Anda di halaman 1dari 23

MONITORING HEMODINAMIK INVASIF : CENTRAL

VENOUS PRESSURE (CVP)

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen Pengampu : Ns. Diah Tika Anggraeni, M.Kep

Disusun oleh :
1. Devia Febriani 1610711050
2. Assyfa Siti Rohmah 1610711061
3. Amelia Diah W 1610711065
4. Diah Ayu K 1610711067
5. Cintya Veronica 1610711069
6. Asya Shalbiah M 1610711075
7. Hannisa Rizky R 1610711079
8. Anggryta Putry L 1610711082
9. Hanifah Eka C 1610711087

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2019
0
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang
berjudul Monitoring Hemodinamik Invasif : Central Venous Pressure yang
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa


hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas
memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan masalah
ini dengan sebaik-baiknya.

Jakarta, 09 September 2019

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... 1


Daftar Isi .............................................................................................................. 2

Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 3


A. Latar Belakang ................................................................................................ 3

Bab II Pembahasan ............................................................................................ 4


A. Definisi ............................................................................................................ 4
B. Tujuan Monitoring Hemodinamik Invasif : CVP: .......................................... 5
C. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Hemodinamik Invasif:CVP………6
C. Komponen Monitoring Hemodinamik Invasif : CVP ..................................... 6
D. Nilai Normal dan Abnormal Hemodinamik dan CVP .................................... 7
E. Langkah Monitoring Hemodinamik Invasif : CVP ........................................13
F. Interpretasi CVP..............................................................................................16
G. Komplikasi Pemasangan CVP ....................................................................... 18
G. Peran Perawat dalam Monitoring Hemodinamik Invasif : CVP .................... 18

Bab III Penutup ................................................................................................20


A Kesimpulan .................................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................................. 20

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran tubuh,


baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi
dalam paru paru). Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu
dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan kontrol neurohormonal.
Namun, pada pasien-pasien kritis mekanisme kontrol tidak melakukan fungsinya
secara normal sehingga status hemodinamik tidak akan stabil. Monitoring
hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting dalam perawatan pasien-
pasien kritis karena status hemodinamik yang dapat berubah dengan sangat cepat.
Berdasarkan tingkat keinvasifan alat, monitoring hemodinamik dibagi menjadi
monitoring hemodinamik non invasif dan invasif. Meskipun sudah banyak terjadi
kemajuan dalam teknologi kedokteran, pemantauan secara invasif masih tetap
menjadi gold standard monitoring. Variabel yang selalu diukur dalam monitoring
hemodinamik pasien kritis dengan metode invasif meliputi: tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonal. Monitoring hemodinamik hampir
selalu menggunakan kateter intravaskuler, tranducer tekanan dan sistem
monitoring.

Dengan dilakukannya monitoring hemodinamik secara kontinyu,


perubahan-perubahan pada status hemodinamik pasien akan diketahui sehingga
penanganan akan lebih cepat dilakukan dan menghasilkan prognosis yang lebih
baik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hemodinamik adalah aliran darah dalam sistem peredaran darah


tubuh, baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva
(sirkulasi dalam paru-paru). Dalam kondisi normal, hemodinamik akan selalu
dipertahankan dalam kondisi yang fisiologis dengan komtrol neurohormonal.

Hemonidamik menggambarkan tekanan dan aliran darah ketika


jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh melalui sistem
vaskuler.

Tekanan vena sentral (CVP) adalah nilai yang menunjukan


tekanan darah pada vena cava dekat atrium kanan jantung. CVP merefleksikan
jumlah darah yang kembali ke jantung dan kemampuan jantung memompa darah.
CVP dapat digunakan untuk memperkirakan tekanan pada atrium kanan, yang
mna secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan dan
tekanan ventrikel kanan pada akhirdiastol

Tekanan Vena sentral (CVP) mencerminkan tekanan


pengisian atrium kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada empat
kompenen, yaitu: volume darah, fungsi kardiak, tekanan intratorakal dan tonus
vasomotor. Barbeito & Mark (2006)

B. Tujuan Monitoring Hemodinamik

Dasar dari pemantauan hemodinamik adalah menjaga perfusi


jaringan yang adekuat, seperti keseimbangan antara pasokan oksigen dengan
yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, suhu tubuh dan keseimbangan elektro
kimiawi sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamik berupa

