Oleh:
Adrianus Setyawan A G99172025
Wildan Satrio W G99181065
Siti Nur Na’imah G991903055
Lucia Anindya W G99172008
Savira Widha Alifprilia G991905046
Pembimbing
Oleh:
Adrianus Setyawan A G99172025
Wildan Satrio W G99181065
Siti Nur Na’imah G991903055
Lucia Anindya W G99172008
Savira Widha Alifprilia G991905046
BAB I
STATUS PASIEN
2
I. ALLOANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan 4 mei 2019 di Bangsal Melati 3 Ruang 18 C RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MM
Umur : 75 th
Jenis kelamin : laki laki
Alamat : Pasar Kliwon, Surakarta
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
No. RM : 0146xxxx
Tgl. Masuk : 4 Mei 2019
Tgl Periksa : 4 Mei 2019
B. Keluhan Utama
Nyeri di kaki kiri sejak 2 minggu SMRS
4
DM DM
Keterangan
Laki –laki
Pasien
Perempuan
Meninggal dunia
F. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok : (+) sejak 20 thn
Riwayat alcohol : disangkal
Riwayat minum jamu : disangkal
7
Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar,
iga tidak mendatar
- Dinamis : Pengembangan dada simetris kanan=kiri, sela iga tidak
melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
- Statis : Simetris kanan dan kiri, emfisema subkuitis (-),benjolan (-),
nyeri tekan (-)
- Dinamis : Pergerakan kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri
Perkusi
- Kanan : Sonor, pekak pada batas absolut paru hepar pada SIC VI
linea midclavicularis dekstra
- Kiri : Sonor, timpani sesuai batas paru lambung pada SIC VII
linea aksilaris anterior sinistra
Auskultasi
: Suara dasar vesikuler (+/+) Ronkhi Basah Kasar (+/+)
Ronki basah Halus (-/-)
b. Belakang
Inspeksi
- Statis : Normochest, simetris, sela iga tidak melebar
- Dinamis :Pengembangan dada simetris kanan=kiri, sela iga tidak
melebar, retraksi intercostal (-),
● Palpasi
- Statis : Simetris kanan dan kiri, emfisema subkutis (-), benjolan (-),
nyeri tekan (-)
- Dinamis : Pergerakan kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri
Perkusi
- Kanan : Sonor
- Kiri : Sonor
8
- Peranjakan diafragma 5 cm
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronkhi basah kasar (+/+) ronkhi basah
halus (-/-)
14. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding thorak, simetris, ascites (-), venektasi (-),
sikatrik (-), striae (-), caput medusa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 10 kali / menit, bruit hepar (-), bising epigastrium (-)
Perkusi :
- Timpani (+), pekak alih (-), undulasi (-), nyeri ketok (-)
- Pekak pada bawah procesus xiphoideus sepanjang 5 cm , Pekak pada BACD
sepanjang 8 cm
- Timpani pada SIC VI linea aksilaris anterior kiri , Splenomegali (-)
- Liver span : Jarak antara batas atas dan batas bawah hepar sepanjang 8 cm
Palpasi :
- Supel, Distended (-), nyeri tekan (-), defans muskuler (-)
- Shifting dullness : Tidak ada perubahan suara dari timpani ke redup
- Undulasi : tidak merasakan getaran pada dinding perut kontralateral
- Hepar : Tepi hati lancip, permukaan tidak berbenjol, konsistensi kenyal , nyeri
tekan (-)
- Murphy sign : negatif
- Schuffner : tidak teraba membesar
- Mc burney sign: Nyeri tekan pada titik mcburney (-)
- Bimanual palpasi : Ginjal tak teraba (-/-)
- Nyeri ketok costovertebrae angle (-/-)
15. Ekstremitas
_
_
_
9
_ _
+ +
_
Superior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis pucat (-/-), akral dingin (-/-),
ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-),
clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan
nyeri gerak (+/+), deformitas (-/-), palmar eritem (-/-),
Inferior Ka/Ki Oedem (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), akral dingin(-/-),
ikterik (-/-), luka (-/-), kuku pucat (-/-), spoon nail (-/-),
clubing finger (-/-), flat nail (-/-), nyeri tekan dan
nyeri gerak genu bilateral (+/+), deformitas (-/-),
Status Lokalis :
Regio
plantar
pedis
sinistra
a. Look :
tampak
vulnus
caesum pada plantar pedis sinistra ukuran 4cm x 1 cm, tepi luka tajam dan rata
b. Feel : nyeri tekan (-)
c. Move : adanya keterbatasan gerak, nyeri saat gerakan aktif
D. Geriatric Giant:
1. Imobilisasi
10
3. Gangguan kognitif
4. Infeksi
Geriatric Score
12
1. Imobilisasi (berdasarkan skor ADL)
Status Fungsional: Indeks activity of daily living (ADL= Indeks Barthel)
FUNGSI NILAI KETERANGAN
1 Mengontrol BAB 0 Inkontinen/tak teratur (perlu enema)
1 Kadang-kadang inkontinen (1x seminggu)
2 Kontinen teratur
