tua tunggal ibu sering kali mengemban tanggung
jawab peran normative baik sebagai ibu maupun ayah. Pada keluarga dengan
orang tua tiri, suami akan sering memainkan suami-ayah, tapi karena anak-anak
tersebut bukan anak biologisnya, peran ayah menjadi peran pura-pura ayah (peran
tersebut kurang terkrisalisasi) (Friedman, 2014).
Sedangkan masing-masing posisi keluarga formal adalah peran terkait atau
sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen. Keluarga membagi peran
kepada anggota keluarganya dengan cara yang serupa dengan cara masyarakat
membagi peran yaitu berdasarkan seberapa penting performa peran terhadap
berfungsinya system tersebut. Beberapa peran membutuhkan keterampilan atau
kemampuan khusus, peran yang lain yang kurang kompleks dan dapat diberikan
kepada mereka yang kurang terampil atau jumlah kekuasaannya paling sedikit.
Ketika terdapat sedikit orang dalam keluarga, jumlah orang untuk memenuhi peran
formal terbatas maka akan terdapat lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi
anggota keluarga untuk memainkan beberapa peran pada waktu yang berbeda. Jika
seorang anggota meninggalkan rumah atau menjadi tidak mampu memenuhi
sebuah peran, orang lain akan memenuhi peran tersebut guna mempertahankan
fungsinya (Friedman, 2014).
1. Peran dan Hubungan Pernikahan
Ada 8 peran dasar yang menyusun posisi social suami-ayah dan istri-ibu yaitu
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh anak, rekresional, peran pertemanan
(memelihara kebutuhan afektif pasangan), dan peran seksual. Peran orang tua
dan peran pernikahan berbada, peran pernikahan berfokus pada interaksi suami-
istri sedangkan peran orang tua berfokus pada interaksi orang tua-anak dan
tanggung jawab orang tua. Meskipun terdapat pemisahan ini performa peran
pernikahan tentu akan berpengaruh pada peran orang tua dan sebaliknya.
Mempertahankan hubungan pernikahan pernikahan yang memuaskan
diidentifikasi sebagai salah satu tugas perkembangan keluarga yang penting
seiring dengan perjalanan selama siklus hidup. (Friedman, 2014).
2. Peran Pria dan Wanita dalam Keluarga
Peran laki-laki atau ayah didalam keluarga adalah sebagai pengawas moral,
pencari nafkah yang jauh dan model peran jenis kelamin. Peran pengawas
moral adalah mengeluarkan kepemimpinan moral dalam keluarga. Pencari
nafkah yang jauh maksudnya tidak terlibat dengan pengasuhan anak. Peran
ayah juga disebut sebagai peran penyokong ibu atau peran sekunder. Dalam
peran ayah, ada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keayahan yaitu
perasaan tidak aman, persepsi mengenai peran, harapan budaya dan tuntutan
pekerjaan (Friedman, 2014).
Sedangkan peran perempuan atau ibu didalam keluarga adalah sebagai
pemelihara hubungan didalam keluarga, pemelihara komunikasi didalam
keluarga, pengurus rumah tangga, pengasuh anak, terapeutik dan peran seksual.
Perempaun yang bekerja maka akan merubah peran mereka dalam keluarga dan
akan mempengaruhi peran perilaku pasangan mereka. Pada keluarga dengan
wanita yang bekerja maka laki-laki atau suami dalam keluarga tersebut juga
berbagi peran seperti mengasuh anak dan mengurus rumah. Peningkatan
keterlibatan suami yang memiliki istri bekerja khususnya tampak melalui
keterlibatan dalam pengasuhan anak. Dalam sebuah studi, identitas dan harapan
peran-jenis kelamin lebih penting daripada status sosioekonomi, siklus
kehidupan, pendidikan atau pekerjaan dalam menentukan kualitas pernikahan.
Pada keluarga dengan orang tua tunggal akibat perceraian bagaimana orang tua
tetap menjalankan perannya meskipun tidak lagi tinggal dan bersama si anak
sehingga anak tidak merasa kehilangan salah satu peran orang tua (Friedman,
2014).
3. Peran Kakek-nenek dalam Keluarga
Peran kakek-nenek dapat diidentifikasi sebagai (1) sekedar ada disana (hanya
hadir), (2) bertindak sebagai penjaga nasional atau pengawas keluarga (ada
untuk melindungi dan memberikan asuhan jika diperlukan), (3) menjadi pelerai
(negosiator antara orang tua dan anak), (4) menjadi peran aktif dalam kontruksi
social riwayat keluarga (membuat hubungan antara masa lalu, masa sekarang
dan masa depan keluarga) (Friedman, 2014).
D. Dukungan Keluarga
Menurut Kyzar et al (2012) ada 4 tipe dukungan keluarga yaitu :
1. Dukungan Emosional
Keluarga membantu meningkatkan fungsi psikologis dalam menurunkan stress
dan meningkatkan perasaan positif.
2. Dukungan Fisik
Keluarga membantu meningkatkan kesehatan fisik (pemeriksaan kesehatan,
nutrisi) atau kemampuan aktivitas sehari-hari dari keluarga yang memiliki
keterbatasan fisik.
3. Dukungan Material (Instrumental)
Keluarga membantu meningkatkan dukungan akses finansial yang adekuat dan
memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan (transportasi ke dokter).
4. Dukungan Informasi
Keluarga membantu meningkatkan pengetahuan dari lisan atau tertulis yang ada
di media online, media massa atau video yang dapat meningkatkan pembuatan
keputusan.