BLOK HEMATOIMUNOLOGI
1618011169
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
1
BAB I.
PENDAHULUAN
HSP sering dialami oleh anak-anak usia usia 5 hingga 13 tahun, tetapi dapat
pula dialami oleh orang dewasa. Henoch-Schönlein purpura telah dilaporkan
pada pasien dengan umur 6 bulan hingga 86 tahun. Tetapi rata-rata pasien
HSP berumur 6 tahun dimana 75 % pasien berumur kurang dari 8 tahun dan
90 % pasien berumur kurang dari 10 tahun.
HSP pada bayi lebih ringan manifestasi kliniknya dan kemungkinan terjadi
komplikasi seperti nefritis atau nyeri abdomen lebih rendah. Sedangkan HSP
pada orang dewasa cenderung lebih serius dimana 85 % pasien dewasa
dengan HSP mengalami nefritis dan 13 % pasien dewasa HSP mengalami
kegagalan fungsi renal. Namun, pasien dewasa cenderung mengalami
rekurensi dengan waktu yang relative lebih lama daripada anak-anak
Prevalensi insidensi pada anak laki laki lebih besar dua kali lipat daripada
anak perempuan .Keterlibatan infeksi ginjal akan lebih parah dialami oleh
anak yang lebih tua dan orang dewasa. Terkadang, Henoch-Schonlein purpura
2
dapat disebut sebagai penyakit Berger tapi berbeda dengan penyakit Buerger
yang merupakan tipe vaskulitis yang berbeda.
Penyebab dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi system
kekebalan tubuh yang menargetkan pembuluh darah diyakini sebagai
penyebab utamanya. Menurut penelitian, dua pertiga dari seluruh kasus yang
terjadi didahului oleh penyakit infeksi saluran pernapasan atas misalnya oleh
infeksi Streptococcus grup A, Mycoplasma,virus Epstein Barr, virus Herpes
Simplex, Parvovirus B19, Coxsackievirus, Adenovirus, measles, mumps.
Selain itu factor vaksinasi dan lingkungan contohnya seperti alergi berlebihan
terhadap makanan, obat-obatan, pestisida, paparan dingin hingga gigitan
serangga. Prognosis penyakit ini umunya benign self-limited disorder , < 5 %
menjadi kasus kronik, dan < 1 % menjadi kasus gagal ginjal.
3
BAB II.
a. Anamnesis
Menggali keluhan utama pasien, terutama pada penyakit ini pasien akan
dating dengan keluhan yang didahului dengan demam selama 1 hingga 3
minggu yang diikuti oleh arthralgia (nyeri sendi) dan artritis (radang sendi)
yang dapat timbul di kulit, pergelangan kaki dan tangan, siku dan persendian
jari tangan yang dapat terlihat bengkak, bersifat sementara dan tidak
menimbulkan deformitas. Selain itu pasien juga mengalami ruam kemerahan
di daerah ekstremitas yang bersifat tidak gatal dan tidak nyeri. Ruam
kemerahan yang dialami dapat berupa urtikaria, eritema infiltratif, ptekiae,
purpura, papula purpurik, vesikel atau bula hemoragik, nodul, livedo
racemosa, ulkus yang dalam dan gangren Selain itu perlu ditanyakan
Riwayat Penyakit Dahulu pasien seperti ada tidaknya riwayat ISPA
sebelumnya, demam, alergi terhadap obat atau makanan, dan penyakit yang
berhubungan dengan imunomediator. ISPA yang pernah dialami, terutama
yang etiologinya karena bakteri group A beta-hemolitik sebanyak 20- 50 %
kasus ditemukan pada pasien HSP melalui kultur bakteri atau antibody serum.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak-anak dengan HSP diikuti Nefritis
memiliki reseptor plasmin yang merupakan antigen yang dikeluarkan oleh
bakteri Streptococcus Grup B Hemolitik. Hal ini merupakan salah satu dasar
bagi peneliti lain untuk mengemukakan hipotesis Molecular Mimicry, dimana
disimpulkan bahwa mikroba dan pembuluh darah kecil memiliki epitope yang
sama sehingga dapat memicu reaksi inflamasi yang dapat menimbulkan
kerusakan sel dan jaringan.
Selain itu dilakukan penggalian informasi tentang Riwayat Penyakit Keluarga,
mengingat penyakit immunocompromised sering dijumpai karena adanya
4
factor genetic dan juga perlu ditanya Riwayat Sosial dan lingkungan, berupa
pekerjaan sehari-hari, ada tidaknya paparan terhadap radiasi, dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dimulai dari keadaan umum pasien yang
biasanya tampak sakit ringan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda-
tanda vital yang pada indicator suhu dapat meningkat atau normal dan
indicator lainnya (nadi, nafas, tekanan darah) biasanya dalam batas normal.
5
HSP sejatinya merupakan salah satu penyakit dengan LcV, yaitu Leucositosis
Vasculitis atau disebut juga peradangan pembuluh darah akibat deposit respon
imun yang dimediasi sel darah putih. LcV yang terjadi pada HSP biasanya
muncul sebagai suatu makula eritematosa atau suatu purpura yang palpabel
dengan predileksi pada tempat tertentu pada bagian tubuh, khususnya pada
bagian bawah tungkai .
