OLEH : ASWENDI
DANU ARIFIN
FITRIA SARY
EKO S
SITI MAULIA
YUSNITA
PENDAHULUAN
Metode paling akurat dalam pengukuran tekanan darah
sistemik secara invasif melalui kanulasi artery/artery line.
Pengukuran tekanan darah sistemik ini merupakan salah satu
parameter dlm monitoring hemodinamik.
Tujuan :
- untuk memonitor tekanan darah secara terus menerus
- memonitor efek2 dari pengobatan vasoaktif
- untuk pemberian dan pengobatan arterial
- untuk memonitor hemodinamik
- utk pengambilan sampel analisa gas darah artery yang sering.
KONDISI APA SAJA YG MEMERLUKAN PENGUKURAN ARTERY LINE
Komplikasi
• Penusukkan > sulit
• Trombosis
ALLEN TEST
2. Artery brakialis
Gunakan sebagai pilihan
kedua, krn lumen artery >
besar, lokasi lebih mudah
diobservasi. kecuali pulse
nya lemah atau terjadi sh
ock, gemuk, pemblh dara
h rusak. Kerugiannya dpt
merusak syaraf & jika terj
adi sumbatan dpt merusa
k jaringan.
Lokasinya 1,5 inche diat
as antecubital fossa.
LOKASI PEMASANGAN
3. Artery femoralis
Digunakan pd kasus cardiopulmonary arrest/perubhan
perfusi ke ekstremitas atas. Lokasi : didaerah lipatan pah
a pd daerah superficial.
Komplikasi :
-Perdarahan/hematom akan sulit terkontrol
-Kadang yg terkena vena krn dekat dgn artery
-Infeksi
-Iskemia krn arterynya rusak
LOKASI PEMASANGAN
Glmbg nadi a sampai c terjadi saat darah diejeksikan kedlm aorta dari
ventrikel
selama sistole. Volume berpindah terjadi saat point c.
Segmen d terjadi selama akhir sistole sbg pengosongan ventrikel & be
rgerak
maju sec perlahan. Penutupan katup aorta direfleksikan sebagai dicroti
k notch
pada point e. Pd point e katup pulmonik jg tertutup dan katup2 atrioven
trikel
Hubungan siklus jantung dgn gel tek
anan artery
Hubungan siklus jantung dgn gel tek
anan artery
Hubungan siklus jantung dgn gel tek
anan artery
Arterial blood pressure waveforms
PENGKAJIAN PASIEN
1. Persiapan pasien
2. - Memberikan penjelasan pd pasien & klg
3. mengenai tujuan pengukuran dan prosedu
r
4. tindakan.
5. - Mengatur posisi pasien yg aman dan nyam
an
6. sesuai daerah pemasangan artery line.
7. - Fiksasi daerah artery line dan cek patensi
2. Persiapan alat
a. Persiapan utk penusukkan
- Abocath sesuai kebutuhan
Anak : abocath no.20,22,24.
Dewasa : abocath no 16 dan 18
- Set instrumen steril untuk tindakan invasif.
- Sarung tangan steril
- Antiseptik.
- Obat anestesi lokal.
- Spuit 2,5 cc, 5 cc, 10cc.
- Tri way buntut.
- NaCL + heparin.
- Bengkok
- Plester.
b. Persiapan untuk pemantauan
- Monitor
- Tranduser
- Alat flush
- Pressure bag
- Cairan Nacl 0,9 % 500 cc
- Heparin 500 unit
- Manometer line
- Spuit 1 cc
- Threeway stopcock
- Standart infus
- Pipa U
- Infus set
3. Cara Merangkai
- Mengambil heparin sebanyak 500 unit
kemudian memasukannya kedalam cairan Nacl 0,9 %
- Menghubungkan cairan tersebut dengan selang infus
- Mengeluarkan udara dari selang infus
- Memasang threeway stopcock dengan alat flus
- Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
- Menghubngkan manometer dengan threeway stopcock
- Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk
memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)
- Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
- Menghubungkan kabel tranduser dengan monitor
- Menghubungkan manometer dengan kateter yang terpasang
- Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
4. Cara Zero Balance
- Laveling (mensejajarkan letak jantung/ atrium kanan
dengan skala pengukuran atau tranduser
- Zero Balance dikerjakan setiap penggantian dinas atau
jika nilai atau gelombang yang terlihat pada monitor
tidak sesuai dengan keadaan klinis pasien serta setiap
ada perubahan posisi pasien.
- Posisi pasien bisa supine atau sampai dengan 45
derajat
- Tentukan titik nol pasien dengan cara membuat garis
pertemuan antara garis yang dibuat dari ICs 4 dengan
pertengahan axsila. Titik nol tersebut kemudian
disejajarkan dengan memakai pipa U/ Water
interpace/ level carpenter.
