Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA DAERAH TERHADAP

KEBERADAAN BAHASA INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat sebagai peserta Ujian Akhir Sekolah

DISUSUN OLEH

NAMA : AGNES CAMELIA LIMUT LADJAR

KELAS : XII SOS 1

NIS/NISN : 0042624600

SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 2 NUBATUKAN


2022
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENGGUNAAN BAHASA DAERAH TERHADAP


KEBERADAAN BAHASA INDONESIA

NAMA : AGNES CAMELIA LIMUT LADJAR

NIS/NISN : 0042624600

KELAS /JURUSAN : XII SOS 1

Telah disahkan di Lewoleba pada tanggal, ..................................

Mengesahkan

Guru Pembimbing Wali Kelas

Hendrikus Koli Bean Burin, S.Pd Karmeliana Yeni S. Sos


NIP. 19710625 19980 2 205 NIP. 1978111 2200903 2 005

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 2 Nubatukan

Cletus Laba, S.Pd


NIP.19740914 200112 1 005
KATA PENGANTAR
 
Puji  syukur  kita  panjatkan  kehadirat  Allah Yang Maha Kuasa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya   kepada    penulis sehingga penulis
berhasil   menyelesaikan   Makalah yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Bahasa Daerah terhadap Keberadaan Bahasa Indonesia”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi syarat sebagai peserta Ujian Akhir Sekolah
Makalah   ini   berisikan  tentang   materi pengaruh penggunaan bahasa
daerah terhadap keberadaan bahasa Indonesia yang  dibahas secara lebih  dalam,
karena selain kita perlu memahami dan mengerti mengapa bahasa Indonesia
merupakan bahasa nasional dan merupakan simbol penting sebuah negara, kita
juga perlu mengerti dan memahami apakah ada pengaruh penggunaan bahasa
daerah dalam kehidupan sehari-hari terhadap keberadaan bahasa Indonesia.
Dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Cletus Laba, S.Pd selaku kepala SMA Negeri 2 Nubatukan atas
yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Hendrikus Koli Bean Burin, S.Pd, selaku guru pembimbing
yang telah sabar membimbing dan mengarahkan penulisdalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Kedua orang tua tercinta yang telah membantu dan mendukung
penulis serta membiayai pendidikan penulis sampai saat ini.
4. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran  dari semua pihak yang bersifat  membangun  selalu
penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. 

Penulis
 
 
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................i


KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahasa Menurut Ahli ...............................................................3
2.2 Fungsi Bahasa Menurut Ahli......................................................................4
2.3 Jenis-Jenis Ragam Bahasa..........................................................................6
2.4 Fungsi Bahasa Daerah Dalam Kaidah Tata Bahasa Indonesia...................6
2.5 Contoh Kata-Kata Bahasa Indonesia Yang Diserap Dari
Bahasa Daerah............................................................................................8
2.6 Dampak Positif dan Negatif dari penggunaan Bahasa daerah....................9
2.7 Upaya-upaya Bersikap Positif Terhadap Bahasa Daerah
dan Bahasa Indonesia.................................................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15
PROFIL PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
 
