Anda di halaman 1dari 13

PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Hughes (2008) dalam Sutanto (2014), menyatakan bahwa keselamatan pasien
merupakan pencegahan cedera terhadap pasien. Pencegahan cedera didefinisikan sebagai
bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil
perawatan medis.
Keselamatan pasien merupakan indikator yang paling utama dalam sistem pelayanan
kesehatan, yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam menghasilkan pelayanan kesehatan
yang optimal dan mengurangi insiden bagi pasien (Canadian Patient Safety Institute, 2017).
Menurut Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem yang
memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. Sistem tersebut meliputi pengkajian risiko,
identifikasi insiden, pengelolaan insiden, pelaporan atau analisis insiden, serta implementasi
dan tindak lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya risiko. Sistem tersebut
dimaksudkan untuk menjadi cara yang efektif untuk mencegah terjadinya cidera atau insiden
pada pasien yang disebabkan oleh kesalahan tindakan.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu: keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan
dan peralatan di klinik yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan kelangsungan hidup klinik.
dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada
pasien, oleh karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra klinik. Harus diakui, pelayanan kesehatan
pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan
Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm).
Insiden keselamatan pasien adalah segala sesuatu yang terjadi secara sengaja atau tidak
sengaja dan kondisi mengakibatkan atau berpotensi untuk menimbulkan cidera pada pasien,
yang terdiri dari Kejadian tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC),
Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kejadian Potensial Cedera (KPC). Insiden keselamatan
pasien sewaktu-waktu dapat terjadi tanpa direncanakan yang dapat membahayakan pasien
dan tidak terpenuhi outcome dalam penyembuhan pasien.
B. Tujuan Pedoman
1. Terciptanya budaya keselamatan pasaien di Klinik
2. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di klinik
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan di pendaftaran,
instalasi farmasi dan ruang tindakan.
D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana klinik membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assestment risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan.
E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 tahun 2017 Tentang Sasaran Keselamatan Pasien
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Tim Keselamatan Pasien terdiri dari
1. Penanggung Jawab Klinik
2. Pelayanan Medis, seperti :
a. Petugas Pendaftaran
b. Dokter Umum
c. Dokter Gigi
d. Perawat
e. Apoteker
f. Tenaga Teknik Kefarmasian
B. Distribusi Ketenagaaan
1. Pada jam kerja shift pagi (07.00-14.00) terdiri dari
a. Petugas pendaftaran : 1-2 orang (tergantung dengan jadwal)
b. Dokter umum : 1-2 orang
c. Dokter gigi : 1 orang
d. Perawat : 3 orang
e. Apoteker : 1 orang (tergantung dengan jadwal)
f. Tenaga teknik kefarmasian : 2 orang
2. Pada jam kerja shift siang (14.00-21.00) terdiri dari
a. Petugas pendaftaran : 1-2 orang (tergantung dengan jadwal)
b. Dokter Umum : 1-2 orang
c. Dokter gigi : 1 orang
d. Perawat : 4 orang
e. Tenaga teknik kefarmasian : 2 orang
C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan jadwal jaga dokter, dan perawat dibuat bersama-sama dan di pertanggung
jawabkan oleh Kordinator Perawat
2. Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan didistribusikan pada akhir bulan sebelum
pelaksanaan jadwal
3. Untuk tenaga dokter, maupun perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu,
maka petugas perawat tersebut dapat bertukar jadwal dengan sejawatnya dan mencatatkan
perubahan jaga tersebut di lembar jadwal jaga.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas dan Sarana
Ruang pemeriksaan umum merupakan ruangan dengan 2 meja pemeriksaan
dokter dengan bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan ini di sisi pintu
masuk adalah meja anamnese sekaligus pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini
memiliki wastafel sebagai sarana cuci tangan bagi petugas setelah melakukan
tindakan kepada pasien.Disamping itu ruangan ini memiliki seperangkat komputer
sebagai salah satu client dari sistem informasi puskesmas yang terhubung dengan
server untuk memasukkan data pasien pada sistem informasi klinik.
Ruang pemeriksaan gigi memiliki satu unit kursi gigi beserta peralatannya, 1 meja
periksa dokter, 1 meja periksa perawat, 1 lemari peralatan dan wastafel. Ruangan ini
juga diperlengkapi komputer sebagai sarana sistem informasi klinik.
Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat menyiapkan resep, lemari
obat, kulkas, wastafel dan perangkat komputer.
Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung, berdekatan dengan pintu
masuk pengunjung, sehingga mudah diakses. Di ruangan ini terdapat meja
resepsionis sekaligus meja kerja, lemari status, perangkat computer.
Ruangan sterilisasi berisi 2 alat sterilisator yaitu sterilisator autoklaf dan
sterilisator kering. Terdapat wastafel untuk mencuci alat sebelum alat tersebut
dikeringkan, handuk bersih untuk mengeringkan alat, stock sabun cuci tangan dan
sabun cuci untuk alat, juga alat kebersihan ruang tindakan.
Ruang instalasi farmasi yang terhubung dengan ruangan kasir berisi obat dan stok
obat, kalkulator, plastik obat, kertas puyer, labelobat,sendok obat dan sebuah
wastafel yang dapat digunakan untuk mencuci tangan sebelum atau sesudah
menghaluskan obat. Ruang kasir berisi seperangkat komputer,
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. Standar Keselamatan Pasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien Pasal 5 ayat 4 Standar Keselamatan Pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi standar:
1. Hak Pasien
2. Pendidikan bagi pasien dan keluarga
3. Keselamatan Pasien dalam kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan peningkatan
Keselamatan Pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien
6. Pendidikan bagi staf tentang Keselamatan Pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai Keselamatan Pasien
Uaian tujuh standar keselamatan pasien di atas adalah :
1. Hak Pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD
(Kejadian Tidak diharapkan). Kriterianya adalah sebagai berikut :
a. Dokter Umum dan Dokter Gigi harus membuat rencana perawatan pasien
b. Dokter Umum dan Dokter Gigi wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar
kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan tau
prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2. Pendidikan Bagi Pasien Dan Keluarga
Dokter umum, Dokter gigi, perawat dan Apoteker harus mendidik pasien dan
keluarganyatentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan keperawatan,
dengan pendidikan tersebut pasien dan keluarganya dapat :
a. memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. mengetahui kewajiban dan tanggung jawab.
c. mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
Standarnya adalah menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri sebagai berikut:
a. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien
masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan
pengobatan, rujukan dan saat pasien keluar dari rumah sakit.
b. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pasiendan kelayakan sumber daya se!ara berkesinambungan sehingga
pada seluruh tahap pelayanan transisi antar unit pelayanan dapat berjalan
baik dan lancar.
c. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi
untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan,
pelayanan sosial, konsultasi dan rujukan, pelayanan kesehatan primer dan
tindak lanjut lainnya.
d. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
sehingga dapat tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan
efektif.
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
peningkatan Keselamatan Pasien.
Sebuah klinik harus mendesig proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis
secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk
meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Kriteria :
a. Setiap Fasilitas kesehatan harus melakukan proses perancangan (design)
yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan puskesmas, kebutuhan
pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,praktik bisnis
yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien
sesuai dengan”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
b. Setiap fasilitas kesehatan harus melakukan pengumpulan data kinerja
yang antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi, manajemen
risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
c. Setiap fasilitas kesehatan harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan
semua Kejadian Tidak Diharapkan, dan secara proaktif melakukan
evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Setiap fasilitas kesehatan harus menggunakan semua data informasi hasil
analisis untuk menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar
kinerja dan keselamatan pasien terjamin.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan Keselamatan Pasien.
a. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitandengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
b. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkankinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
c. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.
6. Pendidikan bagi staf tentang Keselamatan Pasien
Klinik memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai Keselamatan Pasien.
a. Klinik merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untukmemenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
B. Sasaran Keselamatan Pasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien Pasal 5 ayat 5 menyatakan :
Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi
tercapainya hal-hal:
a. mengidentifikasi pasien dengan benar
b. meningkatkan komunikasi yang efektif
c. meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
d. memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
e. mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
f. mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
BAB V
LOGISTIK

