Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MENDAMPINGI ANAK

BELAJAR DI RUMAH SELAMA STUDY FROM HOME (SFH)

Pembimbing: Yohanes Widodo, M.Sc.

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak dinyatakannya pandemi corona atau Covid-19 sebagai Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan status siaga darurat oleh pemerintah pusat, hal ini membuat Kementerian
Pendidikan melakukan perubahan pada sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada
seluruh tingkat pendidikan, yaitu “Belajar dari rumah atau Study From Home (SFH)”.
Dengan adanya perubahan ini, salah satu yang terdampak adalah para orang tua yang
masih memiliki anak di bangku sekolah dasar. Yang mana para orang tua tersebut harus
bisa mendampingi mereka selama belajar di rumah. Maka dari itu, diperlukanlah
komunikasi yang baik antara orang tua dan anak sehingga para orang tua dapat mengerti
dan memahami bagaimana seharusnya bersikap ketika membimbing dan mendampingi
mereka. Dalam hal ini, keterampilan berkomunikasi menjadi suatu hal yang penting
ketika ingin meningkatkan hubungan dan interaksi antara orang tua dan anak. Biasanya
komunikasi semacam ini juga disebut dengan komunikasi antarpribadi atau interpersonal
communication.
Komunikasi antarpribadi sendiri merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dua
individu yang saling mengirim dan menerima pesan melalui media tertentu. (Littlejohn &
Foss, 2009). Dalam buku berjudul “Encyclopedia of Communication Theory” oleh
Littlejohn dan Foss, dijelaskan pula bahwa ada banyak hal yang bisa kita dapatkan
dengan melakukan interpersonal communication yang baik, yaitu seperti kita dapat
memahami diri kita sendiri sehingga tahu bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak.
Kemudian, hal ini juga dapat membuat fisik dan mental kita tetap sehat karena tidak akan
menimbulkan kesalahpahaman ataupun pertengkaran satu sama lain. Dan pastinya
dengan melakukan komunikasi yang baik kita bisa memenuhi kepuasan akan kebutuhan-
kebutuhan kita sebagai makhluk sosial. (Littlejohn & Foss, 2009).
Ini sama halnya seperti ketika orang tua ingin membangun komunikasi dengan
anaknya. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini peneliti akan berfokus pada interaksi
yang dilakukan oleh orang tua dan anak, dengan melihat dari bagaimana para orang tua
memotivasi anaknya tersebut ketika belajar. Selain itu, peneliti juga tertarik untuk
melihat konflik-konflik seperti apa yang biasanya terjadi dan bagaimana solusi
penyelesaian antara keduanya. Ketika terjadi interaksi antara dua orang atau lebih, tidak
jarang terjadi yang namanya konflik. Sama halnya dengan interaksi yang dilakukan oleh
orang tua ketika mendampingi anaknya belajar. Dengan kebiasaan belajar yang tiba-tiba
berubah, dari sistem belajar yang teratur dan terarah oleh guru di sekolah menjadi belajar
mandiri dan dampingan oleh orang tua, hal ini bisa saja membuat anak tersebut merasa
tidak nyaman.
Ada banyak hal yang bisa menjadi faktor dari ketidaknyamanan tersebut, seperti
merasa cemas karena bingung dengan soal yang diberikan, tidak mengerti dengan apa
yang diajarkan oleh orang tuanya, atau bahkan mungkin ada sebagian orang tua yang
memang tidak mengerti bagaimana cara menyelesaikan soal dan menjelaskan materi
tersebut kepada anaknya. Ada pula contoh lain yang bisa menjadi faktor dari
ketidaknyamanan tersebut yaitu seperti yang dilansir dalam detik.com yang menjelaskan
bahwa ada banyak anak yang merasa stres karena banyaknya tugas yang diberikan oleh
guru mereka. Sehingga membuat para orang tua mengadukan permasalahan ini ke Komisi
Perlindungan Anak (KPAI). (Chaterine, 2020). Maka dari itu, dengan adanya masalah
seperti ini bukan saja menuntut para guru yang mana harus melihat situasi dan kondisi
anak muridnya. Tetapi juga kepada para orang tua yang harus berperan lebih besar
terhadap perkembangan dan kestabilan kondisi anaknya setiap hari.
Dalam hal ini orang tua perlu mencari tahu apa yang sebenarnya menjadi
kekhawatiran bagi anak mereka saat ini. Biasanya yang bisa dilakukan adalah dengan
bertanya langsung kepada anak tersebut. Dengan begitu, secara tidak langsung akan
terjadi pengungkapan diri atau self-disclosure oleh anak tersebut. Sehingga
ketidakpastian yang terjadi di antara orang tua dan anak tersebut akan berkurang, dan
orang tua pun akan mengerti bagaimana seharusnya ia bersikap kepada anaknya, terutama
pada saat mendampinginya belajar. (Handayani, 2016). Ketika kita sudah mengetahui apa
yang menjadi kekhawatiran pada anak kita saat ini, maka barulah kita dapat memutuskan
pendekatan-pendekatan seperti apa yang dapat kita terapkan sebagai solusi dari konflik
yang sedang dihadapi. Dan di sinilah peran para orang tua diperlukan, yaitu dalam
menanamkan nilai-nilai dan juga motivasi kepada anakanaknya agar selalu dalam
keadaan mental dan fisik yang sehat. Karena dengan rasa percaya diri yang dimiliki oleh
anak tersebut bukan hanya dapat membantunya dalam hal akademis tetapi juga terhadap
lingkungan sosial yang ia tinggali.
METODE PENELITIAN

Strategi Penelitian Penelitian dengan judul “Analisis Pola Komunikasi Orang Tua
dalam Mendampingi Anak Belajar di Rumah Selama Study From Home (SFH)” ini
termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Di mana dalam penelitian akan berfokus untuk
menjelaskan hubungan komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak, khususnya
ketika mereka berada dalam situasi tertentu yaitu saat mendampingi anak belajar di
rumah. Alasan utama peneliti memilih topik ini adalah karena fenomena ini baru saja
menjadi isu, khusunya bagi para orang tua. Yang mana peran para orang tua saat ini
menjadi salah satu faktor penting dalam berlangsungnya proses belajar anak, terutama
pada anak yang masih berada di bangku sekolah dasar. Maka dari itu, peneliti ingin
menjelaskan pola komunikasi dan interaksi seperti apa yang dilakukan oleh orang tua
dalam memotivasi anaknya ketika belajar. Selain itu, dengan asumsi yang dibawa oleh
peneliti mengenai potensi konflik yang bisa terjadi antara orang tua dan anak maka
peneliti juga akan menjabarkan hal tersebut ke dalam analisisnya.
kemudian, untuk membantu peneliti dalam memahami dan menganalisis pola
komunikasi yang terjadi maka peneliti menggunakan metode studi kasus sebagai strategi
penelitian. Alasan dijadikannya studi kasus sebagai strategi penelitian adalah karena ada
banyak data yang dapat digali dari informan tersebut. Selain itu, penggunaan studi kasus
juga akan berujung pada penjelasan deskriptif yang dapat membantu peneliti dalam
menganalisis kejadian yang ada. Sehingga peneliti juga dapat membandingkan antara
pengamatan langsungnya melalui studi kasus dengan data yang didapatkannya melalui
wawancara mendalam. Dengan judul penelitian yaitu “Analisis Pola Komunikasi Orang
Tua dalam Mendampingi Anak Belajar di Rumah Selama Study From Home (SFH)”.

Anda mungkin juga menyukai