Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN


PENGARUH KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kepemimpinan dalam Keperawatan

OLEH KELOMPOK JIWA MUDA:

APRIANDO RAHMADANI (NIM. 2221312002)


GIAN DWI PUTRA (NIM. 2221312007)
AULIANA TESA (NIM. 2221312009)
EMA SURIANI (NIM. 2221312019)
RACHMAD APRILIO (NIM. 2221312034)
YOLANDA SUKARMA (NIM. 2221312035)
ALEX CONTESA (NIM. 2221312040)
DUMA PRATIWI PURBA (NIM. 2221312016)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga
makalah berjudul Konsep, Teori, dan Prinsip Keperawatan dapat diselesaikan dengan baik
dan tepat waktu. Shalawat dan salam tidak lupa kami ucapkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kegelapan ke alam yang
penuh pengetahuan seperti yang dirasakan saat ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari ada banyak pihak yang membantu
baik langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada : Dr. Yulastri Arif, M.Kep selaku Koordinator dan Dosen Mata Kuliah
Kepemimpinan dalam Keperawatan yang telah memberi kesempatan serta bimbingan kepada
Penulis dalam penyelesaian makalah ini, rekan - rekan seangkatan Magister Keperawatan
tahun 2022, dan anggota Kelompok Jiwa Muda.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan yang perlu
untuk diperbaiki sehingga penulis mengharapkan adanya masukan yang sifatnya membangun
kesempurnaan isi makalah ini dan berakhir dengan pengembangan profesi keperawatan.

Padang, November 2022

Penulis,

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................................2
C. Manfaat...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Berbagai konsep tentang kelompok.................................................................3
B. Berbagai teori dan konsep tentang konflik
C. Pengaruh kepemimpinan terhadap kerja kelompok
D. Pengaruh kepemimpinan pada manajemen konflik negosiasi dan melobi
E. Pengaruh kepemimpinan pada pergerakan kelompok
F. Proses interaksi dalam kepemimpinan

BAB III PENUTUP


Daftar Pustaka.....................................................................................................34

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisasi terletak pada gaya kepemimpinan yang dipakai
dalam organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan mencerminkan suatu metode
kepemimpinan yang berdampak signifikan pada lingkungan kerja. Pemimpin memiliki
suatu kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok dalam pencapaian visi – misi
yang telah ditetapkan (Robbins dan Judge, 2015)
Keperawatan sebagai satu profesi yang berkerja secara profesional
berkembang secara dinamis mengikuti trend yang ada di masyarakat. Perubahan tersebut
berdampak pada layanan asuhan keperawatan yang diberi, kebijakan dan perundang-
undangan, pendokumentasian catatan keperawatan, hingga penelitian evidence-based
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam perjalanan Keperawatan membutuhkan
seorang pemimpin yang dapat mencapai tujuan tersebut.
Tenaga Keperawatan memiliki peran dalam menentukan mutu pelayanan
kesehatan dikarenakan mereka yang kesehariannya kontak langsung dan berinteraksi
dengan klien. Untuk meningkatkan kualitas perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada klien membutuhkan peran kepemimpinan dalam mempengaruhi dan
menggerakkan perawat.
Pemimpin dalam hal ini adalah kepala ruangan mengajak bawahannya untuk
berpartisipasi dan memberikan kesempatan dalam mengajukan ide-ide, rekomendasi
dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu asas motivasi. Dengan cara
ini, bawahan akan merasa ikut bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sehingga
moral dan gairah kerjanya akan meningkat (Hasibuan, 2009). Pemimpin perlu
melakukan pembinaan atau pengarahan kepada perawat pelaksana dan pengembangan
motivasi, inisiatif dan keterampilan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
dalam hal ini pemimpin harus mampu memberitahu, menjelaskan, bekerja sama dan
memonitor perilaku perawat sesuai dengan situasi yang ada untuk dapat meningkatkan
motivasi kerja perawat sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai
dengan tujuan yang telah disepakati.
Konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai
kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi
iii
dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya.
Menurut Marquis dan Huston (2013), Konflik adalah perselisihan internal yang
disebabkan oleh perbedaan gagasan, nilai atau perasaan dua orang atau lebih. Tiga
kategori konflik adalah intrapersonal, interpersonal, dan interkelompok.
Dari berbagai pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik adalah
perbedaan pendapat, gagasan, nilai antara dua orang atau lebih yang mana perselisihan
tersebut bisa internal atau eksternal dan bisa mengancam kepentingan orang lain
sampai seseorang itu tidak berdaya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menjabarkan tentang
konsep, teori, dan prinsip kepemimpinan dalam kelompok.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menguraikan dan
membandingkan konsep, teori, dan prinsip berdasarkan pendapat beberapa para ahli,
yaitu:
A. Berbagai konsep tentang kelompok
B. Berbagai teori dan konsep tentang konflik
C. Pengaruh kepemimpinan terhadap kerja kelompok
D. Pengaruh kepemimpinan pada manajemen konflik negosiasi dan melobi
E. Pengaruh kepemimpinan pada pergerakan kelompok
F. Proses interaksi dalam kepemimpinan

C. Manfaat
Penulisan makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan literasi kepada
mahasiswa perawat, staf keperawatan, dan pemimpin keperawatan.

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Berbagai konsep tentang kelompok


a. Pengertian Kelompok
Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial
yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut
W.H.Y Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu
dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat “ the essence of a group is not the
similarity or dissimilarity of its members but their interdependence“. Sedangkan
H.Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa
individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya melalui
cara dan dasar kesatuan persepsi.
Interaksi antar angggota kelompok dapat menimbulkan kerja ama apabila
masing-masing anggota kelompok :
1. Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut
2. Adanya saling menghormati diantara anggota-anggotanya
3. Adanya saling menghargai pendapat anggota lain
4. Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota
kelompok

b. Kelompok dan Pengukurannya


Indivudu sebagai insan yang berbudaya menyandang fungsi ganda, yaitu
sebagai makhluk individu (biologis) dan sebagai makhluk sosial (social beings).
Sebagai makhluk individu, ia sesring diliput oleh kecenderungan-kecenderungan
(keinginan-keinginan). Sebagai mkhluk sosial, ia cenderung berkelompok dua orang
atau lebih yang mempunyai obyek perhatian yang sama, saling pengaruh-
mempengaruhi, memupuk kepercayaan dan loyalitas serta berpartisipasi dalam
kegiatan yang sama untuk memenuhi kebutuhannya. Ia menagadakan interaksi dengan
individu lainya. Mereka mengembangkan ieolodi kelompok yang mengatur dan
mengarahkan sikap dan tindakannya, saling pengaruh mempengaruhi alam memenuhi
keputusannya. Konsep tentang kelompok mengandung interprestasi yang berlainan.

5
Sherif dan Burgoon (1978) memberikan batasan kelompok sebagai suatu unit
sosial dan organisme hidup yang menyerupai individu. Kelompok adalah unit sosial
yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai huvungan saling tergantung satu
sama lain sesuai dengan status dan peranannya. Secara tertulis atau tidak, mereka
telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.

B. Berbagai teori dan konsep tentang konflik


a. Pengertian Konflik
Pengertian konflik menurut Max Weber (1968) adalah hubungan sosial
disebut konflik apabila sepanjang tindakan yang ada didalamny secara sengaja
ditujukan untuk melaksanakan kehendak satu pihak untuk melawan pihak lain.
Dengan demikian, konflik adalah suatu hubungan sosial yang dimaknai sebagai
keinginan untuk memaksanakan kehendaknya pada pihak lain. Menurut Coser (1992)
konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan,
bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.. Konflik dibagi
menjadi dua, yang pertama konflik realistis dan konflik non realistis. Konflik realistis
berasal dari kekecewaan terhadap adanya tuntutan-tuntutan khusus yang terjadi dalam
hubungan yang ditujukan kepada obyek yang dianggap mengecewakan. konflik non
realistis berasal dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan yang paling tidak dari
salah satu pihak.
Konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai
kejadian, konflik terjadi dari suatu ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi
dimana seseorang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya.
Menurut Marquis dan Huston (2013), Konflik adalah perselisihan internal yang
disebabkan oleh perbedaan gagasan, nilai atau perasaan dua orang atau lebih. Tiga
kategori konflik adalah intrapersonal, interpersonal, dan interkelompok.
Dari berbagai pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik adalah
perbedaan pendapat, gagasan, nilai antara dua orang atau lebih yang mana
perselisihan tersebut bisa internal atau eksternal dan bisa mengancam kepentingan
orang lain sampai seseorang itu tidak berdaya.
b. Penyebab Terjadinya Konflik
1. Perbedaan kepribadian yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang sosial,
budaya