5. Cara Kalibrasi
- Tujuan kalibrasi untuk mengetahui fungsi alat
seperti monitor atau tranduser
- Dilakukan sebelum pemasangan, setiap
penggantiam dinas dan jika ada keraguan nilai
atau gelombang yang terlihat pada monitor.
- Menutup threeway kearah pasien dan membuka
threeway kearah udara
- Mengelurakan cairan ke arah udara
- Menekan tombol kalibrasi sampai monitor terlihat
angka nol.
- Membuka threeway kearah pasien dan menutup
kembali kearah udara.
PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA
d. Pencegahan
• keluarkan udara dlm kateter sebelum dihubungkan
pada pasien.
• periksa apakah kateter tersambung dgn baik.
• periksa sambungan secara rutin
• kantong cairan diganti sebelum habis.
4. Infeksi dan fhlebitis
a. Tanda dan gejala
• Suhu dan nadi meningkat
• Demam/ meggigil
• daerah tusukan tampak tanda2 infeksi
b. Penyebab
• Prosedur tindakan asepsi dan antisepsi tdk
sempurna
• Kontaminasi alat non steril
• masuk benda asing
• iritasi kulit pd daerah tusukkan
• Kateter lama yg tidak diganti
• adanya mikriorganisme dalam cairan pengisian kateter
• kontaminasi cairan melalui stopcok dan membrane dome
(tranduser)
• balutan lama tidak diganti
c. Tindakan perawatan
• cari sumber infeksi
• Kultur darah
• lapor dokter ( kateter dicabut dan ujungnya
dikultur).
• Beri antibiotik atau analgetik sesuai dgn
instruksi dokter.
d. Pencegahan
• Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
• Pertahankan tehnik septik dan antiseptik
• Cegah kontaminasi daerah tusukkan
• Jika sambungan kateter terlepas, ganti dgn yg steril
• Mengganti balutan luka, frekuensinya bergantung pd tipe
balutan dan keamanan. Jika balutan lembab, kotor dan longgar
wajib diganti balutan.
• Bersihkan tempat insersi dengan larutan povidone-iodine 20
% dan tunggu sampai kering.
• Cairan flush sebaiknya bukan glukosa diganti tiap 24-48 jam.
• Stopcock dan sambungan diganti tiap 24-48 jam.
• Membran dome yang retak harus diganti.
• Semua cabang stopcock harus tertutup.
• Bersihkan sisa darah pada stopcock setelah pengambilan
contoh darah.
5. Spasme pembuluh.
a. Tanda dan gejala
- Denyutan didaerah distal melemah atau hilang.
- Bentuk gelombang tekanan tidak teratur.
b. Penyebab
- kerusakan kateter pada waktu tindakan.
- iritasi pembuluh oleh kateter.
c. Tindakan perawatan
- Lapor dokter.
- Siapakan lidokain untuk menghilangkan spasme.
d. Pencegahan
- Pilih kateter yang atraumatic.
- Fiksasi kateter yang baik.
- Pakai bidai agar kateter pada posisinya.
6. Hematoma.
a. Tanda dan gejala
- Bengkak dan sakit pada daerah tusukan dan seluruh
ekstremitas.
- Ada pendarahan dan warna kebiru-biruan
pada deaerah tusukannya.
b. Penyebab
- Tusukan pada pembuluh yang berulang-ulang.
- Kerusakan pembuluh sehingga pembuluh keluar
sekitar kateter.
- Penekanan yang kurang pada daerah tusukan
setelah pencabutan kateter.
c. Tindakan perawatan.
- Hentikan perdarahan.
- Lapor dokter.
- Jika hematoma terjadi dalam setengah jam setelah kateter
dicabut segera kompres hangat .
- Pasien dengan gangguan pembekuan darah maka penekanan
harus lebih lama.
d. Pencegahan.
- Fiksasi kateter dengan baik dan gunakan bidai untuk
mencegah kerusakan pembuluh.
- tekan daerah tusukan selama 5-15 menit setelah pencabutan
kateter hingga perdarahan berhenti dan selanjutnya pasang
perekat yang menekan.
PROSEDUR TROUBLESHOOTING GELOMBANG UNDERDAMPED
2.Cuci tangan.
Menghindari perpindahan
mikroorganisme .
3.Cek system dari udara dan aspirasi jik
a ada. Udara dapat menyebabkan
underdamped, udara juga dapat
menyebabkan emboli.
4.Cek panjang tubing pressure sistem.
Yakinkan bahwa panjang tubing
minimal.
5.Cuci tangan
Mengurangi perpindahan
mikroorganisme
underdamped overdamped