Pendahuluan
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini dengan jumlah rumah sakit yang semakin
banyak, serta tentunya juga tingkat persaingan dan kompetisi antara rumah sakit juga terus
berlangsung, setiap rumah sakit selalu dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik, sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pasien/pelanggannya. Dalam hal meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit, salah satunya adalah rumah sakit haruslah menetapkan indikator-indikator mutu
pelayanan dalam rumah sakit, yang dijadikan standar atau tolok ukur dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi pasien/pelanggannya.
Mengukur mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat primer seperti Puskesmas dan
tingkat lanjut seperti rumah sakit memerlukan indikator mutu yang jelas. Namun menyusun
indikator yang tepat tidaklah mudah. Kita perlu mempelajari pengalaman berbagai institusi yang
telah berhasil menyusun indikator mutu pelayanan kesehatan yang kemudian dapat digunakan
secara efektif mengukur mutu dan meningkatkan mutu.
Di bawah ini merupakan langkah-langkah yang di tetapkan dalam mengukur mutu
pelayanan, yakni tetapkan:
Indikator
Berikut ini adalah beberapa pengertian Indikator:
1. Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan dengan
menggunakan instrumen (Depkes)
2. Indikator adalah variabel yang membantu kita untuk mengukur perubahan yang terjadi
(WHO)
3. Indikator adalah suatu ukuran untuk menunjukkan pencapaian tingkat kinerja
4. Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur
status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi.
Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah
fenomena yang dapat diukur.
Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa indikator adalah sebuah variabel
ukuran atau tolok ukur untuk mengetahui adanya perubahan/penyimpangan yang dikaitkan
dengan target/standar yang telah ditentukan. Indikator ini menjadi sebuah tanda yang dapat
menyadarkan kita bahwa akan atau terjadi penyimpangan dalam sebuah kegiatan yang dilakukan.
Indikator biasanya digunakan dalam mengukur keberhasilan kinerja seseorang, kelompok atau
organisasi tertentu, kinerja misi, sasaran, program, kegiatan.
Pada pelayanan kesehatan baik puskesmas ataupun rumah sakit ataupun tempat
pelayanan kesehatan lainnya pelaksanaan standar pelayanan memerlukan sebuah indikator (tolok
ukur). Indikator ini adalah karakteristik yang dapat diukur dan dapat dipakai untuk menentukan
keterkaitan dengan standar. Indikator dibuat, dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian suatu
standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Indikator harus valid (harus dapat dipakai untuk
mengukur aspek yang akan dinilai), reliabel (hasil yang diperolah selalu sama dan menunjukkan
hasil yang benar pada setiap penilaian yang dilakukan berulang kali), spesifik (mampu
memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas pada suatu jenis kegiatan tertentu), realistik,
sensitif (peka digunakan sebagai alat pengukur), dan dapat diukur.
Indikator pelayanan kesehatan menurut Azrul Azwar, 1995 secara umum terdiri atas:
Dua bentuk indikator pelayanan di atas sebenarnya belum cukup untuk menentukan
apakah pelayanan yang diberikan sudah bermutu atau belum. Karena, merujuk pada pendapat
Donabedian (1981) yakni bahwa dalam pendekatan sistem pelayanan kesehatan juga perlu dikaji
mengenai bagaimana hasil pelayanan kesehatannya. Hasil pelayanan adalah tindak lanjut dari
keluaran yang ada. Oleh karena itu perlu adanya indikator tentang hasil pelayanan tersebut, yang
menunjuk pada hasil minimal yang dicapai berdasarkan standar yang telah ditentukan
sebelumnya.
Jadi, kapan suatu pelayanan kesehatan dapat dikatakan bermutu, jawabannya adalah
apabila hasil yang didapat dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan (SDM, alat, sarana dan
dana) berada sama dengan dan di atas indikator persyaratan minimal dan apabila keluaran yang
didapat sama dengan atau di atas indikator penampilan minimal, serta hasil pelayanan yang ada
sama dengan atau melebihi indikator hasil minimal dari pelayanan kesehatan yang diberikan.