6
2. Perbedaan pendirian dan perasaan
3. Perbedaan kepentingan antara individu satu dan yang lain
4. Adanya perubahan sosial yang cepat
c. Sumber Konflik
1. Keterbatasan sumber daya
2. Perbedaan tujuan
3. Ketidakjelasan peran
4. Hubungan dalam pekerjaan
5. Perbedaan antar individu
6. Masalah organisasi
7. Masalah dalam komunikasi
8. Stress

d. Tipe Konflik
Konflik biasanya sering terjadi apabila ada perbedaan pemahaman antara dua
orang atau lebih terhadap berbagai perselisihan, ketegangan, kesulitan-kesulitan
diantara para pihak yang tidak sepaham.Konflik dapat juga memicu adanya sikap
berseberangan (oposisi) antara kedua belah pihak dimana masing-masing pihak
memandang satu sama lainnya sebagai lawan/penghalang dan diyakini akan
mengganggu upaya tercapainya tujuan dan tercukupinya kebutuhan masing-masing.
Dari banyaknya penyebab terjadinya konflik, perbedaan latar belakang kedua belah
pihak hingga terjadi konflik, perbedaan kepentingan diantara individu dalam
kelompok/ masyarakat yang kesemuanya saling terkait dalam realita sosial yang
kompleks. Konflik bukanlah sesuatu yang haru ditakuti, dalam kehidupan
berorganisasi namun harus dipandang sebagai dinamisator dalam setiap aktifitas
organisasi itu sendiri, tanpa konflik organisasi akan mati dan terasa biasa-biasa
saja,namun dengan adanya konflik organisasi akan hidup dan berkembang.
Menurut Robert (2001) ada beberapa tipe konflik yaitu:
a. Berdasarkan sifat
- Konflik destruktif
- Konflik Konstruktif (membangun)
b. Berdasarkan posisi pelaku
- Konflik vertikal

7
perbedaan antara pemimpin dan anak buah. Hal inin sering diakibatkan oleh
komunikasi dan kurang penyebaran persepsi dan perilaku yang tepat untuk
peran diri sendiri atau orang lain
- Konflik horizontal
garis konflik antara staff dan ada hubungan dengan praktik keahlian
otoritas, dan sebagainya.

e. Kategori Konflik
Marquis dan Huston (2013), konflik dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu :
1. Intra personal
Konflik yang terjadi didalam diri orang tersebut
2. Interpersonal
Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan
dan keyakinan
berbeda. Konflik ini sering terjadi karena seseorang secara konstan berinteraksi
dengan orang lain,
sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan
3. Antar kelompok
Terjadi antara dua atau lebih kelompok orang,departemen atau organisasi
Menurut Badeni (2013) proses terjadinya konflik dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu:
a. Konflik laten
Konflik yang terjadi terus menerus sehingga memicu ketidak stabilan
organisasi meskipun terkadang konflik tersebut tidak nyata atau tidak
pernah terjadi.
b. Konflik yang dirasakan (felt konflik)
Konflik yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman
c. Konflik yang nampak (sengaja ditimbulkan
Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya
d. Resolusi konflik
Suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang
terlibat didalamnya

8
e. Konflik aftermath
Konflik yang terjadi akibat tidak selesainya konflik yang pertama

f. Akibat Konflik
Akibat positif dari adanya konflik :
1. Bertambahnya solidaritas intern dan rasa in group suatu kelompok
2. Menggugah warga masyarakat yang semula pasif menjadi aktif
3. Membuat organisasi tetap hidupdan harmonis
4. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan
5. Mendorong kita untuk melakukan perubahan
6. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat
7. Memunculkan keputusan yang bersifat inovatif
Akibat negatif dari adanya konflik:
1. Hancurnya persatuan dan rasa solidaritas
2. Menganggu kohesi (keeratan hubungan)
3. Menganggu kerjasama (teamwork)
4. Perubahan kepribadian seseorang akibat tekanan yang dialami
5. Hancurnya harta benda dan nyawa
6. Menghambat komunikasi antar personal
7. Individu atau personil mengalami tekanan, menganggu konsentrasi,
menimbulkan kecemasan,mangkir,menarik diri dan frustasi
8. Menganggu proses produksi sampai bisa menurunkan produktifitas
9. Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan

g. Langkah-langkah Penyelesaian Konflik


Menurut Ross (1993) manajemen konflik adalah langkah-langkah yang
diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka menyelesaikan, mengarahkan
perselisihan kearah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan
suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat atau agresif
Langkah-langkah penyelesaian konflik :
1. Pengkajian,meliputi:
- Lakukan analisa situasi

9
- Pastikan isu atau konflik yang terjadi kemudian lakukan analisis
- Membuat tujuan yang jelas
2. Identifikasi
Lakukan identifikasi terhadap konflik yang terjadi apakah itu konflik
interpersonal,antarpersonal atau antar kelompok dengan mengelola perasaan
orang yang akan melakukan penyelesaian konflik
3. Intervensi
- Ikut merasakan konflik yang diyakini dapat diselesaikan
- Lakukan identifikasi hal positif yang dapat terjadi dari penyelesaian
konflik
- Menyepakati metode yang digunakan untuk menyelesaikan konflik

Menurut Nursalam (2015) strategi penyelesaian konflik dapat dibedakan


menjadi 6, yakni:
1. Kompromi atau negosiasi
Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang terlibat saling
menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini
sering diartikan sebagai “lose-lose situation”. Kedua unsur yang terlibat
meyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam manajemen
keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top manajer
keperwatan.
2. Kompetensi
Strategi ini dapat diartikan sebagai “win/lose” penyelesaian konflik.
Penyelesaian ini menekankan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok
yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negatif dari
strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di
masa mendatang.
3. Akomodasi
Pada strategi ini seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan,
dan memberi kesempatan pada orang lain untuk menang. Masalah utama
pada strategi ini sebenarnya tidak terselesaikan strategi ini biasanya
digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai
konsekuensinya.

10
4. Smoothing
Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi
kompnen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat
dalam konflik berupaya mencari kebersamaan daripada perbedaan dengan
penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada
konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar, misalnya persaingan
pelayanan/hasil produksi,tidak dapat dipergunakan.
5. Menghindar
Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang
masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak
menyelesaikan masalah. Strategi ini biasanya dipilih bila ketidak sepakatan
membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar daripada
menghindar, atau perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya, atau jika
masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.
6. Kolaborasi
Strategi ini merupakan strategi “win-win solution”. Dalam kolaborasi,
kedua unsur yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerjasama
dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya
suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi
kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi insentif sebagai bagian
dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan
dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan dari kedua
kelompok atau seseorang.

C. Pengaruh kepemimpinan terhadap kerja kelompok


Floyed D. Ruch, mengemukakan tiga pembagian besar mengenai tugas seorang
pemimpin dalam kelompok. Ketiga kelompok penggolongan tugas tersebut adalah :
1. Menentukan struktur dari suatu situasi tertentu (structuring the situation), yaitu :
a. Menjelaskan hal-hal yang sulit kepada para anggota
b. Membedakan hal-hal atas dasar urutan kepentingannya (order of priority).
c. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai.

11
d. Membantu menunjukan hal-hal yang harus lebih dahulu dicapai oleh para
anggota.
e. Membantu para anggota untuk mencapai kebutuhan masing-masing dalam
rangka kerja kelompok.
f. Menyelesaikan konflik antar anggota atas dasar kerangka pemikiran tertentu
(frame of reference).
g. Mengusahakan agar para anggota memiliki kerangka pemikiran tertentu.
h. Mengatasi perasaan tak aman dan ragu-ragu yang ada diantara anggota dengan
jalan menunjukan perspektif waktu (time perspective).
2. Mengadakan pengawasan atas perilaku para anggota dalam kelompok (controlling
group behaviour), yang dilakukan dengan cara :
a. Mengatasi penyimpangan atau penyelewengan para anggota.
b. Memberikan hadiah atau hukuman bilamana dipandang perlu.
c. Menjaga pengalahgunaan kepentingan kelompok oleh individu-individu tertentu
dan juga sebaliknya.
3. Menjadi juru bicara kelompok ke pihak luar, seperti dengan jalan :
a. Menyatakan dan menerangkan kebutuhan kelompok kepada dunia luar, antara
lain mengenai sikap, pengharapan dan kehawatiran dari kelompoknya.
b. Pendek kata, berbicara keluar untuk kepentingan dan atas nama kelompoknya.

D. Pengaruh kepemimpinan pada manajemen konflik negosiasi dan melobi


Tekanan dan kebutuhan dalam kelompok sering menimbulkan konflik diantara
anggota kelompok yanng akan mempengaruhi kinerja kelompok tersebut. Jumlah konflik
yang tak terselesaikan yang dialami perawat di temat kerja semakin meningkat. Konflik
dengaan dokter, supervisor, manejer, dan teman sejawat akan sangat melelahkan.daalam
manajemen konflik terlebih dahulu kita ahrus mengetahui apa itu konflik.

Dalam setiap kelompok pasti akan ada konflik, meskipun itu konflik kecil yang
terjadi dalam kehidupan perawat dan akan sangat melelahkan. beberapa tanda seseorang
mengalami stress adalah sulit konsentrasi, kecemasan, gangguan tidur dan penarikan diri.
Selanjutnya bisa membuat orang marah dan dalam kasus jarang kemungkinan kekerasan
bisa terjadi. Terkadang konflik memiliki sisi positif. Dalam proses pembelajaran
bagaimana manajemen konflik secara konstruktif, anggota kelompok akan lebih terbuka,
kooperatif dalam kerja sama. Anggota mulai melihat bahwa mereka saling berkaitan dan

12
memiiki tujuan yang sama daripada berkompetisi atau menghambat perkembangan
kelompok. Tujuan yang ingin dicapai dalam menyelesaikan konflik adalah untuk
menciptakan lingkungan kerja yang kooperatif dan konstruktif .

Beberapa orang memahami bahwa konflik dan masalah yang terjadi di tempat kerja
sama dengan pertandingan olahraga, bahwa haru ada yang menang. Tujuan dari
pemecahan masalah atau manaemen konflik ini adalah kelompok bisa bekerja sama
dengan efektif. Sebagai seorang pemimpin perawat memiliki kemampuan dalam
negosiasi yang membantu dalam pengambilan keputusan, dan beberapa aspek dari peran
pemimpin. Aturan pertama dalam negosiasi adalah memahami posisi stakeholder
termasuk perawat, pasien dan profesional lainnya.

Komunikasi adalah bagian penting dari negosiasi dan hal yanng paling penting dari
negosiator adalah mengembangan diskusi dan mmpercayai setiap anggota kelompok.
Seringkali negosiasi memberikan hasil “Win - lose solution” namun hasil terbaik haruslah
“win-win solution”. Hasil ini bisa didapatkan dengan mempertanyakan kepada anggota
kelompok “ dalam kondisi apa menurut anda tujuan ini bisa tercapai”. Pertanyaan ini
biasanya akan merubah anggota yang difensif menjadi anggota yang kreatif dan inovatif
dan mampu menyatukan seluruh anggota kelompok.

Negosiasi dalam bentuk yang kreatif akan sama seperti kolaborasi dan dalam
bentuk yang dikelola dengan buruk akan mirip dengan kompetisi. Dalam negosiasi setiap
pihak merelakan sesuatu dan penekanannya adalah ada mengakomodasi perbedaan antara
pihak yang terlibat. Tujuan utama negosiasi yang efektif adalah membuat pihak lain
merasa puas dengan hasilnya. Fokus dalam negosiasi adalah menciptakan situasi menang-
menang. Jika manajer ingin berhasil dalam negosiasi yang penting untuk sumber daya
unit, mereka harus: cukup siap (mengumpulkan informasi sebanyak mungkin), mampu
menggunakan strategi negosiasi yang tepat dan menerapkan penutupan dan tindak lanjut
yang tepat.

a. Tahap – tahap melakukan negosiasi :


1. Manajemen emosi
Saat seseorang sangat emosional, akan bermasalah dalam berfikir
secara jernih. Mengatur emosi sangat penting dalam melakukan negosiasi
secara efektif. Saat menghadapi situasi yang rumit, sebaiknya jangan
ditanggapi dengan emosi. Mundurlah terlebih dahulu untuk mengatur emosi,

