Anda di halaman 1dari 29

LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT


RS MARY CILEUNGSI HIJAU
NOMOR : 072/SK/Ka.RS/RSMCH/2021
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN
RAWAT INAP KHUSUS
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Ruang perawatan rawat inap khusus adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri (instalasi di bawah kepala bidang keperawatan dan penunjang medis), dengan
staf berupa perawat dan assisten perawat yang memiliki kemampuan khusus untuk
menangani pasien – pasien umum di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau. Adapun tugas
dan kewenangannya meliputi penerapan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan dan, implementasi tindakan
keperawatan dan evaluasi asuhan keperawatan.
Observasi dan isolasi untuk pasien-pasien yang memiliki penyakit menular dan perlu
pengawasan medis secara khusus. Ruang perawatan khusus menyediakan
kemampuan dan sarana prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-
fungsi vital keperawatan umum dan penyakit menular dengan menggunakan
keterampilan staf medik yang distandarkan, baik perawat, asisten perawat dan staf lain
yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan
yang mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang profesional
dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Pada perawatan khusus,
untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri
dari multi disiplin ilmu yang bekerjasama dalam tim.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. Selain itu dukungan sarana, prasarana serta peralatan juga
diperlukan dalam rangka meningkatkan pelayanan perawatan khusus. Oleh karena itu,
mengingat diperlukannya tenaga-tenaga khusus, terbatasnya sarana dan prasarana,
serta mahalnya peralatan, maka demi efisiensi, keberadaan ruang perawatan khusus
perlu dikonsentrasikan.

1
2. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan yang diberikan di ruang perawatan khusus adalah sebagai
berikut :
a. Diagnosis dan penatalaksanaan penyakit infeksius dan non infeksius, penyakit
kronis dan akut yang tidak mengancam nyawa kecuali ada permintaan
keluarga
b. Pemeriksaan dan konsultasi oleh dokter spesialis dan sub spesialis
c. Tindakan medis yang bersifat diagnostic, terapeutik dan operatif
d. Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter spesialis dan atau dokter sub
spesialis

3. Batasan Operasional
Instalasi rawat inap Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau buka selama 24 jam dan
menerima pasien dari UGD maupun Poli serta dari rumah sakit rujukan.
 Pelayanan rawat inap khusus adalah tentang pelayanan yang tersedia di
instalasi rawat inap yang meliputi ruangan infeksius dan non infeksius.
 Keselamatan pasien ( pasien safety )
Merupakan suatu system di mana Rumah sakit membuat asuhan pasien
menjadi lebih aman salah satunya menerapkan 6 sasaran keselamatan
pasien.
 Keselamatan kerja merupakan suatu system di mana rumah sakit
membuat kerja atau aktifitas karyawan lebih aman.
 Berperan serta dalam pemantapan mutu internal dan eksternal sesuai
dengan visi dan misi rumah sakit.

2
4. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 5063)
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2009 nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4431)
3. Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Undang-undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit

5. Kebijakan
1. Kebijakan Umum
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu di landasi
dengan kasih sayang, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan
memperhatikan mereka yang lemah dan kurang mendapat perhatian ( option for
the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada
mutu layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi,
dan Misi Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada
pasien (patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan
kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien,
pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien,
keluarga dan masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali
beberapa unit pelayanan tertentu

3
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui
kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap
pelayanan di rumah sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang
muka.
8. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang
mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,
mengendalikan, mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing
untuk mencapai visi-misi unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi
ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya
untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan
dan cedera, dan memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk
dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6
(enam) sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi
secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap
pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan
profesi dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar
kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit
dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan
manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.