Seandainya terjadi kesenjangan atau gap antara SDM, alat, sarana dan dana (persyaratan
minimal), keluaran yang ada (penampilan minimal) serta hasil pelayanan, maka pelayanan
kesehatan dapat dikatakan tidak bermutu.
Indikator mutu pelayanan rumah sakit dapat mengacu pada indikator yang relevan
berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Indikator struktur: Tenaga kesehatan
profesional (dokter, paramedis, dan sebagainya), Anggaran biaya yang tersedia untuk
operasional dan lain-lain, Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan, Metode
berupa adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya. Indikator
proses berupa memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur
pelayanan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya, Apakah telah
sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti
yang seharusnya sesuai standar. Indikator outcomes merupakan indikator hasil dari pada keadaan
sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti:
Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi
Perawatan , dan sebagainya.
Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh: Indikator
status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat badan anak.
Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung. Setelah kriteria
ditentukan dibuatlah standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya
mencakup hal-hal yang standar baik, misalnya: panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-
rata (standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi baru lahir yang sehat standar adalah 3 kg.
Fungsi dari penetapan indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan
manajemen kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan kegiatan untuk masa yang akan datang.
Mutu pelayanan medis dan kesehatan di rumah sakit sangat erat kaitannya dengan
manajemen rumah sakit (quality of services) dan keprofesionalan kinerja staf medis fungsional
dan staf lainnya di rumah sakit (quality of care). Keduanya merupakan outcome dari manajemen
manjaga mutu di rumah sakit (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu
rumah sakit. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik rumah
sakit karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur rumah sakit
dengan melibatkan semua staf medis fungsional rumah sakit.
Sedangkan jenis indikator-indikator pelayanan rumah sakit yang bersumber dari sensus
harian rawat inap dan dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi
pelayanan rumah sakit, yakni:
1. BOR (Bed Occupancy Ratio) = Angka penggunaan tempat tidur.
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR
adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit) / (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu
periode)) x 100%
Komponen Indikator
Berikut ini adalah komponen dalam dipakai dalam pembuatan suatu indikator mutu
pelayanan di rumah sakit, yang terdiri dari:
1. Nama indikator
2. Tujuan indikator
3. Rational
4. Definisi terminologi yang digunakan dan standar
5. Frekuensi pembaharuan standar
6. Periode dilakukan analisis
7. Numerator
8. Denominator
9. Sumber data numerator dan denumerator
Tabel 1:
Contoh Template Indikator
Dimensi mutu Diisi dengan dimensi mutu yang mana yang terkait dengan indikator tsb
Tujuan indikator Diisi dengan apa yang ingin ditunjukkan dengan indikator tsb (apa
maksud dari penggunaan indikator tersebut); untuk memberi
petunjuk/tanda bahwa.
Rationalisasi Diisi dengan latar belakang dan alasan mengapa indikator tsb perlu
diambil sebagai alat pengukuran kinerja
Definisi terminologi Jika ada istilah yang perlu dijelaskan, maka didefinisikan pada kolom ini
yang digunakan
Frekuensi updating Diisi dengan kapan pengumpulan data harus dilakukan apakah tiap hari,
data seminggu sekali, tiap bulan sekali, atau tiap tiga bulan sekali
(pengumpulan/pem
baharuan) indikator
Periode dilakukan Diisi dengan kapan indikator tsb dianalisis untuk kemudian dilaporkan
analisis dan difeedback pada unit terkait
Sumber data Diisi dengan dari mana data dapat diperoleh, apakah dari survei, dari data
numerator dan rekam medik, dari register, dsb
denominator
Tabel 2:
Contoh Pembuatan Indikator Pelayanan di Rumah sakit (Pelayanan IGD)
Definisi terminologi Penanganan Pertama : Rerata waktu yang diperlukan pasien saat pasien
yang digunakan dan datang sampai dengan mendapatkan pelayanan dokter
Standar Standar : 5 menit