2 Mengontrol BAK 0 Inkontinen atau pakai kateter dan tak terkontrol
1 Kadang-kadang inkontinen (max 1 x 24 jam)
2 Mandiri
3 Membersihkan diri (lap 0 Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat 1 Mandiri
gigi)
4 Penggunaan toilet. Pergi 0 Tergantung pertolongan orang lain
ke dan dari WC (melepas, 1 Perlu pertolongan pada beberapa aktivitas tetapi
memakai celana, menyeka, dapat mengerjakan sendiri beberapa aktivitas lain
menyiram) 2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
1 Perlu seseorang menolong memotong makanan
2 Mandiri
6 Berpindah tempat dari 0 Tidak mampu
tidur ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2 Bantuan minimal 1 orang
3 Mandiri
7 Mobilisasi/berjalan 0 Tidak mampu
1 Bisa berjalan dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan satu orang/walker
3 Mandiri
8 Berpakaian 0 Tergantung orang lain
(memakai baju) 1 Sebagian dibantu (mis. mengancing baju)
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri (naik turun)
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri
TOTAL NILAI 8 (Ketergantungan berat)
20 : Mandiri
13
12 – 19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5–8 : Ketergantungan berat
0–4 : Ketergantungan total
14
2. Instabilitas dan jatuh
Pengkajian Resiko Jatuh (Skala Morse)
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET
1 Riwayat jatuh Tidak 0 0
Ya 25
Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir?
2 Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih Tidak 0 15
Ya 15
dari satu penyakit?
3 Alat bantu:
Bedrest/dibantu perawat 0 15
Kruk/tongkat/walker 15
Berpegangan pada benda-benda disekitar (kursi, 30
lemari, meja)
4 Terapi intravena: apakah lansia terpasang infus? Ya 0 20
Tidak 20
5 Gaya berjalan/berpindah
Normal/bedrest/immobile(tidak dapat bergerak 0 10
sendiri)
Lemah/tidak bertenaga 10
Gangguan/ tidak normal (pincang/diseret) 20
6 Status mental 15
Lansia menyadari dirinya 0
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Risiko
Total 65
tinggi
15
3. Gangguan kognitif (berdasar MMSE)
Mini Mental State Examination MMSE
Nilai Nilai
Orientasi
Maksimum Responden
Orientasi
Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
5 5
Sekarang kita berada di mana? (nama rumah sakit dan institusi)
(instansi, jalan, nomor rumah,kota, kabupaten, provinsi)
Registrasi
Pewawancara menyebutkan nama tiga buah benda, misalnya:
Satu detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah responden
mengulang tiga nama benda tersebut
3 3
Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila masih salah,
ulangi penyebutan nama benda tersebut sampai responden dapat
menyebutnya dengan benar: (bola, kursi, sepatu)
Hitunglah percobaan dan catatlah.....kali
Atensi dan kalkulasi
Hitunglah berturut-turut selang 7 angka mulai dari 100 ke bawah
Berhenti setelah 5 kali hitungan (93-86-79-65). Kemungkinan
5 1
lain, ejalah kata dengan lima huruf, misalnya ‘DUNIA’ dari akhir
ke awal/dari kanan ke kiri”’AINUD’
Satu (1) nilai untuk setiap jawaban yang benar
Mengingat
Tanyakan kembali nama ketiga benda yang telah di sebut di atas.
3 2
Berikan nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar
9 Bahasa
a. Apakah nama benda ini? Perlihatkanlah pinsil dan arloji
4 (2 nilai)
b. Ulangi kalimat berikut: “JIKA TIDAK, DAN ATAU
TAPI” (1 nilai)
c. Laksanakanlah 3 buah perintah ini : Peganglah selembar
kertas dengan tangan kananmu, lipatlah kertas itu pada
pertengahan dan letakkanlah di lantai (3 nilai)
d. Bacalah dan laksanakan perintah berikut:
“PEJAMKAN MATA ANDA”(1 nilai)
e. Tulislah sebuah kalimat :(1 nilai)
16
f. Tirulah gambar ini :(1 nilai)
17
4. Infeksi
SKOR NORTON UNTUK MENGUKUR RESIKO DEKUBITUS
KONDISI SKOR JUMLAH
Kondisi fisik umum :
- Baik 4 2
- Lumayan 3
- Buruk 2
- Sangat buruk 1
Kesadaran :
- Komposmentis 4 4
- Apatis 3
- Konfus/ soporus 2
- Stupor/ koma 1
Aktivitas :
- Ambulan 4 2
- Ambulan dengan bantuan 3
- Hanya bisa duduk 2
- Tiduran 1
Mobilitas :
- Bergerak bebas 4 2
- Sedikit terbatas 3
- Sangat terbatas 2
- Tak bisa bergerak 1
Inkontinensia :
- Tidak 4 4
- Kadang-kadang 3
- Sering inkontinensia urin 2
- Inkontinensia alvi dan urin 1
Skor Total 14 (Risiko sedang)
Keterangan : Skor > 18 : Risiko rendah
Skor 14-18 : Risiko sedang
Skor 10-<14 : Risiko tinggi
Skor < 10 : Skor sangat tinggi
19
karena kehilangan nafsu makan, masalah pencernaan, kesulitan menelan?