4
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan
menggunakan informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara
benar untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik
secara keseluruhan maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan
melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan dan tahunan
kepada manajemen rumah sakit.
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 6 (enam)
standar keselamatan pasien dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien
rumah sakit.
21. Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau adalah rumah sakit yang ditunjuk untuk
melaksanakan PONEK. Terkait PONEK Rumah Sakit Mary Cileungsi
mengupayakan pelayanan meliputi : penanganan awal / emergency ibu dan
bayi dan pelayanan rujukan kerumah sakit lain yang mampu memberikan
pelayanan lebih lanjut.
22. Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau bukan rumah sakit yang ditunjuk untuk
melakukan pelayanan pasien dengan HIV/AIDS, sehingga pelayanan yang
diselenggarakan Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau meliputi ; rujukan HIV ke
rumah sakit lain yang di tunjuk melayanai HIV/AIDS, dan penerapan Universal
Precaution.
23. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka
pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat
persetujuan pasien / keluarga
24. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
25. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia
medis pasien yang dilayani.
26. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal
ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.

5
2. Kebijakan Khusus
1) Setiap pasien rawat inap harus mendaftar lebih dahulu pada bagian
pendaftaran pasien rawat inap (admission) dan mendapatkan rekam medis
2) Setiap pasien rawat inap harus mempunyai identitas yang sama dan sesuai
dengan identitas diri pada rekam medis pasien
3) Setiap pasien rawat inap harus ditetapkan dokter penanggung jawab pasien
(DPJP) dan perawat penanggung jawab pasien (PPJP)
4) Untuk memantau kualitas pelayanan dilaksanakan ronde oleh komite medis,
komite keperawatan, kepala bidang keperawatan dan supervisi oleh kepala
instalasi rawat inap dan kepala ruangan rawat inap masing – masing.
5) Semua pelayanan atau tindakan terhadap pasien harus dicatat secara
lengkap didalam rekam medis
6) Semua hasil pemeriksaan pasien rawat inap harus dimasukan didalam
berkas rekam medis
7) Seluruh pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap berorientasi pada
mutu dan keselamatan pasien
8) Mobilitas pasien harus selalu didampingi oleh perawat ruangan atau petugas
yang diberi kewenangan
9) Setiap pasien yang akan meninggalkan ruang rawat inap harus mempunyai
izin pulang dari kasir rawat Inap
10) Pengiriman pasien yang akan dirawat diantar oleh perawat UGD, apabila
pasien dari poliklinik umum dan ataupun poliklinik spesialis ke ruang
perawatan di hari yang sama. Tetapi apabila pasien melakukan pendaftaran
rawat inap satu hari setelah ke poliklinik umum dan atau poliklinik spesialis
dan atau sub spesialis maka bila itu tidak dibutuhkan penanganan khusus
yang mengancam jiwa atau tidak ada kegawat daruratan maka pasien bisa
langsung diantar oleh petugas pendaftaran rawat inap ke ruang perawatan
yang telah ditentukan.
11) Pengiriman pasien yang yang akan dirawat dari IGD, harus dipastikan kondisi
secara klinis bila pasien tersebut sudah layak untuk ditransfer ke unit
perawatan baik umum, intensif dan ataupun unit perawatan lainnya.

6
12) Peralatan yang berada di rawat inap harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
13) Setiap pemeriksaan pasien di instalasi rawat inap dilakukan oleh tenaga
medis (dokter dan perawat ruangan)
14) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib
mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit.

7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM

Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Ruang Rawat Inap Khusus adalah :
No. Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
1 Kepala Ruangan Rawat Inap D III Keperawatan 1 orang
2 Kepala Tim Shift D III Keperawatan 4 orang
3 Pelaksana Ruang Rawat Inap D III Keperawatan 8 orang

B. Distribusi ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan Ruang Rawat Inap Khusus yaitu :
a. Untuk Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 4 ( empat) orang dengan kategori:
 1 orang Kepala Ruangan
 1 orang Katim
 2 orang Perawat / pelaksana
b. Untuk Dinas Sore
Yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan Kategori :
 1 orang Katim
 2 orang Perawat / pelaksana
c. Untuk Dinas Malam
Yang bertugas sejumlah 3 ( tiga ) orang dengan kategori:
 1 orang Katim
 2 orang Perawat / pelaksana

