Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA LANSIA


MENDERITA ISK DAN DEPRESI

Dosen Pembimbing :
Siti Urifah, S.Kep., Ns., MNS

Disusun Oleh :
SUSY SULISTYONINGSIH (7420066)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2021/2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Melalui proses responsi dan pemantauan pembimbing dalam sekian waktu


maka dinyatakan :

Nama : Susy Sulistyoningsih


NIM : 7420066
Program Studi : Profesi Ners FIK Unipdu Jombang
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Anggota Keluarga Lansia Menderita ISK dan Depresi

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :

Tanggal, Januari 2022

Oleh :

Mahasiswa Pembimbing

SUSY SULISTYONINGSIH SITI URIFAH, S.Kep., Ns., MNS


A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi keluarga
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini
bergantung kepada orientasi dan cara pandang yang digunakan seseorang
dalam mendefinisikan. Dalam Harniawati (2013) dijelaskan pengertian
keluarga menurut beberapa ahli:
a. Bussard dan Ball
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-
nilai, pola pemikiran dan kebiasannya dan berfungsi sebagai saksi
segenap budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
b. WHO
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan
c. Duval
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.
d. Helvie
Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu
rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
e. Depkes RI
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

f. Ballon dan Maglaya


Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
hubungan darah, perkawinan, dan adopsi, dalam suatu rumah tangga
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan menciptakan serta
memertahankan suatu budaya.
g. Sayekti
Keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar
perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama atau seorang laki-laik atau seorang perempuan yang sudah hidup
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan
tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara


umum bahwah keluarga itu terjadi jika ada:
1. Ikatan persekutuan (perkawinan/kesepakatan)
2. Hubungan (darah/adopsi/kesepakatan)
3. Tinggal bersama dalam satu atap (serumah)
4. Ada peran masing-masing anggota keluarga
5. Ikatan emosional

2. Ciri-Ciri Keluarga
Ali ( 2010) menjelaskan ciri-ciri keluarga sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh angggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.
Ciri-ciri keluarga di setiap Negara berbeda bergantung pada
kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Berikut ciri keluarga di
Indonesia :
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh
semangat gotong royong.
2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran
yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui
musyawarah dan mufakat.
4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan.

3. Tipe Keluarga
Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan.
1. Secara Tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
2. Secara modern, berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain diatas adalah:
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Reconsituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama atau hasil dari
perkawinan baru, satu atau kedauanya dapat bekerja diluar rumah.
c. Middle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah, kedua-duanya bekerja
dirumah,anak-anak meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karir.
d. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja dirumah.
e. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
i. Three Generation
Yaitu 3 generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
k. Communal
Yaitu satu rumah yang terdiri dari dua atau lebih pasangan yang mono
gami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.

l. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmarried Parent and Child
Yaitu ibu anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
n. Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berkelamin sama.

4. Struktur Keluarga
Menurut Harniawati (2013) Struktur Keluarga meliputi:
1. Patrilineal
Adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
5. Fungsi Pokok Keluarga
Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2014)
merupakan bantuan /sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari
anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang
terdapat dalam sebuah keluarga. (Prinda, 2010). Dalam buku Harniawati
(2013) menyebutkan beberapa fungsi keluarga menurut para ahli,
diantaranya:
1. Friedman
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk memersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk memertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
memertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

2. Effendi
Ada 3 fungsi keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
anak-anak mereka sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam memersiapkan masa
depannya.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi
industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina kedewasaan anggota keluarga
d. Membina pendewasaan anggota keluarga
e. Memberikan identitas anggota keluarga

3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembanagan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari Sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk meemnuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk meemnuhi kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang misalnya biaya pendidikan anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak-anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan untuk membentuk perilakuanak sesuai bakat dan
minatnya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehiupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

6. Peranan Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-
harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan
oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranana keluarga
menggambakan seperangkat perilaku inteerpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam Harnilawati
(2013) menyebutkan menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992 pasal
5 menyebutkan “Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga
dan lingkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban
menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan
tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
antara lain adalah:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman
bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.

7. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan. Friedman (2018) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang
kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya,
perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga
maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah
kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain
disekitar keluarga.
c. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
ke pelayanan kesehatan untuk meemroleh tindakan lanjutan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi.
d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