0 = nafsu makan sangat berkurang
1= nafsu makan sedikit berkurang (sedang)
2= nafsu makan biasa saja
Apakah ada penurunan berat badan dalam jangka waktu 3 bulan terakhir 2
0 = penurunan berat badan lebih dari 3 kg
1= tidak tahu
2= penurunan berat badan 1- 3 kg
3 = tidak ada penurunan berat badan
Mobilitas 0
0= harus berbaring di tempat tidur atau menggunakan kursi roda
1= bisa keluar dari tempat tidur atau kursi roda tetapi tidak bisa keluar rumah
2= bisa keluar rumah
Menderita stress psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir 2
0=ya 2= tidak
Masalah neuropsikososial 2
0= demensia berat atau depresi berat
1= demensia ringan
2= tidak ada masalah psikologis
Indeks massa tubuh (IMT) dalam kg/m 2
0= IMT < 19 2=IMT 21-23
1=IMT 18-<21 3= IMT >23
SKOR PENAPISAN(SUBTOTAL MAKSIMUM 14) 9
Skor ≥12 : Normal: Tidak perlu melengkapi form pengkajian
Skor ≤ 11: Kemungkinan malnutrisi, lanjutkan pengkajian
PENGKAJIAN (ASSESMENT) 0
Hidup mandiri, tidak tergantung orang lain (bukan di rumah sakit/pantiwredha)
0= tidak 1= ya
Minum obat lebih dari 3 macam obat dalam 1 hari 0
0= ya 1= tidak
Terdapat ulkus decubitus/luka tekan/luka di kulit 0
0= ya 1=tidak
Berapa kali pasien makan makanan lengkap dalam 1 hari 3
0= 1 kali 1=2 kali 2=3 kali
20
Konsumsi BM tertentu yg diketahu sebagai BM proten (asupan protein) 0,5
Sedikitnya 1 penukar dari produk susu (susu, keju, yoghurt) per hari
(ya/tidak)
Dua penukar atau lebih dari kacang-kacangan atau telur perminggu
(ya/tidak)
Daging, ikan atau unggas tiap hari (ya/tidak)
● 0,0= jika 0 atau 1 pertanyaan jawabannya “ya”
● 0,5= jika 2 pertanyaan jawabannya “ya”
● 1,0 = jika 3 pertanyaan jawabannya “ya”
Adakah mengkonsumsi 2 penukar atau lebih buah atau sayuran per hari 1
0=tidak 1 = ya
Berapa banyak cairan (air, kopi teh, susu....) yang diminum setiap hari? 0,5
0,0= kurang dari 3 gelas
0,5= 3-5 gelas
1,0= lebih dari 5 gelas
Cara makan 0
0= tidak dapat makan tanpa bantuan
1= makan sendiri dengan sedikit kesulitan
2= dapat makan sendiri tanpa masalah
Pandangan pasien terhadap status gizinya 1
0= merasa dirinya kekurangan makanan/ kurang gizi
1= tidak dapat menilai / tidak yakin akan status gizinya
2= merasa tidak ada masalah dengan status gizinya
Dibandingkan orang lain yang seumur, bagaimana pasien melihat status 0,5
kesehatannya?
0,0= tidak sebaik mereka
0,5= tidak tahu
1,0= sama baik
2,0=lebih baik
Lingkar lengan atas (LLA) dalam cm (24) 1
0,0= LLA < 21 0,5= LLA 21-<22
1,0= LLA ≥22
Lingkar betis (LB) dalam cm (31,5) 1
0= LB<31 1= LB≥31
Skor pengkajian (maksimum 16) 9
Skor penapisan : 8,5
Penilaian total 17,5
21
SKOR INDIKATOR MALNUTRISI Risiko
17-23,5 poin : berisiko malnutrisi malnutrisi
< 17 poin : malnutrisi
22
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
B. USG Doppler
- Soft dan hard plaque di sepanjang pada a.femoralis, poplitea, tibialis
anterior-posterior
- Flow a.femoralis tampak baik namun flow a.poplitea minimal dan tak
tampak flow pada a.tibialis anterior-posterior maupun dorsalis pedis
C. Pemeriksaan EKG
23
Kesimpulan EKG: sinus ritmis, HR 108x/menit, normo axis
24
III. RESUME
A. Anamnesis:
B. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/60 mmHg
- Nadi :104 kali/menit
- VAS : 4 di regio pedis sinistra
2. EWS : skor 3
Respiration rate : 0
Saturasi : 1
Oksigen : 0
Nadi : 2
Kesadaran : 0
Suhu : 0
25
5. Jantung: batas jantung kesan tidak melebar
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium darah (4 Mei 2019)
- Darah Rutin: Hb 10.4 g/dl ↓, AT 471 ribu/µl ↑
- Index Eritrosit: MCH 27.3 pg ↓, MCV 78.5 g/dl ↓, PDW 16% ↓
- Hitung Jenis: netrofil 89.5% ↑, limfosit 4.80% ↓
- Kimia Klinik: GDS 160 mg/dl ↑, SGOT 46 μ/l ↑
2. EKG
Kesimpulan : sinus ritmis HR 108x/menit normo axis
3. USG Doppler
26
RENCANA AWAL
27
No Rencana Awal
Pengkajian Rencana Terapi Rencana
Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
PAD Pedis Sinistra
2. Anamnesis:
- Clopidogrel
RPS:
75mg/24jam Penjelasan kepada pasien
Pasien mengeluh nyeri di kaki
- Parasetamol mengenai kondisi,
kiri, nyeri bertambah apabila
500mg/8jam prosedur diagnosis dan Monitoring
kaki digerakkan atau dipegang. USG doppler
- Inj Omeprazole tatalaksana beserta VAS
Pemeriksaan Fisik:
40mg/12jam komplikasi yang dapat
VAS 4 Regio pedis sinistra
- Konsul BTKV terjadi.