1.1.   Latar Belakang
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yg arbitrer, yg digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri (KBBI Online). Bahasa merupakan cirri khas dari
suatu Negara, bahasa juga merupakan alat komunikasi dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan sosial. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan
seseorang bisa mencerminkan kepribadian orang tersebut, yang dapat dilihat
dari gaya dan tuturan berbahasanya, itulah mengapa bahasa merupakan simbol
penting dari suatu negara. Setiap negara mempunyai bahasa yang berbeda,
begitu pula Negara Indonesia yang mempunyai bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia, Keanekaragaman budaya dan bahasa daerah mempunyai peranan
dan pengaruh terhadap bahasa yang akan diperoleh seseorang pada tahapan
berikutnya, khususnya bahasa formal atau resmi yaitu bahasa Indonesia.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh
bahasa lain, bahasa daerah maupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi
dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia, tetapi di satu sisi dapat juga
mengganggu kaidah tata bahasa Indonesia.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa keanekaragaman budaya
dan bahasa daerah merupakan keunikan tersendiri bangsa Indonesia dan
merupakan kekayaan yang harus dilestarikan. Dengan keanekaragaman ini
akan mencirikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan kebudayaannya.
Berbedannya bahasa di tiap-tiap daerah menandakan identitas dan ciri khas
masing-masing daerah. Masyarakat yang merantau ke ibukota Jakarta
mungkin lebih senang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa daerah
dengan orang berasal dari daerah yang sama, salah satunya dikarenakan agar
menambah keakraban diantara mereka. Tidak jarang pula orang mempelajari
sedikit atau hanya bisa-bisaan untuk berbahasa daerah yang tidak dikuasainya
agar terjadi suasana yang lebih akrab. Beberapa kata dari bahasa daerah juga
diserap menjadi Bahasa Indonesia yang baku.
Pada hari kemerdekaan Indonesia, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa
yang menyatakan proklamasi seluruh rakyat Indonesia. Pada masa kini pun
bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mempersatukan perbedaan status dan
pendapat antara kita sebagai mahasiswa dengan dosen. Seharusnya kita tetap
menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan kita harus percaya
bahwa bahasa Indonesia tidak akan pernah menjadi penghalang untuk
bercerita dan membina hubungan yang baik dengan siapapun.

1.2.   Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian bahasa menurut para ahli?
1.2.2. Apa fungsi bahasa menurut para ahli?
1.2.3. Apa saja jenis-jenis ragam bahasa?
1.2.4. Apa fungsi bahasa daerah dalam kaidah tata bahasa Indonesia?
1.2.5. Apa saja contoh kata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa
daerah?
1.2.6. Apa saja dampak positif dan negatif dari penggunaan bahasa daerah?
1.2.7. Apa saja upaya bersikap positif terhadap bahasa Indonesia?

1.3.   Tujuan Penulisan


1.3.1. Untuk mengetahui pengertian bahasa menurut para ahli.
1.3.2. Untuk mengetahui fungsi bahasa menurut para ahli.
1.3.3. Untuk mengetahui jenis-jenis ragam bahasa.
1.3.4. Untuk mengetahui fungsi bahasa daerah dalam kaidah tata bahasa
Indonesia.
1.3.5. Untuk mengetahui contoh kata-kata bahasa Indonesia yang diserap
dari bahasa daerah.
1.3.6. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari penggunaan
bahasa daerah.
1.3.7. Untuk mengetahui upaya-upaya bersikap positif terhadap bahasa
daerah dan bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
1. Menurut Gorys Keraf  (1997:1), Bahasa adalah alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia.
2. Menurut Fodor (1974), Bahasa adalah system simbol dan tanda. Yang
dimaksud dengan system simbol adalah hubungan simbol dengan makna
yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan system
tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi
ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi
yang dimaksud.
3. Menurut Bolinger (1981), Bahasa memiliki system fonem, yang terbentuk
dari distinctive features bunyi, system morfem dan sintaksis. Untuk
mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar.
Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia diluar bahasa termasuk
dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti ini
disebut realita.
4. Menurut Felicia (2001:1), Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk
berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
5. Menurut Sunaryo (2000:6), Bahasa didalam struktur budaya ternyata
memiliki kedudukan, fungsi dan peran ganda yaitu sebagai akar dan
produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
6. Menurut Owen, Bahasa yaitu language can be defined as a socially shared
combinations of those symbols and rule governed combinations of those
symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara
sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui
kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol
yang diatur oleh ketentuan).
7. Menurut Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa.
Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga
untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-
lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.
8. Menurut Santoso (1990:1), Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia secara sadar.
Bila dilihat dari beberapa definisi dan pengertian mengenai bahasa
menurut beberapa ahli diatas, kita bisa melihat bahwa terdapat perbedaan
definisi tentang bahasa dimana definisi dari setiap ahli tergantung dengan apa
yang ingin ditekankan oleh setiap tersebut. Namun meskipun terdapat
perbedaan, nampaknya disepakati bersama bahwa bahasa adalah alat
komunikasi. Dan sebagai alat komunikasi , bahasa mempunyai fungsi-fungsi
dan ragam-ragam tertentu.
 