8. Tugas Perkembangan Keluarga


Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi
pada sistem keluarga. Perkembangan keluarga meliputi perubahan
pola interkasi dan hubungan antara anggota keluarganya disepanjang
waktu. Perkembangan ini terbagi menjadi beberapa tahap dan dalam
kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapnya keluarga memiliki tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
dengan sukses. (Wahit, 2009).
Keluarga perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall
memberikan pedoman untuk memeriksa serta menganalisis perubahan
dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada dalam keluarga selama
siklus kehidupan mereka. Tingkat perkembangan keluarga ditandai
oleh usia anak yang tertua. Keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan keluarga dengan anak remaja. Berikut tahap-tahap
perkembangan keluarga disertai dengan fungsi atau tugas perawat
pada setiap tahap perkembangan.
a. Tahap I: Pasangan baru atau keluarga baru (bergaining
family)
Keluarga baru dimualai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologis
mereka sudah memiliki keluarga baru. Suami dan istri yang
membentuk keluarga baru tersebut perlu kehidupan yang baru
keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
2. Menetapkan tujuan bersama
3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
4. Merencakan anak (KB)
5. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan memersiapkan diri
menjadi orang tua
Peran perawat pada keluarga ini adalah selain melakukan kegiatan
asuhan keperawatan, perawat juga melakukan konsultasi. Misalnya
konsultasi tentang KB, perawatan prenatal dan komunikasi.
Kurangnya informasi tentang berbagai hal tersebut dapat
menimbulkan masalah seksual, emosional, rasa takut atau cemas,
rasa bersalah dan kehilangan yang tidak direncanakan.
b. Tahap II: Keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
masalah yang sering dihadapi adalah pasangan merasa diabaikan
karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami
merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya istri belum siap
menjadi ibu. Tugas perkembangan pada masa ini adalah:
1. Persiapan menjadi orang tua
2. Membagi oeran dan tanggung jawab
3. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing
5. Menfasilitasi role learning anggota keluarga
6. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita
7. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
Fungsi perawat dalam tahap ini adalah melakukan perawatan dan
konsultasi terutama bagaimana merawat bayi, mengenali gangguan
kesehatan bayi secara dini dan cara mengatasinya, imunisasi.
tumbuh kembang anak, interaksi keluarga, keluarga berencana
serta pemenuhan kebutuhan anak terutama pada ibu yang bekerja.
c. Tahap III: Keluarga deng anak prasekolah (family with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua
beradaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak
prasekolah dan meningkatkan pertumbuhannya. Kehidupan
keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung
pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami istri, dan
pekerjaan dapat terpenuhi. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan
tempat tinggal, privasi dan rasa aman
2. Membantu untuk bersosialisasi
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam maupun
diluar lingkungan keluarga (keluarga lain maupun lingkungan
sekitar)
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot)
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembanga anak.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan
penyuluhan kepada orang tua tentang penyakit serta kecelakaan
yang biasanya terjadi pada anak-anak. Sibling rivalry, tumbuh
kembang anak, keluarga berencana, peningkatan kesehatan dan
mensosialisasikan anak.
d. Tahap IV: keluarga dengan anak usia sekolah (families with
school children)
Tahap ini dimulai saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas disekolah, masing-masing
anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang
tua yang mempunyai aktivitas yang berbeda dengan anak. Untuk
itu orang tua dan anak perlu bekerjasama untuk mencapai tugas
perkembangan. Berikut adalah tugas perkembangan pada fase ini :
1. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar.
2. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan
3. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual
4. Menyediakan aktivitas untuk anak
5. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melakukan perawatan dan
konsultasi, baik dalam keluarga maupun di sekolah. Misalnya pada
anak yang mengalami gangguan kesehatan, perawat bekerjasama
dengan guru dan orang tua anak.
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (families with
teenager)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan
biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa. Tahap ini merupakan tahapan yang paling sulit,
karena orang tua melepas otoritas dan membimbing anak untuk
bertanggung jawab. Anak harus mempunyai otoritas sendiri yang
berksitan dengan peran dan fungsinya. Seringkali muncul konflik
antara orang tua dan remaja, karena remaja menginginkan
kebebasan untuk melakukan aktivitasnya, sementara orang tua
perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari
kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan
remaja tetap harmonis. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan Perubahan
sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit, penyuluhan tentang
penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-
obatan terlarang minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan
pada remaja serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih
efektif antara orangtua dan anak remajanya.
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga
atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah organisasi kembali
keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk hidup
sendiri. Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir
untuk lebih mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah
pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri
seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran
dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-anaknya
sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini
orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran
sebagai pasangan dan tetap memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orang tua suami istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang
ada pada keluarga, berperan suami istri kakek dan nenek
menciptakan lingkungan rumah yang menjadi contoh bagi
anak-anaknya
Fungsi perawat pada tahap ini adalah sebagai pemberi konsultasi
penyakit penyakit yang dapat timbul misalnya penyakit kronis atau
faktor faktor predisposisi seperti kolesterol tinggi obesitas
hipertensi menopause serta peningkatan kesehatan dan pola hidup
sehat yang juga perlu diperhatikan.
g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Beberapa pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit
karena masalah usia lanjut. Perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal sebagai orang tua pada tahap ini semua anak meninggalkan
rumah maka pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan
dengan berbagai aktivitas, pola hidup sehat, diet seimbang,
olahraga rutin, menikmati hidup dan mengisi waktu dengan
pekerjaan. Pasangan juga mempertahankan hubungan dengan
teman sebaya dan keluarga anaknya dengan cara mengadakan
pertemuan keluarga antar generasi atau anak cucu sehingga
pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek.
Hubungan antar pasangan perlu semakin diarahkan dengan
memperhatikan ketergantungan dan kemandirian masing-masing
pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain:
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai
3. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi
tua
4. Keakraban dengan pasangan hubungan atau kontak dengan
anak atau keluarga persiapan masa tua atau pensiun dan
meningkatkan keakraban pasangan.
Fungsi perawat pada tahap ini adalah melaksanakan perawatan dan
konsultasi yang terkait dengan upaya peningkatan kesehatan
seperti kebutuhan istirahat yang cukup, aktivitas yang ringan
sesuai dengan kemampuan nutrisi yang baik berat badan yang
sesuai dan sebagainya.
h. Tahap VIII: Keluarga usia lanjut (terakhir perkembangan
keluarga)
Dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun berlanjut salah satu
pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Proses usia
lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari
karena berbagai proses restore dan kehilangan. Yang harus dialami
keluarga tersebut adalah berkurangnya pendapatan kehilangan
berbagai hubungan social, kehilangan pekerjaan serta perasaan
menurunnya produktivitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama
keluarga dalam tahun ini usia lanjut umumnya lebih dapat
beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggal bersama
anaknya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain
sebagai berikut:
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antargenerasi meneruskan
untuk memahami eksistensi mereka penelaahan dan integrasi
hidup
Fungsi perawat pada fase ini adalah melakukan perawatan pada
orangtua terutama terhadap penyakit-penyakit kronis dari fase akut
sampai rehabilitasi, memperhatikan dan meningkatkan kesehatan
seperti nutrisi, istirahat, pemeriksaan mata gigi dan pencegahan
kecelakaan di rumah.

B. USIA LANJUT (LANSIA)


1. Pengertian Lansia
Lansia adalah Seseorang yang mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan, termasuk kesehatan dan kemandirian. Secara umum
seseorang yang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60 tahun
(Maryam, 2010).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia, menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut atau lansia adalah seseorang
yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Atinawati, 2014).
Penuaan merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia, Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik
secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang
mengendur, rambut yang memutih, gigi mulai ompong, pendengaran
kurang jelas, penglihatan makin memburuk, gerakan lambat dan bentuk
tubuh yang tidak propesional (Artinawati, 2014).
2. Tanda Gejala
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan suatu proses
alamiah yang berangsur-angsur yang mengalami kemunduran. Secara umum
menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala
kemunduran fisik, antara lain :
a. Rambut memutih
b. Gigi mulai ompong
c. Pendengaran kurang jelas
d. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendur
e. Aktivitas mulai lambat
f. Penglihatan semakin memburuk
g. Penciuman mulai berkurang
h. Mudah terserang penyakit
i. Eliminasi menurun
j. Figur tubuh yang tdak profesional

3. Teori Proses Menua


a. Teori Biologis
Yang merupakan teori biologis adalah sebagai berikut :
1) Teori Jam Genetik
Secara genetic telah terprogram bahwa materil di dalam inti sel
dikatakan bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi
mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies
tertentu memiliki harapan hidup yang tertentu pula. Manusia yang
memiliki rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya
diperkirakan hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu
akan mengalami deteriorasi. Teori jam genetik terbagi atas :
a) Teori cross link
Teori cross link atau jaringan ikat menyatakan bahwa molekul
kolagen dan elastis, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa
yang lama meningkatkan rigiditas sel, cross linkage diperkirakan
akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-
molekul yang normalnya terpisah. Contoh cross linkage jaringan
ikat terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding
arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.
b) Teori imunilogis
Beberapa teori menyatakan bahwa penurunan atau perubahan
dalam keefektifan sistem imun berperan dalam penuaan,
mekanisme seluler tidak teratur diperkirakan menyebabkan
serangan pada jaringan tubuh melalui penurunan imun sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah, sistem imun menjadi kuarang
efektif dalam mempertahankan diri, regulasi dan responbilitas.
c) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan
dan kemunduran secara fisik.
d) Teori Genetic
Menurut teori ini, menua telah terprogram secara genetic untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang deprogram oleh molekul-molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
e) Teori Stress Adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang digunakan oleh tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-
sel tubuh terpakai.
f) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai.

2) Teori Psikososial
a) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas yang harus dicapai
dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir
merefleksasikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil
akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan
keputusasaan adalah kebebasan.
b) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tahap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua
bisa jadi mengindikasikan peyakit otak.
c) Teori sosialkultural
Teori yang merupakan sosialkultural adalah sebagai berikut :
a. Teori pembebasan (Disengagement)
Teori ini menyatakan bahawa orang yang menua menarik diri
dari peran yang biasanya terkait pada aktivitas yang lebih
introspektif dan berfokus pada diri sendiri. Sehingga sering
terjadi kehilangan ganda meliputi :
b. Kehilangan peran
c. Hambatan kontak sosial
d. Berkurangnya komitmen
3) Teori Aktivitas
Menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih
besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi,
penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lansia
yang kurang terlibat secara sosial.
4) Teori konsekuensi fungsional
Yang merupakan teori fungsional antara lain :
a. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut
yang berhbungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan
faktor resiko tambahan.
b. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan
negatif, dengan intervensi menjadi positif.

4. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada 4 tahap, yaitu :
a. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-59, tahun,
b. Lanjut Usia, (elderly) usia 60-74 tahun,
c. Lanjut Usia Tua (old) usia 75-90 tahun,
d. Usia Sangat Tua (very old) usia >90 tahun

Menurut (Maryam, 2010) ada 5 tahap batasan usia lanjut, yaitu :


a. Pra Usia Lanjut (Prasenilis) Seorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Usia Lanjut
Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah tahap masa
tua perkembangan individu (usia 60 tahun ke atas). Sedangkan lanjut usia
adalah sudah berumur atau tua.
c. Usia Lanjut Risiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
d. Usia Lanjut Potensial
Usia lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan
yang dapat mengahasilkan barang/jasa.
e. Usia Lanjut Tidak Potensial
Usia lanjut yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut Hurlock (1979) perbedaan lansia terbagi dalam 2 tahap :


a. Early old age ( usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age ( usia 70 tahun ke atas)
Menurut Burnsie (1979)
a. Young old age ( usia 60-69 tahun)
b. Middle age old ( usia 70-79)
c. Old-old (usia 80-89)
d. Very old-old (usia > 90 tahun)

Menurut Bee (1996)


a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b. Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)
c. Masa dewasa tengah ( usia 40-65 tahun)
d. Masa dewasa lanjut usia (usia 65-75 tahun)
e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)

Menurut Undang –Undang Nomor 4 tahun 2001


“Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah
yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya cari nafkah sendiri untuk keperluan kehidupannya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain.

Menurut Prof. Dr. Koesoemanto setyonegoro :


a. Usia dewasa muda (usia 18/20-25 tahun)
b. Usia dewasa penuh atau maturitas usia 25-60/65 tahun
c. Lanut usia (usia > 65/70 taun, terbagi atas : a) Young old (usia 70-75
tahun)
d. Old (usia 75-80 tahun)
e. Very old (usia > 80 tahun)

Menurut sumber lain:


a. Elderly (usia 60-65 tahun)
b. Junior old age (usia > 65-75 tahun)
c. Formal old age (usia > 75-90 tahun)
d. Longevity old age (usia > 90-120 tahun)

5. Ciri-ciri Lanjut Usia


a. Adanya penurunan atau kemunduran yang disebabkan oleh faktor fisik
dan faktor psikologis. Faktor fisik seperti : penglihatan dan pendengaran
menurun, aktivitas tubuh menurun, dan kulit tampak mengendur.
Sedangkan dari faktor psikolgis seperti : adanya penurunan percaya diri,
rasa kesepian dan berasa tidak berguna bagi orang lain.
b. Adanya perubahan peran, karena tidak dapat bersaing lagi dengan
kelompok yang lebih muda.
c. Sikap sosial terhadap usia lanjut, kebanyakan masyarakat menganggap
orang berusia lanjut tidak lagi begitu dibutuhkan karena energi yang telah
berkurang.