4
gangguan fungsi organ tubuh hingga gagal fungsi organ multiple bisa ditangani
dengan cepat. Tujuan pemantauan hemodinamik:

1. Mengidentifikasi perubahan status hemodinamik secara dini sehingga dapat


dilakukan intervensi segera.
2. Mengevaluasi segera respon pasien terhadap suatu intervensi seperti obat-
obatan dan dukungan mekanik.
3. Memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah, jumlah darah
dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompa darah.
4. Membantu mengidentifikasi kondisi pasien.
5. Menentukan diagnosa medis

C. Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan Hemodinamik Invasif : CVP

1. Indikasi Pemasangan Hemodinamik Invasif : CVP

Monitor tekanan darah invasive diperlukan pada pasien dengan


kondisi kritis atau pada pasien yang akan dilakukan procedure operasi bedah
mayor sehigga apabila terjadi perubahan tekanan darah mendadak dapat
secepatnya dideteksi dan intervensi atau untuk evaluasi efek dari terapi obat-
obatan yang telah diberikan.

a. Prosedur operasi bedah mayor seperti : CABG, Bedah Thorax, bedah


syaraf, bedah laparotomy, bedah vaskuler

b. Pasien dengan status hemodinamik tidak stabil

c. Pasien yang mendapatkan terapi vasopressor dan vasodilator

d. Pasien yang tekanan intrakranialnya dimonitor secara ketat

e. Pasien dengan dengan hipertensi kritis, dengan overdiseksi aneurisma


aorta

5
2. Kontraindikasi dalam pemasangan hemodinamik invasive : CVP

a. Pasien dengan perifer vascular disease

b. Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau terapi trombolitik

c. Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relative pada area yang


mudah terjadi infeksi

D. Komponen Monitoring : CVP

1. Transduser System : Memungkinkan pembacaan secara kontinu yang


ditampilkan di monitor.

2. Manometer System : Memungkinkan pembacaan intermiten dan kurrang


akurat dibandingkan system transduser dan lebih jarang digunakan.

6
E. Nilai Normal Hemodinamik dan CVP

1. Status hemodinamik
a. menurut Edwards Lifesciences LLC (ADULT)

Parameter Equation Normal Range

Arterial Oxygen Saturation (SaO2) 95 – 100%

Mixed Venous Saturation (SvO2) 60 – 80%

Central Venous Oxygen Saturation 70%


(ScvO2)

Arterial Blood Pressure (BP) Systolic (SBP) 100 – 140


mmHg
Diastolic (DBP)
60 – 90 mmHg

Mean Arterial Pressure (MAP) SBP + (2 x DBP) 70 – 105 mmHg


/3

Right Atrial Pressure 2 – 6 mmHg


(RAP)/Central Venous Pressure

Right Ventricular Pressure (RVP) Systolic (RVSP) 15 – 30 mmHg

Diastolic 2 – 8 mmHg
(RVDP)

Pulmonary Artery Pressure (PAP) Systolic (PASP) 15 – 30 mmHg

Diastolic (PADP) 8 – 15 mmHg

Mean Pulmonary Artery Pressure PASP + (2 x 9 – 18 mmHg


(MPAP) PADP) / 3

Pulmonary Artery Occlusion 6 – 12 mmHg


Pressure (PAOP)

