Dosen Pembimbing :
Siti Urifah, S.Kep., Ns., MNS
Disusun Oleh :
SUSY SULISTYONINGSIH (7420066)
Oleh :
Mahasiswa Pembimbing
2. Ciri-Ciri Keluarga
Ali ( 2010) menjelaskan ciri-ciri keluarga sebagai berikut :
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh angggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
5. Keluarga mempunyai tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.
Ciri-ciri keluarga di setiap Negara berbeda bergantung pada
kebudayaan, falsafah hidup, dan ideologi negaranya. Berikut ciri keluarga di
Indonesia :
1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh
semangat gotong royong.
2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran
yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang
dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui
musyawarah dan mufakat.
4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan.
3. Tipe Keluarga
Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang
yang mengelompokkan.
1. Secara Tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman, bibi).
2. Secara modern, berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain diatas adalah:
a. Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan,
satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
b. Reconsituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama atau hasil dari
perkawinan baru, satu atau kedauanya dapat bekerja diluar rumah.
c. Middle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah, kedua-duanya bekerja
dirumah,anak-anak meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan atau meniti karir.
d. Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja dirumah.
e. Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.
f. Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karir dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
h. Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
i. Three Generation
Yaitu 3 generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
j. Institusional
Yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
k. Communal
Yaitu satu rumah yang terdiri dari dua atau lebih pasangan yang mono
gami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
l. Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya didalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang
lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
m. Unmarried Parent and Child
Yaitu ibu anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
n. Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.
o. Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berkelamin sama.
4. Struktur Keluarga
Menurut Harniawati (2013) Struktur Keluarga meliputi:
1. Patrilineal
Adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun dari garis ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
5. Fungsi Pokok Keluarga
Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (2014)
merupakan bantuan /sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari
anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang
terdapat dalam sebuah keluarga. (Prinda, 2010). Dalam buku Harniawati
(2013) menyebutkan beberapa fungsi keluarga menurut para ahli,
diantaranya:
1. Friedman
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk memersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk memertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan
Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk
memertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
2. Effendi
Ada 3 fungsi keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
anak-anak mereka sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam memersiapkan masa
depannya.
Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi
industrialisasi, fungsi keluarga dikembangkan menjadi:
1. Fungsi biologis
a. Meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina kedewasaan anggota keluarga
d. Membina pendewasaan anggota keluarga
e. Memberikan identitas anggota keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembanagan anak
c. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari Sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
b. pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk meemnuhi
kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk meemnuhi kebutuhan keluarga di masa yang
akan datang misalnya biaya pendidikan anak, jaminan hari tua dan
sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak-anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan untuk membentuk perilakuanak sesuai bakat dan
minatnya.
b. Mempersiapkan anak untuk kehiupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
6. Peranan Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-
harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan
oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranana keluarga
menggambakan seperangkat perilaku inteerpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Dalam Harnilawati
(2013) menyebutkan menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992 pasal
5 menyebutkan “Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga
dan lingkungan”. Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga berkewajiban
menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya meningkatkan
tingkat derajat kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
antara lain adalah:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman
bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, sosial, mental dan spiritual.
2) Teori Psikososial
a) Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas yang harus dicapai
dalam tiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan terakhir
merefleksasikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil
akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan
keputusasaan adalah kebebasan.
b) Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tahap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua
bisa jadi mengindikasikan peyakit otak.
c) Teori sosialkultural
Teori yang merupakan sosialkultural adalah sebagai berikut :
a. Teori pembebasan (Disengagement)
Teori ini menyatakan bahawa orang yang menua menarik diri
dari peran yang biasanya terkait pada aktivitas yang lebih
introspektif dan berfokus pada diri sendiri. Sehingga sering
terjadi kehilangan ganda meliputi :
b. Kehilangan peran
c. Hambatan kontak sosial
d. Berkurangnya komitmen
3) Teori Aktivitas
Menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa tengah penting untuk
keberhasilan penuaan. Lansia dengan keterlibatan sosial yang lebih
besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang tinggi,
penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif dari pada lansia
yang kurang terlibat secara sosial.
4) Teori konsekuensi fungsional
Yang merupakan teori fungsional antara lain :
a. Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut
yang berhbungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan
faktor resiko tambahan.
b. Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan
negatif, dengan intervensi menjadi positif.
4. Batasan Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada 4 tahap, yaitu :
a. Usia Pertengahan (middle age) usia 45-59, tahun,
b. Lanjut Usia, (elderly) usia 60-74 tahun,
c. Lanjut Usia Tua (old) usia 75-90 tahun,
d. Usia Sangat Tua (very old) usia >90 tahun
b. Perubahan Sosial
Keluarga : Kesendirian, kehampaan
Teman : Ketika Lansia meninggal, maka muncul perasaan
kapan akan meninggal, berada dirumah terus-menerus
akan cepat pikun.
