Sitanggang Npm : 1812011082 Mata Kuliah : Hukum Acara Dan Praktek Peradilan Agama Dosen : Ibu Nilla Nargis, S.H., M.H.
Mengurus Perceraian Sendiri Di Pengadilan Agama
Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami istri dengan putusan pengadilan dan ada cukup alasan bahwa diantara suami istri tidak akan hidup rukun lagi sebagai suami istri. Dimana kita tahu bahwa gugatan perceraian justru kebanyakan diajukan oleh para isteri terutama karena melihat suami tidak memiliki penghasilan memadai sehingga kehidupan keluarga terancam. Faktor lain adalah tidak harmonisnya kehidupan rumah tangga gara-gara cemburu berkepanjangan dengan adanya “orang ketiga” di dalam rumah tangga. Kekacauan di dalam keluarga di era modern ini merupakan hal biasa yang menjadi bahan pergunjingan umum. Apalagi kita sering mendengar kejadian tersebut di sebuah salah satu acara televisi swasta, entah apa sebabnya kenapa mereka sering melakukan sesuatu yang dibenci oleh Allah itu. Apa para orang tua tidak memkirkan dampak yang akan ditimbulkan terhadap tingkah laku anak akibat dari perceraian ini. Harusnya para orang tua berpikir ke depan sebelum melakukan hal yang sangat tidak terpuji tersebut karena bagaimanapun anak dalam hal ini akan sangat terpengaruh oleh keadaan di dalam lingkungan keluarganya. Kekacauan keluarga ini biasanya menyebabkan terputusnya suatu sistem peranan dalam keluarga karena salah satu bagian dari keluarga tersebut (istri misalnya) merasa tidak nyaman terhadap keluarga yang sedang dibinanya tersebut, sehingga salah satu bagian dari keluarga tersebut memutuskan untuk memutuskan sistem peranannya di dalam keluarga. Kekacauan keluarga dapat ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau retaknya struktur peranan sosial yang disebabkan oleh gagalnya salah satu atau beberapa anggota di dalam keluarga menjalankan kewajiban perannya di dalam keluarga. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan oleh suami/isteri yang hendak melakukan gugatan perceraian :.
Suami sebagai pemohon cerai talak :
~ Mengajukan permohonan ke Pengadilan tempat termohon (isteri) ~ Apabila Termohon di luar negeri permohonan di ajukan ke Pengadilan tempat Pemohon ~ Jika keduanya tinggal di luar negeri, maka permohonan dapat diajukan ke Pengadilan tempat perkawinan mereka di langsung kan atau ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Isteri sebagai pengguna cerai : ~ Gugatan di ajukan oleh isteri ke pengadilan tempat kediaman Penggugat (isteri) ~ Apabila penggugat bertempat tinggal di luar negeri, maka gugatan diajukan ke pengadilan tempat kediaman Tergugat ~ Jika keduanya tinggal di luar negeri, maka permohonan dapat diajukan kepada pengadilan tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Proses selanjutnya dari Cerai Talak maupun Cerai Gugat : Pemeriksaan oleh Hakim Usaha perdamaian oleh Hakim (mediasi) Jika tidak mungkin lagi didamaikan, perceraian di putus Penetapan Hakim bahwa perkawinan putus Khusus cerai Talak, ada sidang pembayaran ikrar talak. Sedangkan kita tahu bahwa Perceraian itu dibenci Allah dan perceraian juga akan memberikan dampak yang sangat banyak, seperti: Dampak perceraian yang mungkin terjadi pada anak mungkin bisa berbeda-beda, tergantung dari usia anak pada saat perceraian terjadi serta kepribadian anak itu sendiri. Pada anak usia balita, efek perceraian orangtua mungkin tidak terlalu berpengaruh terhadap perkembangan mentalnya. Namun, lain halnya jika perceraian terjadi saat anak sudah memasuki usia sekolah, dimana ia sudah bisa mengamati situasi di sekitarnya dan menyadari bahwa orangtuanya tidak lagi bersama. Akan tetapi perceraian dapat memberikan dampak yang positif bagi anak, seperti : Anak korban perceraian memiliki orientasi yang baik bagi masa depannya. Anak akan berfikir bahwa kegagalan orangtuanya dapat dijadikan pelajaran agar ia tidak seperti orangtuanya yang memilih jalan perceraian, dan ini juga akan menjadi bekal mereka untuk menuju masa depan yang lebih baik. Anak tersebut merasa bahwa walaupun orang tua mereka telah bercerai, namun ia tidak boleh patah semangat ataupun terpuruk kehidupannya. Hal ini ditunjukkan dengan baiknya prestasi akademik dan non akademik di sekolah. Sehingga, tidak semua anak korban perceraian mengalami disorientasi masa depan. Hal ini bergantung kepada persepsi anak tentang perceraian orang tuanya. Selain itu anak korban perceraian mendapatkan pengalaman yang memberdayakan. Orangtua yang berasal dari keluarga yang relijius sering dipaksa menikah terlalu muda dan ternyata mereka menikah dengan orang yang salah sehingga timbullah kasus perceraian. Hal tersebut membuat anak korban perceraian berpikir bahwa itu merupakan pengalaman yang memberdayakan. Jadi kesimpulannya adalah perceraian orang tua ternyata membawa dampak yang baik bagi anak. Hal itu bergantung kepada orang tuanya, lingkungan, dan komunitasnya. Anak mempunyai persepsi yang baik terhadap perceraian, karena anak mendapat perhatian, perlindungan dan cinta kasih yang cukup dari orangtuanya. Faktor dari lingkungan yang mampu memberi penjelasan, perhatian, dan harapan yang timbul dari anak-anak korban perceraian Komunitasnya juga turut membantu memberikan nasihat sehingga menjadikan individu yang optimis selalu memandang kegagalan sebagai sesuatu yang dapat diperbaiki dan diubah. Sebaliknya, individu yang pesimis menerima kegagalan sebagai kesalahannya sendiri, menganggap kesulitan hidup berasal dari pembawaan yang telah mendarah daging dan tidak dapat diubah. Individu yang optimis akan merasa lebih percaya diri, nyaman, ekspresif, memandang dunia sosial lebih positif, merasa orang lain dapat dipercaya dan tidak merasa takut akan ditinggalkan oleh orang lain. Semakin baik persepsi seseorang terhadap perceraian, semakin baik pula optimisme masa depan seseorang.