13
dan kemudian dari tahu kenapa kita menjadi emosi, dan kembali fokuskan
diskusi. Buka kesempatan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan. Peran
pemimpin disini adalah mendorong anggota kelompok untuk mendengarkan
dan mempertimbangkan perbedaan ini, merupakan tahap awal dalam
menemukan solusi menyelesaikan konfllik.
2. Menentukan peraturan dalam negosiasi
Pada saat dua individu atau kelompok mulai berargumentasi maka
pada saat inilah pemijkmpin menghentikan segera perdebatan ini dan
mengumumkan peraturan dalam negosiasi ini. Misalnya mengatakan bahwa
semua mendapatkan giliran dalam berbicara namun bukan bersamaan. Dan
setiap orang harus menyampaikan isi pikiran masing – masing bukan mewakili
orang lain, dan tidak mengkritik anggota kelompok lainnya. Pemimpin harus
sering mengingatkan aturan – aturan ini selama negosiasi berlangsung
3. Mengkalirifikasi masalah
Pemimpin menuliskan setiap masalah yang dikemukakan oleh anggota
kelompok di papan tulis. Saat masalah semakin panjang disiniilah pemimpin
berperan dan mengambil alih dengan mengingatkan anggota bahwa kelompok
memiliki keterbatasan dan pemimpin mulai menganalisa dan memilih fokus
masalah.

4. Bergerak
Setelah fokus masalah diklarifikasi, kemudian pemimpin mendapatkan
persetujuan dari semua anggota kelompok untuk mencari cara menangani
konflik. Dalam negoosiasi formal bisa dengan mengemukakan apa harapan
yang akan anda raih.
5. Melanjutkan negosiasi
Diskusi harus berlanjut dalam kondisi terbuka. Sejalan dengan
berlanjutnya diskusi akan membantu mengembangkan area setuju dan tidak
setuju(9).
Lobi (lobbying) adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk dapat
mempengaruhi pihak-pihak tertentu dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang di
inginkan pelobi. Di inginkan di sini tidak berarti selalu harus mencapai sasaran yang
sesuai rencana dan selalu menguntungkan. Melobi adalah bentuk aktfi dari kegiatan

14
lobi, dimana pendekatan - pendekatan dilakukan secara tidak resmi. Melobi pada
dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak - pihak
yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandang positif terhadap topik lobi,
dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan.
a. Tujuan Lobi dan Negosiasi
Tujuan dilakukannya lobi adalah untuk mempengaruhi orang lain agar dapat
menyetujui atau sependapat dengan apa yang disampaikan pelobi. Sedangkan
negosiasi bertujuan untuk menemukan dan mencari kesepakatan antara ke dua belah
pihak yang bernegosiasi.
b. Fungsi Lobi dan Negosiasi
Lobi berfungsi untuk mewujudkan kepentingan dari individu, kelompok, organisasi,
lembaga, instansi sehingga menguntungkan bagi pelobi. Sedangkan fungsi dari
negosiasi tidak berbeda jauh dengan lobi yaitu sebagai jalan untuk mempengaruhi
pihak - pihak tertentu didalamnya, untuk menemukan kesepakatan yang
menguntungkan bagi ke dua belah pihak.

c. Prinsip Dasar Lobi dan Negosiasi


Pelobi dan negosiator harus memeperhatikan prinsi dasar dalam melobi :
1. Menekankan prinsip selalu menguntungkan
2. Penguasaan terhadap teknik dan strategi
3. Menggunakan prinsip komunikasi yang tepat
4. Menyadari posisi dan pandai menempatkan diri
5. Memahami situasi, kondisi, kekuatan serta kelemahan
6. Mengetahui dan memutuskan waktu yang tepat
7. Merancang strategi untuk melakukan lobi dan negosiasi
d. Teknik melakukan Lobi dan Negosiasi
1. Mempersiapkan diri
2. Menganalisis opini yang sudah terbentuk
3. Menentukan lawan dan dukungan
4. Melakukan koalisi
5. Menetapkan tujuan
6. Melakukan analisis terhadap kasus
7. Mengembangkan kasus

15
8. Memperhitungkan media komunikasi
9. Menjaga fleksibilitas

E. Pengaruh kepemimpinan pada pergerakan kelompok

a. Pengertian Pergerakan

Penggerakan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yg di timbulkan


oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat di mengerti dan
pembagian pekerjaan yg efektif dan efisien untuk tujuan perusahaan yang nyata.