Keamanan : Jatuh, terpeleset
Agama : Melaksanakan ibadah
Panti jompo : Merasa dibuang/ diasingkan
Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
cocok bagi lansia dan income security
c. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi frustasi kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi dan kecemasan.
8. Masalah Kesehatan Pada Lanjut Usia
Masalah kesehatan pada lansia tentu saja berbeda dengan jenjang
umur yang lain karena pada penyakit pada lansia merupakan gabunggan dari
kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua yaitu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti sel serta mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Nugroho (2008), menyatakan ada macam-macam masalah pada
kesehatan usia lanjut, yaitu:
a. Immobility (Kurang Bergerak)
Dimana meliputi gangguan fisik, jiwa dan faktor lingkungan sehingga
dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf dan
penyakit jantung
b. Mudah Jatuh
Jatuh pada lanjut usia merupakan masalah yang sering terjadi pada lanjut
usia penyebabnya multi faktor. Banyak yang berperan di dalamnya, dapat
disebabkan oleh faktor intrinsik (yang berkaitan dengan tubuh penderita),
baik karena proses menua, maupun faktor ekstrinsik (yang berasal dari
luar tubuh). Akibatnya akan timbul rasa sakit, cedera, patah tulang yang
akan membatasi pergerakan. Keadaan ini akan menyebabkan gangguan
psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjadi.
Sekitar 30-50% lanjut usia (yang berusia 65 tahun) ke atas mengalami
jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh
berulang. Perempuan lebih sering jatuh dibandingkan dengan lanjut usia
laki-laki.
c. Mudah Lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan,
keletihan, atau depresi, faktor gangguan organis, misalnya: perubahan
pada tulang, anemia, gangguan pencernaan, kelainan metabolisme,
perubahan pada tulang, gangguan faal hati, ganguan sistim perdarahan
dan jantung dan faktor pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat
jantung,dan obat yang melelahkan daya kerja otot.
d. Gangguan Kardiovaskuler
Nyeri dada dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang
dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke
jantung), dan juga dapat mengakibatkan gangguan pada sistem
alat pernapasan, misalnya pleuro-pneumonia/emboli paru dan
gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.
Sesak napas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan
jantung, gangguan sistem saluran napas, berat badan berlebihan
(gemuk) atau anemia.
Edema kaki
Edema kaki dapat disebabkan oleh :
Kaki yang lama digantung
Gagal jantung bendungan pada vena bagian bawah
Kekurangan vitamin B
Gangguan penyakit hati
Penyakit ginjal
Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh :
Gangguan irama jantung
Keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis
Faktor psikologis dan lain-lain
f. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran pada lanjut usia merupakan keadaan yang
menyertai proses menua, gangguan pendengaran yang utama adalah
hilangnya pendengaran terhadap nada murni frekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut usia.
g. Gangguan tidur
Faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap
kualitas tidur, keluhan kualitas tidur seiring dengan bertambahnya
usia. Padakelompok usia 60 tahun mengeluh mengenai masalah tidur
hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari, dan bangun yang lebih
awal.
h. Gangguan Eliminasi
Inkontinesia urine berarti pengeluaran urine secara spontan pada
sembarang waktu di luar kehendak (involunter) yang secara tidak sadar,
sering pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya risiko infeksi
saluran kemih, kesulitan bergerak. Dan kepikunan. Inkontinensia urine
dapat merupakan faktor tunggal yang menyebabkan seorang lanjut usia
dirawat karena masalah tidak teratasi baik oleh diri orang lanjut usia
maupun keluarga (Nugroho, 2008)
3. Etiologi
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli
(80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya
ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan
ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor
menyebabkan munculnya ISK di masa kanak- kanakInfeksi saluran kemih
sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang
sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp,
Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba
terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan
angka kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi
adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan katerisasi
(Tenney et al, 2017).
Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya
disebabkan akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotik
(sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi, organisme
gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah patogen yang paling
umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi saluran kemih
diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter dalam
jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi
bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018).
Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak
yaitu diakibatkan oleh sebagian besar pada anak perempuan karena anatomi
uretra anak perempuan yang lebih pendek, sebagian besar pula pada anak
laki-laki karena tidak disirkumsisi, kebiasaan membersihkan genetalia yang
kurang baik, menggunakan popok sekali pakai dengan frekuensi penggantian
popok sekali pakai <4 kali perhari dan durasi penggunaan popok yang lama,
serta kebiasaan menahan buang air kecil (Makmunah, 2016).
4. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) atau
mikroroganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak
(Purnomo, 2014). Mikroorganisme memasuki saluran kemih tersebut melalui
empat cara, yaitu:
Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara
ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal
Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun ini
jarang terjadi.
Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit
perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur masuk
ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut tumbuh
dan berkembangbiak didalam saluran kemih yang pada akhirnya
mengakibatkan peradangan pada saluran kemih. Dan terjadilah infeksi
saluran kemih yang mengakibatkan (Fitriani, 2013).
ISK biasanya terjadi akibat kolonisasi daerah periuretra oleh
organisme virulen yang kemudian memperoleh akses ke kandung kemih.
Hanya pada 8 minggu pertama dari 12 minggu kehidupan, ISK mungkin
terjadi karena penyebaran hematogen. Selama 6 bulan pertama kehidupan,
bayi laki-laki berisiko lebih tinggi mengalami ISK, tetapi setelah itu ISK
predominan pada anak perempuan. Suatu faktor risiko penting pada anak
perempuan adalah riwayat pemberian antibiotik yang mengganggu flora
normal dan mendorong pertumbuhan bakteri uropatogenik (Bernstein, 2016).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK pada anak bervariasi, bergantung pada usia,
tempat infeksi dalam saluran kemih, dan beratnya infeksi atau intensitas
reaksi peradangan. Menurut Pardede (2018) manifestasi klinis tersebut yaitu :
Pada neonatus, gejala ISK tidak spesifik, seperti pertumbuhan lambat,
muntah, mudah terangsang, tidak mau makan, temperatur tidak stabil,
perut kembung, jaundice.
Pada bayi, gejala klinik ISK tidak spesifik dan dapat berupa demam,
nafsu makan berkurang, cengeng, kolik, muntah, diare, ikterus, distensi
abdomen, penurunan berat badan, dan gagal tumbuh. Infeksi saluran
kemih perlu dipertimbangkan pada semua bayi dan anak berumur 2 bulan
hingga 2 tahun dengan demam yang tidak jelas penyebabnya. Infeksi
saluran kemih pada kelompok umur ini terutama yang dengan demam
tinggi harus dianggap sebagai pielonefritis.
Pada anak besar, gejala klinik biasanya lebih ringan, dapat berupa gejala
lokal saluran kemih berupa polakisuria, disuria, urgensi, frequency,
ngompol. Dapat juga ditemukan sakit perut, sakit pinggang, demam
tinggi, dan nyeri ketok sudut kosto-vertebra. Setelah episode pertama,
ISK dapat berulang pada 30-40% pasien terutama pada pasien dengan
kelainan anatomi, seperti refluks vesikoureter, hidronefrosis, obstruksi
urin, divertikulum kandung kemih, dan lain lain.
6. Penatalaksanakan
Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth, T.H. (2012 : hal. 221),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka
kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
dengan perawatan berupa :
Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
Mencegah konstipasi
Perubahan pola hidup, diantaranya :
o Membersihkan perineum dari depan ke belakang
o Pakaian dalam tidak ketat dan dari bahan katun
o Menghilangkan kebiasaan menahan buang air kecil
o Menghindari kopi, alkohol
Penatalaksanaan Medis
Menurut ikatan dokter indonesia IDI (2011) dalam Wulandari
(2014) penatalaksanaan medis mengenai ISK antara lain yaitu melalui
medikamentosa yaitu pemberian obat-obatan berupa antibiotik secara
empirik selama 7-10 hari untuk eridikasi infeksi akut. Pemberian
analgetik dan anti spasmodik untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
oleh penderita, obat golongan venozopyiridine/pyridium untuk
meredakan gejala iritasi pada saluran kemih. Terapi farmakologik yang
dianjurkan secara empiris disesuaikan dengan pola kuman yang ada
disetiap tempat.. Pemberian obat ISK pada penderita geriatri mengacu
kepada prinsip pemberian obat pada usia lanjut, umumnya dengan
memperhitungkan kelarutan obat, perubahan komposisi tubuh, status
nutrisi (kadar albumin), dan efek samping obat (mual, gangguan fungsi
ginjal).
7. Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia,
sepsis, dan meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut
ginjal, hipertensi, gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti
preeklampsia. Parut ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah
mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko terjadinya parut
ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik dalam
tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih
(Pardede et al, 2011).
Sedangkan menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang
ditimbulkan yaitu:
Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
baik secara akut dan kronik.