Pemeriksaan Penunjang:
USG doppler
28
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
CAP CURB 65 Score 2
3. Anamnesis:
RPS:
- Penjelasan kepada pasien
Pemeriksaan Fisik: mengenai kondisi,
- Inj. Ampisilin Monitoring
Pemeriksaan auskultasi pulmo did prosedur diagnosis dan
Kultur sputum sulbactam 1,5gr/6jam KU/VS
apatkan RBK (+/+) pada basal pul tatalaksana beserta
- NAC 1tab/8jam
mo komplikasi yang dapat
Pemeriksaan Penunjang: terjadi.
AL : 18.4
29
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
Anemia Hipokromik Mikrositik ec penyakit kronik dd defisiensi Fe
4. Anamnesis:
Penjelasan kepada pasien
RPS: (-)
mengenai kondisi,
Pemeriksaan Fisik: (-) Cek DR3 post
- Gambaran Darah - Transfusi PRC 2 kolf, prosedur diagnosis dan
Pemeriksaan Penunjang: transfusi
Tepi 1 kolf/24jam tatalaksana beserta
Hb 8.1
komplikasi yang dapat
MCV 78.5
terjadi.
MCH 27.3
30
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
AKI dd acute on CKD
5. Anamnesis:
Penjelasan kepada pasien
RPS: (-)
mengenai kondisi,
Pemeriksaan Fisik: (-)
Inf. EAS pfimmer prosedur diagnosis dan Cek Ur Cr per
Pemeriksaan Penunjang: Cek Ureum Creatinin
1fl/24jam tatalaksana beserta 3 hari
Ur 62
komplikasi yang dapat
Cr 1.5
terjadi.
31
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
DM tipe 2 non obese
6. Anamnesis:
RPS:
Penjelasan kepada pasien
Pasien memiliki riwayat Dm sejak
mengenai kondisi,
20 tahun yang lalu, rutin
Cek GDP, GD2PP, - Diet DM 1700kkal prosedur diagnosis dan
mengonsumsi lantus Cek GDS
profil lipid - Inj. Lantus 0-0-0-12 tatalaksana beserta
Pemeriksaan Fisik: (-)
komplikasi yang dapat
Pemeriksaan Penunjang:
terjadi.
GDS 160
32
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
Hipoalbuminemia Berat
7. Anamnesis: Penjelasan kepada pasien
RPS: (-) mengenai kondisi,
Pemeriksaan Fisik: (-) - Inf.plasbumin 25% prosedur diagnosis dan Cek Albumin
Urin rutin
Pemeriksaan Penunjang: 100cc/24jam tatalaksana beserta post koreksi
Albumin 2.5 komplikasi yang dapat
terjadi.
33
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
Hiponatremia Sedang Hipoosmolaritas
8. Anamnesis:
Penjelasan kepada pasien
RPS: (-)
mengenai kondisi,
Pemeriksaan Fisik: (-)
- Inf. NaCl 0,9% prosedur diagnosis dan Cek Elektrolit
Pemeriksaan Penunjang: -
20tpm tatalaksana beserta post koreksi
Natrium darah 126
komplikasi yang dapat
Osmolaritas 278.3
terjadi.
34
No Pengkajian Rencana Awal Rencana
Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) diagnosis Monitoring
Hipokalsemia Sedang
9. Anamnesis: Penjelasan kepada pasien
RPS: (-) mengenai kondisi,
Pemeriksaan Fisik: (-) prosedur diagnosis dan Cek Elektrolit
- - CaCO3 1 tab/8jam
Pemeriksaan Penunjang: tatalaksana beserta post koreksi
Calsium darah 1.02 komplikasi yang dapat
terjadi.