Menurut Goerge R. Terry (1986) dalam Rahman (2011) Actuating atau


pergerakan merupakan suatu usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok
sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran
perusahaan dan sasaran anggota-angota perusahaan tersebut, oleh karena para anggota
itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

b. Faktor dalam upaya menggerakkan kelompok

Faktor lain yang penting dalam upaya menggerakkan kelompok adalah dengan
menciptakan keterikatan kelompok (group cohesion).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan keterikatan


dalam kelompok antara lain pembinaan sama yang baik, keberhasilan memenuhi
keinginan dari anggota kelompok, agar keterbukaan dan tingkat kepercayaan sesama
anggota kelompok tetap tinggi. Selain itu upaya menggerakkan kelompok tidak
terlepas dari kemampuan kepemimpinan seseorang. Dari berbagai studi dalam bidang
bidang manajemen menujukkan bahwa keberhasilan suatu kelompok sangat
tergantung dan tingkat efektifitas pemimpinnya. Semakin efektif pemimpinnya
semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kelompok itu. Pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang mampu memotivasi anggota kelompoknya agar dapat mencapai
sasaran atau tujuan yang diharapkan,termasuk kemampuannya dalam meningkatkan
kerja tim yang baik.

c. Fungsi-fungsi Pergerakan Kelompok

16
Adapun Fungsi-fungsi dari Penggerakan tersebut yaitu:
1) Perilaku manusia/human behavior pimpinan dalam membina kerjasama
mengarahkan & mendorong kegairahan kerja para bawahan perlu memahami
faktor2 manusia dan prilaku mnusia peranan psikologis sosiologi anthropologi dan
psikologi social cukup besar karena ilmu penggetahuan ini membahas masalah
manusia;
2) Motivasi atau dorongan dalam manajemen hanya di tunjukan pda sumer daya
manusia umumnya dan bawahan knususnya;
3) Leadership/ kepemimpinan menunjukkan dan membuat bawahan merasa bahwa
mereka dilindungi dan dibimbing, bahwa mereka mempunyai seorang sumber
pimpinan dan penerangan dalam menghadapi kesulitan dan masalah pekerjaan
maupun pribadi keluarga (inti penggerakan);
4) Komunikasi,Berbicara dengan bawahan, memberi penjelasan dan penerangan,
memberikan isyarat, meminta keterangan, memberikan nota, mengadakan
pertemuan, rapat briefing, pelajaran, wejangan dan sebagainya;
5) Human RelationMemperhatikan nasib bawahan sebagai manusia dan selalu ada
keseimbangan antara kepentingan pribadi pegawai, mengembangkan kegembiraan
dan semangat kerja yang sebaik-baiknya dan kepentingan umum organisasi.

F. Proses interaksi dalam kepemimpinan


a. Pengertian Interaksisosial
Interaksisosial adala hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan
orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok
manusia(Baswori, 2015).
Interaksi sosial antar individu merupakan cermin kehidupan dalam organisasi,
baik secara horisontal, yaitu dengan sesama kolega atau rekan kerja, maupun secara
vertikal yang merefleksikan hubungan antara atasan dan bawahan.Landasan teoritik
diri interaksi sosial tersebut adalah teori hubungan sosial (social exchange
theory).Hubungan atasan-bawahan (leader-member exchange) merupakan hubungan
yang bersifat heterogen, dinamik dan unik sebagaimana diwarnai oleh karakter dari
struktur organisasi maupun unit-unit bagian dari organisasi (Lee, 2000).

b. Kerangka kerja interaksional

17
Pentingnya pemimpin, pengikut dan situasi dalam proses kepemimpinan
merupakan kerangka kerja interaksional. Kerangka kerja interaksional ini dapat di
gambarkan sbb:
1. Kepemimpinan terdiri dari interaksi tiga elemen, yakni: pemimpin, pengikut,
dan situasi
2. Setiap fungsi mengandung berbagai masalah, tetapi dlam pelaksanaannya
tidak dapat di lakukan terpisah pisah. Artinya kadar kepemimpinan itu adalah
seluruh interaksi antar fungsi-fungsi tersebut dengan berbagai masalah yang
ada di dlamnya menjadi satu.
3. Mengenai pengikut, mencatat beberapa sifat pengikut, antara lain:

1) Pengikut yang teralinasi: pengikut yang merasa di singkirkan (yang


menurut mereka karena mereka mengkritik pemimpin secara sehat)
pemimpin melihat mereka sebagai kelompok yang sinis, negatif dan over
acting.