Tidak kalah penting dalam pedoman keselamatan pasien ini adalah tentang
ketersediaan logistic, yang antara lain berupa form-form pelaporan maupun sarana yang
dibutuhkan untuk pencatatan dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi
yang mampu mempengaruhi keselamatan pasien, meliputi :
a. Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
b. Form petunjuk keselamatan dalam gedung
c. Petunjuk lantai basah
d. Peralatan kebersihan lingkungan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah sebagai berikut:


1. Klinik membentuk tim keselamatan pasien, dengan susunan organisasi sebagai berikut:
ketua dokter, anggota : dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian, dan tenaga
kesehatan lainnya.
2. Klinik mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang
insiden
3. Klinik melakukan pelaporan insiden ke komite keselamatan pasien dinas kesehatan
kabupaten/kota secara rahasia
4. Klinik memenuhi standar keselamatan pasien dan menerapkan tujuh langkah menuju
keselamatan pasien

Tujuh langkah keselamatan pasien merupakan panduan yang komprehensif untuk menuju
keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan
oleh setiap klinik.

Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai berikut:

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien


2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan komunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak.

Pilih langkah-langkah yang paling strategis dan paling mudah dilaksanakan di klinik. Bila
langkah-langkah berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum di laksanakan.
BAB VII
KESELAMATA KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait


dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah
institusi maupun lokasi proyek.Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan daN
keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain
yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktek K3
(keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi,
juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit.
BAB VIII
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan di Fasilitas


Kesehatan maka pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah penting.
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden sehingga dapat
lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap puskesmas di Indonesia.
Program Keselamatan Pasien merupakan never ending proses, karena itu diperlukan
budaya termasuk motivasi yang cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program
keselamatan pasien secara berkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai