Anda di halaman 1dari 18

 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting
 yang terkait dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien
(patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang
productivity)  yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan ”bisnis” yang terkait dengan
kelangsungan hidup Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan
institusi kesehatan dapat berjalan apabila ada pasien.Karena itu
keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra puskesmas. Harus
diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk
menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates
kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no
harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks dan
berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse
event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di puskesmas
terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi
 yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola
dengan baik dapat terjadi KTD.Mengingat keselamatan pasien sudah
menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program
keselamatan pasien perlu dilakukan.Karena itu diperlukan acuan
 yang jelas
jelas untuk melak
melaksanakan
sanakan kes
keselamatan
elamatan pasi
pasien
en tersebut
tersebut..
 

 
B. Tujuan Pedoman
Pedoman
1.  Terciptan
 Terciptanya
ya budaya kes
keselamatan
elamatan pasien
pasien di puske
puskesmas
smas
2.  Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas terhadap pasien dan
masyarakat

3.  Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.


4.  Terlaksan
 Terlaksananya
anya program-prog
program-program
ram penceg
pencegahan
ahan sehin
sehingga
gga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien meliputi pelayanan
rawat jalan di puskesmas Ngaglik II, dari pasien datang sampai
pasien pulang.

D. Batasan Operasional
Keselamatan pasien (patient safety ) adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

E.  Landasan Hukum


Undang Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien
 

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A.  Kualifikasi Sumber Daya Manusia


 Tim Keselamatan
Keselamatan pasie
pasien
n puskesmas terdiri dari:
1.  Pimpinan puskesmas/kepala puskesmas

2.  Ketua Tim : Dokter Umum


3.  Anggota Tim: Dokter Umum
Dokter gigi
Petugas Pendaftaran
Bidan
Perawat umum dan perawat gigi
Asisten apoteker (petugas obat)
Petugas laboratorium (analis laborat)

B.  Distribusi Ketenagaan

Pada jam kerja (7.30 – 


(7.30 –  14.15)
  14.15) distribusi ketenagaan adalah
sbb:

  Pendaftaran: 3 -4 petugas RM
  BP Umum: 3 dokter, 3 perawat,
  BP Gigi: 1 dokter gigi, 2 perawat gigi
  KIA: 2-3 bidan

  Laboratorium: 1 petugas Laboratorium


  Farmasi: 1 petugas farmasi

C.   Jadual Kegiatan


Kegiatan
1.  Pengaturan jadwal jaga dokter, perawat dan bidan dibuat
bersama-sama dan di pertanggung jawabkan oleh
Kordinator Klinis, Kordinator Bidan dan Kordinator
Perawat.
 

2.  Jadwal dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan


didistribusikan pada akhir bulan sebelum pelaksanaan
 jadwal.
3.  Untuk tenaga dokter, bidan maupun perawat yang
memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka

petugas perawat tersebut dapat bertukar jadwal dengan


sejawatnya dan mencatatakan perubahan jaga tersebut di
lembar jadwal jaga.
 

BAB III
STANDAR FASILITAS

A.  Denah Ruang

B.  Standar Fasilitas


I.  Fasilitas dan sarana
Ruang pelayanan kepada pasien pada umumnya berlokasi di
lantai bawah gedung puskesmas sehingga memudahkan bagi pasien
untuk mengakses.

BP umum merupakan ruangan dengan 2 meja pemeriksaan


dokter dengan bed periksa masing-masing. Di bagian depan ruangan
ini di sisi pintu masuk adalah meja anamnese sekaligus
pemeriksaan awal oleh perawat. Ruangan ini memiliki wastafel
sebagai sarana cuci tangan bagi petugas setelah melakukan
tindakan kepada pasien.Disamping itu ruangan ini memiliki
seperangkat komputer sebagai salah satu client dari sistem
informasi puskesmas yang terhubung dengan server untuk
memasukkan data pasien pada sistem informasi puskesmas.

Ruang BP gigi memiliki dua unit kursi gigi beserta


peralatannya, 1 meja periksa dokter, 1 meja periksa perawat, 1
lemari peralatan dan wastafel.Ruangan ini juga diperlengkapi
komputer sebagai sarana sistem informasi puskesmas.

Ruang KIA terhubung langsung dengan ruang KB/Immunisasi,


sehingga memudahkan pemberian pelayanan KIA berupa
pemeriksaan ibu hamil, pelayanan KB, pemeriksaan calon pengantin
serta pemberian immunisasi pada balita.Ruangan KIA memiliki meja
administrasi, bed pemeriksaan, bed ginekologi, wastafel, lemari
peralatan dan perangkat komputer pendukung sistem informasi

puskesmas.
 

Ruang laboratorium mempunyai meja administrasi, meja kerja


sekaligus meja peralatan, lemari reagen, kulkas, tempat cuci
peralatan.

Ruang farmasi memiliki sarana meja kerja, meja tempat


menyiapkan resep, lemari obat, kulkas, wastafel dan perangkat
komputer.

Bagian pendaftaran terletak di bagian depan gedung,


berdekatan dengan pintu masuk pengunjung, sehingga mudah
diakses. Di ruangan ini terdapat meja resepsionis sekaligus meja
kerja, lemari status, perangkat computer.

II.  Peralatan
BP Umum BP Gigi KIA Laboratorium
Laboratoriu m Farmasi Pendaftaran
  tensimeter
    tensimete   tensimeter
   Centrifuge
    Timban
   alat tulis
  stetoskop
 r   stetoskop
 darah gan   buku
  termometer
    stetoskop   stetoskop
   Centrifuge
 obat register
  hammer
    tang laennec urine   Blender
   rak status
  senter
 rahang   termometer
   Box fiksasi
   Lamina
   komputer
  diagnostik

dewasa   doppler
   Lampu
 tor   mesin
set    tang   KB set
 spiritus   Kalkula
 antrian
  timbangan

rahang   Partus set
   Objek glass
 tor   nomor
  pengukur

anak   Kulkas
   Deck galass
   Plastik
 antrian
tinggi badan    bor gigi vaksin    Tabung
 obat

  pita


  scaling   Spuit

  Mikroskop

  Mesin

pengukur set   Pita


   Spuit

puyer
   spuit pengukur   Kertas

puyer
  Label

obat
  Sendok

obat
 

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar


yaitu :

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien

Uraian tujuh standar tersebut diatas adalah sebagai berikut :


Standar I. Hak pasien
Standar :
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil
pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana
pelayanan
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan
keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan.
 

Standar II. Mendidik pasien dan keluarga


Standar :
Puskesmas harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien

Kriteria :
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di
puskesmas harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam
asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan
keluarga dapat :
1). Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
2). Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
3). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengerti
4). Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5). Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan puskesmas.
6). Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
7). Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

Standar III. Keselamatan pasien dan kesinambu


kesinambungan
ngan pelayanan
Standar :
Puskesmas menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari
saat pasien masuk, pemeriksaan, diagnosis, perencanaan
pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat pasien
keluar dari Puskesmas.
 

3.2. Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan


kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya secara
berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancar.
3.3. Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan


keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan
rujukan,pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4. Terdapat komunikasi dan transfer informasi antar profesi
kesehatan sehingga dapat tercapainyaproses koordinasi tanpa
hambatan, aman dan efektif.
Standar IV. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien
Standar :
Puskesmas harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses
 yang ada, memonitor dan mengeval
mengevaluasi
uasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak
Diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan
kinerja serta keselamatan pasien.

Kriteria :
4.1. Setiap puskesmas harus melakukan proses perancangan
(design) yang baik, mengacu pada visi, misi, dan tujuan
puskesmas, kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan,
kaidah klinis terkini,praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor
lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan”Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas”.
Puskesmas”.  
4.2. Setiap Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja
 yang antara lain terkait dengan :pelaporan insiden, akreditasi,
manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan, keuangan.
 

4.3. Setiap Puskesmas harus melakukan evaluasi intensif terkait


dengan semua Kejadian Tidak
Diharapkan, dan secara proaktif melakukan evaluasi satu proses
kasus risiko tinggi.
4.4. Setiap Puskesmas harus menggunakan semua data dan

informasi hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem


 yang diperlukan,
diperlukan, agar kin
kinerja
erja dan kes
keselamatan
elamatan pas
pasien
ien terjami
terjamin.
n.

Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan


keselamatan pasien
Standar :
1. Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas ”. 
”. 
2. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi
Kejadian Tidak Diharapkan.
3. Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi
antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang keselamatan pasien.
4. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja Puskesmas serta meningkatkan
keselamatan pasien.
5. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas dan keselamatan pasien.

Kriteria :
5.1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
5.2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis Kejadian
 

 yang memerlukan perhatian,


perhatian, mula
mulaii dari “Kejadian 
“Kejadian Nyaris Cedera” (Near
miss) sampai dengan “Kejadian Tidak Diharapkan’ ( Adverse event). 
event). 
5.3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari Puskesmas terintegrasi dan berpartisipasi dalam program
keselamatan pasien.

5.4. Tersedia
5.4. Tersedia prosedur “cepat
“cepat--tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang
lain dan penyampaian informasi yang benar danjelas untuk keperluan
analisis.
5.5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan
dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas
tentang Analisis Akar Masalah (RCA) “Kejadian 
“Kejadian   Nyaris Cedera” (Near
miss) dan “Kejadian Sentinel’ pada saat program keselamatan pasien 
pasien  
mulai dilaksanak
dilaksanakan.
an.
5.6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden,
misalnya menangani “Kejadian 
“Kejadian  Sentinel” (Sentinel Event) atau kegiatan
proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk mekanismeuntuk
mendukung staf dalam kaitan dengan “Kejadian Sentinel”. 
Sentinel”. 
5.7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar
unit dan antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas dengan
pendekatan antar disiplin.
5.8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja Puskesmas dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya
tersebut.
5.9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas dan keselamatan pasien, termasukrencana tindak lanjut
dan implementasinya.
 

Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standar :
1. Puskesmas memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi
untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas

2. Puskesmas menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang


berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf
serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
Kriteria :
6.1. Setiap Puskesmas harus memiliki program pendidikan, pelatihan dan
orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien sesuai
dengan tugasnya masing-masing.
6.2. Setiap Puskesmas harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang
 jelas tentang
tentang pelaporan insiden.
insiden.
6.3. Setiap Puskesmas harus menyelenggarakan pelatihan tentang
kerjasama kelompok (teamwork)guna mendukung pendekatan
interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staff untuk
mencapai keselamatan pasien
Standar :
1. Puskesmas merencanakan dan mendesain proses manajemen
informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan
informasi internal dan eksternal.
2. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
Kriteria :
7.1. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain
proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang
hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
7.2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi
untuk merevisi manajemen informasi yang ada.
 

BAB V
LOGISTIK

 Tidak kalah penting dalam pedoman keselamata


keselamatan
n pasien ini
adalah tentang ketersediaan logistic, yang antara lain berupa form-

form pelaporan maupun sarana yang dibutuhkan untuk pencatatan


dan pelaporan kejadian maupun hasil diskusi adanya potensi yang
mampu mempengaruhi keselamatan pasien.
1.  Form pelaporan insiden KTD, KNC,KPC, resiko medik
2.  Form petunjuk keselamatan dalam gedung
3.  Petunjuk lantai basah
4.  Peralatan kebersihan lingkungan
 

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Langkah-langkah kegiatan dalam keselamatan pasien adalah


sebagai berikut:

1.  Puskesmas membentuk Tim Keselamatan Pasien, dengan susunan


organisasi sebagai berikut : Ketua dokter, Anggota : dokter, dokter
gigi, perawat, tenaga kefarmasian dantenaga kesehatan lainnya
2. Puskesmas mengembangkan sistem informasi pencatatan dan
pelaporan internal tentang insiden
3. Puskesmas melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan
Pasien dinas kesehatan kabupaten/kotasecara rahasia
4. Puskesmas memenuhi standar keselamatan pasien dan
menerapkan tujuh langkahmenuju keselamatan pasien
 Tujuh langkah keselamatan pasien Puskesmas merupakan panduan
 yang komprehens
komprehensif
if untuk menuju keselamatan pasien, sehingg
sehingga
a
tujuh langkah tersebut secara menyeluruh harus dilaksanakan oleh
setiap puskesmas.
Uraian tujuh langkah menuju keselamatan pasien adalah sebagai
berikut:
1.  Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2.  Pimpin dan dukung staf
3.  Integrasikan aktivitas
4.  Kembangkan system pelaporan
5.  Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6.  Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien
7.  Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan
pasien.
Dalam pelaksanaan, tujuh langkah tersebut tidak harus berurutan
dan tidak harus serentak.Pilih langkah-langkahyang paling strategis
dan paling mudah dilaksanakan di Puskesmas.Bila langkah-langkah
 

ini berhasil maka kembangkan langkah-langkah yang belum


dilaksanakan.Bila tujuh langkah ini telah dilaksanakan dengan baik
Puskesmas dapat menambah penggunaan metoda-metoda lainnya.
 

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja (


kerja (K3
K3)) adalah bidang yang terkait
dengan  kesehatan
dengan kesehatan,, keselamatan
keselamatan,,  dan
dan  kesejahteraan
kesejahteraan  manusia yang bekerja
di sebuah institusi maupun lokasi proyek.Tujuan K3 adalah untuk
kerja..[1] K3 juga
memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang
 juga mungkin
mungkin terpengaruh
terpengaruh kondisi lingkung
lingkungan
an kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa
pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman
waktu..[2] Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi
sepanjang waktu
pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka

dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan 


menyediakan perawatan kesehatan 
kesehatan dan
cuti sakit.
 

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk menjamin pengendalian mutu keselamatan pasien, maka


 yang harus dilakukan
dilakukan ada
adalah:
lah:

1.  Setiap unit kerja di puskesmas mencatat semua kejadian terkait


dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah
disediakan oleh puskesmas.
2.  Setiap unit kerja melaporkan semua kejadian terkait dengan
keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak
Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien
pada formulir yang sudah disediaka
disediakan.
n.
3.  Tim Keselamatan Pasien menganali
menganalisis
sis akar penyebab masalah
semua kejadian yangdilaporkan oleh unit kerja.
4.  Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan
Pasien merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil
solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan puskesmas.
5.  Pimpinan puskesmas melaporkan insiden dan hasil solusi masalah
ke Komite Keselamatan Pasien
setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar
masalah yangbersifat rahasia.
6.  Pimpinan puskesmas melakukan monitoring dan evaluasi pada unit
kerja-unit kerja di Puskesmas, terkaitdengan pelaksanaan
keselamatan pasien di unit kerja
 

BAB IX
PENUTUP

Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap

pelayanan di Puskesmas maka


pelaksanaan kegiatan keselamatan pasien Puskesmas sangatlah penting.
Melalui kegiatan ini diharapkan terjadipenekanan / penurunan insiden
sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
puskesmas di Indonesia.Program Keselamatan Pasien merupakan never
ending proses , karena itu diperlukan budaya termasuk motivasi yang
cukup tinggi untuk bersedia melaksanakan program keselamatan pasien
secaraberkesinambungan dan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai