HEMATOMA
SUBDURAL
Vital Sign
• Nadi : 84 x/menit
• Suhu : 37o C
• Resprasi : 25 x/menit
• Saturasi O2 : 99 %
Status
• Kepala : Normocephal, distribusi rambut merata, tidak mudah
dicabut, jejas (-)
• Mata: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks
Generalis •
cahaya +/+
Leher : Simetris, trakea ditengah, jejas (-), pembesaran KGB (-)
• Thorax
Dada kanan kiri simetris, pernafasan thorakoabdominal.
Cor : Bunyi jantung I-II normal, regular
Pulmo : Vesikuler, wheezing-/-, ronkhi -/-
• Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar, supel
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
• Ekstremitas :
Superior : Edema -/-, sianosis -/-, akral hangat, CRT <2 detik
Inferior : Edema -/-, sianosis -/-, akral hangat, CRT <2 detik
Status • GCS : E4V5M6
• Meningeal sign :
Neurologis Biceps
Dx
+N
Sx
+N
Triceps +N +N
Radius +N +N
Ulna +N +N
Hoffman - -
Trommer - -
REFLEKS PATOLOGIS
Status
Neurologis
Dx Sx
Babinski - -
Chaddock - -
Penunjang HGB
HCT
MCV
10.2 g/dl
30.8 %
88.8 fl
12.0-16.0
35.0-47.0
80.0-100.0
MCH 29.4 pg 26.0-35.0
MCHC 33.2 g/dl 31.0-36.0
RDW 14.2 % 11.0-16.0
PLT 124 K/ul 150-440
MPV 9.3 fl 8.0-11.0
Pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan Hasil Referensi
Penunjang MID#
GRA#
0.5 K/ul
4.5 K/ul
0.1-1.5
1.2-8.0
UREUM 76 16,6-48,5
Hematoma subdural
Planning
Craniotomy
Laporan • Tindakan Operasi: Craniotomy (tanggal 11 Oktober
2018)
Hematoma
Biasanya terjadi pada cedera kepala yang cukup berat yang
dapat mengakibatkan perburukan lebih lanjut
Subdural
• Subakut
– Biasanya berkembang dalam beberapa hari sekitar 4-21 hari
sesudah trauma. Awalnya pasien mengalami periode tidak sadar
lalu mengalami perbaikan status neurologi yang bertahap.
Namun, setelah jangka waktu tertentu penderita
memperlihatkan tanda-tanda status neurologis yang memburuk.
• Kronis
– Biasanya terjadi setelah 21 hari setelah trauma bahkan bisa
lebih. Perdarahan kronik subdural, gejalanya bisa muncul dalam
waktu berminggu- minggu ataupun bulan setelah trauma yang
ringan atau trauma yang tidak jelas, bahkan hanya terbentur
ringan saja bisa mengakibatkan perdarahan subdural apabila
pasien juga mengalami gangguan vaskular atau gangguan
pembekuan darah.
Etiologi • Trauma
– Trauma kapitis
Fisik – Breathing
– Circulation
– Disability
– Exposure
• Pemeriksaan neurologik
– Kesadaran penderita dengan menggunakan Skala Koma
Glasgow
– Pemeriksaan diameter kedua pupil
– Tanda-tanda defisit neurologis fokal.
Pemeriksaan • Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium minimal meliputi, pemeriksaan
Penunjang
darah rutin, elektrolit, profil hemostasis/koagulasi.
• Foto tengkorak
Pemeriksaan foto tengkorak tidak dapat dipakai untuk
memperkirakan adanya SDH. Fraktur tengkorak sering
dipakai untuk meramalkan kemungkinan adanya
perdarahan intrakranial tetapi tidak ada hubungan yang
konsisten antara fraktur tengkorak dan SDH. Bahkan
fraktur sering didapatkan kontralateral terhadap SDH.
• CT-Scan
Pemeriksaan CT scan adalah modalitas pilihan utama bila
disangka terdapat suatu lesi pasca-trauma, karena
prosesnya cepat, mampu melihat seluruh jaringan otak
dan secara akurat membedakan sifat dan keberadaan lesi
intra-aksial dan ekstra-aksial.
Diagnosis Banding
Hematom subdural Epidural hematom
Terjadi akibat robekan dari Terjadi akibat robekan arteri
“bridging veins” meningia media
Biasanya terjadi dalam 2x24 jam
Subakut atau kronik
setelah trauma
Terjadi akibat robekan dari “bridging Terjadi akibat pecahnya aneurisma pada
veins” Sirkulus Willisi
Pada CT scan ditemukan lesi hiperdens Pada CT scan ditemukan lesi hiperdens
seperti bulan sabit batas sesuai girus
Penatalaksanaan • Non operatif
• Operatif
Non • Pada kasus pendarahan yang kecil (volume < 30 cc)
dilakukan tindakan konservatif.
operasi
Perawatan • Monitor kondisi umum dan neurologis pasien.
• Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Tindakan pemasangan