8
C. Pengaturan Jaga
1. Pengaturan Jaga Perawat
 Pengaturan jadwal dinas perawat dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh kepala ruangan perawatan dan disetujui oleh kepala bidang
keperawatan
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepada perawat pelaksana setiap satu bulan.
 Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu, maka perawat tersebut dapat mengajukan permintaan tukar dinas
pada form permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan
tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada Kepala Tim ( KATIM ) dengan
syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun serta kewenangan klinis sudah PK 3.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga keperawatan jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
perawat yang bersangkutan harus memberitahu kepada kepala ruangan
perawatan 4 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore atau dinas
malam. Sebelum memberitahu kepala ruangan perawat, diharapkan
perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, apabila
perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka
kepala ruangan perawat akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu
perawat yang hari itu libur atau perawat yang tinggal di lingkungan terdekat
Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau.
 Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruangan perawat akan
mencari perawat pengganti yang hari itu libur atau perawat yang tinggal di
lingkungan terdekat Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau.

9
 Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang
dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan atau melanjutkan
jaga dengan dihitung lembur.
 Apabila tiba-tiba BOR pasien naik dan beban kerja menjadi berlebih
maka kepala ruang wajib mencari bantuan tenaga dari unit lain.

2. Pengaturan Jaga Asisten Perawat


 Pengaturan jadwal dinas asisten perawat dibuat dan di pertanggung
jawabkan oleh kepala ruangan perawatan dan disetujui oleh kepala bidang
keperawatan
 Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan
kepada perawat pelaksana setiap satu bulan.
 Untuk tenaga asisten perawat yang memiliki keperluan penting pada
hari tertentu, maka asisten perawat tersebut dapat mengajukan permintaan
dinas pada form permintaan. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (apabila tenaga cukup dan berimbang serta
tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
 Setiap tugas jaga / shift harus ada Kepala Tim ( KATIM ) dengan
syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun serta kewenangan klinis sudah PK 3.
 Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas
malam, libur dan cuti.
 Apabila ada tenaga keperawatan jaga karena sesuatu hal sehingga
tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka
asisten perawat yang bersangkutan harus memberitahu kepada kepala
ruangan perawatan : 4 jam sebelum dinas pagi, 4 jam sebelum dinas sore
atau dinas malam. Sebelum memberitahu kepala ruangan perawatan
umum, diharapkan asisten perawat yang bersangkutan sudah mencari
asisten perawat pengganti, apabila asisten perawat yang bersangkutan
tidak mendapatkan asisten perawat pengganti, maka kepala ruangan ruang
perawatan , akan mencari tenaga asisten perawat pengganti yaitu asisten

10
perawat yang hari itu libur atau asisten perawat yang tinggal di lingkungan
terdekat Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau.
 Apabila ada tenaga asisten perawat tiba – tiba tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruangan
perawatan akan mencari asisten perawat pengganti yang hari itu libur atau
asisten perawat yang tinggal di lingkungan terdekat Rumah Sakit Mary
Cileungsi Hijau.
 Apabila asisten perawat pengganti tidak di dapatkan, maka asisten
perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan atau
melanjutkan jaga dengan dihitung lembur.