6. Tipe - Tipe Lanjut Usia


Di zaman sekarang zaman pembangunan banyak ditemukan bermacam-
macam tipe lanjut usia yang menonjol antara lain:
a. Tipe arief bijaksana: lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri: lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman
pergaulan.
c. Tipe tidak puas : lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
menentang proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan,
kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan dan status.
d. Tipe pasrah: lanjut usia selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mengikuti kegiatan agar ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung: lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadiaan,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal dan acuh tak acuh.

7. Perubahan Akibat Proses Menua


a. Perubahan Fisik
a) Sel
 Jumlah sel menurun lebih sedikit
 Ukuran sel lebih besar
 Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
 Jumlah sel otak menurun
 Mekanisme perbaikan sel otak terganggu
 Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
 Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar
 Berat otak menurun 10-20% ( sel saraf otak setiap orang berkurang
setiap harinya)
 Saraf panca-indra mengecil
 Defisit memori
 Kurang sensitif terhadap sentuhan
b) Sistem persarafan
 Menurunnya hubungan persarafan
 Berat otak menurun 10-20%
 Saraf panca indra mengecil
 Defisit memori
 Kurangnya sensitif terhadap sentuhan
c) Sistim Pendengaran
 Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama pada
bunyi suara atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengeri
kata-kata yang dapat terjadi pada usia 50 tahun-65 tahun.
 Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan / stress.
 Vertigo (perasaan tidak stabil yang seperti bergoyang-goyang atau
berputar).
 Membran tifani menjadi atrofi menyebabkan otaksklerosis.
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
 Tinitus (bising yang bersifat mendegung, bisa bernada tinggi atau
rendah, bisa terus-menerus atau intermiten).
d) Sistem Penglihatan
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak yang
akan mengakibatkan gangguan penglihatan.
 Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
 Daya perbedaan warna menurun, terutama warna biru atau hijau
pada skala.
 Katarak Lapang pandang menurun.
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
menghilang.
e) Sistem Kardiovaskuler
 Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
 Tekanan darah meninggi akibat resitensi, pembuluh darah perifer
meningkat sistole normal ±170 mmHg, diastole ±95 mmHg.
 Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
 Elastisitas pembuluh darah menurun.
 Kutup jantung menebal dan menjadi kaku.
f) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
 Temperatur tubuh menurun secara fisiologis ini akibat dari
metabolisme yang menurun.
 Lansia akan merasa kedinginan dan dapat pula mengigil, pucat
dan gelisah.
g) Sistim Pernapasan
 Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
 Aktivitas silia menurun.
 Berkurangnya elastisitas bronkus.
 Ukuran alveoli melebar dan jumlah yang berkurang.
 Sering terjadi emfisema senilis.
 Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan
menurun seiring bertambahnya usia.
 Reflek dan kemampuan untuk batuk berkurang.
h) Sistem Pencernaan
 Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis.
hilangnya sensitifitas saraf pengecap lidah, terutama rasa manis
dan asin.
 Hati semangkin mengecil dan tempat penyimpanan menurun dan
alirah darah berkurang.
 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu terutama
karbohidrat).
 Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
 Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, dan motilitas waktu
pengosongan lambung menurun.
 Esofagus melebar.
i) Sistim Reproduksi
 Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
 Ovari menciut, dan uterus mengalami atrofi.
 Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
 Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur.
 Atrofi payudara.
 Atrofi vulva.
 Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada
penurunan secara berangsur-angsur.
 Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal
kondisi kesehatannya baik, yaitu : kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara
teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual dan
sebanyak 75 % pria usia di atas 65 tahun megalami pembesaran
prostat.
j) Sistim genitourinaria
 Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat. Pada pria lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan
sehingga mengakibatkan retensi urine meningkat.
 Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas
65 tahun.
 Atrofi vulva vagina seorang yang semakin menua, Kebutuhan
hubungan seksualnya masih ada. tidak ada batasan umur tertentu
kapan fungsi seksual seorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cendrung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitasnya untuk melakukan dan menikmatinya terus berjalan
terus sampai tua.
k) Sistem Endokrin
 Kelenjer Endokrin adalah kelenjer buntu dalam tubuh manusia
yang memproduksi hormon, hormon berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan dan metabolisme
organ tubuh. Pada lansia yang akan mengalami penurunan
produksi hormon.
l) Sistem Integumen
 Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
 Permukaan kulit kusam, kasar dan bersisik.
 Kuku keras dan rapuh.
 Rambut dalam hidung telinga menebal.
 Kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
 Jumlah dan fungsi kelenjer keringat berkurang.
 Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerutan
halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
m) Sistim Muskuloskeletal
 Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (Osteoporosis).
 Bungkuk ( Kifosis).
 Persendian membesar dan menjadi kaku.
 Kram, tumor, tendon mengerut mengalami sklerosis.
 Gangguan tulang yakni mudah mengalami demineralisasi.
n) Memori
 Kemampuan belajar dan mengingat yang mengalami penurunan
karena proses encoding menurun.
o) Intelegentia Quation (IQ)
 IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan
verbal. Penampilan, dan persepsi terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan faktor umur.

b. Perubahan Sosial
Keluarga : Kesendirian, kehampaan
Teman : Ketika Lansia meninggal, maka muncul perasaan
kapan akan meninggal, berada dirumah terus-menerus
akan cepat pikun.
Keamanan : Jatuh, terpeleset
Agama : Melaksanakan ibadah
Panti jompo : Merasa dibuang/ diasingkan
Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocok bagi lansia dan income security

c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi dan kecemasan.
8. Masalah Kesehatan Pada Lanjut Usia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang
umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabunggan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Nugroho (2008), menyatakan ada macam-macam masalah pada
kesehatan usia lanjut, yaitu:
a. Immobility (Kurang Bergerak)
Dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga
dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan
penyakit jantung
b. Mudah Jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi pada lanjut
usia penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan di dalamnya, dapat
disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita),
baik karena proses menua, maupun faktor ekstrinsik (yang berasal dari
luar tubuh). Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang
akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan
psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
Sekitar 30-50% lanjut usia (yang berusia 65 tahun) ke atas mengalami
jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh
berulang. Perempuan lebih sering jatuh dibandingkan dengan lanjut usia
laki-laki.
c. Mudah Lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan,
keletihan, atau depresi, faktor gangguan organis, misalnya: perubahan
pada tulang, anemia, gangguan pencernaan, kelainan metabolisme,
perubahan pada tulang, gangguan faal hati, ganguan sistim perdarahan
dan jantung dan faktor pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat
jantung,dan obat yang melelahkan daya kerja otot.
d. Gangguan Kardiovaskuler
 Nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang
dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke
jantung), dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada sistem
alat pernapasan, misalnya pleuro-pneumonia/emboli paru dan
gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.
 Sesak napas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan
jantung, gangguan sistem saluran napas, berat badan berlebihan
(gemuk) atau anemia.
 Edema kaki
Edema kaki dapat disebabkan oleh :
 Kaki yang lama digantung
 Gagal jantung bendungan pada vena bagian bawah
 Kekurangan vitamin B
 Gangguan penyakit hati
 Penyakit ginjal
 Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh :
 Gangguan irama jantung
 Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis
 Faktor psikologis dan lain-lain

e. Nyeri atau Ketidaknyamanan


 Nyeri pinggang atau Punggung
Nyeri yang disebabkan oleh susunan sendi pada susunan tulang
belakang (osteomalasia, osteoporosis, dan osteoartrosis). Gangguan
pankreas dan karena adanya kelainan ginjal (batu ginajal).
 Nyeri sendi pinggul
Gangguan sendi pinggul, misalnya radang sendi (artritis), sendi tulang
yang keropos, kelainan tulang sendi, misalnya patah tulang (fraktur),
dan akibat kelainan pada saraf punggung bagian bawah yang terjepit.
 Keluhan pusing
Keluhan pusing yang dapat di sebabkan oleh
- Gangguan lokal misalnya vaskuler, migran (sakit kepala
sebelah) dan mata.
- Penyakit sistematis yang menimbulkan hipoglikemia.
- Psikologis (perasaan cemas, depresi, kurang tidur, dan kekacauan
pikiran).
 Kesemutan pada anggota badan
Keluhan ini dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal,
gangguan persarafan umum (gangguan pada kontrol), gangguan
persarafan lokal pada bagian anggota badan.

f. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang
menyertai proses menua, gangguan pendengaran yang utama adalah
hilangnya pendengaran terhadap nada murni frekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut usia.

g. Gangguan tidur
Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur, keluhan kualitas tidur seiring dengan bertambahnya
usia. Padakelompok usia 60 tahun mengeluh mengenai masalah tidur
hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari, dan bangun yang lebih
awal.
h. Gangguan Eliminasi
Inkontinesia urine berarti pengeluaran urine secara spontan pada
sembarang waktu di luar kehendak (involunter) yang secara tidak sadar,
sering pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya risiko infeksi
saluran kemih, kesulitan bergerak. Dan kepikunan. Inkontinensia urine
dapat merupakan faktor tunggal yang menyebabkan seorang lanjut usia
dirawat karena masalah tidak teratasi baik oleh diri orang lanjut usia
maupun keluarga (Nugroho, 2008)

C. KONSEP PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH


1. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang
ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran
kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan
jumlah bakteriuria yang bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan
adanya pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di
parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang
mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream
urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (IDI, 2011).
2. Klasifikasi
Menurut Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak infeksi
saluran kemih pada anak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, lokasi
infeksi, dan kelainan saluran kemih. Berdasarkan gejala, ISK dibedakan
menjadi ISK asimtomatik dan simtomatik. Berdasarkan lokasi infeksi, ISK
dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah, dan berdasarkan kelainan
saluran kemih, ISK dibedakan menjadi ISK simpleks dan ISK kompleks
(Pardede et al, 2011).
 ISK berdasarkan gejalanya
ISK asimtomatik ialah bakteriuria bermakna tanpa gejala. ISK
simtomatik yaitu terdapatnya bakteriuria bermakna disertai gejala dan
tanda klinik. Sekitar 10-20% ISK yang sulit digolongkan ke dalam
pielonefritis atau sistitis baik berdasarkan gejala klinik maupun
pemeriksaan penunjang disebut dengan ISK non spesifik (Pardede et
al, 2011).
 ISK berdasarkan lokasi infeksi
 Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih
bawah (sistitis) terutama bakteri Escherichia coli, Enterococcus, Proteus,
dan Staphylococcus aureus yang masuk ke buli-buli melalui uretra
(Purnomo, 2011).
Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah, antara lain
nyeri di daerah suprapubis bersifat sering berkemih, disuria, kadang
terjadi hematuria (Imam, 2013). Penelitian yang dilakukan pada 49 anak
berusia 6-12 tahun yang terbukti sistitis dengan biakan urin, ditemukan
gejala yang paling sering adalah disuria atau frekuensi (83%) diikuti
enuresis (66%), dan nyeri abdomen (39%) (Pardede, 2018).
Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada pasien ISK bawah
sebesar >103 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
 Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi
pada pielum dan parenkim ginjal. Bakteri penyebab infeksi saluran kemih
atas (pielonefritis) adalah Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus, dan
Enterococcus fecalis (Purnomo, 2011). Gambaran klinis yang terjadi pada
pasien ISK atas, antara lain demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan
perut, mual serta muntah, sakit kepala, disuria, sering berkemih (Imam,
2013). Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada pasien ISK atas
sebesar >104 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
 ISK berdasarkan kelaianan saluran kemih
Berdasarkan kelainan saluran kemih ISK diklasifikasikan
menjadi dua macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK
complicated (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah
infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah
infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik,
kelainan saluran kemih dapat berupa RVU, batu saluran kemih, obstruksi,
anomali saluran kemih, buli-buli neurogenik, benda asing, dan
sebagainya.
Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh
antibiotika (Purnomo, 2012).

