Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DEFINISI

1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang
lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi.

2. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan
sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu.
Unsur komunikasi meliputi:
a. Sumber/komunikator (dokter, perawat, fisioterapis, petugas
laboratorium, staf PKRS, petugas pendaftaran, admisi, kasir, dan lain-
lain).
b. Isi pesan.
c. Media/saluran (elektronik, lisan, dan tulisan).
d. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, masyarakat, perawat,
dokter, admisi, dan lain-lain).

3. Sumber/Komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi (dokter, perawat, fisioterapis,
petugas laboratorium, staf PKRS, petugas pendaftaran, admisi, kasir, dan
lain-lain) adalah orang yang menyampaikan isi pernyataan kepada penerima.
Hal-hal yang menjadi tanggungjawab pengirim pesan adalah mengirim
pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah diterima dengan baik.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 1


4. Isi Pesan
Isi pesan adalah apa yang disampaikan atau panjang pendeknya,
kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media
penyampaian dan penerimanya.

5. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.

6. Penerima/Komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggungjawab
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah.
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan
dalam hal-hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka),
menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat
dibalik yang tersurat (bahasa non-verbal dibalik ungkapan
kata/kalimatnya, gerak tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa
tubuh) agar tidak mengganggu komunikasi, misalnya karena
komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan
sikap komunikator.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 2


BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelaksanaan komunikasi dapat meliputi pemberi pelayanan


kesehatan kepada pasien, keluarga, maupun masyarakat pengunjung rumah sakit,
komunikasi antar staf klinis di dalam rumah sakit dan komunikasi “urgent” di
seluruh rumah sakit.
1. Komunikasi dengan Masyarakat
Komunikasi dengan masyarakat itu bersifat informasi di dalam rumah sakit
adalah:
a. Jenis pelayanan.
b. Waktu pelayanan.
c. Proses mendapatkan pelayanan.
d. Kualitas pelayanan (layanan unggulan, data mutu).
Akses informasi ini dapat diperoleh melalui website, leaflet, brosur, banner,
bulletin, dan lain-lain.

2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga


Komunikasi dengan pasien dan keluarga bersifat informasi dan edukasi.
a. Komunikasi bersifat informasi:
1) Daftar pelayanan yang disediakan RS.
2) Akses terhadap pelayanan.
3) Daftar fasilitas kesehatan rujukan disertai perjanjian kerjasama.
4) Daftar fasilitas kesehatan dan praktik mandiri yang ada di
domisili pasien.
Akses informasi ini dapat diperoleh melalui website, leaflet, brosur,
banner, bulletin, dan lain-lain.
b. Komunikasi bersifat edukasi:
1) Asesmen kemampuan dan kemauan belajar pasien.
2) Asesmen kebutuhan edukasi yang meliputi kebutuhan asuhan
medis dan keperawatan, serta kebutuhan asuhan
berkesinambungan setelah pulang.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 3


3) Edukasi oleh DPJP tentang hasil asesmen, diagnosa dan rencana
asuhan.
4) Edukasi oleh DPJP tentang hasil asuhan dan pengobatan
termasuk hasil asuhan yang tidak diharapkan.
5) Informed consent berisi materi edukasi tentang risiko dan
komplikasi.
6) Edukasi tentang hak, kewajiban dan tanggungjawab pasien untuk
berpartisipasi dalam proses asuhan.
7) Edukasi tentang penggunaan obat-obatan secara efektif dan
aman, potensi efek samping obat, interaksi obat antar obat
konvensional, obat bebas serta suplemen atau makanan.
8) Edukasi tentang keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan
medis.
9) Edukasi tentang diet dan nutrisi yang memadai.
10) Edukasi tentang nyeri dan manajemen nyeri.
11) Edukasi tentang teknik rehabilitasi.
12) Edukasi tentang cara cuci tangan.
13) Edukasi dan pelatihan untuk pasien yang rencana pemulangannya
kompleks.
14) Edukasi kesehatan warga lanjut usia (Geriatri).
Komunikasi yang bersifat edukasi ini dapat dilaksanakan secara perorangan
atau per kelompok. Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui
medical information seperti spanduk, pamflet, leaflet, majalah dan nantinya
akan dibuat unit PKRS (Promosi Kesehatan Rumah Sakit).