11
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Terlampir
B. Standar Fasilitas
1. Fasilitas & Sarana
Ruang perawatan khusus ( VIP dan kelas 1) Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau
berlokasi di lantai 2 , fasilitas dan sarana nya terdiri dari Nurse station, kamar mandi
perawat, gudang, pantry, VIP , kelas 1 .
Peralatan
Peralatan yang ada di ruang perawatan khusus mengacu kepada standar pelayanan
minimal RS.
a. Alat-alat emergency ( trolly emergency ):
 Intubasi Set
No Nama Alat Quantity
1 Laringoscope dewasa 1
2 Laringoscope anak 1
3 Mandrin dewasa 1
4 OPA no 3 1
5 OPA no 2 2
6 ETT no 4,5 1
7 ETT no 6,5 1
8 ETT no 4 2
9 Cy;ocain jelly 2
10 Ambubag dewasa 1
11 Ambubag anak 1
12 Selang suction no 12 3
13 Selang suction no 14 1

12
 Set Infus
No Nama Alat Quantity
1 Infus Makro 2
2 Infus mikro 2
3 Tranfusi set 2
4 Abocath no 22 3
5 Abocath no 24 3
6 Abocath no 26 3
7 Abocath no 18 2
8 Spalk anak 2
9 Perlak 1
10 Swab alcohol 1
11 Hypafix 1 box
12 Gunting 1

b. alkes / alat medis lainnya :


No Nama Alat Quantity
1 Catheter urine 2
2 Catheter urine 1
3 NGT no 14 1
4 NGT no 12 1
5 NGT no 16 2
6 NGT no 18 2
7 NRM dewasa 2
8 Simple mask dewasa 3
9 Nasal kanule dewasa 3
19 Nasal kanule anak 2
11 Urine bag 3
12 Three way 2
13 Spuit 1cc 3

13
14 Spuit 3 cc 3
15 Spuit 5 cc 3
16 Spuit 10 cc 3
17 Kateter Tip 1
18 Neirbeken 1
19 Set GV 2
20 Tromol besar 2
21 Alat cek GDS 1
22 Elektroda dewasa 1 box
23 Nebulizer OMRON 1

Emergency kit
No Nama Obat Quantity
1 Epinephrine 1
2 Athropine 1
3 Stesolid 5 mg 1
4 Stesolid 10 mg 1

Standar Obat Ruang Perawatan Khusus Rumah Sakit

No. Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1. Ketorolac Ampul 2 Anti Nyeri
2. Stesolid Sub 2 Kejang
3. dexamethasone Ampul 3 Alergi
4 Ondansentrom Ampul 2 Anti muntah
5 Lasix Ampul 2
5. Ranitidine Ampil 2 Lambung

14
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Tata laksana penerimaan pasien dari IGD


1. Petugas Penanggung Jawab :
 Perawat IGD
 Pendaftaran Rawat Inap khusus
 Perawat rawat inap khusus
a. Tata laksana penerimaan pasien dari IGD:
a) Dari pendaftaran IGD menanyakan tempat ke ruang rawat inap khusus apakah
tersedia atau tidak
b) Bila tempat tersedia maka pendaftaran IGD akan konfirmasi ke IGD bahwa
ruangan tersedia, bila pasien sudah selesai melakukan registrasi maka perawat
IGD akan menanyakan ruangan ke rawat inap apakah sudah siap,jika sudah
pasien akan di bawa ke ruang perawatan.
c) Bila pasien telah tiba di ruang perawatan dilakukan kegiatan meliputi
pengecekan tanda-tanda vital,melakukan assessment awal pasien rawat
inap,melakukan asesmen resiko pasien jatuh,melakukan edukasi orientasi
ruangan.

B. Tata laksana penerimaan pasien dari ICU


1. Petugas Penanggung Jawab :
 Perawat ICU
 Perawat ruang perawatan khusus
2. Tata laksana penerimaan pasien dari ICU :
a) Perawat ICU menanyakan tempat terlebih dahulu apakah tersedia atau tidak,
bila tersedia, perawat ruang perawatan yang menjemput ke ruang ICU.
b) Operan pasien dilakukan di ruang ICU terlebih dahulu, sebelum dipindahkan ke
ruang perawatan.