3. Etiologi
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli
(80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya
ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan
ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor
menyebabkan munculnya ISK di masa kanak- kanakInfeksi saluran kemih
sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang
sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp,
Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba
terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan
angka kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi
adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan katerisasi
(Tenney et al, 2017).
Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya
disebabkan akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotik
(sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi, organisme
gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah patogen yang paling
umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi saluran kemih
diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter dalam
jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi
bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018).
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak
yaitu diakibatkan oleh sebagian besar pada anak perempuan karena anatomi
uretra anak perempuan yang lebih pendek, sebagian besar pula pada anak
laki-laki karena tidak disirkumsisi, kebiasaan membersihkan genetalia yang
kurang baik, menggunakan popok sekali pakai dengan frekuensi penggantian
popok sekali pakai <4 kali perhari dan durasi penggunaan popok yang lama,
serta kebiasaan menahan buang air kecil (Makmunah, 2016).

4. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau
mikroroganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak
(Purnomo, 2014). Mikroorganisme memasuki saluran kemih tersebut melalui
empat cara, yaitu:
 Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara
ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
 Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
 Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
 Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
 Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
 Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
 Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini
jarang terjadi.
 Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit
perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk
ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut tumbuh
dan berkembangbiak didalam saluran kemih yang pada akhirnya
mengakibatkan peradangan pada saluran kemih. Dan terjadilah infeksi
saluran kemih yang mengakibatkan (Fitriani, 2013).
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh
organisme virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung kemih.
Hanya pada 8 minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin
terjadi karena penyebaran hematogen. Selama 6 bulan pertama kehidupan,
bayi laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami ISK, tetapi setelah itu ISK
predominan pada anak perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak
perempuan adalah riwayat pemberian antibiotik yang mengganggu flora
normal dan mendorong pertumbuhan bakteri uropatogenik (Bernstein, 2016).

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia,
tempat infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas
reaksi peradangan. Menurut Pardede (2018) manifestasi klinis tersebut yaitu :
 Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat,
muntah, mudah terangsang, tidak mau makan, temperatur tidak stabil,
perut kembung, jaundice.
 Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam,
nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi
abdomen, penurunan berat badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran
kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi dan anak berumur 2 bulan
hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi
saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan demam
tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
 Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala
lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi, frequency,
ngompol. Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, demam
tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-vertebra. Setelah episode pertama,
ISK dapat berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan
kelainan anatomi, seperti refluks vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi
urin, divertikulum kandung kemih, dan lain lain.
6. Penatalaksanakan
 Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka
kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
dengan perawatan berupa :
 Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
 Mencegah konstipasi
 Perubahan pola hidup, diantaranya :
o Membersihkan perineum dari depan ke belakang
o Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
o Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
o Menghindari kopi, alkohol
 Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari
(2014) penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian
analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk
meredakan gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang
dianjurkan secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada
disetiap tempat.. Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu
kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan
memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status
nutrisi (kadar albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi
ginjal).

7. Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia,
sepsis, dan meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut
ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti
preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah
mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut
ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam
tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih
(Pardede et al, 2011).
Sedangkan menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang
ditimbulkan yaitu:

 Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
 Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
baik secara akut dan kronik.
8. Pathway
Akumulasi etiologi dan faktor
risiko

Kelainan Obstruksi & Mikroorganisme MK: Kurang


Kongenital gangguan pengetahuan
neurogenik

Fungsi Reflek pengaliran Kurang personal


kutub Kelainan tidak hygine saluran
uretrove anatomi lancar kemih bawah
sikuler

Urine statis di VU
Uretra
Ureter sempit

Penimbunan Distensi, Nyeri


cairan & kuman pinggang

Aliran balik Reflek renointestin

Perkembangan kuman
Mual, muntah, anoreksia

Infeksi Saluran Kemih

MK: Kekurangan
volume cairan
Respon peradangan

Rasa sakit & panas pada Kandung kemih tidak kuat


simpisis, dysuria MK: menampung urine
Hipertermi Polakisuria,
urgensi
MK: Nyeri Akut MK: Gangguan
eliminasi urin

Gambar 2.1: Pathway Infeksi Saluran Kemih (ISK) Sumber: (Amin Hardi, 2015)
9. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit
esterase, protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk
kemungkinan adanya bakteriuria, leukosituria biasanya ditemukan pada
anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK simtomatik, tetapi
tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria dapat
juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril
perlu dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia
sp., dan Ureaplasma urealitikum. Neutrophil gelatinase associated
lipocalin urin (uNGAL) dan rasio uNGAL dengan kreatinin urin
(uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya ISK. Peningkatan uNGAL dan
rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK (Pardede, 2018).
Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai
pemeriksaan skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih
adalah leukosit esterase dan nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut
Roring, A.G dkk (2016) bahwa salah satu parameter yang bermakna
dalam mendiagnosis ISK adalah jumlah leukosit dalam sedimen urine.
 Pemeriksaan Darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan
laju endap darah (LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif,
merupakan indikator non-spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang
tinggi dapat digunakan sebagai prediktor yang valid untuk pielonefritis
akut pada anak dengan ISK febris (febrile urinary tract infection) dan
skar ginjal. Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam proses
inflamasi. Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β)
meningkat pada fase akut infeksi, termasuk pada pielonefritis akut
(Pardede, 2018).
D. KONSEP DEPRESI
1. Pengertian Depresi
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada
harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu
mengambil keputusan memulai sautu kegiatan, tak mampu berkonsentrasi,
tak punya semangat hidup, selalu tegang, dan mencoba bunuh diri (Atkinson,
1991) dalam (Lubis, 2016).
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai
dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah
(menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas
sehari-hari) (Gerald C. Davison, 2004) dalam (Miftahudin, 2016).
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan
yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan
muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan (Rice PL,
1992) dalam (Miftahudin, 2016).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan,
kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya,
perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Iyus Yosep
2007) dalam (Miftahudin, 2016). Depresi pada dua keadaan, yaitu pada
orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi
merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang
ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme
menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap
perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak
mampu dan putus asa (Chaplin, 2002) dalam (Miftahudin, 2016).