2) Pengikut yang kompromis: lazim disebut kelompok “yes people”.


Walaupun mereka termasuk pendukung fanatik pemimpin tertentu, dapat
menjadi masalah di kala perilaku merka bertentangan dengan kebijakan
organisasi berubah (biasanya pengikut yang demikian adlah produk
kepemimpinan yang otoriter.

3) Pengikut yang pragmatis: dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan


organisasi, Mereka biasanya berikap moerat, tetapi justru dengan
kemoderatannya itu kerap kali juga sukar di ukur apa sebenarnya kemauan
mereka. Sebaiknya di ajak bersama-sama dalam menentukan aturan-aturan
birokrasi organisasi, karena mereka dapat memberikan kontribusi yang
positif.

4) Pengikut yang pasif: sangat tergantung petunjuk pimpinan, dengan


antusiasme yang rendah, inisiatif yang kurang, dan kurang bertanggung
jawab, pimpinan melihatnya sering sebagai orang-orang yang kurang
kemampuannya, malas dan bodoh. Tapi harus di teliti juga, dapat saja itu
terjadi karena mereka selalu di tekan untuk mengikutu kemauan sang
pemimpin yang keras, sehingga merka tidak mau ambil resiko.

18
5) Pengikut teladan: Pengikut yang konsisten terhadap cita-cita organisasi,
dapt mengambil posisi yang baik antara pimpinan dan kepentingan
kelompok, bersikap bebas, inovatif, objektif. Kerap kali pimpinan
menjulukinya mereka sebagai oposan loyal. Etapi sebenarnya seorang
pimpinan patut bersyukur di keliligi orang seperti itu.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan
atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok,
memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh
kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk
melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Kepemimpinan merupakan suaru proses untuk memengaruhi aktivitas
kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memeroleh kesepakatan pada
tujuan bersama. Kepemimpinan adalaah suatu upaya untuk mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling
memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup sulit
menggeneralisir, pada prinsipnya kepemimpinan berkenaan dengan seseorang
memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti bahwa setiap
orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut pemimpin.
B. Saran
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
penulis, maka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendasar lagi, disarankan
kepada pembaca untuk membaca literatur-literatur yang telah dilampirkan pada daftar
rujukan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, N. 2013. Prinsip Etika Keperawatan. Yogyakarta: D-Medika Bandman, E.L. 1990,
Nursing Ethics Through The Life Span, 2nd edition Bertens K. 1997.Etika. Cetakan ke
Ketiga, Jakarta: Gramedia, Pustaka Utama
Bonczek, R. H., C.W. Holsapple, and A.B. Whinston. Foundations of Decision Support
Systems, New York: Academic Press, 1981.
Mullins, L. J. (2005). Management and Organizational Behavior. London: FT Pitman.
Marquis, B. & Huston, C. (1996).Leadership Roles and Management Functions in
Nursing.Philadelphia: Lippincott.Yoder Wise, P. (1995).Leading and Managing in
Nursing.St. Louis: Mosby.
Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta;
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusdik SDM Kesehatan
Kurniadi, Anwar, 2018, Etika & Hukum Keperawatan, Depok: PT rajagrafindo Persada
Cooper, D. R, dan Schindler, P. S. 2014. Business research methods. New York: Mcgraw -
Hill Education.
Kaplan, R.S. and D.P. Norton. 2001. The Strategy Focused Organization: How Balanced
Scorecard Companies Thrive in the New Business Environment. Boston: Harvard
Business School Press.
Kaplan, R.S. and D.P. Norton. 2004. Strategy Maps: Converting Intangible Assets into
Tangible Outcomes. Boston: Harvard Business School Press.

Anda mungkin juga menyukai