Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

Pendahuluan

A.Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara yang terdiri dari bermacam-macam suku bangsa (multietnik), dengan
derajat keberagaman yang tinggi dan mempunyai peluang yang besar dalam perkawinan yang
berbeda budaya. Perkawinan yang dilangsungkan mengandung nilai-nilai atau normanorma budaya
yang sangat kuat dan luas, ( Abu dalam Natalia & Iriani, 2002).

Budaya yang berbeda melahirkan standar masyarakat yang berbeda dalam berbagai aspek
kehidupan, termasuk juga dalam mengatur hubungan perkawinan adat istiadat. Namun diantara
berbagai bentuk yang ada, perkawinan merupakan salah satu contoh yang dapat dilihat secara adat
istiadat suku setempat yang dapat diterima serta diakui secara universal, ( Duvall dalam Natalia &
Iriani, 2002 ).

Teori komunikasi antarbudaya dikembangkan oleh seorang antropolog, Edward Hall - yang
mengemukakan teori dari kedekatan dan jarak sosial – adalah seorang antropolog budaya yang
sangat berpengaruh di bidang komunikasi. Dibuatnya pasukan perdamaian oleh John F. Kennedy
pada awal 60an juga memimpin sebuah peningkatan minat dan kebutuhan untuk pengetahuan
tentang bagaimana orang-orang dari berbagai budaya dapat berkomunikasi dengan efektif. Sejak
awal pekerjaan Hall dan awal penelitian dari pasukan perdamaian, teori dari komunikasi antar budaya
meluas menjadi teori bahasa, media massa, dan konflik antar budaya

Komunikasi antar budaya adalah sebuah situasi yang terjadi bila pengirim pesan adalah
anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari budaya lain. Situasi ini
tidak dapat dihindarkan,karena sebetulnya setiap kali seseorang melakukan komunikasi
dengan orang lain mengandung komunikasi ntar budaya. Hal ini dikarenakan ssetiap orang
selalu berbeda budaya dengan orang lain.
Budaya yang berbeda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan karenanya dapat
menjadi salah satu penentu tujuan hidup yang berbeda pula. Cara setiap orang berkomunikasi
sangt bergantung pada budayanya: bahasa,aturan,dan norma masing-masing. Setiap individu
yang berkomunikasi dengan berbeda budaya pasti memiliki berbagai macam kesulitan.
Kesulitan – kesulitan yang dihadapi oleh setiap individu yang terlibat diakibatkan oleh
perbedaan ekspetasi cultural masing-masing.Perbedaan-perbedaan ekspetasi budaya dapat
menimbulkan resiko yang fatal. Perbedaan ekspetasi ini sekurang-kurangnya menyebabkan
komunikasi tidak lancar,timbul perasaan tidak nyaman,dan kesalahpahaman. Salah satu
bentuk aktivitas antar budaya yang nyata dapat terlihat dalam kehidupan keluarga kawin
campur.
Dalam kehidupan keluarga kawin campur akan terjadi suatu kesalahpahaman komunikasi
antarbudaya,yang melibatkan seluruh anggota keluarga: suami,istri,anak,dan bahkan juga
anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah.
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih dalam :