35
III. FOLLOW UP
A. 5 Mei 2019 (DPH 1)
TD : 100/70 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.5oC
VAS : 1-2
Thorax : normochest
36
Pulmo : I : pengembangan dada kanan = kiri
P : Sonor / Sonor
Abdomen : I
(-)
oedem
- -
+ -
Tampak luka di cruris sinistra palpasi a dorsalis (-), a.
Tibialis (-), a. popliteal (+)
37
SINDROM GERIATRI SCORING GERIATRI
4. DM Tipe 2
5. HT Terkontrol obat
Planning Terapi
38
1. Bed rest tidak total
2. O2 3 lpm NK
3. Diet DM 1700 kkal
4. Inf Nacl 0,9% 20 tpm
5. Inj Santagesic 1amp/8jam
6. Inj. Ampicillin sulbactam 1,5 gr/6 jam
7. Metronidazole 500 mg/8 jam
8. Inf Plasbumin 25% 100cc/24jam
9. Inj Omeprazole 40mg/12jam
10. Inj. Lantus 0-0-0-12 IU SC
Planing
1. Cek urin.
3. Kultur pus
4. PT APTT INR
Monitoring :
KUVS
VAS
GDS 22/05
39
B. 6 Mei 2019 (DPH 2)
TD : 100/70 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.5oC
VAS : 2
Thorax : normochest
40
P : Sonor / Sonor
Abdomen : I
(-)
oedem
- -
+ -
Tampak luka di cruris sinistra palpasi a dorsalis (-), a.
Tibialis (-), a. popliteal (+)
41
=2 (Resiko rendah)
GDP : 198
GD2PP: 212
Na : 131
K : 3,1
Ca Ion 1,12
PT : 15,4
APTT : 26,1
INR : 1,240
5. HT Terkontrol obat
42
11. Hipocalsemia sedaang (4,0)
Planning Terapi
Planing
2. Kultur pus
4. Pro debridement
Monitoring :
43
KUVS
GDS 22/05
Subjektif Nyeri perut, nyeri sendi, sakit kepala, dan BAB cair
disangkal.
TD : 140/80 mmHg
HR : 108x/menit
RR : 18x/menit
T : 36.3oC
Thorax : normochest
44
Pulmo : I : pengembangan dada kanan = kiri
P : Sonor / Sonor
Abdomen : I
(-)
oedem
- -
+ -
Tampak luka di cruris sinistra
45
6. Usia >65 tahun : 1
7. Alcoholic (-) 0
=2 (Resiko rendah)
HB : 11.5 SI : 18
GDP : 140
GD2PP: 164
Albumin : 2.6
Cholestrol total : 86
LDL : 51
HDL : 16
TG : 129
5. HT Terkontrol obat
46
neutrofilia absolut dan trombositosis suspek ec
proses kronis disertai infeksi.
Planning Terapi
Planing
47
1. Cek GDP, GD2PP.
2. Kultur pus
4. Pro debridement
Monitoring :
KUVS
GDS 22/05
TD : 140/90 mmHg
HR : 110x/menit
RR : 18x/menit
T : 36.5oC
48
Thorax : normochest
P : Sonor / Sonor
(-)
oedem
- -
+ -
Regio cruris sinistra : Post debridemen, luka tertutup
verban
49
2. PAD Cruris sinistra
3. CAP CURB 65 score 2
4. DM Tipe 2 gula darah terkontrol
5. HT Terkontrol obat
6. Dyspepsia organic dd gastropati diabetik
7. Anemia normokromik normositik dengan neutrofilia
absolut dan trombositosis suspek ec proses kronis disertai
infeksi.
