Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

Dosen Pengampuh
Dr. Suharizal, S.H, M.H

Oleh

AULIANA TESA
2221312009

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2022

Limbah Medis Ditemukan di TPA Muaro Batuk Kabupaten Sijunjung


A. KASUS

Kasus ini bermula pada saat penemuan sampah medis di TPA Muaro Batuk
Kabupaten sijunjung beberapa waktu lalu, membuat masyarakat sekitar Muaro Batuk
merasa khawatir. Bukan hanya itu saja, pembuangan sampah medis juga dapat merusak
ekosistem alam dan lingkungan terlebih pada saat pandemi Covid – 19  melanda
Indonesia. Untuk menyelidiki temuan yang beredar terkait limbah medis tersebut,
dibawah komando AKBP Andry Kurniawan langsung turun ke tempat pembuangan akhir
(TPA) Muaro Batuk. Ditemukan beberapa barang bukti dari limbah medis tersebut.

Ketika hal tersebut dikonfirmasi melalui AKP Abdul Kadir Jaelani, S.IK
menuturkan “Sejauh ini permasalahan yang diduga sampah medis ini masih dalam
penyelidikan kita pihak Polres Sijunjung, limbah B3 RSUD ada pihak ke tiga yang
mengambil dan masih ada kontraknya, kemarin sudah dibawa kontraknya ke kantor oleh
pihak RSUD dan sebelum diambil limbah B3 nya oleh pihak ketiga disimpan ditempat
penyimpanan B3 di RSUD.”

Sampah medis oleh tenaga kesehatan tidak dimasukkan kedalam tempat


pembuangan sampah medis dan dibuang ke sampah non medis. Seharusnya dari awal ada
pemisahan sampah medis dan non medis. Karena kesalahan tenaga kesehatan
memasukkan sampah medis ke non medis sehingga sampah medis bergabung dengan
smapah non medis. Akibat kelalaian ini akan menjadi beresiko untuk orang lain contoh
jika ada jarum suntik bisa mengakibatkan orang lain tertusuk.

Pembuangan sampah medis pada sembarang tempat juga dapat dipidana dan itu
diatur oleh Undang Undang, salah satunya undang – undang nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) dan Pasal 40 ayat
(1) UU Pengelolaan Sampah.

B. PEMBAHASAN
Sampah Medis adalah Alat dan obat medis yang dibuang karena tidak terpakai ini
disebut sebagai sampah. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat.Namun, sampah ini harus dikelola dengan baik agar tidak
tercemar dan mengancam bahaya bagi masyarakat sekitar. Pada dasarnya, sampah yang
berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat atau
Rumah Sakit dikategorikan sebagai sampah sejenis sampah rumah tangga.

Sampah sejenis sampah rumah tangga tidak berasal dari rumah tangga. Melainkan
dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.Yang dimaksud dengan “fasilitas lainnya” ini antara lain
rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, Puskesmas, kawasan
pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga.

Pengelola Rumah Sakit mempunyai kewajiban menyediakan fasilitas pemilahan


sampah. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas pemilahan
sampah diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (“PP 81/2012”). Dalam PP 81/2012,
Pengelola fasilitas lainnya melakukan pemilahan sampah, pengumpulan sampah,
pengolahan sampah.

Kegiatan pemilahan sampah, pengumpulan sampah, dan pengolahan sampah,


termasuk sebagai penanganan sampah yang merupakan bagian dari penyelenggaraan
pengelolaan sampah. Jika Rumah Sakit tidak melakukan kegiatan pengelolaan sampah
sesuai norma, standar, prosedur, atau kriteria sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan
lingkungan, maka dapat dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 10 tahun
dan denda antara Rp100 juta hingga Rp5 miliar (Pasal 40 ayat (1) UU Pengelolaan
Sampah).

Perlu diketahui juga bahwa kemasan obat-obatan dan obat-obatan kadaluarsa


termasuk sebagai sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah
bahan berbahaya dan beracun.
UU Lingkungan Hidup

Jika yang dibuang oleh rumah sakit tersebut adalah obat-obatan kadaluarsa dan
kemasan obat-obatan yang merupakan limbah berbahaya, maka bisa terkena pidana
sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”).

Secara umum Pasal 60 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”) mengatur sebagai
berikut: Setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media
lingkungan hidup tanpa izin.

Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau


memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi
tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu (Pasal 1 angka
24 UU PPLH)

Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media


lingkungan hidup tanpa izin di atas dipidana dengan pidana penjara paling lama tiga
tahun dan denda paling banyak Rp3 miliar (Pasal 104 UU PPLH)

Anda mungkin juga menyukai