2.2. Fungsi Bahasa Menurut Para Ahli
1. M.A.K Halliday dalam Brown (1980: 194 -195), fungsi bahasa yaitu :
a. Fungsi instrumental yaitu untuk melayani lingkungan,
b. Fungsi regulatori yaitu untuk mengontrol peristiwa,
c. Fungsi representasi yaitu untuk membuat pernyataan, menyampaikan
fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan,
d. Fungsi interaksional yaitu untuk memelihara kelangsungan
komunikasi sosial,
e. Fungsi personal yaitu untuk mengekspresikan perasaan, emosi,
pribadi, reaksi-reaksi mendalam,
f. Fungsi heuristik yaitu untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mempelajari lingkungan,
g. Fungsi imajinatif yaitu untuk melayani sistem imajinasi atau ide.
2. Roman Jakobson dalam Chaedar (1987:82)
a. Emotive speech yaitu ujaran berfungsi psikologis yang menyatakan
perasaan, sikap, emosi penutur.
b. Phatic speech yaitu ujaran berfungsi memelihara hubungan sosialdan
berlaku pada suasana tertentu.
c. Cognitive speech yaitu ujaran mengacu pada dunia yang
sesungguhnya yang sering diberi istilah denotatif atau informatif.
d. Rethorical speech yaitu ujaran berfungsi memengaruhi dan
mengondisi pikiran dan tingkah laku para penanggap tutur.
e. Metalingual speech yaitu ujaran berfungsi untuk membicarakan
bahasa.
f. Poetic speech yaitu ujaran yang dipakai dalam bentuk tersendiri
dengan mengistimewakan nilai-nilai estetiknya.
3. Whatmough dalam Rusyana (1984:141 – 142), fungsi bahasa yaitu :
a. Penggunaan bahasa secara informatif (menyatakan fakta)
b. Penggunaan bahasa secara dinamis (menyusun pendapat)
c. Penggunaan bahasa secara emotif (menggerakkan orang lain untuk
bertindak)
d. Penggunaan bahasa secara estetis (ekspresi sastra)
4. Finocchiaro dalam Chaedar (1987:83) Fungsi Bahasa yaitu :
a. Personal yaitu untuk menyatakan emosi, kebutuhan, pikiran, hasrat,
sikap, dan perasaan,
b. Interpersonal yaitu untuk mempererat hubungan sosial,
c. Direktif yaitu untuk mengendalikan orang lain dengan saran, nasihat,
perhatian, permohonan diskusi,
d. Referensial yaitu untuk membicarakan objek/peristiwa dalam
lingkungan sekeliling atau di dalam kebudayaan pada umumnya,
e. Metalinguistik yaitu untuk membicarakan bahasa,
f. Imajinatif  yaitu untuk mengistimewakan nilai-nilai estetiknya.
 
2.3. Jenis-jenis Ragam Bahasa
1. Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penutur dipandangnya
sebagai ragam yang baik. Biasanya dipakai dalam kalangan terdidik, karya
ilmiah, suasana resmi, atau surat resmi.
2. Ragam cakapan adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara
menganggapkawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah
setatusnya atau apa bila topik pembicaran bersifat tidak resmi.
3. Ragam hormat adalah ragam bahasa yang dipakai apabila lawan bicara
orang yang kita hormati, misalnya orang tua dan atasan.
4. Ragam kasar adalah ragam bahasa yang digunakan dalam dalam
pemakaian tidak resmi di kalangan orang yang saling mengenal.
5. Ragam lisan adalah bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait
oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu
pemahaman.
6. Ragam resmiadalah ragam bahasa yang dipakai dalam suasana resmi.
7. Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis,
terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai
sasaran visual.
 