1. Perbedaan budaya Jawa dengan Betawi?

2. Kehidupan dalam rumah tangga antarbudaya?

C. Tujuan penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui perbedaan budaya Jawa dengan Betawi

2. Mengetahui kehidupan dalam rumah tangga antar budaya

Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memudahkan dan memahami persepsi yang
muncul dalam benak masing-masing individu terhadap pasangannya yang berbeda etnis
dalam kehidupan keluarga kawin campur.Selain menjadi masukan bagi para pelaku pasangan
kawin campur untuk melihat beberapa alternative dalam menerapkan nilai-nilai sosial dan
nilai-nilai budaya dalam kehidupan keluarga kawin campur. Penelitian ini hendak
menunjukkan,bahwa komunikasi sangat penting, terutama untuk mmenjembatani segala
persoalan antaretnis yang dihadapioleh manusia,termasuk persoalan pebedaan prinsip
sehingga tercapai sebuah kompromi yang melegakan kedua belah pihak.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih memantapkan para peneliti untuk
melihat beragam persoalan komunikasi antarbudaya, terutama yang memiiki kaitan dengan
komunikasi interpersonal.Melihat perkembangan sosial budaya yang semakin kompleks,
berarti permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari semakin beragam, terutama
yang terkait dengan persoalan komunikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teori abstrak KAB atau kajian pustaka
Perkawinan berbeda budaya cenderung menimbulkan konflik dibandingkan perkawinan dengan budaya
sama. Hal yang menarik dan unik untuk diteliti adalah bagaimana suami dan istri dengan karakteristik
budaya yang berbeda mengelola konflik dalam rumah tangga mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti baagaimana penyesuian pada pasangan beda etnis Jawa dan
Betawi dalam mempertahankan keutuhan perkawinannya. Penyesuaian perkawinan adalah
perubahan yang terjadi selama masa-masa pernikahan antara suami dan isteri dapat memnuhi
kebutuhan,keinginan,dan harapan masing-masing pihak,serta untuk menyelesaikan masalah yang
ada sehingga kedua belah pihak merasakan kepuasan. Pernikahan beda budaya adalah suatu
pernikahan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang
berbeda,dimana terdapat beberapa penyatuan pola piker dan cara hidup yang berbeda,yang
bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha
Esa.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara secara langsung dan observasi.Komunikasi
dan kesepakatan merupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupan perkawinan subjek dan
pasangan, karena hal tersebut dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan perkawinan
subjek dan pasangan. Serta faktor pendukung keberhasilan perkawinan antar etnis subjek dan
pasangan adalah faktor keterbukaan dimana di dalam perkawinan dituntut adanya keterbukaan satu
sama lain sehingga masalah yang ada dapat dibicarakan dan menemukan solusi yang terbaik bagi
masalah tersebut.

Teori Penyesuaian Perkawinan

Pengertian Penyesuaian Perkawinan

Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi


antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan
menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Menurut Lasswel &
Lasswel (1987), penyesuaian perkawinan berarti kedua individu telah belajar untuk
mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai
suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan
absolut melainkan suatu proses yang terus menerus terjadi. Disimpulkan bahwa penyesuaian
perkawinan adalah proses adaptasi dimana antara kedua individu telah belajar untuk
mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai
suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan. Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan
absolut melainkan suatu proses yang terus menerus terjadi.
Menurut Hurlock (1980)Karakteristik Penyesuaian Perkawinan yaitu :

a. Kebahagiaan suami dan istri Suami dan istri yang bahagia bersama memperoleh
kepuasan dari peran-peran yang mereka jalankan. Mereka juga memiliki cinta yang matang
dan stabil, mempunyai penyesuaian seksual yang baik dan menerima peran sebagai orangtua.

b. Hubungan yang baik antara orangtua dan anak Bagi yang sudah mempunyai anak
maka hubungan yang baik antara orangtua dengan anak menunjukkan keberhasilan
penyesuaian yang baik. Bila hubungan antara orangtua dan anak tidak baik maka suasana
rumah akan ditandai dengan adanya friksi.

c. Penyesuaian yang baik pada anak Pada anak keberhasilan mereka menyesuaiakan
diri dengan teman-temannya, sekolahnya, akan menunjukkan keberhasilan penyesuaian
perkawinan orangtuanya.

d. Mampu menghadapi perbedaan pendapat dengan baik Perbedaan pendapat di dalam


keluarga merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Penyesuaian perkawinan yang baik
ditandai dengan adanya kemampuan dari anggota keluarga untuk memahami pandangan yang
berbeda dari anggota keluarganya. Penyesuaian yang baik akan tercapai dengan cara
demikian dibandingkan bila ada salah satu anggota keluarga yang harus mengalah atau
perbedaan pendapat didiamkan saja.

e. Kebersamaan Dalam penyesuaian perkawinan yang baik, masing-masing anggota


akan menikmati saat-saat kebersamaan mereka.

f. Penyesuaian keuangan yang baik Pada umumnya, masalah keuangan merupakan


masalah yang sering menimbulkan masalah. Terlepas dari besarnya penghasilan, hal
terpenting yang harus dilakukan suatu keluarga adalah mengatur pemasukan dan pengeluaran
rumah tangga, sehingga keluarga terhindar utang.

g. Penyesuaian dengan keluarga pasangan yang baik Penyesuaian yang baik dengan
keluarga pasangan akan membuat suatu keluarga jarang mengalami konflik dalam hubungan
kekeluargaannya.