8. AKI prerenal dd renal
9. DKD stage 3 B
Plannin Terapi
g
1. Bed rest tidak total
2. O2 3 lpm NK
3. Diet DM 1700 kkal
4. Inf Nacl 0,9% 20 tpm
5. Inj. Ampicillin sulbactam 1,5 gr/6 jam
6. Metronidazole 500 mg/8 jam
7. Inf Plasbumin 25% 100cc/24jam
8. Inj Omeprazole 40mg/12jam
9. Inj. Lantus 0-0-0-12 IU SC
10. Inj. Novorapid 4-4-4 IU SC
11. Clopidogrel 75mg/24jam
12. Paracetamol 500mg/8jam
13. NAC 200mg/8jam
14. Ramipril 5mg/24 jam
15. Inf EAS Pfimmer 1 flabot/24 jam
Planing
Monitoring :
50
KUVS
GDS 22/05
TD : 140/90 mmHg
HR : 110x/menit
RR : 18x/menit
T : 36.5oC
Thorax : normochest
51
P : Fremitus raba kanan = kiri
P : Sonor / Sonor
(-)
oedem
- -
+ -
Regio cruris sinistra : Post debridemen, luka tertutup
verban
Planning Terapi
52
2. O2 3 lpm NK
3. Diet DM lunak 1500 kkal
4. Inf Nacl 0,9% 20 tpm
5. Inj. Ampicillin sulbactam 1,5 gr/6 jam
6. Metronidazole 500 mg/8 jam
7. Inj Metochlopramid
8. Inf Octalbin 1 fl/8jam
9. Inj. Lantus 0-0-0-12 IU SC
10. Inj. Novorapid 4-4-4 IU SC
11. Clopidogrel 75mg/24jam
12. Paracetamol 500mg/8jam
13. Amlodipine 10 mg/24 jam
14. Ramipril 5mg/24 jam
15. Inf EAS Pfimmer 1 flabot/24 jam
16. CaCo3 3x1
Planing
Monitoring :
KUVS
GDS 22/05
TD : 110/70 mmHg
HR : 82x/menit
53
RR : 20x/menit
T : 36.5oC
Thorax : normochest
P : Sonor / Sonor
54
(-)
oedem
- -
+ -
Regio cruris sinistra : Post debridemen, luka tertutup
verban
Planning Terapi
55
12. Paracetamol 500mg/8jam
13. Amlodipine 10 mg/24 jam
14. Ramipril 5mg/24 jam
15. Inf EAS Pfimmer 1 flabot/24 jam
16. CaCo3 3x1
Planing
Monitoring :
KUVS
GDS 22/05
TD : 120/70 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 18x/menit
T : 36.5oC
56
Leher : JVP R+2 cm H2O, KGB membesar (-)
Thorax : normochest
P : Sonor / Sonor
oedem
- -
+ -
Regio cruris sinistra : Post debridemen, luka tertutup
verban
57
2. PAD Cruris sinistra
3. CAP CURB 65 score 2
4. DM Tipe 2 gula darah terkontrol
5. HT Terkontrol obat
6. Dyspepsia organic dd gastropati diabetik
7. Anemia normokromik normositik dengan neutrofilia
absolut dan trombositosis suspek ec proses kronis
disertai infeksi.
8. AKI prerenal (perbaikan)
9. DKD stage 3 B
Planning Terapi
Planing
BLPL
58
IV. ANALISIS KASUS
59
(klaudikasi) dan sensasi lelah pada otot yang terpengaruh. Karena pada
umumnya penyakit ini terjadi pada kaki maka sensasi terasa saat berjalan.
Gejala bisa menghilang saat beristirahat. Saat penyakit bertambah buruk
gejala mungkin terjadi saat aktivitas fisik ringan bahkan setiap saat meskipun
beristirahat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan VAS 4 pada regio pedis
sinistra1.
60
Pasien mengatakan dikaki kirinya terdapat luka. Luka awalnya kecil
tetapi semakin lama semakin lebar dan ada beberapa yang menghitam. Pasien
mempunyai riwayat sakit kencing manis sejak 20 thyg lalu. Pasien juga
mempunyai riwayat amputasi jari kaki kanan.
61
luka berukuran 10cm x 3cm x 5cm, disertai gangrene dan pus. Sehingga
pasien ini bisa diklasifikasikan grade 4 menurut Wagner-Meggitt4.
Selain itu dilakukan perawatan pada luka per hari, Prinsip perawatan
luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau menjaga agar
luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus memroduksi sekret banyak
maka untuk pembalut (dressing) digunakan yang bersifat absorben.
Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang mampu
melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut ulkus
yang dapat mempertahankan kelembaban. Disamping bertujuan untuk
menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya
mempertimbangkan ukuran, kedalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut
ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu kasa steril yang
dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang tersedia saat
ini. Beberapa jenis pembalut modern yang sering dipakai dalam perawatan
luka, seperti: hydrocolloid, hydrogel, calcium alginate, foam dan sebagainya5.
62
Pasien juga diberikan Inj. Ampisilin sulbactam 1,5g/6jam dan Inj.
Metonidazole 500mg/8jam. Infeksi pada UKD merupakan faktor pemberat
yang turut menentukan derajat agresifitas tindakan yang diperlukan dalam
pengelolaan UKD. Dasar utama pemilihan antibiotik dalam penatalaksanaa
UKD yaitu berdasarkan hasil kultur sekret dan sensitivitas sel. Cara
pengambilan dan penanganan sampel berpengaruh besar terhadap ketepatan
hasil kultur kuman. Telah dilaporkan bahwa ter dapat perbedaan jenis kuman
yang didapat pada bahan sekret yang diambil superfisial dengan yang deep
swab. Sambil menunggu hasil kultur, pada UKD yang terinfeksi penggunaan
antibiotik dapat dipilih secara empirik. Antibiotik langsung diberikan disertai
pembersihan dan debridemen ulkus5.