2.4. Fungsi Bahasa Daerah dalam Kaidah Tata Bahasa Indonesia
Menurut Khotimah (2012), Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang
dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada
suatu daerah kecil, negara bagianfederal atau provinsi, atau daerah yang lebih
luas. Sedangkan defenisi Bahasa Daerah dalam hukum Internasional yang
termuat dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau
Minoritas diartikan bahwa “bahasa-bahasa daerah atau minoritas” adalah
bahasa-bahasa yang secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara,
oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk
kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebu; dan
berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
Fungsi bahasa daerah dalam kaidah tata bahasa Indonesia, yaitu :
1. Bahasa Daerah sebagai pendukung Bahasa Nasional, Bahasa daerah
merupakan bahasa pendukung bahasa Indonesia yang keberadaannya
diakui oleh Negara. UUD 1945 pada pasal 32 ayat (2) menegaskan bahwa
“Negara menghormati dan memilihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional.” dan juga sesuai dengan perumusan Kongres Bahasa
Indonesia II tahun 1954 di Medan, bahwa bahasa daerah sebagai
pendukung bahasa nasional merupakan sumber pembinaan bahasa
Indonesia. Sumbangan bahasa daerah kepada bahasa Indonesia, antara
lain, bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan kosa kata.
Demikian juga sebaliknya, bahasa Indonesia mempengaruhi
perkembangan bahasa daerah. Hubungan timbal balik antara bahasa
Indonesia dan bahasa daerah saling melengkapi dalam perkembangannya.
2.  Bahasa Daerah sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah
dasar, di daerah tertentu , bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa
pengantar di dunia pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun
ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus menggunakan bahasa Indonesia ,
kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan bahasa daerah
sebagai bahasa ibu.
3.Bahasa Daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya Bahasa
Indonesia, seringkali istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum
muncul di bahasa indonesia sehingga bahasa indonesia memasukkannya
istilah tersebut , contohnya “ gethuk “ { penganan dibuat dari ubi dan
sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk
bersama) } karena di bahasa indonesia istilah tersebut belum ada , maka
istilah “ gethuk “ juga di resmikan di bahasa indonesia sebagai istilah dari
“ penganan dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian
dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama) “.
4.Bahasa Daerah sebagai pelengkap bahasa Indonesia di dalam
penyelenggaraan pemerintah pada tingkat daerah, dalam tatanan
pemerintah pada tingkat daerah , bahasa daerah menjadi penting dalam
komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat yang kebanyakan masih
menggunakan bahasa ibu sehingga dari pemerintah harus menguasai
bahasa daerah tersebut yang kemudian bisa di jadikan pelengkap di dalam
penyelenggaraan pemerintah pada tingkat daerah tersebut.
Bahasa daerah dan Bahasa Indonesia yang digunakan secara
bergantian menjadikan masyarakat Indonesia menjadi dwibahasawan.
Menurut Mackey dan Fishman (Chaer, 2004: 84) kedwibahasaan diartikan
sebagai “…penggunaan dua bahasa oleh penutur dalam pergaulannya
dengan orang lain secara bergantian”.
 