Dimensi-dimensi Penyesuaian Perkawinan

Bernard ( dalam Santrock, 1973 ) mendeskripsikan tiga dimensi pokok dalam


penyesuaian perkawinan :

a. Derajat kesepahaman atau kesepakatan antar pasangan Kesepahaman atau


kesepakatan antar pasangan dalam berbagai masalah dalam perkawinan. Derajat
kesepahaman antar pasangan dalam berbagai aspek kehidupan perkawinan akan
mempengaruhi penyesuaian perkawinan mereka, seperti pembagian tugas-tugas rumah
tangga.

b. Komunikasi yang intim antar pasangan Komunikasi merupakan faktor terpenting


dalam penyesuaian perkawinan. Komunikasi interpersonal dapat berbentuk verbal dan non
verbal, seperti membicarakan masalah yang terjadi di rumah tangga, menunjukkan sensivitas
antar pasangan dan melengkapi komunikasi verbal dengan komunikasi non verbal.

Komunikasi

Komunikasi sering kita lakukan dalam sehari-hari, komunikasi ini merupakan


kebutuhan yangpaling mendasar manusia. Saat seseorangdengan orang lain berdekatan maka
terjadikomunikasi secara verbal, namun jika merekaberada dalam jarak yang jauh
merekamenggunakan beberapa cara untukberkomunikasi.Sebelum mengetahui pengertian
atau definisikomunikasi , anda perlu tahu dan bacaartikel Pengertian Teknologi dan
PengertianInformasi. Berikut ini Pengertian atau DefinisiKomunikasi secara singkat dan
jelas.Pengertian KomunikasiKomunikasi atau dalam bahasa inggrisnyaCommunication ,
menurut asal katanya berasaldari bahasa latin yaitu Communicatio.Komunikasi adalah suatu
proses ketikaseseorang atau kelompok masyarakatmenggunakan informasi agar terhubung
denganlingkungannya. Pada umumnya, komunikasiterjadi secara lisan atau verbal.
Komunikasidapat terjadi jika ada persamaan antarapenyampaian pesan dengan orang
yangmenerima pesan.

Pengertian Komunikasi Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia(KBBI terbitan Balai


Pustaka, 2002),komunikasi adalah:

1. Pengiriman dan penerimaan pesan antara duaorang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksuddapat dipahami, hubungan, kontak.

2. Perhubungan.Pengertian Komunikasi Menurut Para AhliBeberapa ahli


mengungkapkan pendapatnyamengenai pengertian komunikasi , berikut inipengertian
komunikasi menurut pendapat paraahli :

3. Carl I. Hovland

Hovland berpendapat mengenai pengertiankomunikasi , menurutnya “Komunikasi


adalahsuatu proses yang memungkinkan seseorang(komunikator) menyampaikan pesan
(lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku oranglain (komunikan)”.
1. Theodore M. Newcomb

Menurutnya pengertian komunikasi adalah“setiap tindakan komunikasi dipandang


sebagaisuatu transmisi informasi,terdiri darirangsangan yang diskriminatif, dari
sumberkepada penerima”.

2. Hafield Cangara

Hafield menyatakan suatu definisi barumengenai pengertian komunikasi , iamenyatakan


bahwa “komunikasi adalah suatuproses di mana dua orang atau lebih
melakukanpertukaran informasi dengan satu sama lainnya,yang pada gilirannya akan tiba
pada salingpengertian”.

Definisi Budaya

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa,
mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa pesahabatan,
kebiasaan makan, praktek komunikasi, tindakan-tidakan sosial, kegiatan-kegiatan ekonomi
dan politik, dan teknologi, semua berdasarkan pola-pola budaya.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman , kepercayaan, nilai, sikap, makna,
hirarki, agama, watku, peranan, hubungan, ruang, konsep alam semesta, objek-objek, materi
dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui indivu
dan kelompok. Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-dimana. Budaya meliputi semua
peneguhan perilaku yang diterima selama suatu periode kehidupan. Budaya juga berkenan
dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita.
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan
siapa yang bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana cara berkomunikasi berlangsung,
tetapi budaya juga turut menentukan bagaimana orang menyandi pesan, makna yang ia miliki
untuk pesan dan kondisi-kondisinya unuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan.

Budaya dan Komunikasi

Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami


komunikasi antarbudaya karena melalui budayalah orang-orang belajar berkomunikasi, Cara
kita berkomunikasi, keadaan komunikasi, bahasa dan gaya yang kita gunakan dan perilaku-
perilaku nonverbal kita itu merupakan respons terhadap dan fungsi budaya kita. Komunikasi
terikat oleh budaya , sebagaimana budaya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya,
maka praktik dan perilaku komunikasi individu-individu yang diasuh dalam budaya-budaya
tersebut pun akan berbeda. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat
kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukkan perilaku komunikatif.

Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antara budaya adalah sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang
berbeda, ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif
yang unik yang harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses
komunikasi. Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang
yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau
gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan
dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Budaya Betawi

Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa
lalu.Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum
berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.Apa
yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta.
Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu
hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, Melayudan
Tionghoa.

Suku Betawi

Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru
muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut.Jumlah orang Betawi
sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.

Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan,


kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum
mengakar.Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan
lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang
Rawabelong.

Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai
satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul
pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan
Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan
sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat
campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk
di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi.Penduduk lokal di luar
benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis
pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda
Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis
yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Istilah Betawi

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan
bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi
berasal dari kata “Batavia,” yaitu nama lama Jakarta yang diberikan oleh Belanda.

Sejarah

Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam
Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula
pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari
Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.

Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan,


etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815–1893. Perkiraan ini
didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia,
Lance Castle.Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat
berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya.Dalam data sensus penduduk Jakartatahun 1615
dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai
golongan etnis Betawi.

Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai
pada tahun 1690.Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di
daerahKota.Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang
sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi
Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon danBanda, dan orang Melayu.

Suku Betawi

Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru
muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut.Jumlah orang Betawi
sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.
Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan,
kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum
mengakar.Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan
lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang
Rawabelong.

Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai
satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul
pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan
Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan
sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.

Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat
campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk
di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi.Penduduk lokal di luar
benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.

Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis
pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda
Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis
yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.

Seni dan kebudayaan

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari
beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik
pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain,
Jawa, Sunda,Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budayaJakarta juga
banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab,Tiongkok, India, dan Portugis.

Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk
pendatang.Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi
Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik
dariIndonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar
budaya di Situ Babakan.

Bahasa

Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi
secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang
berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.

Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia
juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi).Menurut sejarah, Kerajaan
Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis
Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan
bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa
nasional.

Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20,
Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda
dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau
demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan
dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal
dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan
lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno
Bujangga Manik[1] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa
informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.

Budaya jawa

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa
khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat
dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa
Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam
kehidupan sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan.
Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi
tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama. Ada yang
berpendapat budaya Jawa identik feodal dan sinkretik. Pendapat itu kurang tepat karena
budaya feodal ada di semua negara termasuk Eropa. Budaya Jawa menghargai semua agama
dan pluralitas sehingga dinilai sinkretik oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu
agama tertentu dan sektarian.

Budaya Jawa juga menghasilkan agama sendiri yaitu Kejawen. Kejawen berisikan tentang
seni, budaya, tradisi, ritual, sikap serta filosofi orang-orang Jawa. Kejawen juga memiliki arti
spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Tetapi mayoritas orang Jawa sekarang menganut
agama Islam dan sebagian kecil orang Jawa menganut agama Kristen atauKatolik. Dahulu
orang Jawa menganut agama Hindu, Buddha dan Kejawen. Bahkan orang Jawa ikut
menyebarkan agama Hindu dan Buddha dengan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha Jawa yang
berperan. Orang Jawa juga ikut menyebarkan agama Islam dan Kristen atau Katolik di
Indonesia.