2. Epidemiologi
Prelevansi orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun, banyak
menderita gangguan mental atau neurologis. Sebesar 6,6% dari total cacat
yang dialami oleh lansia berusia lebih dari 60 tahun banyak dikaitkan dengan
gangguan mental maupun gangguan neurologis. Gangguan neuropsikiatri
yang paling umum dari kelompok lansia adalah demensia dan depresi.
Gangguan kecemasan mempengaruhi 3,8% populasi lansia, masalah
penggunaan narkoba mempengaruhi hampir 1% dari total populasi lansia,
dan hampir seperempat kematian yang terjadi pada lansia dikarenakan
perbuatan menyakiti diri sendiri yang dilakukan oleh lansia (World Health
Organization, 2013) dalam (Qonitah & Isfandiari, 2015). Hasil analisis
lanjutan riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat
antara masalah gangguan mental emosional dengan lansia, khususnya pada
usia 65 tahun ke atas(Idaini, Suhardi, & Kristanto, 2009) dalam (Qonitah &
Isfandiari, 2015).
Lanjut usia menurut undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Umur Harapan Hidup (UHH) Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN),
pada tahun 2009 UHH di Indonesia adalah 70,7 tahun, pada tahun 2010
meningkat menjadi 70,9 tahun. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 UHH di
Indonesia adalah sebesar 71,7 tahun (Bappenas, 2013). Peningkatan UHH
akan menyebabkan meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia
setiap tahunnya. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2010 lalu berdasarkan
hasil sensus adalah sebesar 24 juta jiwa atau sebesar 9,7% dari total populasi.
Penduduk lansia diperkirakan akan melonjak menjadi 11,34% dari total
penduduk Indonesia pada 2020 mendatang. Suatu wilayah apabila memiliki
penduduk tua lebih dari 7% maka wilayah tersebut dikatakan memiliki
struktur penduduk tua (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak RI, 2011). Berdasarkan data di atas, maka Indonesia
termasuk negara dengan struktur penduduk tua. Meningkatnya UHH
merupakan indikator baiknya perbaikan dalam bidang kesehatan. Namun hal
ini akan memberikan sebuah tantangan tersendiri, karena juga akan dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama angka kesakitan akibat
penyakit degeneratif akan meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
dalam (Qonitah & Isfandiari, 2015).

3. Etiologi
Penyebab depresi sangat kompleks, yaitu penyebab eksternal dan
penyebab internal, tetapi lebih sering merupakan hasil kombinasi dari
keduanya. Berat ringannya depresi tergantung pada kepribadian mental,
kematangan individu, progresifitas penyakit fisik, dan tingkat
pendidikan.Hingga saat ini etiologi depresi yang pasti belum diketahui.
Terdapat beberapa faktor predisposisi yang telah diketahui berkaitan dengan
terjadinya depresi, yaitu antara lain faktor genetik. Faktor ini berperan
secara sangat kompleks dalam perkembangan gangguan mood.Pada
penelitian mengenai depresi dalam keluarga diperoleh bahwa generasi
pertama berpeluang lebih sering dua sampai sepuluh kali mengalami depresi
berat.Penelitian yang berhubungan dengan anak kembar mengemukakan
bahwa kembar monozigot berpeluang sebesar 50%, sedangkan kembar
dizigot sebesar 10- 25%. Mengenai faktor neurobiologik, adanya perubahan
neurotransmiter otak, yaitu antara lain: norepinefrin, serotonin, dopamin, dan
juga menurut teori amina biogenik, depresi disebabkan karena defisiensi
senyawa monoamin, terutama noradrenalin dan serotonin). Juga perlu
dipertimbangkan peran faktor psiko-sosial (peristiwa dalam kehidupan dan
stres lingkungan) dan faktor kognitif(Ballo, Kaunang, Munayang, & Elim,
2012).

4. Gambaran Klinik
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood
depresi menetap yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-
hari, dan dapat berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia
gejala depresi lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik,
gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif
lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi
lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua
hal tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan
nyeri fisik tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir.
Perubahan pada lansia depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik,
perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan perubahan
perilaku.
Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013):
a) Perubahan Fisik
 Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5%
dari berat badan bulan terakhir).
 Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur,
atau tidur terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk
di pagi hari penurunan energi dengan perasaaan lemah dan
kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami agitasi dengan
kegelisahan dan bergerak terus.
 Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak
diketahui gangguan perut, konstipasi.
b) Perubahan Pemikiran
 Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit
mengingat informasi
 Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
 Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
 Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan
kehilangan kepercayaan diri
 Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
 Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik)
atau delusi
 Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai
diri sendiri

c) Perubahan Perasaan
 Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber
kesenangan
 Penurunan minat dan kesenangan seks
 Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
 Tidak ada perasaan
 Perasaan akan terjadi malapetaka
 Kehilangan percaya diri
 Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
 Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
 Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif
d) Perubahan perilaku
 Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
 Menghindari mengambil keputusan
 Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau
membayar tagihan
 Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
 Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
 Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan

5. Tanda dan Gejala


Penggambaran gejala depresi pada lansia (Samiun, 2006 dalam Aspiani,
2014)
a. Kognitif
Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognif pada Iansia yang
menunjukkan gejala depresi. Pertama, individu yang mengalami depresi
memiliki selfesteem yang sangat rendah.Mereka berpikir tidak adekuat,
tidak mampu, merasa dirinya tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa
bersalah terhadap kegagalan yang dialami.Kedua, Iansia selalu pesimis
dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjadi
buruk dan kepercayaan terhadap dirinya (self-confident) yang tidak
adekuat.Ketiga, memiliki motivasi yang kurang dalam menjalani
hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia
sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha.Keempat, membesar-
besarkan masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah.Kelima,
proses berpikirnya menjadi lambat, performance intelektualnya
berkurang.Keenam, generalisasi dari gejala depresi, harga diri rendah,
pesimisme dan kurangnya motivasi.
b. Afektif
Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih,
putus asa, kehilangan semangat dan muram.Sering merasa terisolasi,
ditolak dan tidak dicintai. Lansia yang mengalami depresi
menggambarkan dirinya berada dalam lubang gelap yang tidak dapat
terjangkau dan tidak dapat keluar dari sana.
c. Somatik
Masalah somatik yang sering dialami Iansia yang mengalami
depresi seperti pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola
makan dan dorongan seksual yang berkurang. Lansia telah rentan
terhadap penyakit karena system kekebalan tubuhnya melemah, selain
karena aging proses juga karena orang yang mengalami depresi
menghasilkan sel darah putih yang kurang
d. Psikomotor
Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah
retardasi motor.Sering duduk dengan terkulasi dan tatapan kosong tanpa
ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan
pembicaraan karena tidak memiliki tenaga atau minat yang cukup untuk
menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia
menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala depresi dirangkum dalam
SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat
berupa kelelahan, susah tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak
bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktivitas (interest), rasa bersalah dan
menyalahkan diri (gulity), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai
tenaga (energy), penuruan konsentrasi dan proses pikir (concentration),
nafsu makan menurun (appetie), gerakan lamban dan sering duduk
terkulai (psychomotor), dan penelantaran diri serta ide bunuh diri
(suicidaly).

6. Tingkat Depresi pada Lansia


Menurut PPDGJ-III (Maslim, 1997) dalam (Aspiani, 2014)
a) Depresi Ringan
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
b) Depresi Sedang
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c) Depresi Sedang
 Mood depresif
 Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunnya aktivitas
 Konsentrasi dan perhatian yang kurang
 Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Disertai waham, halusinasi
 Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
7. Pemeriksaan Penunjang Depresi pada Lansia
a. Geriatric Depression Scale (GDS-30)
Instrumen Geriatri Depression Scale (GDS) adalah sebagai berikut :
 Apakah bapak / ibu sekarang ini merasa puas dengan kehidupannya ?
 Apakah bapak / ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau
kesenangan akhir-akhir ini ?
 Apakah bapak / ibu merasa hampa / kosong didalam hidup ini ?
 Apakah bapak / ibu sering merasa bosan ?
 Apakah bapak / ibu mempunyai harapan yang baik dimasa depan ?
 Apakah bapak / ibu punya pikiran jelek yang terus menerus
mengganggu ?
 Apakah bapak / ibu memiliki semangat yang baik setiap saat ?
 Apakah bapak / ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada
anda ?
 Apakah bapak / ibu merasa bahagia sebagian besar waktu ?
 Apakah bapak / ibu sering tidak mampu berbuat apa-apa ?
 Apakah bapak / ibu sering merasa resah dan gelisah ?
 Apakah bapak / ibu senang tinggal tinggal dirumah daripada keluar
dan mengerjakan sesuatu ?
 Apakah bapak / ibu sering merasa khawatir tentang masa depan?
 Apakah bapak / ibu akhir-akhir ini sering pelupa ?
 Apakah bapak / ibu pikir bahwa hidup bapak / ibu sekarang ini
menyenangkan ?
 Apakah bapak / ibu sering merasa sedih atau putus asa ?
 Apakah bapak / ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini ?
 Apakah bapak / ibu sering merasa khawatir tentang masa lalu ?
 Apakah bapak / ibu merasa hidup ini menggembirakan ?
 Apakah sulit bagi bapak / ibu untuk memulai kegiatan yang baru ?
 Apakah bapak / ibu merasa penuh semangat ?
 Apakah bapak / ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada harapan ?
 Apakah bapak / ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya
daripada bapak / ibu ?
 Apakah bapak / ibu sering marah karena hal-hal yang sepele ?
 Apakah bapak / ibu sering merasa ingin menangis ?
 Apakah bapak / ibu sulit berkonsentrasi ?
 Apakah bapak / ibu merasa senang waktu bangun tidur dipagi hari ?
 Apakah bapak / ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial ?
 Apakah mudah bagi bapak / ibu membuat sesuatu keputusan ?
 Apakah pikiran bapak / ibu masih tetap mudah dalam memikirkan
sesuatu seperti dulu ?

Keterangan :
a) Skor 0-10 : Tidak ada depresi
b) Skor 11-20 : Depresi ringan
c) Skor 21-30 : Depresi berat (Aspiani, 2014)

8. Pohon Masalah
Ketidakefektifan koping

Depresi Cor problem

Stressor

Gambar 2.1 (Prabowo, 2014)

9. Masalah Keperawatan yang terjadi pada Lansia Depresi


a. Ketidakefektifan koping
b. Gangguan pola tidur
c. Gangguan proses pikir
d. Perubahan persepsi sensori
e. Risiko mencederai diri
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, M. M. (2018). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik
Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Harnilawati, S. N. (2013). Konsep dan Proses keperawatan Keluarga. Sulawesi
Selatan: Pustaka As. Salam.
Mubarak, W. I. (2011). Promosi Kesehatan Untuk kebidanan. Jakarta: Salemba
medika.
Padila., S. N. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rimbi, N. (2014). Buku Cerdik Penyakit-Penyakit Menular . Sampangan : Saufa.
Walid, S. d. (2012). Proses Keperawatan; Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta Selatan : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai