PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini isu global yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan adalah
keselamatan pasien (patient safety), termasuk juga dalam pelayanan di Puskesmas.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) juga telah menegaskan pentingnya keselamatan
dalam pelayanan kepada pasien sehubungan dengan data Kejadian Tidak Diinginkan
(KTD) di Rumah Sakit di berbagai negara menunjukan angka yang tidak kecil berkisar
3 - 16%. Gerakan keselamatan pasien dalam konteks pelayanan kesehatan saat ini
diterima secara luas di seluruh dunia. WHO kemudian meluncurkan program World
Alliance for Patient Safety pada tahun 2005. Di dalam program itu dikatakan bahwa
keselamatan pasien adalah prinsip fundamental pelayanan pasien sekaligus komponen
kritis dalam manajemen mutu.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. 4
(empat) isu penting yang terkait dengan keselamatan di rumah sakit termasuk Puskesmas
yaitu :
1. Keselamatan pasien (patient safety),
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
3. Keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit termasuk Puskesmas yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
4. Keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut
terkait dengan isu mutu dan citra perumah sakitan. Dengan makin berkembangnya ilmu
dan teknologi pelayanan kesehatan khususnya di rumah sakit maupun puskesmas
menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
atau Adverse event apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
1
Di UPT Puskesmas Kecamatan Cibungbulang terdapat beberapa macam jenis obat,
alat kesehatan beserta teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi yang
siap memberikan pelayanan pasien di poli rawat jalan, ruang bersalin dan ruang tindakan
24 Jam maupun pelayanan di luar gedung puskesmas. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD.
2
3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang
belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang sangat
berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang
serius sebagai berikut :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya. (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien yang dioperasi.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang
tuanya
8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan insiden
adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien,
analisis dan solusi untuk pembelajaran.
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan informasi dan acuan bagi seluruh pegawai Puskesmas Kecamatan
Cibungbulang dalam melaksanakan Program Keselamatan Pasien, agar tidak terjadi
cedera.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di UPT
Puskesmas Kecamatan Cibungbulang.
b. Terlaksananya Program Keselamatan Pasien di Puskesmas secara sistematis dan
terintegrasi
c. Terlaksananya pencatatan terjadinya insiden di Puskesmas dan pelaporannya,
sehingga tersedia data untuk perbaikan keselamatan pasien
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman keselamatan pasien UPT Puskesmas Kecamatan
Cibungbulang meliputi :
1. Keselamatan Pasien Puskesmas,
2. Standar Keselamatan Pasien,
3. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Puskesmas,
4. Enam Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas
D. Batasan Operasional
Program keselamatan pasien UPT Puskesmas Kecamatan Cibungbulang meliputi
keselamatan pasien di pelayanan rawat jalan, ruang bersalin, serta pelayanan ruang
tindakan 24 jam, pelaksanaan program di masyarakat dan rawat inap.
4
E. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Setiap Puskesmas wajib mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien.
2. Sasaran Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
tercapainya hal-hal sebagai berikut:
a) Ketepatan identifikasi pasien;
b) Peningkatan komunikasi yang efektif;
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
d) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;
f) Pengurangan risiko pasien jatuh;
F. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072)
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Akreditasi
Puskesmas
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1691/Menkes/per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
6
Dengan meningkatnya keselamatan pasien diharapkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan Puskesmas dapat meningkat. Terjadinya insiden bisa berdampak
terhadap peningkatan biaya pelayanan, menimbulkan konflik antara dokter atau petugas
kesehatan dan pasien, sengketa medis, tuntutan dan proses hukum, tuduhan malpraktek,
blow-up ke media massa yang akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan
Puskesmas.
7
1.2.Mendidik pasien dan keluarga
UPT Puskesmas Cibungbulang harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di UPT
Puskesmas Cibungbulang harus ada sistem dan mekanisme mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
8
c. Koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, konsultasi dan
rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjutnya.
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapainya proses koordinasi tanpa hambatan, aman dan efektif.
9
1.5.Peran Kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
a. Pimpinan UPT Puskesmas Cibungbulang telah mendorong dan menjamin
implementasi program keselamatan pasien secara terintegrasi dalam
organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien”.
b. Pimpinan UPT Puskesmas Cibungbulang menjamin berlangsungnya
program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan program
menekan atau mengurangi KTD
1) Pimpinan UPT Puskesmas Cibungbulang melakukan komunikasi dan
koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang keselamatan pasien.
2) Pimpinan UPT Puskesmas Cibungbulang mengalokasikan sumber daya
yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja
Puskesmas serta meningkatkan keselamatan pasien.
3) Pimpinan UPT Puskesmas Cibungbulang mengukur dan mengkaji
efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja UPT Puskesmas
Cibungbulang dan keselamatan pasien.
Kriteria:
a. Terdapat Tim antar disiplin untuk mengelola Program Keselamatan Pasien
b. Tersedia Program Proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan pasien dan
program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis-jenis kejadian yang
memerlukan perhatian, mulai dari “Kejadian Nyaris Cedera” (KNC/ near
miss) sampai dengan kejadian Tidak Diharapkan (KTD/ Adverse event)
c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
UPT Puskesmas Cibungbulang terintegrasi dan berpartisipasi dalam Program
Keselamatan Pasien.
d. Tersedia prosedur cepat tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan
penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisa.
10
e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang analisa
akar masalah KNC dan KTD pada saat Program Keselamatan Pasien mulai
dilaksanakan.
f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden misalnya
Kejadian Sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko, termasuk
mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan Kejadian Sentinel.
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan
antar pengelola pelayanan di dalam Puskesmas Cibungbulang dengan
pendekatan antar disiplin.
h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
perbaikan kinerja Puskesmas Cibungbulang dan perbaikan keselamatan
pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
i. Tersedia sasaran terukur dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
obyektif untuk mengevaluasi efektifitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
11
Kriteria:
a. Tim mutu dan manajemen risiko mensosialisasikan kepada staf baru yang
memuat topik keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
b. Tim mutu dan manajemen risiko mengintegrasikan topik keselamatan pasien
dalam setiap kegiatan rapat rapat, dan memberi pedoman yang jelas tentang
pelaporan insiden.
c. Tim mutu dan manajemen risiko melatih team work dalam rangka meningkatkan
keselamatan pasien
Kriteria:
a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesign proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan
keselamatan pasien
b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada.
12
2. Enam Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas Cibungbulang
Puskesmas Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ MENKES/
PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit dan disesuaikan dengan
situasi dan kondisi Puskesmas, maka Puskesmas menerapkan 6 sasaran keselamatan
pasien, yang dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja secara terpadu dan terkoordinasi
yaitu :
2.1 Ketepatan Identifikasi Pasien
2.1.1 Penandaan pada Rekam Medis
Pada Rekam Medis ditulis nama lengkap pasien dan tanggal lahir pasien,
ditulis pada halaman depan buku status
2.1.2 Identifikasi Nama Pasien dan Tanggal Lahir, wajib dilakukan pada saat :
- Sebelum memberikan infus
- Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya
- Sebelum melakukan konseling
- Sebelum memberikan obat
- Sebelum mengambil spesimen darah
- Sebelum memasang gelang pada ibu hamil yang akan bersalin di ruang
bersalin
2.1.3 Dengan Pemasangan Tanda Gelang
- Identifikasi pasien pada gelang menggunakan: nama lengkap, tanggal
lahir
- Pasien yang diberi tanda pada gelang yaitu di ruang bersalin, dengan
ketentuan sebagai berikut :
- Ibu dari bayi laki – laki diberi gelang warna biru dengan tulisan yaitu:
Nama lengkap ibu dan tanggal lahir, sedangkan pada bayi dituliskan
nama ibu dari bayi ------- dan tanggal lahir bayi
- Ibu dari bayi perempuan diberi tanda gelang warna merah dengan
tulisan yaitu: Nama lengkap ibu dan tanggal lahir, sedangkan pada
bayi dituliskan nama ibu dari bayi ------ dan tanggal lahir bayi
13
2.1.4 Semua pasien yang mempunyai risiko atas dasar pengkajian awal, akan
diberikan tanda risiko, yang terdiri atas:
- Tanda risiko riwayat alergi : warna merah
- Rawat inap : untuk pasien dengan riwayat alergi terhadap obat obatan
di tambah dengan gelang warna merah
- Rawat Jalan : pada status diberi tanda tulisan alergi di bagian depan
- Tanda risiko jatuh : warna kuning
- Pasien yang diberi tanda gelang kuning dilakukan pada pasien dengan
observasi di ruang tindakan, dimana pasien dalam penanganan dokter
seperti pasien asma, pasien kecelakaan, pasien anak anak
- Untuk mencegah pasien jatuh, diperlukan tempat tidur yang dapat
dikunci agar pasien tidak jatuh
Gelang identitas dipasang oleh perawat/ bidan sejak pasien masuk rumah
bersalin/ruang tindakan 24 jam, dan tidak boleh dilepas sampai dengan
pasien keluar puskesmas (selesai dirawat) yang telah diinformasikan
kepada pasien atau keluarganya
2.1.5 Setiap petugas kesehatan di Puskesmas Cibungbulang yang berkewajiban
melakukan identifikasi sebelum pemberian obat, infus, sebelum pengambilan
sampel darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium, sebelum
pemberian pelayanan atau prosedur tindakan yang telah diinformasikan
kepada pasien atau keluarganya.
14
2.2 Komunikasi efektif
Komunikasi yang efektif diantara petugas kesehatan (dokter, perawat, petugas
kesehatan lain) dan petugas kesehatan dengan pelanggan harus diciptakan
dengan tujuan agar pemberian pelayanan dan perawatan semakin efektif.
Komunikasi yang efektif, yang terstruktur, akurat, lengkap, jelas, tepat waktu dan
dapat dipahami penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
perbaikan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara lisan, tertulis dan
elektronik.
2.2.1 Untuk komunikasi lisan
Pada saat dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya yang melakukan
konsultasi ke dokter, maka penerima instruksi lisan / verbal / pesan lisan
berkewajiban menerapkan Teknik TBAK yang artinya Tulis-Baca-
Konfirmasi, yang artinya perintah lengkap, lisan dan via telepon, atau hasil
tes dicatat dan dibaca ulang oleh penerima pesan, sedangkan perintah dan
hasil tes dikonfirmasikan oleh individu pemberi perintah atau hasil tes.
2.2.2 Untuk komunikasi tertulis :
a. Menuliskan secara jelas dan lengkap dalam rekam medis terintegrasi
termasuk formulir, resume medis, dan lain-lain sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Menggunakan singkatan terstandar di Puskesmas Cibungbulang dan
menuliskan kata dengan lengkap bila tidak ada dalam daftar singkatan.
c. Menuliskan secara jelas pemberian obat dengan menggunakan metoda 7
benar (benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute, benar pasien,
benar informasi, benar dokumentasi).
d. Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah dibaca
minimal oleh 3 orang
15
2.2.3 Untuk komunikasi elektronik
a. Memungkinkan untuk dilakukan konsul lewat sms dan whatsapp.
b. Konsul menggunakan komunikasi elektronik ditindak lanjuti dengan
komunikasi tertulis,
- Setelah menerima instruksi perawat/bidan mencatat dalam buku status
semua instruksi dokter dan menandatangani
- Pada saat bertemu dengan dokter segera minta di tandatangani oleh
dokter sebagai bukti komunikasi via elektronik
2.2.4 Untuk permintaan obat narkotika dan psikotropika tidak dapat dilakukan
dengan perintah lisan.
16
2.4 Koordinasi Pemasangan Marker pada sisi yang akan dilakukan tindakan
Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur, tepat pasien operasi. Untuk tepat pasien
operasi di Puskesmas yaitu diartikan tepat pasien dalam melakukan tindakan,
tidak salah prosedur dan tidak salah tindakan. Bertujuan untuk mengantisipasi
terjadinya kesalahan operasi (bila ada tindakan di Puskesmas) dengan melakukan
komunikasi yang efektif antara anggota tim bedah minor di ruang tindakan dan
pelayanan 24 jam, dengan melibatkan pasien pada pemberian tanda pada lokasi
tindakan, dan melaksanakan prosedur verifikasi lokasi tindakan terdiri dari:
dalam hal ini meminta persetujuan tindakan medik pada pasien dengan memberi
tahu pasien lokasi /atau area yang akan dilakukan tindakan minor (bedah gigi
minor, rawat luka, sirkumsisi, incisi, excisi)
17
2.6 Koordinasi Upaya Pencegahan pasien jatuh
Pengurangan risiko pasien jatuh bertujuan untuk mengurangi risiko pasien jatuh,
berdasarkan prosedur yang tepat dengan memantau dampak yang tidak
diinginkan dari tindakan yang dilakukan, terdiri dari:
2.6.1 Pengkajian pasien risiko jatuh
a. Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan
lainnya.
b. Pasien yang dikaji adanya potensi risiko jatuh, maka akan diberi gelang
tanda kuning, agar petugas waspada terhadap pasien yang bersiko jatuh
c. Hali ini berlaku di ruang bersalin dan ruang tindakan 24 jam (Pasien
observasi, Kecelakaan)
18
2.6.3 Pencegahan resiko pasien jatuh
a. Pastikan semua tempat tidur pasien terkunci, tidak ada pengecualian
b. Harus dilakukan pengkajian resiko jatuh
c. Harus dipasang pengamanan tempat tidur
d. Harus dipastikan tempat tidur terkunci
e. Harus dilakukan edukasi tentang resiko jatuh
f. Terpasang gelang kuning
g. Keluarga paham tentang resiko jatuh pada pasien
h. Tidak ada kejadian pasien jatuh
i. Pelaksanaan sistem pelaporan insiden pasien jatuh dan intervensi serta
pencegahannya.
19
BAB III
TATALAKSANA
20
BAB IV
A. Puskesmas
1. Menyiapkan format format untuk pencatatan dan pelaporan insiden Keselamatan
Pasien Puskesmas:
a) Format Laporan Insiden KNC,KTC, KTD dan Kejadian Sentinel
b) Laporan Kondisi Potensia; Cedera ( KPC )
c) Rekapan Kejadian Insiden di UPT Puskesmas Cibungbulang
2. Melakukan Pencatatan dan Pelaporan Insiden yang meliputi :
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
- Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
- Kondisi Potensial Cedera (KPC)
- Kejadian Tidak Cedera (KTC)
3. Pelaporan Insiden terdiri dari:
a) Pelaporan Internal yaitu mekanisme/alur pelaporan Puskesmas di internal
Puskesmas
b) Pelaporan Eksternal yaitu pelaporan dari puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor
4. Tim Mutu dan Keselamatan pasien Puskesmas melakukan pencatatan kegiatan yang
telah dilakukan dan membuat laporan kegiatan kepada Pimpinan Puskesmas
21
3. Tim membuat laporan tahunan kegiatan yang telah dilaksanakan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Bogor.
BAB V
22
BAB VI
PENUTUP
23