8. Pathway
Akumulasi etiologi dan faktor
risiko
Urine statis di VU
Uretra
Ureter sempit
Perkembangan kuman
Mual, muntah, anoreksia
MK: Kekurangan
volume cairan
Respon peradangan
Gambar 2.1: Pathway Infeksi Saluran Kemih (ISK) Sumber: (Amin Hardi, 2015)
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis meliputi leukosituria, nitrit, leukosit
esterase, protein, dan darah. Leukosituria merupakan petunjuk
kemungkinan adanya bakteriuria, leukosituria biasanya ditemukan pada
anak dengan ISK (80-90%) pada setiap episode ISK simtomatik, tetapi
tidak adanya leukosituria tidak menyingkirkan ISK. Bakteriuria dapat
juga terjadi tanpa leukosituria. Leukosituria dengan biakan urin steril
perlu dipertimbangkan pada infeksi oleh kuman Proteus sp., Klamidia
sp., dan Ureaplasma urealitikum. Neutrophil gelatinase associated
lipocalin urin (uNGAL) dan rasio uNGAL dengan kreatinin urin
(uNGAL/Cr) merupakan petanda adanya ISK. Peningkatan uNGAL dan
rasio uNGAL/Cr > 30 ng/mg merupakan tanda ISK (Pardede, 2018).
Parameter pemeriksaan urine yang utama digunakan sebagai
pemeriksaan skrining dan penunjang diagnosa infeksi saluran kemih
adalah leukosit esterase dan nitrit (Gaw, A dkk, 2011). Dan Menurut
Roring, A.G dkk (2016) bahwa salah satu parameter yang bermakna
dalam mendiagnosis ISK adalah jumlah leukosit dalam sedimen urine.
Pemeriksaan Darah
Leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan
laju endap darah (LED), C-Reactive Protein (CRP) yang positif,
merupakan indikator non-spesifk ISK atas. Kadar prokalsitonin yang
tinggi dapat digunakan sebagai prediktor yang valid untuk pielonefritis
akut pada anak dengan ISK febris (febrile urinary tract infection) dan
skar ginjal. Sitokin merupakan protein kecil yang penting dalam proses
inflamasi. Prokalsitonin, dan sitokin proinflamatori (TNF-α; IL-6; IL-1β)
meningkat pada fase akut infeksi, termasuk pada pielonefritis akut
(Pardede, 2018).
D. KONSEP DEPRESI
1. Pengertian Depresi
Depresi sebagai suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada
harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu
mengambil keputusan memulai sautu kegiatan, tak mampu berkonsentrasi,
tak punya semangat hidup, selalu tegang, dan mencoba bunuh diri (Atkinson,
1991) dalam (Lubis, 2016).
Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai
dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah
(menarik diri, tidak dapat tidur, kehilangan selera, minat dalam aktivitas
sehari-hari) (Gerald C. Davison, 2004) dalam (Miftahudin, 2016).
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan
yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan
muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan (Rice PL,
1992) dalam (Miftahudin, 2016).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam
perasaan (afektif, mood) yang ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan,
kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya,
perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Iyus Yosep
2007) dalam (Miftahudin, 2016). Depresi pada dua keadaan, yaitu pada
orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi
merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang
ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme
menghadapi masa yang akan datang . Sedangkan pada kasus patologis,
depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap
perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak
mampu dan putus asa (Chaplin, 2002) dalam (Miftahudin, 2016).
2. Epidemiologi
Prelevansi orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun, banyak
menderita gangguan mental atau neurologis. Sebesar 6,6% dari total cacat
yang dialami oleh lansia berusia lebih dari 60 tahun banyak dikaitkan dengan
gangguan mental maupun gangguan neurologis. Gangguan neuropsikiatri
yang paling umum dari kelompok lansia adalah demensia dan depresi.
Gangguan kecemasan mempengaruhi 3,8% populasi lansia, masalah
penggunaan narkoba mempengaruhi hampir 1% dari total populasi lansia,
dan hampir seperempat kematian yang terjadi pada lansia dikarenakan
perbuatan menyakiti diri sendiri yang dilakukan oleh lansia (World Health
Organization, 2013) dalam (Qonitah & Isfandiari, 2015). Hasil analisis
lanjutan riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat
antara masalah gangguan mental emosional dengan lansia, khususnya pada
usia 65 tahun ke atas(Idaini, Suhardi, & Kristanto, 2009) dalam (Qonitah &
Isfandiari, 2015).