3. Komunikasi Antar Staf Klinis


a. Komunikasi “Urgent”
Komunikasi efektif untuk menyampaikan informasi yang akurat dan
tepat waktu di seluruh rumah sakit.
1) Code blue
Code blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,
keluarga pasien, pengunjung, dan karyawan yang mengalami

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 4


henti jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera.
Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis
reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat itu untuk
segera berlari secepat mungkin menuju ruangan yang
diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada
pasien. Tim medis reaksi cepat (tim code blue) ini merupakan
gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus untuk
penanganan pasien henti jantung.
2) Code red
Code red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
kebakaran di lingkungan rumah sakit (api maupun asap)
sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk
kasus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel
rumah sakit, yang masing-masing memiliki peran spesifik yang
harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana rumah
sakit.
3) Code black
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman
orang yang membahayakan (ancaman orang bersenjata atau tidak
bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau
melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang
dicurigai bom di lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.

b. Komunikasi antar staf klinis selama bekerja dalam shift atau antar shift
1) Komunikasi dapat terjadi antara:
a) Dokter dengan dokter.
b) Dokter dengan perawat.
c) Dokter dengan tenaga kesehatan lain.
d) Perawat dengan perawat.
e) Perawat dengan tenaga kesehatan lain.
f) Perawat dengan tenaga non kesehatan/admisi.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 5


2) Prinsip pelaksanaan komunikasi antar staf klinis di rumah sakit
adalah:
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau
hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah/laporan hasil.
b) Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima
perintah/laporan hasil.
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah/laporan hasil.

3) Tatacara komunikasi antar staf klinis pada saat bekerja shift dan
antar shift yang meliputi informasi tentang:
a) Status kesehatan termasuk Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT)
Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) adalah
lembar pada berkas rekam medis pasien dimana semua
kondisi dan perkembangan penyakit pasien serta tindakan
yang dialami pasien dicatat. Rumah sakit menetapkan bahwa
mereka yang diizinkan memberikan perintah/order
menuliskan perintah ini dalam rekam medis pasien di lokasi
yang seragam, dan lokasi itu adalah pada lembar Catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
b) Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap
Perencanaan pulang (Discharge planning) menurut National
Council of Social Service/NCSS (2006) adalah suatu rencana
pulang pada pasien yang ditulis di lembar catatan medis yang
merupakan tujuan dari perencanaan perawatan pasien, yang
akhirnya bertujuan untuk memberdayakan pasien untuk
membuat keputusan dan berupaya untuk memaksimalkan
potensi hidup secara mandiri dan untuk memberdayakan

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 6


pasien dengan melalui dukungan dan sumber-sumber yang
ada dalam keluarga atau masyarakat.
c) Informasi klinis saat transfer dan dirujuk
Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu unit
pelayanan ke unit pelayanan lain di dalam rumah sakit (intra
rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit
ke rumah sakit lain (inter rumah sakit).
d) Serah terima/operan
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand.
Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. 

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 7


BAB III
TATA LAKSANA

Di RSUD Datu Sanggul Rantau tata laksana manajemen komunikasi dan


edukasi meliputi:
1. Komunikasi dengan Masyarakat
Komunikasi dengan masyarakat dengan menggunakan media:
a. Spanduk
1) Spanduk himbauan kesehatan yang berkaitan dengan peringatan
hari-hari besar nasional dan internasional, seperti: Peringatan
Hari Kesehatan, Hari Anak Nasional, HIV AIDS Sedunia dan
lain-lain.
2) Spanduk pelayanan rumah sakit.
b. Standing Banner
1) Banner himbauan kesehatan.
2) Banner tentang harga pelayanan di rumah sakit.
c. Sign Box dan Neon Box
1) Pelayanan UGD 24 Jam.
2) Nama-nama dokter umum dan dokter spesialis yang bekerja di
rumah sakit.
3) Neon Box pelayanan rumah sakit.
d. Brosur
Brosur tentang pelayanan rumah sakit (jenis pelayanan, waktu
pelayanan, proses mendapatkan pelayanan, dan kualitas pelayanan
[layanan unggulan, data mutu]).

2. Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga


Komunikasi saat memberikan edukasi pasien dan keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Prosesnya:
a. Tahap asesmen pasien dan keluarga

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 8


Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga berdasarkan (data ini didapatkan dari rekam
medis):
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan.
3) Hambatan emosional dan motivasi.
4) Keterbatasan fisik dan kognitif.
5) Kesediaan pasien untuk menerima informasi.

b. Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.


Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan:
1) Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang,
maka proses komunikasinya mudah disampaikan.
2) Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,
anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan menjelaskannya
kepada mereka.
3) Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional
pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang
efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan
pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi
edukasi, pasien bisa menghubungi profesional pemberi asuhan.
c. Tahap cara verifikasi
Untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan:
1) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang
dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang telah
diberikan. Pertanyaannya adalah: “Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 9


2) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan
pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”.
3) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan menanyakan kembali sejauh mana
pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan
pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

3. Komunikasi Antar Staf Klinis


a. Komunikasi “Urgent”
1) Code blue

Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest

Staf rumah sakit memanggil pertolongan dengan


mengaktifasi “local alert” menuju tim code blue

- Anggota bystander/penemu pertama terlebih dahulu


melakukan BLS/CPR
- Lanjutkan BLS/CPR sampai tim code blue datang.
- Jika tidak memiliki skill BLS, tunggu pertolongan
datang, sementara menunggu, amankan korban dari
kerumunan.
- Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengakti-
vasi “Hospital alert”.
- Setelah mengaktifasi code blue, tim primer yang bertu-
gas di sekitar tempat kejadian bergegas menuju tempat
kejadian dengan resusitasi kit.
- Mulai atau lanjutkan BLS/CPR sementara menunggu
tim code blue sekunder/ETD datang.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 10


- Setelah tim code blue sekunder/ETD datang, mereka
akan mengambil alih resusitasi.
- BLS dilanjutkan dan lakukan AED.
- Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan oleh
tim code blue.

- Pindahkan korban ke ETD secepat mungkin setelah sta-


bil untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
- Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat,
korban harus tetap dipindahkan ke ETD untuk mendap-
atkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kema-
tian.

2) Code red
R REMOVE/RESCUE/SELAMATKAN
Setiap orang yang berada dalam area kebakaran, sambil
meneriakkan: code red ---- code red.
A ALERT/ALARM/SEBARLUASKAN
Dengan cara menelpon 0 selanjutnya operator menghubungi
pihak yang terkait antara lain petugas security, selajutnya
beritahu kawan terdekat. Bila api membesar telepon Dinas
Pemadam Kebakaran.
C CONFINE/ CONTAIN/SEKAT
Bila sekitar ruangan penuh api dan asap, bila memungkinkan
tutup pintu dan jendela untuk mencegah api menjalar.
E EXTINGUISH/PADAMKAN
Bila api masih memungkinkan/bila api masih kecil. Jangan
ambil resiko yang tidak perlu.
Bila cukup aman, matikan semua sarana seperti listrik, gas
yang kemungkinan berkaitan dengan api, tapi tetap

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 11


pertimbangkan dengan cermat.
Evakuasi pasien dan pengunjung ke daerah yang aman.
Tetap awasi pasien. Bila perlu dihitung per kepala atau
absensi berurutan.
Kooperatif dengan semua intruksi yang diberikan oleh Staf
Senior, Manajer on Duty (MOD), ataupun petugas pemadam
kebakaran
3) Code black
Untuk saat ini di RSUD Datu Sanggul Rantau belum ada code
black sehingga apabila ada ancaman terhadap seseorang (orang
bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan melukai
seseorang atau melukai diri sendiri) dapat menghubungi Polres
Tapin Utara ke nomor: +62 823 5704 8358.

b. Komunikasi antar staf klinis selama bekerja dalam shift atau antar shift
Tatacara komunikasi antar staf klinis pada saat bekerja shift dan antar
shift yang meliputi informasi tentang
1) Status kesehatan termasuk CPPT
a) Assesmen ulang dicatat di CPPT dengan metode SOAP oleh
dokter.
b) Perawat mencatat tentang progress atau perkembangan
pasien, sedangan catatan keperawatan dicatat dalam form
lain.
c) Gizi mencatat dengan metode ADIME: Assessement,
Diagnosis, Intervention (+ Goals), Monitoring, Evaluation.
d) Hasil diskusi antar DPJP atau dengan PPA lain yang
membahas tentang suatu kasus penyakit pasien yang agak
rumit, jika dirapatkan secara tersendiri, notulensi rapat
disertakan dibelakang lembar CPPT, jika hanya secara lisan
ditulis di dalam lembar CPPT.
Untuk pelaporan kondisi pasien secara lisan melalui telepon
menggunakan teknik SBAR. SBAR merupakan kerangka

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 12


komunikasi yang mempermudah mengatasi hambatan dalam
komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur mendasari
komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima
informasi. SBAR mudah diingat yang praktis untuk komunikasi
atau percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut:
S (situation)  kondisi terkini yang terjadi pada pasien.
B (background)  informasi penting apa yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini.
A (assessment)  hasil pengkajian kondisi pasien yang terkini.
R (recommendation)  apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini.
Dalam melakukan verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi
lisan dengan tulis lengkap, baca kembali dan konfirmasi ulang
(TULBAKON) terhadap perintah yang diberikan. Untuk
pembacaan obat HIGH ALERT harus di-EJA.
Pelaporan kondisi pasien kepada DPJP pasien menjadi tanggung
jawab petugas ruangan yang bertugas. Setiap informasi yang
diterima, harus ditulis dalam catatan medik (Rekam Medik)

2) Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap


Ringkasan/ resume medis pasien pulang berisi:
a) Alasan masuk rumah sakit.
b) Penemuan kelainan fisik dan lainnya yang penting.
c) Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan.
d) Pemberian medikamentosa dan pemberian pasien pulang.
e) Status/kondisi pasien waktu pulang.
f) Instruksi/follow-up/tindak lanjut.

3) Informasi klinis saat transfer dan dirujuk


a) Transfer pasien di dalam rumah sakit

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 13


 Transfer pasien dari UGD ke ruang perawatan, ruang
perawatan intensif, kamar operasi, kamar bersalin, dan
ruang radiologi.
 Transfer pasien dari poliklinik ke UGD, kamar bersalin
dan kamar operasi.
 Transfer pasien dari ruang perawatan ke kamar operasi,
kamar bersalin dan ruang perawatan intensif.
 Transfer pasien dari ruang intensif ke ruang perawatan
dan kamar OK.
Sebelum memindahkan pasien ke unit yang dituju di dalam
rumah sakit, harus dipastikan pasien dalam keadaan stabil,
melakukan serah terima dengan unit yang dituju dan unit
tersebut sudah siap untuk menerima pasien.
b) Transfer pasien antar rumah sakit
 Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus
diberitahu mengenai alasan transfer dan rumah sakit
tujuan.
 Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk
menerima pasien sebelum dilakukan transfer.
 Konfirmasi dilakukan oleh dokter IGD/dokter ruangan
untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien
dengan dokter di rumah sakit tujuan.

c) Serah terima/operan
Format Pendokumentasian Model SBAR untuk Serah
Terima antar Shift
S (Situasi)  Diagnosa medis.
 Masalah keperawatan.

B (Backgroud/ Latar Sign and symptom dari masing-masing


belakang) masalah keperawatan

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 14


 Data subjektif.
 Data objektif.

A (Assessment/  Analisa dari data-data yang ada di


Penilaian) background (B) sesuai masalah
keperawatan.
 Mengacu kepada tujuan dan krite-
ria hasil masing-masing diagnosa
keparawatan.

R (Recommendation)  Intervensi mandiri/kolaboratif


yang prioritas dikerjakan.
 Hal-hal khusus yang harus men-
jadi perhatian.

Contoh Penulisan SBAR untuk Serah Terima antar Shift


S : Anak post op hari 1 dengan Laparatomi.
Masalah keperawatan:
 Risiko infeksi
 Risiko gangguan keseimbangan cairan
B : Ibu pasien mengatakan anak cenderung tidur, ubun-ubun
cekung, reflex menghisap kurang, tidak ada muntah.
Breastfeeding hanya 20 ml, feeding susu 8x 50 ml. GCS:
E3M5Vmenangis, pupil 2/2 reaksi positif, suhu 37,3 0C, RR:
24 x/m. HR: 134 x/m. BAB tidak ada. Sedang terpasang
D5 ¼ NS/ 12 jam. BB 5,8 kg.
A : Risiko gangguan keseimbangan cairan
R :  Monitor status neurologi.
 Gunakan teknik aseptic dalam merawat luka
 Observasi balance cairan
 Kaji dan monitor status pernapasan

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 15


Contoh SBAR antar Perawat saat Pergantian Dinas
S : Tn. Ari Gunadi, 70 tahun dengan Sindrom Delirium Akut
rencana dibawa pulang paksa oleh anak tertua. Obat-
obatan sudah di retur ke depo farmasi, tapi saat ini belum
pulang karena anak bungsu masih ingin pasien dirawat.
B : Pasien sebelumnya gaduh gelisah, terkontrol dengan
Haldol tetes 2x sehari. Terakhir obat diberikan pukul 8
pagi.
A : Saya khawatir pasien akan gaduh gelisah lagi bila
obatnya malam ini tidak diberikan.
R : Jika pasien tidak jadi pulang malam ini, tolong obatnya
dimintakan ke depo farmasi dan diberikan. Jika pasien
jadi dibawa pulang, jangan lupa obatnya
diresepkan/dimintakan resep.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 16


BAB IV
DOKUMENTASI

Dengan diberikannya informasi dan edukasi kepada masyarakat, pasien dan


keluarga, serta antar staf klinis diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh masyarakat, pasien dan keluarga, serta antar staf
klinis. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi kepada
masyarakat, pasien dan keluarga, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan
informasi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau
keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien
sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
Pencatatan hasil komunikasi (konsul per telepon perawat dengan dokter):
1. Ditulis tanggal dan jam telepon, nama dan paraf perawat yang telepon.
2. Advis yang diberikan dokter.
3. Perawat pada kesempatan pertama meminta dokter membubuhkan nama dan
paraf/tanda tangan pada tulisan hasil konsul pada lembar instruksi dokter.
Untuk konsul secala lisan melalui sambungan telepon dokter umum/perawat
menggunakan teknik SBAR dan untuk validasi hasil konsul dengan tulis
lengkap, baca kembali dan konfirmasi ulang (TULBAKON) terhadap
perintah yang diberikan dengan membubuhkan paraf/tanda tangan pada
stempel yang sudah disediakan.

Pedoman Komunikasi Efektif Pokja Manajemen Komunikasi dan Edukasi Page 17

Anda mungkin juga menyukai