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa
Tengah,Yogyakarta & Jawa Timur. Selain itu, Bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk
yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota Serang, kabupaten
Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara
terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, Cirebon dan kabupaten
Cirebon.Kawasan-kawasan luar Jawa yang terdapat penutur bahasa Jawa
yaitu : Lampung (61,9%), Jakarta (35%),

Sumatera Utara (32,6%), Kaltim (29,5%), Jambi (27,6%), Sumatera


Selatan (27%), Riau 25%, Aceh (15,87%) yang dikenal sebagaiAneuk Jawoe. Penutur bahasa
Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar di Suriname, yang mencapai 15% dari penduduk
secara keseluruhan,kemudian di Kaledonia Barubahkan sampai
kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke
wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke Korea,Hong Kong,
serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini
meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode
ini merupakan proses, prinsip dan prosedur yang digunakan peneliti untuk mendekati suatu
masalah dan mencari jawabannya. Dengan kata lain, metodologi adalah sebuah pendekatan
umum untuk mengkaji topik penelitian. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian
dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial
dan masalah manusia. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode analisis
data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis.
Objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu yang menjadi sasaran penelitian.

Sasaran penelitian bergantung dengan rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan


penelitian adalah subjek yang memahami informan objek penelitian sebagai pelaku maupun
orang lain yang memahami objek penelitian. Jadi apabila penelitian tentang efektifitas
komuikasi antarbudaya tentang pernikahan antarbudaya, Subjek penelitian ini adalah orang
pernikahan antarbudaya. Penelitian tersebut menggunakan cara teknik wawancara

Informan

a. Informan kunci

Informan kunci kami bernama bayirudin, ia adalah seorang yang asli budaya betawi.

b. Informan pendukung

Infroman pendukung kami bernama yuli emi sumiati, ia adalah seorang yang asli
budaya jawa.
Kedua informan kami adalah pernikahan silang antar budaya

Metode Dan Mencari Data

Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab kepada narasumber untuk mendapatkan


informasi. Kami merencanakan pertemuan untuk melakukan wawancara secara langsung
kepada informan kami. Kemudian merencanakan pertemuan di tempat yang sudah disepakati
dan langsung melakukan wawancara.
Observasi langsung

Observasi adalah mengadakan pengamatan langsung terhadap informan dalam suatu


periode tertentu dan mengadakan. Kami menggunakan observasi non partisipasi karena kami
tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi.

Observasi tidak langsung

suatu cara pengumpulan data denganpencatatan secara sistematis tentang hal-hal


tertentu yang diamati melalui beberapa refrensi pustaka dari buku maupun internet.

Kajian studi pustaka

Mencari referensi-referensi dari buku terkait untuk melengkapi makalah penelitian ini,
dalam penelitian ini kita menggunakan referensi dari buku Komunikasi Antarbudaya (Drs.
Deddy Mulyana, M.A. dan Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc) serta buku-buku pendukung lain
yang terkait dengan penelitian ini.

Waktu Dan Tempat

Hari kamis, Tanggal 17 desmber 2015 Pukul 16.00-18.00 WIB, Bertempat Di jalan gria
kencana 1 kp dukuh Rt 001/002 No 69 sudimara selatan, ciledug tangerang 15151
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pernikahan antar budaya

Wilayah penelitian

Informan kami berempat tinggal dijalan gria kencana 1 kp dukuh Rt 001/002 No 69


sudimara selatan, ciledug tangerang 15151, ditempati dan ditinggali oleh bapak bayirudin dan
ibu yuli beserta ke tiga orang anaknya, bapak bayirudin dan ibu yuli mennikah sudah sekitar
25 tahun dengan perbedaan umur 2 tahun lebih tua bapak bayirudin disbanding istinya.
Dalam penelitian ini ibu yuli adalah wanita asli dari jawa timur sedangkan bapak bayorudin
adalah orang asli dari betawi.