1. Batuk-batuk bertambah
3. Suhu tubuh lebih dari sama dengan 38ºC per aksila/ riwayat
demam
63
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda nomor 4 dan 5. Sedangkan
utnuk foto thorax tidak dapat dilampirkan. Untuk menentukan indikasi rawat
inap pasien pneumonia komuniti digunakan skor Patient Outcome Pesearch
Team (PORT), yaitu7 :
Pasien dirawat inap apabila scor PORT > 70. Pada pasien ini
didapatkan skor PORT 95 berdasarkan poin usia dan jumlah Natrium darah
sehingga pasien terindikasi rawat inap. Perawatan intensif diberikan pada
penderita yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala major tertentu
(membutuhkan ventilasi mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam
(syok septik) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa)2/FiO2 kurang dari 250
mmHg, foto thoraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan
sistolik <90 mmHg). Pasien pada kasus ini tidak memenuhi syarat untuk
rawat inap intensif sehingga dilakukan rawat inap non intensif.7
64
Pada pasien pneumonia komuniti terapi yang diberikan adalah terapi
suportif dan antibiotik. Terapi suportif berupa bed rest, minum secukupnya,
bila panas diberikan obat penurun panas, dan bila perlu diberikan mukolitik
dan ekspektoran. Pasien pada kasus ini diberikan terapi suportif berupa bed
rest dan NAC 1 tab/8jam sebagai mukolitik serta edukasi berupa minum
cukup. Obat panas tidak diberikan karena demam pasien sudah turun. Untuk
terapi antibiotik pasien rawat inap non intensif dapat diberikan:7
Pasien pada kasus ini diberikan ampicillin sulbactam 1,5 gr/ 6 jam
sebagai terapi antibiotic.
65
dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 80/um, MCH < 28 pg). Penyebab
anemia mikrositik hipokrom: 8
1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.
2) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.
3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan Hb 8.1 g/dl, MCV 78.5/um,
dan MCH 27.3 pg. ketiga hasil tersebut dibawah normal, jadi dapat
disimpulkan pasien didiagnosis anemia hipokromik mikrositik ec penyakit
kronik dd defisiensi Fe.
Pasien dilakukan transfusi PRC 2 kolf, 1 kolf/24 jam. Pemberian
transfusi PRC dilakukan untuk mencegah hipoksia jaringan akibat anemia. 8
Kondisi lain yang terjadi pada pasien ini adalah kadar creatinin
1.5mg/dL dan ureum 62 mg/dL. Acute Kidney Injury (AKI) didefinisikan
sebagai penurunan cepat (dalam jam hingga minggu) laju filtrasi glomerulus
(LFG) yang umumnya berlangsung reversibel, diikuti kegagalan ginjal untuk
mengekskresi sisa metabolisme nitrogen, dengan/ tanpa gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit.9
Pasien dapat didiagnosis menderita AKI apabila salah satu kriteria
dibawah terpenhi :
Serum kreatinin meningkat ≥ 1,5 kali lipat dari nilai referensi, yang
diketahui atau dianggap telah terjadi dalam waktu satu minggu atau
66
menggambarkan prognosis gangguan ginjal seperti terlihat dalam tabel
berikut :9
67
memperburuk AKI pada pasien. Monitoring vital sign dan urin output
utamanya juga perlu dilakukan untuk memantau AKI apabila terjadi
perburukan. 9
Pasien juga memiliki riwayat kencing manis sejak ± 20 tahun dan saat
ini rutin berobat menggunakan insulin lantus 1 kali sehari. Hasil pengobatan
dengan insulin yang telah dilakukan pasien perlu dipantau secara terencana
dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang
diharapkan serta kadar lipid dan HbA1c juga mencapai kadar yang
diharapkan. Demikian pula status gizi dan tekanan darah sesuai target yang
ditentukan. Kriteria pengendalian DM pada konsensus kerap berubah dari
tahun 2006, 2011 dan yang terakhir 2015. Pada konsensus tahun 2006,
kriteria pengendalian DM dibagi menjadi 3 kriteria yaitu baik, sedang dan
buruk dengan 9 parameter berupa IMT, tekanan darah, glukosa darah puasa,
glukosa darah 2 jam PP, A1c, kolestrol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL,
dan trigliserida. 10
68
Kriteria terbaru pengendalian DM menurut Perkeni 2011 dibagi
berdasarkan risiko kardiovaskular, yakni sebagai berikut :11
Parameter Sasaran
2
IMT (kg/m ) 18,5 - < 23*
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 140
Tekanan darah sistolik (mmHg) < 90
Glukosa darah prepandial (mg/dl) 80 – 130 **
Glukosa darah 1-2 jam PP (mg/dl) < 180 **
HbA1c (%) < 7 (atau
individual)
Kolesterol LDL (mg/dl) < 100 (< 70 bila
risiko KV sangat
tinggi)
Kolesterol HDL (mg/dl) Laki-laki > 40;
Perempuan > 50
Trigliserida (mg/dl) < 150
Keterangan: KV = kardiovaskular, PP = post prandial
69
**Standards of Medical Care in Diabetes, ADA 2015
70