2.5. Contoh Kata-kata Bahasa Indonesia yang Diserap dari Bahasa Daerah
Ada beberapa cara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
kosakata bahasa daerah dalam bahasa Indonesia. Salah satunya adalah
dengan melihat keberadaan kosakata bahasa daerah di dalam kamus. Kamus,
selain menjadi sumber rujukan dalam memahami makna kata suatu bahasa,
juga merupakan rekaman tertulis penggunaan bahasa yang (pernah)
digunakan oleh masyarakat penggunanya. KBBI merupakan salah satu
kamus komprehensif yang merekam penggunan kata, termasuk di dalamnya
kosakata bahasa daerah yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. KBBI
disusun berdasarkan kamus bahasa Indonesia yang telah ada sebelumnya,
seperti Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1985), Kamus
Indonesia (Harahap, 1951), dan Kamus Modern Bahasa Indonesia (Zain,
t.t.).
KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008) memuat kurang lebih 70
bahasa daerah yang telah dianggap sebagai warga bahasa Indonesia. Selain
bahasa daerah, KBBI juga memuat dialek Melayu, seperti Melayu Jakarta,
Melayu Jambi, dan Melayu Medan, serta memuat bahasa asing, seperti
bahasa Arab, bahasa Belanda, dan bahasa Cina.
Kosakata dari bahasa daerah tersebut dapat diidentifikasi dengan dua
cara, yaitu (1) melihat label yang ditulis antara lema dan kelas kata dan (2)
melihat informasi asal bahasa yang ada di dalam definisi. Berdasarkan
penghitungan dengan hanya memperhatikan label penggunaan bahasa
daerah, diketahui bahwa kosakata serapan bahasa daerah berjumlah 3.592
entri. Jika dilihat dari jumlah entri yang terdapat dalam KBBI Edisi Keempat
(2008) yang memuat 90.049 entri, bahasa daerah ternyata hanya
memberikan kontribusi sebesar lebih kurang 3,99% dalam kosakata bahasa
Indonesia. Jumlah tersebut sungguh sangat kecil. Oleh karena itu,
pernyataan yang menyebutkan bahwa bahasa daerah adalah pilar utama dan
penyumbang terbesar kosakata bahasa negara, seperti yang tersurat dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007, perlu
dipertimbangkan kembali. Berikut ini adalah tabel lengkap bahasa daerah
dan jumlah kosakata yang disumbang.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi banyak atau sedikitnya kosakata
bahasa daerah diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya ke dalam
KBBI, yaitu :
a. Kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh wartawan di media
massa,
b. Kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh penulis atau
sastrawan dalam karangannya,
c. Kekerapan penggunaan kosakata bahasa daerah oleh tokoh publik, dan
d. Ketersediaan konsep baru pada kosakata bahasa daerah yang tidak
dimiliki oleh bahasa Indonesia.

2.6. Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Bahasa Daerah


Beberapa pengaruh atau dampak penggunaan bahasa daerah terhadap
bahasa Indonesia:
1. Dampak Positif :
a. Bahasa Indonesia memiliki banyak kosakata.
b. Bahasa Daerah sebagai pendukung Bahasa Nasional
c. Sebagai kekayaan budaya bangsa Indonesia.
d. Sebagai identitas dan ciri khas dari suatu suku dan daerah.
e. Menimbulkan keakraban dalam berkomunikasi.
 