Hasil penelitian

Hasil penelitian kami mengenai pernikahan antar budaya yaitu perbandingan dan
perbedaan budaya, antara budaya betawi dengan budaya jawa melalui sebuah pernikahan
yang sakral dan penuh akan makna budaya didalamnya, perbedaan budaya jawa dan betawi
sangat mencolok, yang bisa dilihat dari segi komunikasi, kebiasaan, cara menyelesaikan
masalah dalam rumah tangga, serta kebiasaan yg sudah melekat di masing masing pemilik
budaya.

Pembahasan

Melihat dari dari pernikahan antar budaya, perbedaan budaya betawi dan budaya
jawa. Terdapat kordinasi antara budaya dengan komunikasi, budaa mempengaruhi
komunikasi dan komunikasi memempengaruhi budaya .ringkasnya, budaya dicipptakan,
dibentukk dan di transmisikan melalui budaya. Dengan kata lain komunikasi itu terikat oleh
budaya. Cara cara kita berkomunikasi, keadaan keadaan komunikasi kita, bahasa dan gaya
babhasa yang kia gunakan dan perilaku perilku non ferbal kita, semua itu terutama
merupakan fungsi dan respons kita terhadap budaya kita. Karakteristik bahasa mempengauhi
proses kognitif kita. Dan karna bahasa bahasa di dunia sangat berbeda beda dalam hal
karakeristik semantic dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa
orang yang menggunakan bahasa yang berdeda dalam cara mereka memandang dan berfikir
tentang dunia.

Komunikasi menuntn kita untuk bertemu dan bertukar simbol dengan orang lain,
sehingga kita dituntut untuk memahami orang lain yang berbeda budaya. Kemiripan budaya
dalam persepsi memungkinkan emberan makna yang mirip pula terhadap suatu objek sosial
atau suatu peristiwa.
Hasil wawancara kami, saat kami ajukan pertanyaan, apakah anda taku kehilangan
identitas budaya masing masing? Dan jawaban dari keduanya menyimpulkan bahwa mereka
tidak terlalu memikirkan atau takut kkhilangan identitas budaya mereka masing masing, lalu
kami brtanya masalah cara penyesuaian dan pemersatu mereka disaat menghadapi masalah
karena berbeda budaya, maka suami istri tersebut berkata “ya biasanya sih kalo kita ada
masalah berbeda budaya, paling dimomongin baik baik berdua”, lalu kami kembali bertanya
apa awalnya orang tua anda menyetujui atau tidak anda menikah berbeda bbudaaya? Mereka
menjawab “tadinya orang tua kami sama sama tidak menyetujui, seiring berjalannya waktu
kedua orang tua kami pun lama kelamaan menyetujui hubungan dan pernikahan kami” dan
pertanyaan terakhir kami adalah , dalam resepsi pernikahan apakah enggunakan resepsi adat
atau tidak ?! “iya memakai resepsi pernikahan adat, dipagi hari memakai adat betawi dan di
malam hari memakai adat jawa timur” dari hasil
BAB V

Kesimpulan

Komunikasi antara budaya adalah sumber dan penerimanya berasal dari budaya yang berbeda,
ciri ini saja memadai untuk mengidentifikasi suatu bentuk interaksi komunikatif yang unik yang
harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya dalam proses komunikasi. Komunikasi
antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan
yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan
ini. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta
berlangsung dari generasi ke generasi.

Perkawinan berbeda budaya cenderung menimbulkan konflik dibandingkan perkawinan dengan


budaya sama. HaB yang menarik dan unik untuk diteliti adalah bagaimana suami dan istri
dengan karakteristik budaya yang berbeda mengelola konflik dalam rumah tangga mereka.

Hurlock (1991) mendefinisikan penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami
dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan
konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Menurut Lasswel & Lasswel (1987),
penyesuaian perkawinan berarti kedua individu telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan,
keinginan, dan harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam
hubungan. Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang
terus menerus terjadi. Disimpulkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah proses adaptasi
dimana antara kedua individu telah belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan
harapan masing-masing, ini berarti mencapai suatu derajat kebahagiaan dalam hubungan.
Penyesuaian perkawinan bukan suatu keadaan absolut melainkan suatu proses yang terus
menerus terjadi.B

Anda mungkin juga menyukai