Anda di halaman 1dari 33

PERDARAHAN

INTRAKRANIAL
RACHMAWAN FIRYANA G99161118
KHILYAT ULIN NUR ZAINI G99161053
YUNITA DESY WULANSARI G99161108
JUSTINUS KURNIABUDHI N G99162001
PEMBIMBING:
DR. DR. JB PRASODJO, SP.RAD (K)
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
Pendahuluan
Latar Belakang

No. 3

15-44
tahun
Tujuan

 Mengetahui definisi, epidemiologi, anatomi, patofisiologi, etiologi,


manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, dan prognosis pada
perdarahan intracranial.
Tinjauan Pustaka
• ANATOMI FUNGSIONAL MENINGES DAN SEREBRI
• PERDARAHAN INTRACRANIAL
Anatomi Fungsional Meninges

struktur yang liat, semitranslusen dan tidak elastis

penonjolan yang membentuk sekat-sekat pada otak, yaitu falx


cerebri, tentorium cerebelli, falx cerebelli, dan diafragma
sellae
Dura mater
Dura mater divaskularisasi oleh 3 arteri, yaitu arteri meningea
anterior , media, posterior

Arachnoidea
Meninges mater
Vasa darah venosa pada meninges berupa sinus venosus

Inervasi oleh n. ophtalmicus, n. maxillaris, n. vagus dan r. tentorium n.


ophtalmicus

Pia mater
Anatomi Fungsional Meninges

Dura mater Membran fibrosa halus yang bersifat impermeable

Dipisahkan dengan duramater oleh spatium subdurale dan dipisahkan


dengan pia mater dengan spatium subarachnoidale
Arachnoidea
mater Spatium subdurale merupakan ruangan potensial untuk terjadi
Meninges perdarahan

Spatium subarachnoidale terjadi pelebaran ditempat tertentu


untuk saluran cairan serebrospinal

Membran vaskuler yang diliputi oleh sel-sel mesothelial berbentuk


gepeng
Pia mater

Pia mater melekat pada otak dan menutupi gyrus


dan turun hingga menapai sulcus yang paling
dalam
Anatomi Fungsional Cerebri
 Cerebrum terdiri dari dua belahan yang biasa disebut hemispherium
cerebri dexter et sinister
 Struktur hemispherium cerebri secara umum dibagi menjadi :
• Cortex cerebri: Cortex cerebri merupakan bagian paling luar dari
hemispherium cerebri.
• Centrum semiovale: Centrum semiovale adalah substansia alba
subcorticalis yang terdiri dari serabut saraf bermielin dan
neuroglia.
• Ganglia basalis: Ganglia basalis (nuclei basalis) merupakan suatu
kelompok substansia grisea yang terletak di central hemispherium
cerebri/ antara thalamus dengan substansia alba hemispherium
cerebri
• Rhiencephalon: Rhinencephalon merupakan struktur yang terkait
dengan perjalanan dan penerimaan stimulis olfactorius
Perdarahan Intracranial
Epidural Haemorrhage (EDH)
Subdural Haemorrhage (SDH)

Subarachnoid Haemorrhage (SAH)

Intracerebral Haemorrhage (ICH)


Epidural Haemorrhage (EDH)

 kumpulan darah akibat pendarahan yang terbentuk di antara


permukaan dalam kranial dan lapisan periostal
 Epidemiologi:
• ditemukan pada 10-20% pasien trauma kepala
• Usia muda
 Etiologi  ruptur pada A. Meningealis  A meningea media
• riwayat trauma kepala akut
• fraktur kranial. Pendarahan terjadi akibat adanya ruptur pada A.
Meningealis
Epidural Haemorrhage (EDH)

 Patofisiologi
• Fraktur Cranial  ruptur A. Meningealis Media atau sinus
duramatris.
• Gangguan pada sinus sagitalis superior  EDH pada vertex,
Gangguan pada sinus sphenoparietalis  EDH pada ujung
anterior temporalis
• Malformasi vaskuler duramater ataupun metastasis pada
kranial.
• Masalah medis (alkoholisme kronis, penyakit hepar stadium
akhir, dan penyakit lain terkait disfungsi trombosit)  gangguan
koagulopati  EDH spontan
Epidural Haemorrhage (EDH)

 Klinis:
• lucid interval, yaitu periode dimana pasien sempat sadar setelah
mengalami trauma kepala selama beberapa saat.
• nyeri kepala
• Peningkatan tekanan intracranial  hilangnya kesadaran 
sindrom herniasi.
• hipertensi intracranial berat  Triad cushing: hipertensi sistemik,
bradikardi, dan depresi respirasi
Epidural Haemorrhage (EDH)