7
Left Atrial Pressure (LAP) 4 – 12 mmHg

Cardiac Output (CO) HR x SV / 1000 4.0 – 8.0 L/min

Cardiac Index (CI) CO/BSA 2.5 – 4.0


L/min/m2

Stroke Volume (SV) CO/HR x 1000 60 – 100


mL/beat

Stroke Volume Index (SVI) CI/HR x 1000 33 – 47


mL/m2/beat

Stroke Volume Variation (SVV) Svmax – 10 – 15 %


Svmin/Svmean x
100

Systemic Vascular Resistance 80 x (MAP – 80 – 1200 dynes


(SVR) RAP)/CO – sec/cm-5

Systemic Vascular Resistance 80 x (MAP – 1970 – 2390


Index (SVRI) RAP) / CI dynes – sec/cm-
5/m2

Pulmonary Vascular Resistence 80 x (MPAP – < 250 dynes –sec


(PVR) PAOP) / CO / cm-5

Pulmonary Vascular Resistence 80 x (MPAP – 225 – 285 dynes


Index (PVRI) PAOP) / CI –sec / cm-5/m2

Left Ventricular Stroke Work SI x MAP x 8 – 10 g/m/m2


(LVSW) 0.0144

Left Ventricular Stroke Work SVI x (MAP – 0 – 62 g/m2/beat


Index (LVSWI) PAOP) x 0.0136

8
Right Ventricular Stroke Work SI x MAP x 51 – 61 g/m/m2
(RVSW) .0144

Right Ventricular Stroke Work SVI x (MPAP – 5 – 10 g/m2/beat


Index (RVSWI) CVP) x 0.0136

9
b. menurut Mary E. Lough dalam buku Hemodynamic Monitoring

2. Nilai normal CVP


Menurut Mary E. Lough (2016) , nilai normal CVP pada dewasa
sehat biasanya 2 – 6 mmHg. Namun karena efek dari penuaan dan penyakit
kelemahan otot jantung, nilai normal ini tidak diaplikasikan pada penyakit
terminal. Penelitian dari Rivers dkk (2001) pada resusitasi pasien dengan
sepsis berat dan earlygoal-directed theraphy, nilai normal untuk CVP sekitar
8 mmHg. Biasanya karena efek dari ventilasi mekanik, atau kelemahan
10
ventrikel kanan, nilai CVP pada rentang 12 – 15 mmHg dinilai cukup
adekuat.
Selain hal diatas, berikut hasil normal dan abnormal dari CVP.

11
Hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan pada pengukuran CVP :
a. CVP tinggi ( > 12 mmHg)
1) Disfungsi Otot : iskemia , chronic heart failure (CHF),
cardiomiopati, ketidakseimbangan elektrolit
2) Abnormalitas struktur jantung : atrial septal defect , ventricular
septal defect
3) Hipervolemia : cushing syndrome, pregnancy or eclampsia,
hiperaldosteronia, stress postoperative
4) lainnya : intra-abdominal hypertension , elevated intrathoracic
pressure
b. CVP rendah ( < 8 mmHg)
1) Hipovolemik : asupan cairain tidak adekuat, diare, muntah,
DM yang tidak terkontrol, Diabetes insipidus
2) Vascular Dilation : sepsis berat, excessive vasodilator therapy

12
F. Langkah Monitoring Hemodinamik

Setalah memasang kateter vena sentral, CVP kemudian dapat


dipantau dan diukur menggunakan manometer ataupun transduser.

1. Pemantauan Menggunakan Manometer

Penggunaan sistem manometer memungkinkan pembacaan intermiten


dan kurang akurat dibandingkan sistem transduser, hal ini disebabkan
karena adanya efek meniskus air pada tabung kaca. Adapun langkah-
langkah pemasangan manometer adalah sebagai berikut:

a. Persiapan alat. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan


pengukuran CVP diantaranya manometer, cairan, water pass,
extension tube, threeway, bengkok, plester.

b. Jelaskan tujuan dan prosedur pengukuran CVP kepada pasien.

c. Posisikan pasien dalam kondisi yang nyaman. Pasien bisa diposisikan


semi fowler (45°)

d. Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point merupakan suatu
titik yang nantinya dijadikan acuan dalam pengukuran CVP, Zero
point ditentukan dari ICS (intercosta space) ke 4 pada linea
midclavicula karena ICS ke 4 tersebut merupakan sejajar dengan letak
atrium kanan. Dari midclavicula ditarik ke lateral (samping) sampai
mid axilla. Di titik mid axilla itulah kita berikan tanda,

13
Gambar Pemasangan Manometer

e. Dari tanda tersebut kita sejajarkan dengan titik nol pada manometer
yang ditempelkan pada tiang infus. Caranya adalah dengan
mensejajarkan titik tersebut dengan angka 0 dengan menggunakan
waterpass. Setelah angka 0 pada manometer sejajar dengan titik ICS
ke 4 midaxilla, maka kita plester manometer pada tiang infus.

f. Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sistem I (satu).