6
demam ringan dan malaise. Lebih jarang lagi, juga dapat terjadi gangguan
ginjal, gastrointestinal, paru dan neurologi.
c. Pemeriksaan Penunjang
7
dapat berkisar dari mesangial proliferasi ringan sampai glomerulonefritis
bulan sabit yang parah. Difus deposit penyebabnya sampai saat ini belum
diketahui dan ditandai dengan kompleks imun IgA yang dominan dalam
venula kecil, kapiler dan arteriol.
IgA mesangial terlihat pada imunofluoresensi merupakan ciri khas dari HSP
nefritis dan pengendapan C3 komplemen (75%) mungkin dapat ditemukan.
Biopsi jaringan ginjal dapat dilakukan dengan catatan pasien telah mengalami
kerusakan ginjal yang parah dimana manifestasi nya dapat terlihat adanya
proteinuria hingga hematuria.
Mayoritas kasus HSP akan menunjukkan hasil DIF yang positif. Deposit yang
paling sering adalah C3, diikuti oleh IgG, IgM dan fibrinogen. Deposit ini
biasanya tersusun granular atau fibrilar dan terlihat di sepanjang dinding
8
pembuluh darah baik pada ruang ekstravaskular maupun intravaskular,
sedangkan deposit fibrinogen terdapat di seluruh dermis. Deposit yang
terdapat di dinding pembuluh darah bukan merupakan suatu diagnostik LcV
dan mungkin saja dapat terlihat pada spesimen biopsi dari tungkai bawah
tanpa vaskulitis atau tanpa lesi. Jika ditemukan penderita suspek vaskulitis
yang memiliki lesi di tempat selain tungkai bawah seperti HSP, maka biopsi
juga sebaiknya diambil dari tempat tersebut.
9
Hal ini belum jelas mekanisme terjadinya. Terdapat dua subkelas IgA, yaitu
IgA1 dan IgA2. IgA1 jumlahnya sekitar 80-90 % dari serum IgA. Harus
diingat bahwa kelainan IgA pada HSP yaitu terjadi abnormalitas pada IgA1.
Perbedaan penting antara IgA1 dan IA2 adalah pada rantai berat IgA1 terdiri
dari engsel proline diantara CH1 dan CH2 yang merupakan domain rantai
berat.
10
pada operasi. Terapi yang diberikan pada pasien ini berupa terapi suportif dan
simtomatik. Pada pemeriksaan lab didapatkan adanya peningkatan leukosit
yang menunjukkan adanya infeksi bakteri sehingga diberikan antibiotik
ampisilin 1 gram per 8 jam. Ampisilin merupakan antibiotik lini pertama
derivate penisilin yang merupakan kelompok antibiotic β–laktam yang
memiliki spektrum antimikroba yang luas. Pada pasien ini terjadinya
inflamasi pada pembuluh darah kecil sehingga pemberian steroid mengurangi
inflamasi yang terjadi sehingga nyeri perut dan purpura juga dapat berkurang.
Pada umumnya prognosis adalah baik, dapat sembuh secara spontan dalam
beberapa hari atau minggu (biasanya dalam 4 minggu setelah onset). Bila
manifestasi awalnya berupa kelainan ginjal yang berat, maka perlu dilakukan
pemantauan fungsi ginjal setiap 6 bulan hingga 2 tahun pasca sakit.
e. Diagnosis Banding
11
Vasculitis urticarial (VU), yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh adanya
wheals yang menetap lebih dari 24 jam. Sekitar 20% penderita yang
mengalami urtikaria kronik akan mengalami kondisi ini. Gambaran
histopatologi VU sebenarnya tidak sepenuhnya berupa LcV walaupun terdapat
debris nuklear fokal atau deposit fibrin vaskular dengan atau tanpa extravasasi
eritrosit. Neutrofilia pada jaringan serta pemeriksaan DIF menunjukkan
adanya lupus band test point yang positif, yaitu kondisi yang berhubungan
dengan penyakit gangguan jaringan konektif, terutama SLE atau sindroma
Sjorgen.
12
1. Vaskulitis Pembuluh Darah Besar
- Arteritis Takayusu
- Arteritis Temporal
2. Vaskulitis Pembuluh Darah Sedang
- Poliarteritis nodosa (poliarteritis nodosa klasik)
- Penyakit Kawasaki
3. Vaskulitis Pembuluh Darah Kecil
- Granulomatosis wagener
- Sindrom Chur Strauss
- Poliarteritis Mikroskopik
- Henoch-Schonlein Purpura
- Vaskulitis Krioglobulinemia esensial
- Angilitis kutaneus leukositoklastik
Vaskulitis Sekunder
- Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit infeksi
(endocarditis bakteri, viral, mikrobakteria dan riketsia)
- Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit kolagen (lupus
eritomatosus sistemik, arthritis rheumatoid, sindrom sjorgen,
dermatomitosis)
- Vaskulitis oleh karena obat
- Vaskulitis yang berhubungan dengan keganasan
- Vaskulitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik
(hepatitis kronik aktif, sirosis biliaris primer)
13
Daftar Pustaka
14
Eastham, A. Brooke. Diamond, Herbert. Leukocytoclastic Vasculitis :
Overview of Medscape. https ://emedicine.medscape.com :2017
15