Anda di halaman 1dari 4

Pre Reading Monitoring Hemodinamik

Nathalia Rose Fransisca Karma (1906428442) FIK UI Ekstensi 2019


Email : nathalia.rose@ui.ac.id

 Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi
magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi dalam paru paru). Dalam
kondisi normal, hemodinamik akan selalu dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis
dengan kontrol neurohormonal. Namun, pada pasien-pasien kritis mekanisme kontrol
tidak melakukan fungsinya secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan stabil.
Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam perawatan
pasien-pasien kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah dengan sangat cepat.
 Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh, baik melalui sirkulasi
magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru).
 Monitoring Hemodinamik adalah pemantauan dari status hemodinamik. Pentingnya
pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi, dan tanda-tanda vital
lain akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan baik sehingga dapat
mecegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah
 Tujuan Pemantauan Hemodinamik Monitor hemodinamik dapat membantu
mengidentifikasi kondisi pasien, mengevaluasi respon pasien terhadap terapi,
menentukan diagnosa medis, memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,
jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompa darah.
 Monitoring hemodinamik hampir selalu menggunakan kateter intravaskuler, tranducer
tekanan dan sistem monitoring. Adapun tujuan monitoring hemodinamik secara invasif
adalah : 1. Deteksi dini : identifikasi dan intervensi terhadap klinis seperti : gagal jantung
dan tamponade. 2. Evaluasi segera dari respon pasien terhadap suatu intervensi seperti
obat-obatan dan dukungan mekanik. 3. Evaluasi efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti
cardiac output dan index. Dengan dilakukannya monitoring hemodinamik secara
kontinyu, perubahan-perubahan pada status hemodinamik pasien akan diketahui sehingga
penanganan akan lebih cepat dilakukan dan menghasilkan prognosis yang lebih baik.
 Status Hemodinamik adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran darah dalam paru
dan sirkulasi sistemik. Pasien dengan gagal jantung, overload cairan, shock, hipertensi
pulmonal dan banyak kasus lain adalah pasien dengan masalah perubahan status
hemodinamik
 Indikasi Pemantauan Hemodinamik

Syok, Infark Miokard akut, Edema paru, Gagal jantung kanan, Pasca operasi jantung,
Penyakit katup jantung/ ruptur septum ventrikel, Temponade jantung, Gagal nafas akut,
Hipertensi pulmonal, Sarana pemberian cairan dan obat

 Konsep Dasar Hemodinamik


1. Pre load : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic
digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan preload ventricle
kiri digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh.
3. After load : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh jantung.
After load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary vascular
resistance

 Parameter monitoring hemodinamik adalah tekanan darah dan central vena pressure

Ada dua macam cara pemantauan tekanan darah :


1. Pemantauan darah Non Invasive(cuff pressure)
Non Invasive Blood Pressure (NIBP) Teknik pengukuran darah dengan menggunakan
cuff atau manset, baik secara manual maupun menggunakan mesin sebagaimana bedside
monitor yang ada di unit pelayanan Intensif. Ukuran manset harus disesuaikan dengan
besarnya lengan pasien, karena ketidak sesuaian ukuran manset akan mengurangi
validitas hasil pengukuran. Data status hemodinamik yang bisa didapatkan adalah
tekanan sistolik, tekanan diastolic, dan tekanan rata-rata arteri (Mean Arterial
Pressure=MAP) Sistolik pressure adalah tekanan darah maksimal dari ventrikel kiri saat
systole. Diastolic pressure adalah gambaran dari elastisitas pembuluh darah dan
kecepatan darah saat dipompakan dalam arteri. MAP adalah tekanan rata-rata arteri,
menggambarkan perfusi rata-rata dari peredaran darah sistemik.

2. Invasive Blood Pressure(arterial pressure)


Invasive Blood Pressure (IBP) Pengukuran tekanan darah secara invasive dapat dilakukan
dengan melakukan insersi kanule ke dalam arteri yang dihubungkan dengan tranduser.
Tranduser ini akan merubah tekanan hidrostatik menjadi sinyal elektrik dan
menghasilkan tekanan sistolik, diastolic, maupun MAP pada layar monitor. Setiap
perubahan dari ketiga parameter diatas, kapanpun,dan berapapun maka akan selalu
muncul dilayar monitor. Ketika terjadi vasokonstriksi berat, dimana stroke volume sangat
lemah, maka pengukuran dengan cuff tidak akurat lagi. Maka disinilah penggunaan IBP
sangat diperlukan. Pada kondisi normal, IBP lebih tinggi 2-8 mmhg dari NIBP Pada
kondisi sakit kritis bisa mmhg lebih tinggi dari NIBP

Central Venous Pressure (CVP)


CVP merupakan pengukuran langsung dari atrium kanan. Central venous pressure
mencerminkan preload ventrikel kanan dan kapasitas vena,sehingga dapat diketahui volume
pembuluh darah atau cairan dan efektifitas jantung sebagai pompa. CVP adalah pengukuran
tekanan di vena cava superior atau atrium kanan. 1. Indikasi Monitoring Gangguan volume
sirkulasi darah, tetapi fungsi kardio pulmoner relative normal. Therapi cairan pada paska
perdarahan, bedah trauma, sepsis, kondisi emergency dengan kekurangan cairan dan komponen
darah. 2. Pengukuran Apabila menggunakan Pressure tranduser, maka dalam satuan millimeter
of mercury (mmhg) Apabila menggunakan Water manometer, maka dalam satuan centimeter air
(cmh2o) Nilai Normal CVP 3 11 mmhg 4 15 CmH2O

Daftar Referensi
HIPERCCI (2017). Modul Pelatihan ICU Intermediet.
Maqder S. (2015). Invasive hemodynamic monitoring. Crit Care Clin 31(1):67-87
Ramsingh et al. (2013). Does it matter which hemodynamic monitoring system is used. Critical
Care Journal 17:208

Anda mungkin juga menyukai