Caranya adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan (infus)
ke arah pasien. Jalur threeway dari sumber cairan dan ke arah pasien
kita buka, sementara jalur yang ke arah manometer kita tutup.

g. Setelah aliran cairan dari sumber cairan ke pasien lancar, lanjutkan


dengan mengaktifkan sistem 2 (dua). Caranya adalah dengan
mengalirkan cairan dari sumber cairan ke arah manometer. Jalur
threeway dari sumber cairan dan ke arah manometer dibuka,
sementara yang ke arah pasien kita tutup. Cairan yang masuk ke
manometer dipastikan harus sudah melewati angka maksimal pada
manometer tersebut.

14
h. Setelah itu, aktifkan sistem 3 (tiga). Caranya adalah dengan cara
mengalirkan cairan dari manometer ke tubuh pasien. Jalur threeway
dari manometer dan ke arah pasien dibuka, sementara jalur yang dari
sumber cairan ditutup.

i. Amati penurunan cairan pada manometer sampai posisi cairan stabil


pada angka/titik tertentu. Lihat dan catat undulasinya. Undulasi
merupakan naik turunnya cairan pada manometer mengikuti dengan
proses inspirasi dan ekspirasi pasien. Saat inspirasi, permukaan cairan
pada manometer akan naik, sementara saat pasien ekspirasi kondisi
permukaan cairan akan turun. Posisi cairan yang turun itu (undulasi
saat klien ekspirasi) itu yang dicatat dan disebut sebagai nilai CVP.

2. Pemantauan Menggunakan Transduser

Pemantauan menggunakan transduser memungkinkan pembacaan


secara kontinu yang ditampilkan di monitor, Adapun langkah-langkah
pemasangan transduser adalah sebagai berikut:

1) Persiapan alat. Alat yang biasanya digunakan untuk melakukan


pemasangan transduser meliputi heparin, infus set, monitor,
transduser, threeway, kantong tekanan

2) Tempatkan pasien pada posisi supinasi, pastikan posisi ini tidak


diubah, untuk mendapatkan hasil yang akurat

3) Sambungkan infus yang berisi larutan saline ke IV line, kemudian


hubungkan ke transduser.

4) Hubungkan transduser ke kateter vena sentral menggunakan threeway.


Pastikan tidak ada udara di dalam selang.

5) Posisikan transduser sejajar dengan kateter vena sentral

6) Kemudian hubungkan transduser ke monitor

15
Gambar Pemasangan Transduser

G. Interpretasi Hasil Monitoring Hemodinamik : CVP

Gelombang atrial biasanya beramplitudo rendah sesuai dengan


tekanan rendah yang dihasilkan atrium. Rata rata RAP berkisar 0 sampai 10
mmHg, dan LAP kira kira 3 sampai 15mmHg. Tekanan jantung kiri biasanya
melampaui tekanan jantung kanan karena terdapat perbedaan resistensi antara
sirkulasi sistemik dengan sirkulasi paru. Pengukuran secara langsung tekanan
atrium kiri biasanya hanya dilakukan di icu setelah operasi jantung.

Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor


merupakan refleksi dari setiap peristiwa kontraksi jantung. Kateter CVP

16
menunjukkan variasi tekanan yang terjadi selama siklus jantung dan
ditransmisi sebagai bentuk gelombang yang karakteristik. Pada gelombang
CVP terdapat tiga gelombang positif (a, c, dan v) yang berkaitan dengan tiga
peristiwa dalam siklus mekanis yang meningkatkan tekanan atrium dan dua
gelombang (x dan y) yang dihubungkan dengan berbagai fase yang berbeda
dari siklus jantung dan sesuai dengan gambaran EKG normal.

1) Gelombang a : diakibatkan oleh peningkatan tekanan atrium


pada saat kontraksi atrium kanan. Dikorelasikan dengan gelombang P pada
EKG
2) Gelombang c : timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler
ke dalam atrium pada awal kontraksi ventrikel iso volumetrik. Dikorelasikan
dengan akhir gelombang QRS segmen pada EKG.

3) Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan


gerakan ke bawah ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum
timbulnya gelombang T pada EKG
4) Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium
selama injeksi ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap
tertutup) digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG
5) Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya
tricuspid valve saat diastol disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan.
Terjadi sebelum gelombang P pada EKG.

Gambar . Bentuk normal gelombang tekanan vena sentral

17
H. Komplikasi Pemasangan CVP

1. Infeksi
Pada tahun 2004, the Intitute of Healthcare Improvement (IHI)
campaign tentang the 100 K Lives Campaign and selected central line-
assosiated bloodstream infection (CLABSI), oleh karena itu banyak
intervensi pencegahan yang disebut dengan “Central Line Bundle”.
Intervensi tersebut terdiri dari :
a. Hand hygine sebelum dan sesudah prosedur
b. Barrier precaaution selama prosedur :
1) tim kesehatan : cap, masker, gaun dan sarung tangan steril
2) pasien : pakaian steril dari kepala sampai kaki, bagian yang
terbuka hanya tempat untuk memasukan CVP
c. clorhexidine skin antisepsis—2% atau 70 isopropyl alkohol yang di
aplikasikan dengan back and forth friction scrub selama 30 detik.
d. optime site selection—avoid femoral vein
e. review of line—setiap hari.
2. Pneumothorax
Hal tersebut dapat terjadi karena trauma pada dada akibat kateter
central venous yang dapat menyebabkan paru-paru kolaps.
3. Emboli udara

I. Peran Perawat Dalam Pemantauan Hemodinamik : CVP

1. Lakukan kalibrasi sebelum dan selama pemantauan seperti pergantian


shift, perubahan posisi tubuh, adanya nilai yang dianggap tidak
sesuai dengan klinis pasien.

2. Mengkorelasikan nilai yang ada dengan klinis pasien.

3. Mencatat nilai dan kecenderungan perubahan hemodinamik.

4. Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat –


obatan.
18
5. Mencegah timbulnya komplikasi seperti : infeksi , hematoma, dll.

6. Memberikan rasa nyaman pada pasien.

7. Memastikan letak alat – alat pada posisi yang tepat dengan cara
memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan
foto thoraks ( CVP, SWAN GANZ)

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Monitoring hemodinamik merupakan hal yang esensial dalam


perawatan pasien-pasien kritis. Monitoring hemodinamik dibagi menjadi
monitoring secara invasif dan non invasif. Variabel yang selalu dievaluasi
dalam pemantauan tekanan darah secara invasif meliputi tekanan darah arteri,
tekanan vena sentral, dan tekanan arteri pulmoner.

Prinsip pengukuran yang digunakan secara umum hampir sama


yaitu dengan memasukkan kateter ke lumen pembuluh darah dan
disambungkan ke system tranduser. Tekanan darah akan melaluli kateter dan
akan dikonversi menjadi sinyal elektrik oleh tranduser yang kemudian akan
diteruskan ke osciloskope dan diubah menjadi gelombang dan nilai digital
yang tertera pada layar monitor.

Tujuan dari monitoring hemodinamik adalah untuk


mengidentifikasi perubahan status hemodinamik secara dini sehingga dapat
dilakukan intervensi segera, untuk evaluasi segera respon pasien terhadap
suatu intervensi seperti obat- obatan dan dukungan mekanik, dan evaluasi
efektifitas fungsi kardiovaskuler seperti cardiac output dan index.

B. Saran

Perlu adanya pelatihan khusus bagi petugas kesehatan terutama


bagi perawat yang melakukan Monitoring Hemodinamik Invasif : Central
Venous Pressure agar deteksi dini ketidakefektifan fungsi kardiovaskuler lebih
cepat dilakukan. Dengan dilakukannya monitoring hemodinamik secara
kontinyu, perubahan-perubahan pada status hemodinamik pasien akan

20
diketahui sehingga penanganan akan lebih cepat dilakukan dan menghasilkan
prognosis yang lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Edwards . 2009. Normal Hemodynamic Parametes and Laboratory Values.

United States : Edwards Lifescinces Corporation

Lesmana,Hendy. Akurasi Pengukuran Tekanan Vena Sentral (Central Venous

Pressure). 2018. Journal of Borneo Holistic Health

Lippincott . 2004. Lippincott’s Nursing Procedure. Philadelphia : Wolters

Kluwer | Lippincott Williams & Wilkins

Lough, Mary E. 2016. Hemodynamic Monitoring : Evolving Technologies and

Clinical Practice. United States : ELSEVIER Mosby

Https://youtu.be/w37jb7GA9kc

Https://youtu.be/JWf0NSQtWKs

22

Anda mungkin juga menyukai