15
C. Tata laksana pemberian obat
 Petugas Penanggung Jawab :
 Perawat ruang perawatan khusus
 Dokter Penanggung Jawab Pasien ( DPJP )
1. Tata laksana pemberian obat :
a) Perawat mendapatkan instruksi pemberian obat dari DPJP kepada
pasien yang bersangkutan, untuk penulisan pemberian obat dilakukan
penulisan di daftar pemberian obat yang ada di dalam rekam medis.
b) Perawat melakukan pemberian obat dengan sebelumnya melakukan
identifikasi pasien untuk memastikan benar pemberian obat, dan dosis
kepada pasien yang bersangkutan sesuai prinsip 6 benar 1 waspada.
c) Setelah selesai diberikan obat atau injeksi, keluarga pasien
menandatangani daftar pemberian obat.

D. Tata laksana hand over


1. Petugas Penanggung Jawab :
 Perawat ruang perawatan khusus
 Kepala Ruangan
 Katim
2. Tata laksana Hand Over :
a) Pada saat melakukan operan Shift sebelumnya di pimpin oleh kepala
ruangan jika saat itu tidak ada kepala ruangan maka Kepala Tim yg
memimpin.kemudian kepala ruangan akan memimpin doa sebelum hand
over di mulai lalu meminta KaTim untuk membaca buku operan .setelah
itu kepala ruangan akan mempersilahkan kepada katim dan perawat
penanggung jawab pasien untuk melakukan operan yang meliputi
penjelasan tentang kondisi pasien, terapi,kelengkapan alat, tindakan dan
instruksi dokter
b) Setelah selesai melakukan operan di ruangan di lanjutkan keliling ke
pasien

16
E. Tata laksana perincian H-1 dan koding resume pasien
1. Petugas Penanggung Jawab :
 Kepala Ruangan
 Kepala Tim shift

2. Tata laksana perincian H-1 dan koding resume pasien:


a) Setelah pasien dilakukan visit oleh DPJP dan diinstruksikan pulang
besok, maka petugas melakukan perincian H-1 untuk keperluan
kepulangan esok hari, untuk pasien BPJS dilakukan koding terlebih
dahulu ke penanggung jawab BPJS ( untuk pasien-pasien tertentu )
b) Untuk pasien BPJS, setelah koding, berkas selanjutnya diserahkan ke
petugas rekam medis untuk diproses.
c) Status pasien di cek oleh tim case mis, untuk persiapan proses koding.

F. Tata laksana kepulangan pasien.


1. Petugas Penanggung Jawab :
 Perawat
 Kasir
2. Tata laksana kepulangan pasien :
a) Petugas kasir menginformasikan ke ruangan bahwa kwitansi sudah
selesai, setelah itu petugas ruangan menginformasikan ke keluarga /
pasien yang bersangkutan.
b) Setelah itu keluarga pasien datang ke kasir untuk menyelesaikan proses
administrasi
c) Bila telah menerima tanda lunas dari kasir, keluarga pasien datang
kembali ke ruang perawatan untuk mengkonfirmasikan kepulangan
pasien dan menyerahkan tanda lunas.
d) Perawat menghubungi apoteker untuk menjelaskan obat yang perlu
dikonsumsi di rumah,lalu perawat menjelaskan surat kontrol serta
melepas infus dan gelang identitas pasien.

17
e) Perawat melakukan konfirmasi ke porter bahwa pasien akan pulang dan
porter mengantar sampai loby.

18
BAB V
LOGISTIK

Secara umum, untuk logistik di perawatan Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau sudah
dibuatkan sesuai dengan kebutuhan yang ada dan bisa terpenuhi dengan cepat. Hal ini
tentunya merupakan sebuah standar dimana pemenuhannya bisa segera dilakukan untuk
membantu mengatasi kebutuhan logistik yang sangat mendesak dan penting bagi
terselenggaranya sebuah pelayanan yang efektif dan efisien di ruang perawatan.

19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
a) Asesmen resiko
b) Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien jatuh
c) Pelaporan dan analisis insiden, seperti : tertukarnya bayi
d) Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e) Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
a) Resiko jatuh yang berhubungan dengan kurangnya edukasi
b) Resiko tertukarnya bayi

B. Tujuan
a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

C. Standar Keselamatan Pasien


a) Hak pasien
b) Mendidik pasien dan keluarga
c) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
d) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
e) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

20
f) Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
g) Komunikasi efektif merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien

D. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)


1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
a) Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis
karena tidak dapat dicegah
b) Unpreventable Adverse Event (KTD yang tidak dapat dicegah)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
tindakan apapun, walaupun dengan pengetahuan mutakhir

2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC)


a) Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat
mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

3. Kesalahan Medis (Medical Errors)


Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

4. Kejadian Sentinel (Sentinel Event)

21
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius;
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat
diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti,
amputasi pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini
mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang
berlaku.

E. Tata Laksana
1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien ruang perawatan
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “Pelaporan Insiden
Keselamatan pasien”

22
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Latar Belakang
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun
1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah
2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak
memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
penyebaran infeksi.

23
Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus
menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.
Dengan mematuhi standar prosedur operasional (SPO) yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit maka diharapkan bisa meminimalisir atau mampu menjegah terjadinya
pajanan dan atau kejadian lainnya sehingga tenaga kesehatan bisa terhindar dari
risiko – risiko yang ada.

A. Tujuan
1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Universal Precaution”.

B. Tindakan yang beresiko terpapar


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja

24
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.
Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau khusunya untuk ruang
keperawatan mengacu kepada Indikator Mutu Area Klinik (IAK), Indikator Mutu Area
Manajerial (IAM) dan Indikator Mutu Area Sasaran Keselamatan Pasien (IASKP). Dari
acuan tersebut diatas, maka indikator mutu ruang keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Indikator Mutu Area Klinik (IAK)
(1). Ketersediaan rawat inap untuk spesialisasi dasar
(2). Pemberi pelayanan rawat inap
(3). Dokter penanggung jawab pasien rawat inap
(4). Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang mengakibatkan kecacatan/kematian
(5). Kesalahan pemberian obat
(6). Jam visit dokter spesialis ( 08-14 )
(7). Kematian pasien lebih dari 48 jam
(8). Pasien pulang paksa
(9). Infeksi pasca operasi
(10).Kejadian reaksi transfusi darah
(11).Infeksi nosocomial
(12).Kelengkapan pengisian assesmen awal pasien
(13).Pengecekan identitas pasien saat akan melakukan tindakan
(14).Penerapan metode cabak pada komunikasi verbal
(15).Kepatuhan cuci tangan
(16).Kepatuhan terhadap clinical pathways
(17).Kepuasan pelanggan

2. Indikator Mutu Area Manajerial (IAM)

26
(1). Harapan dan kepuasan pasien/ keluarga pasien
(2). Manajemen penggunaan sumber daya

3. Indikator Mutu Area Sasaran Keselamatan Pasien


(IASKP)
(1). Ketepatan identifikasi pasien
(2). Peningkatan komunikasi yang efektif
(3). Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(4). Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur,tepat pasien operasi
(5). Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
(6). Pengurangan resiko pasien jatuh

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan kepala bidang
keperawatan.

27
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan unit keperawatan Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau ini diharapkan
dapat menjadi panduan bagi seluruh Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau yang
menyelenggarakan pelayanan unit keperawatan.

Pedoman Pelayanan unit keperawatan Rumah Sakit Mary Cileungsi,Hijau selanjutnya


perlu dijabarkan dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) serta panduan di setiap
proses pelayanannya sehingga tercapai kelancaran dan keselamatan dalam proses
pelaksanaan di ruang unit keperawatan Rumah Sakit Mary Cileungsi Hijau.

Bogor, 11 November 2021

Menyetujui, Mengetahui,
Kepala RS Mary Cileungsi Kepala Ruang Rawat Inap Khusus

( dr.Cholid Yamani, MARS ) ( Helma Halmahera AMK )

28
29

Anda mungkin juga menyukai