CT Scan MRI
Epidural Haemorrhage (EDH)

 Terapi  luas lesi & gangguan neurologis


• Operasi
• Konservatif
 Prognosis : Baik jika pendarahan segera ditangani dengan baik
Subdural Haemorrhage (SDH)

 pendarahan yang terjadi diantara lapisan duramater dan


arachnoid (spatium subduralis)
 Etiologi:
• trauma kepala
• Koagulopati  terapi antikoagulan
• cerebral aneurisme
• malformasi arteriovenosa
• Tumor
• hipotensi intracranial
Subdural Haemorrhage (SDH)

 Patofisiologi
Benturan keras  trauma kepala  terjadinya akselerasi
dan deselerasi cerebrum relatif terhadap kranial 
Cerebrum dilapisi oleh cairan serebrospinal yang dapat
bergerak, sedangkan sinus venosus dalam keadaan
terfiksir  cerebrum berpindah  rupture beberapa vena
halus pada tempat mereka menembus duramater
Subdural Haemorrhage (SDH)

Klinis
Perdarahan akut Perdarahan sub akut Perdarahan Kronik
• Waktu berjam-jam setelah • Waktu beberapa hari (2-14 • Waktu >14 hari
trauma hari) • Pendarahan yang terjadi
• Cedera kepala yang cukup • Perdarahan dapat lebih tebal membentuk kapsul yang
berat tetapi belum ada terbentuk dari lemak dan
• Pasien sudah terganggu pembentukan kapsula protein yang mudah
kesadaran dan tanda • Kehilangan kesadaran, diikuti menyerap cairan dan mudah
vitalnya disertai dengan dengan perbaikan status rupture  pusing.
lateralisasi. neurologis. • Kapsul terus membesar dan
• Ukuran pendarahan dapat • Pada jangka waktu tertentu, kemudian dapat
kurang dari 5 mm tetapi status neurologis mengalami menyebabkan lesi desak
melebar luas. perburukan diikuti dengan ruang hingga penurunan
• Gangguan neurologik pernurunan kesadaran. kesadaran dan lateralisasi
progresif
Subdural Haemorrhage (SDH)

CT Scan MRI
Subdural Haemorrhage (SDH)

 Terapi  berdasarkan jumlah massa dan gangguan neurologis


• Konservatif  diobservasi dengan beberapa kali CT-scan
• Operatif  burr hole, SDH kronis dan subakut biasanya diterapi
dengan burr hole lebih dari satu.
 Prognosis
• Persentase mortalitas pasien SDH sebanyak 36-79%
• Kebanyakan pasien tidak dapat kembali ke tingkat fungsi
normalnya
Subarachnoid Haemorrhage(SAH)

 Ekstravasasi darah menuju ke ruang subaraknoid diantara pia dan


membran araknoidea
 Etiologi
• Non traumatik  80% karena rupturnya aneurysm, 10% dari kasus
ruptur malformasi arteriovenosus, 10% lain-lain
• Trauma kepala
 Epidemiologi
• Risiko meningkat seiring peningkatan usia, puncak usia 50 tahun
• Risiko pada kulit hitam lebih tinggi dibandingkan pada populasi kulit
putih
• Kejadian pada wanita lebih tinggi dibandingkan pada pria (rasio
3:2), terutama pada wanita dengan kehamilan trisemester ketiga
Subarachnoid Haemorrhage(SAH)

 Patofisiologi  aneurisma
Pembentukan kantung kecil pada dinding yang terkena defek  tekanan tinggi 
rupture  darah mengalami ekstravasasi oleh tekanan arteri ke ruang subaraknoid
dan dengan cepat melebar melalui cairan cerebrospinal sekitar otak dan medula
spinalis  Darah yang mengalir dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan
kerusakan langsung pada jaringan lokal dan secara global, ektravasasi tersebut
meningkatan tekanan intracranial  Tanda iritasi meningeal terjadi.
 Klinis:
• Nyeri kepala tiba-tiba yang berat
• mual dan muntah
• gejala iritasi meningeal
• fotofobia dan perubahan visus
• defisit neurologis yang focal,
• penurunan kesadaran
• kejang pada fase akut.
Subarachnoid Haemorrhage(SAH)

CT Scan MRI
Subarachnoid Haemorrhage(SAH)

 Tatalaksana
• Non operatif  agen antihipertensi
• Operatif  clipping pada aneurisma yang ruptur, serta
penanganan endovaskular, seperti coiling.
 Prognosis
• 50% dari pasien meninggal pada 6 bulan pertama. Perdarahan
ulang memiliki 51-80% mortalitas.
• Lebih dari sepertiga pasien yang selamat memiliki defisit
neurologis, seperti ingatan, fungsi eksekutif, dan bahasa,
depresi, ansietas, dan kelainan tidur.
Intracerebral Haemorrhage (ICH)

 ektravasasi darah ke jaringan cerebri karena jejas pada pembuluh darah, dan
menekan jaringan sekitar area perdarahan.
 epidemiologi
• ICH memiliki angka kejadian dua kali lipat dari perdarahan subaraknoid
• Pria memiliki risiko sedikit lebih tinggi dari wanita.
• Angka kejadian ICH meningkat pada individu diatas 55 tahun dan dua kali lipat
pada usia 80 tahun.
 Etiologi:
• Hipertensi
• Malformasi arterovenosus
• ruptur aneurisma,
• Neoplasma
• perubahan pendarahan post infark iskemia
• Trauma
Intracerebral Haemorrhage (ICH)

 Patofisiologi:
• ICH non traumatik umumnya disebabkan oleh jejas hipertensif
dari dinding pembuluh darah (seperti hipertensi dan eklampsia),
disfungsi autoregulasi, ruptur aneurisma atau malformasi
arteriovenosus, arteriopati, perubahan hemostasis (trombolisis,
antikoagulasi, perdarahan diatesis), nekrosis hemoragik
(neoplasma, infeksi), atau obstruksi aliran keluar dari vena
(trombosis vena cerebri).
• Trauma cranial juga dapat menyebabkan ICH. Pasien dengan
trauma kepala tumpul dan mendapat pengobatan warfarin
atau clopidogrel memiliki risiko lebih tinggi terkena ICH.
Intracerebral Haemorrhage (ICH)

 Klinis:
• perubahan tingkat kesadaran
• mual dan muntah
• sakit kepala
• kejang
• kelainan neurologis focal
Intracerebral Haemorrhage (ICH)

CT Scan MRI
Intracerebral Haemorrhage (ICH)

 Tata laksana
• Non operatif  pada pasien dengan kelainan neurologis
minimum atau dengan volume perdarahan intracerebral kurang
dari 10ml.
• Operatif  difokuskan untuk mengurangi jejas  perdarahan
cerebelar lebih dari 3cm, atau pasien ICH dengan lesi vaskular
struktural, atau pasien muda dengan perdarahan lobaris
 Progosis
• ICH memiliki 44% mortalitas 30 hari pertama
• Perdarahan pada pontine atau brainstem memiliki 75%
mortalitas dalam 24 jam.
Penutup
 Perdarahan intrakranial adalah perdarahan (patologis) yang terjadi
di dalam cranium, dapat berupa perdarahan epidural, subdural,
subarachnoid, atau serebral (parenkimatosa)
 Penyebabnya  trauma dan non trauma
 Klinis: nyeri kepala, mual muntah, gangguan neurologis, gangguan
peglihatan hingga penurunan kesadaran
 Penegakan diagnosis  CT Scan atau MRI
 Terapi  konservatif dan operatif
Daftar Pustaka

 Gaillard F. Subarachnoid haemorrhage . Diakses di https://radiopaedia.org/articles/subarachnoid-


haemorrhage, updated desember 2016.
 Graaff, Van De. 2001.Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed. McGraw-HillSloane.
 Jallo GI, Becske T. Subarachnoid Hemorrhage Workup. Diakses di
http://emedicine.medscape.com/article/1164341-workup#c11 updated aug 12, 2016.
 Maria IA dan Thomas GB, 2011. Update in Intracerebral Hemorrhage. Neurohospitalist, 1(3): 148–159.
 Kidwell CS, Chalela JA, Saver JL, 2004. Comparison of MRI and CT for detection of acute intracerebral
hemorrhage. JAMA, 292 (15): 1823-1830.
 Mack F. 2014. Intracranial haemorrage: therapeutic interventions and anaesthetic management. British
Journal of Anaesthesia 113 (52): ii17-ii25.
 Moore K, Agur A, Dalley A. 2007. Essential Clinical Anatomy. Lippincott William and Wilkins
 Netter, Frank H. 2014. Atlas Of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC
 Paulsen, F & Waschke, J 2010, Sobotta, Atlas Anatomi Manusia, Ed. 23, Jilid 3, Jakarta: EGC
 Richard L Drake, Wayne Vogl, Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human Body.
Elsevier
 Verma RK, Kottke R, Andereggren L, et al. 2013. Detection subarachnoid hemorrhage: comparison of
combined FLAIR/SWI versus CT. Europian Journal of Radiology, 82: 1539-1545.

Anda mungkin juga menyukai