1) Kritis dengan kegawatdaruratan diabetes (krisis hiperglikemia)
2) Kritis dengan kegawatdaruratan non diabetes
b. Pasien DM dengan penyakit non kritis
: Yaitu pasien DM yang tidak mengalami penyakit berat dan dirawat
di perawatan non-intensif, tetapi memerlukan regulasi glukosa darah
yang optimal dan cepat, antara lain:
1) Tidak terkontrol dengan OHO
2) Pemakaian kortikosteroid
3) Persiapan operasi
4) Diabetes gestasional
5) Keadaan khusus yang menyebabkan gangguan metabolisme
insulin
Pasien termasuk pasien DM dengan penyakit non kritis dengan tidak
terkontrol dengan OHO. Sasaran kendali glikemik pada rawat inap pada
pasien yaitu sebelum makan: 100-140 mg/dl dan acak: <180 mg/dl. Terapi
insulin dapat diberikan secara infus intravena kontinyu atau subkutan, secara
terprogram atau terjadwal. Regimen terapi dosis insulin terbagi pada pasien
rawat inap dibagi menjadi dosis awal dan penyesuaian dosis. 12
71
atau
b. kombinasi basal dan prandial dengan
rasio 50% basal dan 50% prandial
dibagi 3 kali pemberian dari 80%
dosis total/24 jam
Bila pasien belum pernah menggunakan
insulin dan sebelumnya tidak
mendapatkan insulin IV kontinyu,
dimulai dengan insulin prandial 3 kali 5-
10 U
Long-acting insulin mulai diberikan
bila :
a. glukosa darah siang dan malam
sudah terkendali, tetapi glukosa
puasa masih tinggi
b. total short-acting yang diberikan
>30 atau 50 unit/hari, tetapi glukosa
darah belum terkendali
72
dosis terbagi yaitu kurva glukosa darah diperiksa 2-3 kali/minggu dan kurva
glukosa darah harian terdiri dari pemeriksaan glukosa darah sebelum makan
pagi, siang dan sore/malam. Selama masa perawatan di rumah sakit dilakukan
monitoring berupa pemeriksaan gula darah 2 jam post prandial pada jam
22.00 dan gula darah puasa pada jam 05.00 untuk monitoring efek insulin
yang digunakan sehingga mencegah efek samping hipoglikemia pada pasien.
12
73
8. Penyakit ginjal (hemodialisa),
9. Penyakit saluran cerna kronik,
10. Radang atau Infeksi tertentu (akut dan kronis),
11. Diabetes mellitus dengan gangren, dan
12. TBC paru.
74
Terdapat 3 mekanisme kejadian tersebut, pertama, hiponatremia dapat
terjadi dari factor-faktor intrarenal seperti turunnya GFR dan meningkatnya
reabsorpsi natrium dan air di tubulus proksimal yang diikuti penurunan
reabsorpsi di tubulus distal yang menyebabkan pengenceran di segmen-
segmen nefron. Kedua adalah hasil dari adanya defek transportasi dari Na +Cl-
keluar pada segmen-segmen dari nefron pada TALH (thick ascending limb of
henle), ketiga yang paling sering terjadi karena rangsangan sekresi
vasopressin oleh mekanisme nonosmotik meskipun terdapat keadaan
hipoosmolalitas. 15
75
BAB III
PENUTUP
76
DAFTAR PUSTAKA
1. Aronow WS. State of the art paper Peripheral arterial disease of the lower
extremities. 2012;(September 2011).
2. Morcos R, Louka B, Tseng A, Misra S, Mcbane R, Esser H, et al. The
Evolving Treatment of Peripheral Arterial Disease through Guideline-
Directed Recommendations.
3. Gde T, Pemayun D, Naibaho RM. Clinical profile and outcome of diabetic
foot ulcer , a view from tertiary care hospital in Semarang , Indonesia.
Diabet Foot Ankle [Internet]. 2017;8(1). Available from:
https://doi.org/10.1080/2000625X.2017.1312974
4. Jeon B, Choi HJ, Kang JS, Tak MS, Park ES. Comparison of five systems of
classification of diabetic foot ulcers and predictive factors for amputation.
2016;1–9.
5. Alexiadou K, Doupis J. Management of Diabetic Foot Ulcers. 2012;
6. Panduan Praktik Klinis: Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam,
Interna Publishing: 2015
7. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia Komuniti: Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI.
8. Chaudhry HS, Kasarla MR. Microcytic Hypochromic Anemia. [Updated
2019 Mar 2]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2019 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470252/
9. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit dalam Jilid II edisi VI. 2014. Jakarta: Interna Publishing
10. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. 2006. PB PERKENI.
11. PERKENI. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. 2011. PB PERKENI.
12. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. 2015. PB PERKENI.
77
13. Agung M, Hendro W (2005). Pengaruh kadar albumin serum terhadap
lamanya penyembuhan luka operasi. Artikel penelitian dexa media.
1(18):33-37.
14. Gounden V, Jialal I. Hypoalbuminemia. [Updated 2018 Oct 27]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526080/
15. Sahay M, Sahay R. Hyponatremia : A practical approach. 2014;18(6).
78