Lanjut usia menurut undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas. Umur Harapan Hidup (UHH) Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN),
pada tahun 2009 UHH di Indonesia adalah 70,7 tahun, pada tahun 2010
meningkat menjadi 70,9 tahun. Pada tahun 2011 dan tahun 2012 UHH di
Indonesia adalah sebesar 71,7 tahun (Bappenas, 2013). Peningkatan UHH
akan menyebabkan meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia
setiap tahunnya. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2010 lalu berdasarkan
hasil sensus adalah sebesar 24 juta jiwa atau sebesar 9,7% dari total populasi.
Penduduk lansia diperkirakan akan melonjak menjadi 11,34% dari total
penduduk Indonesia pada 2020 mendatang. Suatu wilayah apabila memiliki
penduduk tua lebih dari 7% maka wilayah tersebut dikatakan memiliki
struktur penduduk tua (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak RI, 2011). Berdasarkan data di atas, maka Indonesia
termasuk negara dengan struktur penduduk tua. Meningkatnya UHH
merupakan indikator baiknya perbaikan dalam bidang kesehatan. Namun hal
ini akan memberikan sebuah tantangan tersendiri, karena juga akan dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama angka kesakitan akibat
penyakit degeneratif akan meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2013)
dalam (Qonitah & Isfandiari, 2015).
3. Etiologi
Penyebab depresi sangat kompleks, yaitu penyebab eksternal dan
penyebab internal, tetapi lebih sering merupakan hasil kombinasi dari
keduanya. Berat ringannya depresi tergantung pada kepribadian mental,
kematangan individu, progresifitas penyakit fisik, dan tingkat
pendidikan.Hingga saat ini etiologi depresi yang pasti belum diketahui.
Terdapat beberapa faktor predisposisi yang telah diketahui berkaitan dengan
terjadinya depresi, yaitu antara lain faktor genetik. Faktor ini berperan
secara sangat kompleks dalam perkembangan gangguan mood.Pada
penelitian mengenai depresi dalam keluarga diperoleh bahwa generasi
pertama berpeluang lebih sering dua sampai sepuluh kali mengalami depresi
berat.Penelitian yang berhubungan dengan anak kembar mengemukakan
bahwa kembar monozigot berpeluang sebesar 50%, sedangkan kembar
dizigot sebesar 10- 25%. Mengenai faktor neurobiologik, adanya perubahan
neurotransmiter otak, yaitu antara lain: norepinefrin, serotonin, dopamin, dan
juga menurut teori amina biogenik, depresi disebabkan karena defisiensi
senyawa monoamin, terutama noradrenalin dan serotonin). Juga perlu
dipertimbangkan peran faktor psiko-sosial (peristiwa dalam kehidupan dan
stres lingkungan) dan faktor kognitif(Ballo, Kaunang, Munayang, & Elim,
2012).
4. Gambaran Klinik
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood
depresi menetap yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-
hari, dan dapat berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri.Pada lansia
gejala depresi lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik,
gangguan kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif
lansia depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi
lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua
hal tersebut perlu dibedakan.Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan
nyeri fisik tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir.
Perubahan pada lansia depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik,
perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan perubahan
perilaku.
Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013):
a) Perubahan Fisik
Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5%
dari berat badan bulan terakhir).
Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur,
atau tidur terlalu lama. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk
di pagi hari penurunan energi dengan perasaaan lemah dan
kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami agitasi dengan
kegelisahan dan bergerak terus.
Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak
diketahui gangguan perut, konstipasi.
b) Perubahan Pemikiran
Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit
mengingat informasi
Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan
kehilangan kepercayaan diri
Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik)
atau delusi
Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai
diri sendiri
c) Perubahan Perasaan
Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber
kesenangan
Penurunan minat dan kesenangan seks
Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
Tidak ada perasaan
Perasaan akan terjadi malapetaka
Kehilangan percaya diri
Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif
d) Perubahan perilaku
Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
Menghindari mengambil keputusan
Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau
membayar tagihan
Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan
Keterangan :
a) Skor 0-10 : Tidak ada depresi
b) Skor 11-20 : Depresi ringan
c) Skor 21-30 : Depresi berat (Aspiani, 2014)
8. Pohon Masalah
Ketidakefektifan koping
Stressor
Friedman, M. M. (2018). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, & Praktik
Edisi 5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Harnilawati, S. N. (2013). Konsep dan Proses keperawatan Keluarga. Sulawesi
Selatan: Pustaka As. Salam.
Mubarak, W. I. (2011). Promosi Kesehatan Untuk kebidanan. Jakarta: Salemba
medika.
Padila., S. N. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Rimbi, N. (2014). Buku Cerdik Penyakit-Penyakit Menular . Sampangan : Saufa.
Walid, S. d. (2012). Proses Keperawatan; Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Tim Pokja SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan 2.
Jakarta Selatan : DPP PPNI