2. Dampak Negatif:
a. Bahasa daerah yang satu sulit dipahami oleh daerah lain.
b. Warga negara asing yang ingin belajar bahasa Indonesia menjadi
kesulitan karena terlalu banyak kosakata,
c. Masyarakat menjadi kurang paham dalam menggunakan bahasa
Indonesia yang baku karena sudah terbiasa menggunakan bahasa
daerah,
d. Dapat menimbulkan kesalahpahaman. Pada bahasa-bahasa daerah di
Indonesia juga terdapat beberapa kata yang sama dalam tulisan dan
pelafalan tetapi memiliki makna yang berbeda, berikut beberapa
contohnya :
1) Suwek dalam bahasa Sekayu (Sumsel) bermakna tidak ada.
Suwek dalam bahasa Jawa bermakna sobek.
2) Kenek dalam bahasa Batak bermakna kernet (pembantu sopir).
Kenek dalam bahasa Jawa bermakna kena.
3) Abang dalam bahasa Batak dan Jakarta bermakna kakak.
Abang dalam bahasa Jawa bermakna merah.
4) Mangga dalam bahasa Indonesia bermakna buah mangga.
Mangga dalam bahasa Sunda bermakna silakan.
5) Maen dalam bahasa Indonesia bermakna bermain.
Maen dalam bahasa Batak bermakna gadis.
Melalui beberapa contoh itu ternyata penggunaan bahasa daerah
memiliki tafsiran yang berbeda dengan bahasa lain. Jika hal tersebut
digunakan dalam situasi formal seperti seminar, lokakarya, simposium, proses
belajar mengajar yang pesertanya beragam daerahnya akan memiliki tafsiran
makna yang beragam. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah haruslah
pada waktu, tempat, situasi, dan kondisi yang tepat.
2.7. Upaya-upaya Bersikap Positif Terhadap Bahasa Daerah dan Bahasa
Indonesia.
Apakah bahasa Indonesia sudah mulai luntur? Jawabannya tergantung
pada pribadi masing-masing. Pada zaman ini, penggunaan bahasa Indonesia
sering dikesampingkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Beberapa hal
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan bukti nyata dari
fenomena ini. Sayang sekali bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
nasional terkadang menempati posisi terakhir untuk dipilih. Bahasa Indonesia
bahkan dianggap sebagai bahasa formal yang hanya digunakan untuk situasi
formal seperti mengajar, rapat, menulis surat, dan sebagainya. Bahkan
mungkin jika pada saat yang tidak mendesak, tidak perlu menggunakan
bahasa nasional.
Misalkan saja bahasa Indonesia dipakai oleh salah seorang mahasiswa
yang berasal dari Padang yang berkuliah di Palembang, tidak sedikit
mahasiswa yang menganggap dia orang yang sombong dan angkuh karena
menggunakan bahasa Indonesia dalam interaksi sosialnya, padahal mungkin
saja jika mahasiswa itu menggunakan bahasa Padang banyak orang yang
tidak akan mengerti apa yang dia katakannya, oleh karena itu penggunaan
bahasa Indonesia bukanlah hanya sekedar untuk ajang kesombongan belaka
namun sebagai cirri khas penutur itu sendiri dan merupakan sebuah
kebanggaan memakai bahasa Indonesia itu sendiri.
Benarkah pendapat-pendapat tersebut? Meskipun ada beberapa
pendapat negatif berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia, namun ikrar
bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 sebaiknya tetap kita ingat,
khususnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Lalu bagaimana
dengan bahasa daerah dan bahasa internasional? Penggunaan bahasa daerah
dan bahasa internasional dalam komunikasi memang penting. Namun, kita
harus bijaksana dalam pemilihan ragam bahasa. Jangan pernah membiarkan
penggunaan bahasa Indonesia menjadi punah tak berbekas hanya karena
pikiran negatif diri sendiri atau anggapan orang lain yang belum pasti
kebenarannya. Jangan menggunakan bahasa Indonesia secara terpaksa,
melainkan dengan penuh kebanggaan. Seperti halnya melestarikan budaya,
upayakanlah juga kelestarian penggunaan bahasa Indonesia agar perjuangan
para pahlawan dalam Sumpah Pemuda tidak sia-sia. Marilah kita mengisi
kemerdekaan Indonesia dengan bijaksana dan tetaplah mencintai persatuan di
tengah keberagaman yang ada di Indonesia.
   Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan situasinya adalah
salah satu sikap positif, hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam
berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun orang menganggap bahwa
dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat
menangkap maksud pembicara, dapat dikatakan bahwa orang itu tidak
bersikap positif.
   Orang yang melakukan kesalahan tidak dengan sendirinya berarti
yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk jika
orang tahu atau sudah diberitahu bahwa ia telah melakukan kesalahan, tetapi
enggan berusaha memperbaikinya. Orang yang kurang terampil berbahasa
dapat menunjukkan sikap positif jika ia belajar dari kesalahan,
memperhatikan saran, petunjuk atau pendapat orang yang ahli, serta
mengupayakan perbaikan pemakaian bahasanya.
   Sikap positif juga dapat ditunjukkan lewat pemakaian bahasa yang
sesuai dengan keperluan. Dalam pergaulan sosial, kita mungkin menghadapi
beragam keperluan pula, secara singkat dapat dikatakan bahwa penggunaan
bahasa selain bahasa Indonesia untuk keperluan tertentu tidak perlu
dipandang sebagai cerminan rasa kebangsaan yang rendah.
 
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bahasa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh bahasa lain, bahasa
daerah maupun bahasa asing. Pengaruh itu di satu sisi dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia, tetapi di satu sisi dapat juga mengganggu kaidah
tata bahasa Indonesia. Kebiasaan menggunakan bahasa daerah dalam bahasa
sehari-hari dapat pula mempengaruhi keberadaan bahasa Indonesia itu
sendiri, Apakah bahasa Indonesia sudah mulai luntur? Jawabannya tergantung
pada pribadi masing-masing. Pada zaman ini, penggunaan bahasa Indonesia
sering dikesampingkan oleh berbagai kalangan masyarakat.
Sayang sekali bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional
terkadang menempati posisi terakhir untuk dipilih. Bahasa Indonesia bahkan
dianggap sebagai bahasa formal yang hanya digunakan untuk situasi formal
seperti mengajar, rapat, menulis surat, dan sebagainya. Bahkan mungkin jika
pada saat yang tidak mendesak, tidak perlu menggunakan bahasa nasional.
Benarkah pendapat-pendapat tersebut? Meskipun ada beberapa
pendapat negatif berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia, namun ikrar
bangsa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 sebaiknya tetap kita ingat,
khususnya bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Lalu bagaimana
dengan bahasa daerah dan bahasa internasional? Penggunaan bahasa daerah
dan bahasa internasional dalam komunikasi memang penting. Namun, kita
harus bijaksana dalam pemilihan ragam bahasa. Jangan pernah membiarkan
penggunaan bahasa Indonesia menjadi punah tak berbekas hanya karena
pikiran negatif diri sendiri atau anggapan orang lain yang belum pasti
kebenarannya. Jangan menggunakan bahasa Indonesia secara terpaksa,
melainkan dengan penuh kebanggaan. Seperti halnya melestarikan budaya,
upayakanlah juga kelestarian penggunaan bahasa Indonesia agar perjuangan
para pahlawan dalam Sumpah Pemuda tidak sia-sia. Marilah kita mengisi
kemerdekaan Indonesia dengan bijaksana dan tetaplah mencintai persatuan di
tengah keberagaman yang ada di Indonesia tentu saja dengan tidak
mengesampingkan bahasa daerah itu sendiri.
Kosakata bahasa daerah merupakan sumber dan benih pengembangan
kosakata bahasa Indonesia. Penyerapan kosakata bahasa daerah bermanfaat
untuk pemekaran dan pemerkayaan bahasa Indonesia serta untuk
pengembangan bahasa daerah itu sendiri. Besar kecilnya kosakata suatu
bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, khususnya yang
telah dimuat di dalam KBBI, janganlah dianggap sebagai satu-satunya
ukuran dalam upaya pengembangan kosakata. Usaha untuk mengembangkan
kosakata budaya tersebut harus terus dilakukan. Masyarakat harus didorong
dan diberi kemudahan sehingga memiliki ruang gerak dan potensi untuk
memperkenalkan atau memopulerkan budayanya melalui kosakata bahasa
daerah. Pemerintah, melalui lembaga/instansi yang berwenang, juga harus
mendukung upaya tersebut.
 
3.2. Saran
Hendaknya dengan adanya makalah ini penulis sangat mengharapkan
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di kalangan
mahasiswa, sehingga kita mengetahui, mengerti dan memahami pengertian
bahasa dan pengaruh penggunaan bahasa daerah terhadap keberadaan bahasa
Indonesia.
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Buku Praktis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi kedua.
Somad, Adi Abdul, dkk. 2008. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Sugono, Dendy. 2009. ”Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Asing
dalam Percepatan Realisasi Pendidikan Berkelanjutan bagi Anak Indonesia.”
Dalam Seminar Internasional Bahasa dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta:
Pusat Bahasa.
PROFIL PENULIS

Nama : Agnes Camelia Limut Ladjar

TTL : Ende, 21 Januari 2004

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Pelajar

Agama : Katolik

Alamat : Lusikawak Lewoleba Lembata

Pendidikan

2010-2016 : SDK Waiwejak

2016-2019 : SMPN 1 Atadei

2019-2022 : SMAN 2 Nubatukan

Anda mungkin juga menyukai